Anda di halaman 1dari 21

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul percobaan “Darah”


disusun oleh:
nama : Heni Pamasi
NIM : 200106500004
kelas/kelompok : Kimia Sains 20 / 3
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka laporan
ini dinyatakan diterima.

Makassar, April 2023


Koordinator Asisten Asisten

Wardani H. Abidin, S.Pd Suciani, S.Pd

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Prof. Dr. Pince Salempa, M.Si


NIP. 19371220 198602 2 001
ABSTRAK
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua mahkluk hidup yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri. Tujuan percobaan yaitu menentukan Fe dalam
hemoglobin, menentukan daya katalik darah dan menentukan komponen-
komponen darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengirimkan zat oksigen
serta bahan kimia lain yang merupakan hasil metabolisme dan juga sebagai
pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Hasil dari percobaan yang dilakukan
yaitu darah mengandung Fe2+ yang ditandai dengan larutan berwarna biru dan Fe3+
berwarna kekuningan. Darah juga mengandung enzim katalase yang mengkatalisis
(mengurai) H2O2 menjadi H2O dan O2 oleh terbentuknya gelembung-gelembung,
serta komponen-komponen dalam darah berupa ion Cl- dengan terbentuknya AgCl
berupa endapan putih, gula pereduksi terbentuknya endapan merah bata, protein
terbentuknya endapan putih, serta terdapat Fe2+ dengan larutan biru prusi.

Kata kunci: Darah, Plasma darah, hemoglobin


ABSTRACT

Blood is a fluid found in all living things that functions to deliver substances
and oxygen needed by body tissues, transport chemicals produced by metabolism,
and also act as the body's defense against viruses or bacteria. The purpose of the
experiment was to determine the Fe in hemoglobin, to determine the catalytic power
of blood and to determine blood components. Blood is a liquid found in all living
things (except plants) at a highlevel which functions to deliver oxygen and other
chemicals which are the result of metabolism and also as the body's defense against
viruses or bacteria. The results of the experiments carried out are blood containing
Fe2+ which is marked with a blue solution and Fe3+ is yellowish. Blood also contains
the catalase enzyme which catalyzes (breaks down) H2O2 into H2O and O2 by the
formation of bubbles, as well as components in the blood in the form of Cl - ions
with the formation of AgCl in the form of a white precipitate, reducing sugar forms
a brick red precipitate, protein forms a white precipitate, and there is Fe2+ with a
prussic blue solution.

Keywords: Blood, blood plasma, hemoglobin


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................8


ABSTRAK .........................................................................................................................9
ABSTRACT ..................................................................................................................... 10
BAB I ............................................................................................................................. 12
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 12
A. Latar Belakang ................................................................................................... 12
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 12
C. Tujuan ............................................................................................................... 12
D. Manfaat............................................................................................................. 13
BAB II ............................................................................................................................ 14
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 14
BAB III ........................................................................................................................... 20
METODE PRAKTIKUM .................................................................................................... 20
A. Alat dan Bahan .................................................................................................. 20
1. Alat ................................................................................................................ 20
2. Bahan ............................................................................................................ 20
B. Prosedur Kerja ................................................................................................... 20
BAB IV ........................................................................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 22
A. Hasil Pengamatan .............................................................................................. 22
B. Pembahasan ...................................................................................................... 23
BAB V ............................................................................................................................ 27
PENUTUP ...................................................................................................................... 27
A. Kesimpulan........................................................................................................ 27
B. Saran ................................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan dan manusia yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolism tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan
tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi dengan darah.
Cairan ini berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Warna merah
tersebut tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah kerena pengaruh zat kandungannya,
terutama kadar oksigen dan carbon dioksidanya, maka warnanya menjadi merah
tua.
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah)
dengan 45% sel-sel darah (darah padat). Volume darah pada manusia atau hewan
level tinggi (mamalia) adalah 8% berat badannya. Darah pada tubuh manusia
sekitar sepertigabelas beratnya atau sekitar 4 sampai 5 liter pada orang dewasa.
Darah merupakan cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang
kehidupan. Tan pa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan
kesehatan bahkan dapat mengakibatkan kematian.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah:
1. Bagaimana menentukan Fe dalam hemoglobin dan apakah terdapat Fe dalam
hemoglobin?
2. Bagaimana menentukan daya katalik darah?
3. Bagaimana menentukan komopenen-komponen yang terdapat dalam darah?

