“GANGGUAN HEMATOLOGI”
Disusun oleh :
Kelas : S1 Keperawatan 3A
Kelompok : 03
Nama Anggota :
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena
atas segala rahmat, berkah, hidayah, dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “GANGGUAN HEMATOLOGI”. Makalah ini disusun dan diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I semester 3 Tahun
Ajaran 2021/2022 dengan dosen pengampu Bapak Septian Mixrova Sebayang
,S.Kep.,Ns.,M.Kep
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan yang tak ternilai harganya. Semoga
segala bantuan yang telah diberikan kepada kami senantiasa mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah SWT, Aamiin.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya, umumnya bagi semua pembaca, serta dapat berguna bagi kemajuan
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto Program Studi S1 Keperawatan.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
SAMPUL.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
3.1 Kesimpulan...........................................................................................21
3.2 Saran.....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
d. Apa saja klasifikasi sistem hematologi ?
e. Apa saja komplikasi gangguan sistem hematologi ?
f. Apa saja penatalaksanaan gangguan sistem hematologi ?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang gangguan sistem hematologi ?
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini antara lain:
a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem hematologi.
b. Untuk mengetahui etiologi sistem hematologi.
c. Untuk mengetahui patofisiologi sistem hematologi.
d. Untuk mengetahui klasifikasi sistem hematologi.
e. Untuk mengetahui komplikasi gangguan sistem hematologi
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan sistem hematologi.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gangguan sistem hematologi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi termasuk,
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah merupakan medium transport
tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar
5 liter. Keadaan jumlah darah pada setiap orang itu berbeda-beda tergantung pada usia,
pekerjaan , serta keadaan jantung atau pembuluh darah (Handayani dan Haribowo,
2012).
6
Proses penghancuran darah merah terjadi karena proses penuaan dan psoses patologis.
Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen
hemoglobin yaitu komponen protein dan komponen heme.
2. Sel Darah Putih (Leukosit)
7
Gambar 1.3 Keping Darah
Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sumsum tulang yang
terbentuk cakrama bulat, oval, bikonveks, tidak berinti, dan hidup sekitar 10 hari.
Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah dan merubah bentuk maupun
kualitas setelah berikatan dengan pembuluh darah yang cedera.
4. Plasma Darah
8
Gambar 1.5 Limpa
Limpa adalah organ ungu lunak kirang lebih ukurannya sekepalan tangan dan
terletak di pojok kiri abdomen dibawah kostae.
Fungsi Limpa :
Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
Destruksi sel eritrosit tua
Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan
Produksi bilirubin dari eritrosit
Pembentukan limfosit dalam folikel limpa
Pembentukan immunoglobin
Pembagian partikel asing dari darah
2.2 Etiologi
1.Anemia
9
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin ,hemotokrit dan
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman,
2018).Etiologi dari salah satu penyakit gangguan hematologi tersebut antara lain :
a.Menstruasi
Salah satu faktor pemicu anemia adalah kondisi siklus menstruasi yang tidak
normal. Kchilangan banyak darah saat menstruasi diduga dapat menyebabkan anemia
(Merryana dan Bambang, 2013). Hampir semua wanita pemah mengalami pendarahan
berlebihan saat menstruasi, bahkan sebagian wanita harus mengalami hal ini setiap
datang bulan. Tiap wanita mempunyai siklus menstruasi yang berlainan, normalnya
dalam satu siklus kurang lebih setiap 28 hari, bisa berfluktuasi 7 hari dan total
kehilangan darah antara 60 sampai 250 mm. Menstruasi dikatakan tidak normal saat
scorang wanita mengalami menstruasi dengan jangka waktu panjang. Pada umumnya
wanita hanya mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan, tetapi pada beberapa
kasus, ada yang mengalami hingga dua kali menstruasi setiap bulan. Kondisi inilah yang
dikatakan menstruasi tidak normal yang menyebabkan anemia (Merryana dan Bambang,
2013).
b.Status Gizi
Anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan
besi untuk eritropoesis tidak cukup yang ditandai dengan gambaran sel darah merah
yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan saturasi (jenuh) transferrin menurun,
akan berperan penting mengikat besi total (TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam
sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak ada sama sckali (Gultom, 2003
dalam Rumpiati,Ella & Mustafidah, 2010).
