Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“GANGGUAN HEMATOLOGI”

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Dosen Pengampu Bapak Septian Mixrova Sebayang,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

Kelas : S1 Keperawatan 3A

Kelompok : 03

Nama Anggota :

1. Pancoro Wahyu Wibisono (200103055)


2. Pramesti Regita Rakhmasari (200103057)
3. Putri Fatmawati (200103059)
4. Rosi Anggreani (200103063)
5. Sarah Noviani (200103065)
6. Siti Fatimah (200103067)
7. Tresna Kusnuraini (200103071)
8. Umi Sarah Fauziah Ali (200103082)
9. Vina Kurnia Anggraeni (200103073)
10. Winda Eka Astuti (200103075)
11. Zenitha Muktar (200103079)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2021

1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena
atas segala rahmat, berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “GANGGUAN HEMATOLOGI”. Makalah ini disusun dan diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I semester 3 Tahun
Ajaran 2021/2022 dengan dosen pengampu Bapak Septian Mixrova Sebayang
,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya. Semoga
segala bantuan yang telah diberikan kepada kami senantiasa mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya, umumnya bagi semua pembaca, serta dapat berguna bagi kemajuan
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto Program Studi S1 Keperawatan.

Purwokerto,3 Desember 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

2.1 Anatomi Fisiologi..................................................................................6


2.2 Etiologi..................................................................................................9
2.3 Patofisiologi..........................................................................................12
2.4 Klasifikasi.............................................................................................14
2.5 Komplikasi............................................................................................15
2.6 Penatalaksanaan....................................................................................17
2.7 Pemeriksaan Penunjang........................................................................19

BAB III PENUTUP................................................................................................21

3.1 Kesimpulan...........................................................................................21

3.2 Saran.....................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hematologi merupakan salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari
tentang darah dan jaringan pembentuk darah. Darah merupakan salah satu
organ tubuh yang sangat penting bagi tubuh manusia karena di dalamnya
terkandung berbagai macam komponen, baik komponen cairan berupa
plasma darah, maupun komponen padat berupa sel-sel (Firani, 2018). Darah
juga memiliki peranan didalam tubuh makhluk hidup khususnya untuk
mengangkut zat-zat yang penting untuk proses metabolisme, proses
metabolisme tubuh akan terjadi gangguan jika darah mengalami gangguan.
Kelainan pada darah adalah kondisi yang mempengaruhi salah satu atau
beberapa bagian dari darah sehingga menyebabkan darah tidak dapat
berfungsi secara normal. Dampak kelainan darah akan mengganggu fungsi
dari bagian-bagian darah tersebut. Kelainan darah dapat terjadi pada anak-
anak maupun dewasa, kelainan pada darah diantaranya yaitu kelainan
eritrosit seperti anemia, kelainan pada leukosit seperti leukemia, kelainan
pada trombosit seperti trombositopenia, dan kelianan hemostasis :
hemophilia.
Dari beberapa contoh penyakit kelainan darah, salah satu penyakit masih
menjadi masalah yang belum terpecahkan bahkan sulit untuk diatasi dan
harus diperhatikan dalam perawatan bagi orang tua dan tenaga kesehatan
dikarenakan menyebabkan dampak yang cukup signifikan terhadap anak
yaitu anemia.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan maslah terkait sistem hematologi antara lain :
a. Apa anatomi fisiologi sistem hematologi?
b. Apa etiologi sistem hematologi?
c. Apa patofisiologi sistem hematologi?

4
d. Apa saja klasifikasi sistem hematologi ?
e. Apa saja komplikasi gangguan sistem hematologi ?
f. Apa saja penatalaksanaan gangguan sistem hematologi ?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang gangguan sistem hematologi ?
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini antara lain:
a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem hematologi.
b. Untuk mengetahui etiologi sistem hematologi.
c. Untuk mengetahui patofisiologi sistem hematologi.
d. Untuk mengetahui klasifikasi sistem hematologi.
e. Untuk mengetahui komplikasi gangguan sistem hematologi
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan sistem hematologi.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gangguan sistem hematologi.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi termasuk,
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah merupakan medium transport
tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar
5 liter. Keadaan jumlah darah pada setiap orang itu berbeda-beda tergantung pada usia,
pekerjaan , serta keadaan jantung atau pembuluh darah (Handayani dan Haribowo,
2012).