C. Tujuan
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah:
1. Menentukan Fe dalam hemoglobin
2. Menentukan daya katalik darah
3. Menentukan komopenen-komponen yang terdapat dalam darah

D. Manfaat
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah:
1. Dapat menentukan Fe dalam hemoglobin
2. Dapat menentukan daya katalik darah
3. Dapat menentukan komopenen-komponen yang terdapat dalam darah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Cairan tubuh terdistribusi kedalam dua kompartemen, yaitu cairan


intraseluler dengan proporsi 2/3 cairan tubuh dan ekstraseluler dengan proporsi 1/3.
Cairan ekstraseluler sendiri dapat dibagi menjadi dua kompartemen, yaitu cairan
plasma yang terletak pada pembuluh darah dan cairan interstisium yang mengisi
ruang antar sel. Cairan-cairan ini terdiri atas air sebagai pelarut dan molekul-
molekul kimia lainnya yang terlarut. Karena berperan sebagai pelarut, konsentrasi
air sangat tinggi dalam cairan. Sebagai contoh, 91-92% cairan plasma merupakan
air. Di antara setiap kompartemen cairan tubuh, terdapat membran seluler yang
semipermeabel. Membran ini terdiri atas dua lapisan fosfolipid dengan kepala
nonpolar yang hanya permeabel terhadap molekul-molekul nonpolar. Bagi
molekul-molekul lain yang bersifat polar, seperti air, cara melewati membran ini
adalah dengan menggunakan protein transporter yang terletak pada membran
tersebut (Sutanto, 2018:19).
Sekitar 10% dari total volume cairan tubuh manusia terdiri dari darah.
Volume darah bervariasi, tergantung pada usia, jenis kelamin, dan faktor lainnya.
Seperti pada wanita terdapat sekitar 4-4,5liter darah, sedangkan pada pria volume
darah lebih tinggi sekitar 5-6 liter. Sekitar 2/3 dari total volume umumnya terletak
di sistem vena, sepertiga lainnya ada di pembuluh arteri. Dalam tiap gramnya, darah
bisa mengangkut 3,85 atau disebut dengan panas darah yang spesifik. Bila dilihat
dari volumenya, darah terdiri atas 50% air dan 45% sel darah merah dan sisanya
plasma darah. Volume sel darah merah dalam volume darah total disebut
hematokrit. Sel-sel merah, terlihat seperti donat tanpa lubang dengan memiliki
permukaan yang besar untuk membawa gas, terutama oksigen dan karbon dioksida.
Warna merah ini disebabkan adanya hemoglobin yang mereka bawa. Sedangkan
pada sel darah putih, beberapa sel putih (limfosit, monosit) berasal dari jaringan
sistem getah bening. Sumsum tulang menghasilkan sel darah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit, granulosit), dan trombosit (trombosit) (Sumbono, 2019:26-27)
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah ogan khusus yang berbeda
dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah merupakan medium transpor
tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah
sekitar 5 Liter. Keadaan jumlah darah pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung
pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri
atas 2 komponen utama yaitu (a) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian
besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah. (b) Butir butir darah yang terdiri
atas komponen-komponen yaitu eritrosit adalah sel darah merah, leukosit
adalah sel darah putih dan trombosit yang merupakan butir butir pembekuan
darah (Handayani, 2008 :1).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur
padat yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu
perduabelas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan,
sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Nilai ini dinyatakan dalam
nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40
sampai 47 (Pearce, 1999: 133)
Menurut Salnus (2020), Darah adalah suatu jaringan tubuh yang berada
pada kondisi konsistensi cair menyerupai sirup dengan berat jenis 1,055 dan
memiliki kekentalan dua setengah kali dari air. Darah beredar dalam tubuh melalui
suatu sistem tertutup (pembuluh darah). Fungsi darah yaitu sebagai alat transpor
serta hemostasis. Sel darah putih (leukosit) adalah sel yang terdapat dalam darah,
yang memiliki fungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing. Biasanya
leukosit tidak hanya satu jenis, tapi ada 5 jenis leukosit yang terdapat dalam darah
normal. Pada pemeriksaan sel darah secara mikroskopik dapat diamati jenis sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) serta keping darah (trombosit).