2.Leukimia
Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel
abnormal dalam darah tepi.Etiloginya antara lain :
10
Lingkungan: faktor lingkungan yang berhubungan dengan peningkatan risiko
leukemia adalah paparan radiasi, konsumsi rokok, alkohol, narkotik,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), serta paparan zat kimia seperti
hidrokarbon dan pestisida
Genetik: anak kembar berisiko 2 kali lebih besar terkena leukemia jika
kembarannya terkena leukemia sebelum usia 7 tahun; memiliki saudara kandung
dengan leukemia berisiko terkena leukemia lebih besar; memiliki relatif yang
menderita kanker darah berisiko terkena acute lymphocytic leukemia (ALL)
pada usia kanak-kanak.
Penyakit kelainan genetik: Fanconi anemia, Bloom syndrome, ataxia
telangiectasia, Down syndrome, Shwachman syndrome, dan neurofibromatosis
meningkatkan insidensi terkena AML.
Agen infeksius yang masih belum diketahui: virus memiliki kemampuan
leukemogenisitas untuk menginfeksi dan merubah sel prekursor B.
2.3 Patofisiologi
1.Anemia
Anemia
gizi besi terjadi
ketika pasokan
zat besi tidak
mencukupi untuk
11
pembentukan sel darah merah optimal, sehingga sel sel darah merah yang terbentuk
berukuran lebih kecil (mikrositik), warna lebih muda (hipokromik). Simpanan besi
dalam tubuh termasuk besi plasma akan habis terpakai lalu konsentrasi transferin serum
mengikat besi untuk transportasinya akan menurun. Simpanan zat besi yang kurang
akan menyebabkan deplesi zat massa sel darah merah dengan hemoglobin yang di
bawah normal, setelah itu pengangkutan darah ke sel-sel di berbagai bagian tubuh juga
berada di bawah kondisi normal.
2.Leukimia
Leukemia adalah jenis ganguan pada sistem hematopoietic yang total dan terkait
dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Sejumlah besar sel pertama menggumpal
pada tempat asalnya (granulosit dalm sumsum tulang, limposit disalam limfe node) dan
menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar. Proliferasi
dari satu jenis sel sering menggangu produksi normal sel hematopoetik lainnya dan
mengarah ke pengembangan/pembelahan sel yang cepat dank e sitopenias (penurunan
12
jumlah). Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunnya
immunocompetence dengan meningkatnya kemungkinan terjaddi infeksi
Normalnya sumsum tulang diganti dengan tumor yang ganas, imaturnya sel blas.
Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan trombosit tergangu sehingga akan
menimbulkan anemia dan trombositopenia, sistem retikuloendotelial akan terpengaruh
dan menyebabkan ganguan sistem pertahann tubuh dan mudah mengalami infeksi,
manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya sumsum tulang dan infiltrasi organ,
sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme, depresi sumsum tulang
yang akan berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit, factor pembekuan dan
peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat
terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus Limfe, dan nyeri persendian.
2.4 Klasifikasi
1.Anemia
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengcluaran darah atau destruksi darah
yang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus bekerja lebih keras lagi
dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada
gambaran darah tepi. Pada kelas ini, ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia.
Anemia ini dapat terjadi karena hemolitik, pasca pendarahan akut, anemia aplastik,
sindrom mielodisplasia, alkoholism, dan anemia pada penyakit hati kronik.
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi
normokrom karena konsentrasi hemoglobinnyanormal. Hal ini diakibatkan oleh
gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada
13
defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab
terjadi gangguan pada metabolisme sel
2.Leukimia
LMC juga dimasukan dalam sistem keganasan sel myeloid. Namun banyak sel
normal dibandingkan bentuk akut, schingga penyakit ini lebih ringan. LMC jarang
menyerang individu dibawah 30 tahun. Manifestasi mirip dengan LMA, tetapi tanda dan
gejala lebih ringan, pasien menunjukan tanpa gejala selama bertahun-tahun,
peningkatan leukosit sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-
anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, puncak insiden usia 4 tahun,
setelah 15 tahun LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer schingga menggangu perkembangan sel normal.