Hematologi merupakan salah satu ilmu kedokteran yang mempelajari tentang


darah dan jaringan pembentuk darah .Darah merupakan salah satu organ tubuh yang
sangat penting bagi manusia karena di dalamnya terdapat berbagai macam komponen,
seperti komponen cairan berupa plasma darah, maupun komponen padat berupa sel-sel
(Firani,2018)

A. Anatomi Sistem Hematologi


1. Sel darah merah (Eritrosit)

Gambar 1.1 Sel darah merah


Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter sekitar 7 mikron.
Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar secara cepat dan gerak
jarak yang pendek antara membrane dan inti sel.

Sel darah merah memiliki bermacam antigen :

 Antigen A,B dan O


 Antigen Rh

6
Proses penghancuran darah merah terjadi karena proses penuaan dan psoses patologis.
Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen
hemoglobin yaitu komponen protein dan komponen heme.
2. Sel Darah Putih (Leukosit)

Gambar 1.2 Sel Darah Putih


Bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantaran kaki kapsul
(pseudopodia). Sel darah putih mempunyai macam-macam inti sel, sehingga ia dapat
dibedakan menurut inti sel nya serta berwarna bening.Sel darah putih dibentuk di
sumsum tulang dari sel-sel bakal. Jenis dari golongan sel ini adalah golongan yang tidak
bergranula, yaitu limfosit T dan B ; monosit dan makrofag ; serta golongan yang
bergranula yaitu :
 Eosinofil
 Basofil
 Neutrfil

Fungsi sel darah putih :


 Sebagai pertahanan tubuh, yaitu membunuh kuman dan memakan bibit penyakit,
bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (sistem retikuloendotel)
 Sebagai pengangkut zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah

3. Keping Darah (Trombosit)

7
Gambar 1.3 Keping Darah
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang
terbentuk cakrama bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.
Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah dan merubah bentuk maupun
kualitas setelah berikatan dengan pembuluh darah yang cedera.

4. Plasma Darah

Gambar 1.4 Keping darah


Bagian darah yang encer tanpa sel-sel darah, warnanya bening kekuning-kuningan
dan hampir 90% plasma terdiri dari air. Plasma diperoleh dengan memutar sel darah,
plasma diberikan secara itravena untuk mengembalikan volume darah,menyediakan
substansi yang hilang dari darah klien.
5. Limpa

8
Gambar 1.5 Limpa
Limpa adalah organ ungu lunak kirang lebih ukurannya sekepalan tangan dan
terletak di pojok kiri abdomen dibawah kostae.
Fungsi Limpa :
 Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
 Destruksi sel eritrosit tua
 Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan
 Produksi bilirubin dari eritrosit
 Pembentukan limfosit dalam folikel limpa
 Pembentukan immunoglobin
 Pembagian partikel asing dari darah

B. Fisiologi Sistem Hematologi


 Sebagai alat pengangkut O2, CO2, sari makanan, sisa makanan, dan hasil
metabolisme jaringan.
 Mengatur keseimbangan cairan tubuh.
 Mengatur panas tubuh, pH cairan tubuh.
 Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dan mencegah pendarahan.
 Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan di edarkan ke
seluruh tubuh
 Mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh melalui kulit dan ginjal

2.2 Etiologi

1.Anemia

9
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin ,hemotokrit dan
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman,
2018).Etiologi dari salah satu penyakit gangguan hematologi tersebut antara lain :

a.Menstruasi

Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi siklus menstruasi yang tidak
normal. Kchilangan banyak darah saat menstruasi diduga dapat menyebabkan anemia
(Merryana dan Bambang, 2013). Hampir semua wanita pemah mengalami pendarahan
berlebihan saat menstruasi, bahkan sebagian wanita harus mengalami hal ini setiap
datang bulan. Tiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang berlainan, normalnya
dalam satu siklus kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total
kehilangan darah antara 60 sampai 250 mm. Menstruasi dikatakan tidak normal saat
scorang wanita mengalami menstruasi dengan jangka waktu panjang. Pada umumnya
wanita hanya mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa
kasus, ada yang mengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah yang
dikatakan menstruasi tidak normal yang menyebabkan anemia (Merryana dan Bambang,
2013).

b.Status Gizi

Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan
besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah
yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferrin menurun,
akan berperan penting mengikat besi total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam
sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak ada sama sckali (Gultom, 2003
dalam Rumpiati,Ella & Mustafidah, 2010).