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan
sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit.
Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-
kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan 45% sisanya terdiri
dari sel darah (Fauzi, 2019:15).
Komponen darah merupakan alat pembawa pada sistem kardiovaskular.
Secara normal volume darah berada dalam sirkulasi pada seorang laki laki dengan
berat badan 70 kg berkisar 8% dari berat badan atau sekitar 5600 mL. Dari jumlah
tersebut sekitar 55% merupakan plasma. Volume komponen darah harus memiliki
jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar sistem kardiovaskular dapat
berfungsi sebagaimana fungsinya. Komponen ketiga sistem transpor
kardiovaskular adalah pembuluh darah yang terdiri atas arteri, arteriol, kapiler,
venula, dan vena. Masing masing memiliki struktur yang berbeda sesuai dengan
ukuran dan otot yang melapisi dinding pembuluh darah tersebut. Arteri dan arteri
besar memfasilitasi keluaran darah yang berasal dari jantung. Tekanan dan
elastisitas dinding pembuluh darah berfluktasi sesuai dengan tekanan aliran menuju
ker jaringan (Muttaqin, 2006: 2-3).
Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada
kedua sisinya sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua buah bulan sabit
yang saling bertolak belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat
5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satu persatu warnanya kuning tua pucat, tetapi
dalam jumlah besar kelihatan merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya
terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin. Sel darah merah
memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Merka juga
memerlukan zat besi, sehingga untuk membentuk penggantinya diperlukan diet
seimbang yang berisi zat besi. Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena
beberapa diantaranya dibuang sewaktu menstruasi. Sel darah merah dibentuk di
dalam sumsum tulang, terutama tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari
jaringan kanselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga
dan dari sternum (Pearce, 1999: 133-134).
Sel sel darah putih terutama terlibat dalam penjagaan terhadap organisme-
organisme yang menyerang tubuh dan seringkali menyebabkan penyakit. Sel sel
darah putih dibagi-bagi dalam sebuah sistem nomenklatur menjadi dua subgrup
besar. Granulosit yang mengandung sitoplasma bergranula, dan agranulosit yang
sitoplasmanya polos. Yang tergolong granulosit adalah (a) Neutrofil yang
sitoplasmanya dapat diwarnai dengan pewarna netral dan nukleusnya umumnya
berbeda (b) eosinofil, leukosit yang dapat diwarnai dengan pewarna asam dan
seringkali dikaitkan dengan respons alergi (c) barofil, leukosit yang dapat diwarnai
dengan pewarna basa dan memiliki gumpalan gumpalan sitoplasmatik teratur
(Fried, 2003: 214).
Trombosit berperan penting dalam pembekuan darah. Trombosit dalam
keadaan normal bersirkulasi keseluruh tubuh melalui airan darah. Namun, dalam
beberapa detik setelah kerusakan suatu pembuluh, trombosit tertarik ke daerah
tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpajan di lapisan subendotel
pembuluh. Trombosit melekat ke permukaan yang rusak dan mengeluarkan
beberapa zat (serotonin dan histamin) yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
pembuluh. Fungsi lain dari trombosit yaitu untuk mengubah bentuk dan kualitas
setelah berikatan dengan pembuluh yang cedera. Trombosit akan menjadi lengket
dan menggumpal bersama membentuk sumbat trombosit yang secara efektif
menambal daerah yang luka (Handayani, 2008: 12).
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi ia memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin
di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari
paru-paru ke jaringan-jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira-
kira 15 gram setiap 100 mL darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen”.
Dalam berbagai bentuk anemi jumlah hemoglobin dalam darah berkurang. Dalam
beberapa bentuk anemi parah, kadar itu bisa dibawah 30 persen atau 5 gram setiap
100 mL. Karena hemoglobin mengandung besi yang diperlukan untuk bergabung
dengan oksigen, maka dapat dimengerti bahwa pasien semacam itu memperlihatkan
gejala kekurangan oksigen seperti napas pendek. Ini sering merupakan salah satu