14
d. Leukemia limfositik kronik
2.5 Komplikasi
1.Anemia
a) Gagal jantung
Pembesaran jantung pada penderita anemia telah ditemukan sejak satu abad
yang lalu. Anemia akan menginduksi terjadinya mekanisme kompensasi terhadap
penurunan konsentrasi Hb untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Pada keadaan
anemia, jantung akan meningkatkan venous return Maka sesuai mekanisme Frank-
Starling, jantung akan meningkatkan stroke volume, schingga dapat terjadi hipertrofi
ventrikel kiri,dengan myofibril jantung yang memanjang, gagal jantung kongestif,
kejadian gagal jantung berulang dan kematian.
b) Gagal ginjal
Dengan berkurangnya asokan oksigen ke jaringan misalnya pada ginjal akan terjadi
kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
c) Hipoksia
2.Leukimia
15
susmsum tulang merupakan ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel
darah. Kegagalan tersebut disebabkan kerusakan primer stem sel mengakibatkan
anemia, leukopenia dan trombositopenia.
b)Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah,maka
anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari keadaan leukimia tersebut.
d)Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan
ini disebabkan olch ckspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang
berkembang pesat.
f)Stroke atau clotting yang berlebihan ( excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus
LGK memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar
trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang
abnormal dan mengakibatkan stroke.
g)Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih
rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar
leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
2.6 Penatalaksanaan
1.Anemia
16
1. Terapi Oral
Senyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferous glukonat, fumarat,
dan suksinat dengan dosis harian 4-6 mg/kg/hari besi elemental diberikan dalam 2-3
dosis.Penyerapan akan lebih baik jika lambung kosong, tetapi ini akan menimbulkan
efek samping pada saluran cerna. Efek samping yang dapat terjadi adalah iritasi
gastrointestinal, yang dapat menyebabkan rasa terbakar, nausea dan diare. Oleh karena
itu pemberian besi bisa saat makan atau segera setelah makan, meskipun akan
mengurangi absorbsi obat sekitar 40-50%. Preparat besi harus terus diberikan selama 2
bulan setelah anemia pada penderita teratasi.
2. Terapi parental
Pemberian besi secara IM menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Kemampuan
untuk meningkatkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral.
Indikasi parenteral:
3. Terapi Transfusi
17
Transfusi sel-sel darah merah atau darah lengkap, jarang diperlukan dalam penanganan
anemia defisiensi Fe, kecuali bila terdapat pula perdarahan, anemia yang sangat berat
atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi.
2.Leukimia
1. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia yang berat dan
perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse trombosit.
Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala klinik
membaik ), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhimnya dihentikan.
4. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno terapi diberikan. Pengobatan
yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae
bacterium dan dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya tahan
tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah
diradiasi.
1.Anemia
18
Pemeriksaan penunjang menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) untuk anemia adalah
sebagai berikut:
e. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak (pada anemia aplastik).
2.Leukimia
- Darah tepi,ada sel muda yang melibihi 5 % dari sel berinti pada darah tepi Hb,
hematokrit, jumlah eritrosit turun
-Aspirasi biopsi sumsum tulang apus sumsum tulang tampak hiperseluler dengan
limfoblas sangat banyak, > 90% sel berinti pada ALL dewasa
19
- Darah tepi,limfositosis 30.000-300.000/mm3 anemia normokromik normositer
Trombositopenia sering disertai basket cell atau smudged cell infiltrasi " small well
differentiated lymphocyte " difus, dengan limfosit merupakan 25-95% dari sumsum
tulang
- Darah tepi,leukositosis berat 20.000 - 50.000/ mm3 apusan darah tepi : spektrum
lengkap seri granulosit mulai dari mieloblast sel blast < 5% anemia normokromik
normositer
-Sumsum tulang Hiperseluler, dengan granulosit dominan sel blast < 30^%
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi termasuk,
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah merupakan medium transport
tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar
5 liter. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin ,hemotokrit dan
jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman,
2018). Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang,
ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi penambahan sel-sel
abnormal dalam darah tepi.Patofisiologi anemia meliputi simpanan zat besi yang kurang
akan menyebabkan deplesi zat massa sel darah merah dengan hemoglobin yang di
bawah normal, setelah itu pengangkutan darah ke sel-sel di berbagai bagian tubuh juga
berada di bawah kondisi normal,sedangkan leukemia meliputi sejumlah besar sel
20
pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalm sumsum tulang, limposit
disalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang
lebih besar.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
21