2.Leukimia

Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel
abnormal dalam darah tepi.Etiloginya antara lain :

10
 Lingkungan: faktor lingkungan yang berhubungan dengan peningkatan risiko
leukemia adalah paparan radiasi, konsumsi rokok, alkohol, narkotik,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), serta paparan zat kimia seperti
hidrokarbon dan pestisida
 Genetik: anak kembar berisiko 2 kali lebih besar terkena leukemia jika
kembarannya terkena leukemia sebelum usia 7 tahun; memiliki saudara kandung
dengan leukemia berisiko terkena leukemia lebih besar; memiliki relatif yang
menderita kanker darah berisiko terkena acute lymphocytic leukemia (ALL)
pada usia kanak-kanak.
 Penyakit kelainan genetik: Fanconi anemia, Bloom syndrome, ataxia
telangiectasia, Down syndrome, Shwachman syndrome, dan neurofibromatosis
meningkatkan insidensi terkena AML.
 Agen infeksius yang masih belum diketahui: virus memiliki kemampuan
leukemogenisitas untuk menginfeksi dan merubah sel prekursor B.

2.3 Patofisiologi

1.Anemia

Anemia
gizi besi terjadi
ketika pasokan
zat besi tidak
mencukupi untuk

11
pembentukan sel darah merah optimal, sehingga sel sel darah merah yang terbentuk
berukuran lebih kecil (mikrositik), warna lebih muda (hipokromik). Simpanan besi
dalam tubuh termasuk besi plasma akan habis terpakai lalu konsentrasi transferin serum
mengikat besi untuk transportasinya akan menurun. Simpanan zat besi yang kurang
akan menyebabkan deplesi zat massa sel darah merah dengan hemoglobin yang di
bawah normal, setelah itu pengangkutan darah ke sel-sel di berbagai bagian tubuh juga
berada di bawah kondisi normal.

2.Leukimia

Leukemia adalah jenis ganguan pada sistem hematopoietic yang total dan terkait
dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal
pada tempat asalnya (granulosit dalm sumsum tulang, limposit disalam limfe node) dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar. Proliferasi
dari satu jenis sel sering menggangu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan
mengarah ke pengembangan/pembelahan sel yang cepat dank e sitopenias (penurunan

12
jumlah). Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya
immunocompetence dengan meningkatnya kemungkinan terjaddi infeksi

Normalnya sumsum tulang diganti dengan tumor yang ganas, imaturnya sel blas.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan trombosit tergangu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan terpengaruh
dan menyebabkan ganguan sistem pertahann tubuh dan mudah mengalami infeksi,
manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya sumsum tulang dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme, depresi sumsum tulang
yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus Limfe, dan nyeri persendian.

2.4 Klasifikasi

1.Anemia

a. Anemia normositik normokrom

Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengcluaran darah atau destruksi darah
yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus bekerja lebih keras lagi
dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada
gambaran darah tepi. Pada kelas ini, ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia.
Anemia ini dapat terjadi karena hemolitik, pasca pendarahan akut, anemia aplastik,
sindrom mielodisplasia, alkoholism, dan anemia pada penyakit hati kronik.

b. Anemia makrositik normokrom

Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnyanormal. Hal ini diakibatkan oleh
gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada

13
defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab
terjadi gangguan pada metabolisme sel

c. Anemia mikrositik hipokrom

Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobindalam


jumlah yang kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis
hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan
darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit
hemoglobin abnormal kongenital).