gejala pertama anemi kekurangan zat besi (Pearce, 1999: 134-135).
Hemoglobin adalah protein utama pengangkut oksigen dalam sel darah
merah. Hemoglobin merupakan sebuah protein terkonjugasi, yang gugus
prostetiknya (heme) mirip dengan berbagai gugus yang apoenzim globularnya telah
mengalami banyak fluktuasi selama berlangsungnya evolusi. Hemoglobin tersusun
atas dua rantai alfa dan dua rantai beta. Masing masing rantai tersebut berikatan
dengan satu molekul heme yang dapat bergabung dengan molekul oksigen. Ada
berbagai tipe hemoglobin pada mamalia. Pada beberapa kasus, terdapat rantai rantai
spesifik yang berbeda pada fetus dan pada mamalia dewasa. Lebih banyak mutasi
yang telah diidentifikasi pada rantai beta hemoglobin daripada pada rantai alfa
(Fried, 2003: 214).
Sistem sirkulasi atau disebut juga sistem transportasi adalah proses
penyebaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat
yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. Pada peredaran darah manusia
terdapat dua jenis sistem transportasi sebagai penyalur antara sel tubuh dan jaringan
yaitu, sirkulasi darah dan sirkulasi limfatik. Kedua sistem ini memiliki fungsi
memindahkan gizi dari saluran pencernaan ke sel-sel tubuh untuk proses
katabolisme, sintesis, dan deposit. Darah sebagai saluran transportasi salah satunya
membawa karbon dioksida ke paru-paru untuk dikeluarkan, asam laktat ke hati dan
ginjal, air dan sebagainya. Aliran darah juga merupakan bagian dari sistem kontrol
tubuh dengan membawa hormone dari kalenjar endokrin ke sel reseptor (Sumbono,
2019:26)
Anemia adalah kondisi patologis yang ditandai dengan penurunan jumlah
sel darah merah yang bersirkulasi dan ditentukan oleh konsentrasi hemoglobin (Hb)
dalam darah lengkap di bawah 12 g/dL pada wanita dan 13 g/dL pada pria. Ada
bukti klinis bahwa anemia juga terkait dengan serangkaian komplikasi parah pada
penyakit kardiovaskular (CVD) seperti kejadian tromboemboli
(misalnya,trombosis vena dan stroke). Namun, intervensi terapeutik bertujuan
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah yang bersirkulasi (misalnya,dengan
transfusi darah atau dengan pemberian erythropoiesis-stimulating agents untuk
merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang), tidak selalu efektif
dalam kohort yang diuji. Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa perawatan
ini memiliki efek samping dan karena itu dapat berkontribusi pada hasil negatif,
misalnya, pengobatan dengan ESA dikaitkan dengan peningkatan kejadian
tromboemboli (Kuhn, 2017:4).
Salah satu mekanisme di mana tekanan oksigen dan sel darah merah
memengaruhi fungsi vaskular adalah kekuatan kontraktil sel otot polos. Chang dan
Detar melaporkan bahwa penurunan tekanan oksigen menyebabkan penurunan
tegangan kontraktil heliks strip dipotong dari aorta, arteri femoralis dan arteri kecil
dari otot rangka. Selain itu Taggart melihat penurunan kekuatan otot polos pada
hipoksia yang menunjukkan respon otot polos terhadap oksigen mungkin tidak
tergantung pada faktor dari endotelium. Mekanika potensial respon otot polos
terhadap tekanan oksigen adalah peningkatan ATP-sensitif K penghabisan atau
penurunan Ca sensitif tegangan 2 masuknya (Helms, 2018:2).
Menurut Rousdy (2018) dalam penelitiannya, Proliferasi sel darah merah
atau eritrosit ditunjukkan dengan besarnya nilai hematokrit pada mencit perlakuan
asam humat 62,5 mg/kg. Pemberian asam humat dosis tertinggi 250 mg/kg
menyebabkan penurunan hematokrit. Penurunan hematokrit pada konsentrasi asam
humat 250 mg/kg diduga disebabkan efek khelator asam humat yang dapat
mengikat logam Fe. Logam Fe diperlukan dalam pembentukan hemoglobin dan sel
darah merah.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Percobaan ini digunakan beberapa alat diantaranya tabung reaksi, batang
pengaduk, cawan penguap, corong biasa, gelas kimia ukuran 1000 ml, 100ml, 250,
gelas ukur 10 ml, 50 ml, Erlenmeyer 100ml, botol semprot, pembakar spiritus, kaki
tiga, kasa abses, pisau, rak tabung reaksi, tabung reaksi, korek api, dan magnetic
stirrer.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu darah, asam klorida (HCl),
asam nitrat encer (HNO3), kalium heksasianoferrat (II) (K4Fe(CN)6), asam asetaat
(CH3COOH), kalaium tiosianat (KSCN), hidrogen peroksida (H2O2), perak nitrat
(AgNO3), aquades (H2O), pereaksi benedict, pereaksi millon, perak nitrat (AgNO3)
dan tissue