2.Leukimia

a. Leukemia Meilogenus Akut

LMA mengenai sel system hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua


sel myeloid, monosit, granulosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat
terkena, insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimpositik yang palinng sering terjadi.

b. Leukemia Mielogenus kronik

LMC juga dimasukan dalam sistem keganasan sel myeloid. Namun banyak sel
normal dibandingkan bentuk akut, schingga penyakit ini lebih ringan. LMC jarang
menyerang individu dibawah 30 tahun. Manifestasi mirip dengan LMA, tetapi tanda dan
gejala lebih ringan, pasien menunjukan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

c. Leukemia Limfositik Akut

LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-
anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, puncak insiden usia 4 tahun,
setelah 15 tahun LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer schingga menggangu perkembangan sel normal.

14
d. Leukemia limfositik kronik

LLC merupakan kelainan ringan mengenail individu usia 50 sampai 70 tahun.


Manifestasi pasien tidak menunjukan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik
atau penangan penyakit lain

2.5 Komplikasi

1.Anemia

a) Gagal jantung

Pembesaran jantung pada penderita anemia telah ditemukan sejak satu abad
yang lalu. Anemia akan menginduksi terjadinya mekanisme kompensasi terhadap
penurunan konsentrasi Hb untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Pada keadaan
anemia, jantung akan meningkatkan venous return Maka sesuai mekanisme Frank-
Starling, jantung akan meningkatkan stroke volume, schingga dapat terjadi hipertrofi
ventrikel kiri,dengan myofibril jantung yang memanjang, gagal jantung kongestif,
kejadian gagal jantung berulang dan kematian.

b) Gagal ginjal

Dengan berkurangnya asokan oksigen ke jaringan misalnya pada ginjal akan terjadi
kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal.

c) Hipoksia

Hiposia adalah penurunan pemasokan oksigen ke jaringan sampai ditingkat fisiologik.


Hb berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Jika terjadi penurunan Hb
maka akan terjadi hipoksia bahkan dapat menyebabkan kematian.

2.Leukimia

a)Kegagalan sumsum tulang merupakan hipofungsi sumsum tulang primer sehingga


terjadi penurunan produksi semua unsur sel hemopoietik (pansitopeni). Kegagalan

15
susmsum tulang merupakan ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel
darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer stem sel mengakibatkan
anemia, leukopenia dan trombositopenia.

b)Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah,maka
anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari keadaan leukimia tersebut.

c)Pendarahan(bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia)


pada keadaan LGK dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat
menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi,ptechiae, dan
hematom.

d)Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan
ini disebabkan olch ckspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang
berkembang pesat.

e)Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat


keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah
besar, bahkan beresiko untuk pecah.

f)Stroke atau clotting yang berlebihan ( excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus
LGK memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar
trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang
abnormal dan mengakibatkan stroke.

g)Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih
rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar
leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.

2.6 Penatalaksanaan

1.Anemia

16
1. Terapi Oral

Senyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferous glukonat, fumarat,
dan suksinat dengan dosis harian 4-6 mg/kg/hari besi elemental diberikan dalam 2-3
dosis.Penyerapan akan lebih baik jika lambung kosong, tetapi ini akan menimbulkan
efek samping pada saluran cerna. Efek samping yang dapat terjadi adalah iritasi
gastrointestinal, yang dapat menyebabkan rasa terbakar, nausea dan diare. Oleh karena
itu pemberian besi bisa saat makan atau segera setelah makan, meskipun akan
mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%. Preparat besi harus terus diberikan selama 2
bulan setelah anemia pada penderita teratasi.

2. Terapi parental

Pemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Kemampuan
untuk meningkatkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral.

Indikasi parenteral:

 Tidak dapat mentoleransi Fe oral


 Kehilangan Fe (darah) yang cepat sehingga tidak dapat dikompensasi dengan Fe
oral.
 Gangguan traktus gastrointestinal yang dapat memburuk dengan pemberian Fe
oral (colitis ulserativa).
 Tidak dapat mengabsorpsi Fe melalui traktus gastrointestinal.
 Tidak dapat mempertahankan keseimbangan Fe pada hemodialisa
 Preparat yang sering diberikan adalah dekstran besi, larutan ini mengandung 50
mg besi/ml.

Dosis dihitung berdasarkan :

Dosis besi (mg)=BB(kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5

3. Terapi Transfusi

17
Transfusi sel-sel darah merah atau darah lengkap, jarang diperlukan dalam penanganan
anemia defisiensi Fe, kecuali bila terdapat pula perdarahan, anemia yang sangat berat
atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi.

2.Leukimia

1. Transfusi darah

Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia yang berat dan
perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse trombosit.

2. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya.

Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala klinik
membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhimnya dihentikan.

3. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi : vinkristine,


asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercaptopurine, metotrexate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi
untuk dacrah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu
mencegah kekambuhan pada system saraf pusat. Infeksi sekunder dihindarkan (bila
mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang bebas hama).

4. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno terapi diberikan. Pengobatan
yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae
bacterium dan dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan
tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah
diradiasi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1.Anemia

18
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk anemia adalah
sebagai berikut:

a. Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12- 14 g'dL);

b. Kadar Ht menurun (normal 37 -41%);

c. Peningkatan bilirubin total (pada anemia hemolitik);

d. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi;

e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik).

2.Leukimia

a. Leukemia limfoblastik akut

- Pemeriksaan darah lengkap anemia normokromik normositer trombositopenia ( <


25.000/mm3 ) hiperleukositosis (> 100.000/mm3)

- Darah tepi,ada sel muda yang melibihi 5 % dari sel berinti pada darah tepi Hb,
hematokrit, jumlah eritrosit turun

-Aspirasi biopsi sumsum tulang apus sumsum tulang tampak hiperseluler dengan
limfoblas sangat banyak, > 90% sel berinti pada ALL dewasa

b. Leukemia Mieloblastik Akut

- Darah tepi,anemia normositik normokrom trombositopenia LED tinggi,Hb,


hematokrit, eritrosit turun

 Leukosit turun : Aleukemik


 Leukosit normal : sub leukemik
 Leukosit tinggi : leukemik

c. Leukemia Limfositik Kronik

19
- Darah tepi,limfositosis 30.000-300.000/mm3 anemia normokromik normositer

Trombositopenia sering disertai basket cell atau smudged cell infiltrasi " small well
differentiated lymphocyte " difus, dengan limfosit merupakan 25-95% dari sumsum
tulang

d. Leukemia Mielositik Kronik

- Darah tepi,leukositosis berat 20.000 - 50.000/ mm3 apusan darah tepi : spektrum
lengkap seri granulosit mulai dari mieloblast sel blast < 5% anemia normokromik
normositer

-Sumsum tulang Hiperseluler, dengan granulosit dominan sel blast < 30^%

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi termasuk,
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah merupakan medium transport
tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar
5 liter. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin ,hemotokrit dan
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman,
2018). Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel
abnormal dalam darah tepi.Patofisiologi anemia meliputi simpanan zat besi yang kurang
akan menyebabkan deplesi zat massa sel darah merah dengan hemoglobin yang di
bawah normal, setelah itu pengangkutan darah ke sel-sel di berbagai bagian tubuh juga
berada di bawah kondisi normal,sedangkan leukemia meliputi sejumlah besar sel

20
pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalm sumsum tulang, limposit
disalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang
lebih besar.

3.2 Saran

Semoga dapat menanmbah pengetahuan para pembaca mengenai gangguan


system hematologi.

DAFTAR PUSTAKA

Doda, Diana Vanda D., et al. Buku Ajar Fisiologi Sistem Hematologi.


Deepublish, 2020.

Fitriany, Julia, and Amelia Intan Saputri. "Anemia defisiensi


besi." AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 4.2 (2018): 1-14.

Hanggara, Dian Sukma, and Budiman Budiman. "Leukemia Sel Plasma


Primer." Jurnal Kedokteran Brawijaya 29.3 (2016): 276-280.

Togatorop, Lina Berliana, et al. Keperawatan Sistem Imun dan Hematologi.


Yayasan Kita Menulis, 2021.

21

Anda mungkin juga menyukai