B. Prosedur Kerja
Percobaan ini dilakukan tiga pengujian yaitu pengujian pertama menentukan
Fe dalam hemoglobin, kedua tes daya katalik darah, dan ketiga tes terhadap
komponen-komponen darah. Langkah pertama yang dilakukan untuk pengujian
penentuan Fe dalam darah yaitu 10 tetes darah dimasukkan kedalam cawan
porselin, lalu di panaskan hingga membara, kemudian didinginkan. Sementara
menunggu dingin, dipanaskan asam nitrat encer (HNO3), lalu di masukkan kedalam
darah sebanyak 3 tetes, dan asam klorida 0,1N (HCl) sebanyak 3 tetes. Selanjutnya
disaring dan filtratnya dibagi dua, pada tabung pertama ditambahkan kalium
heksasianoferrat (II) 0,2M (K4Fe(CN)6) sebanyak 10 tetes dan tabung kedua
ditambahkan 10 tetes kalaium tiosianat 0,2M (KSCN) lalu diamati perubahan yang
terjadi.
Percobaan kedua yaitu menentukan daya katalik darah, langkah pertama yang
dilakukan yaitu diukur 2 ml hidrogen peroksida (H2O2) 3% kemudia
dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes darah, lalu diamati
perubahan yang terjadi. Percobaan ketiga yaitu pengujian terhadap komponen
komponen darah, langkah pertama yang dilakukan pada pengujian ini yaitu
mengukur 25 ml volume aquades (H2O) dicampur dengan 5 ml darah, lalu
campuran di panaskan hingga terjadi koagulasi dan ditambahkan 3 tetes asam
asetaat 2M (CH3COOH). Selanjutnya larutan di saring dan filtratnya dibagi
menjadi tiga,pada tabung reaksi pertama ditambahkan 3 tetes pereaksi benedict,
tabung reaksi kedua ditambhakan pereaksi million dan tabung reaksi ketiga
ditambahkan 3 tetes larutan perak nitrat (AgNO3), residu dipijarkan dan
ditambahkan 10 tetes asam klorida 1M (HCl), dan ditambahkan 1ml kalium
heksasianoferrat (II) 1M (K4Fe(CN)6), diamati dan catat perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Fe dalam Hemoglobin
No Aktivitas Hasil Pengamatan

1. 10 tetes darah dipanaskan + HCl 0,1 Campuran berwarna merah


M + HNO3 0,1M, masing-masing 16 pekat
tetes
2. Campuran disaring Larutan berwarna merah

3. Pisahkan kedalam 2 tabung reaksi:


Tabung I + K4Fe(CN)6 2 M 10 tetes Larutan berwarna coklat
Tabung II + KSCN 10 tetes Larutan berwarna merah
kecoklatan

2. Uji Daya Katalitik Darah


No Aktvitas Hasil pengamatan

1 2 mL H2O2 3% + 2 tetes darah Larutan berwarna merah dan


terdapat gelembung.

3. Uji Komponen-Komponen dalam Darah


No Aktivitas Hasil Pengamatan

1. 25 mL H2O + 5 mL darah Larutan berwarna merah

2. Campuran diapanaskan + 3 tetes Larutan berwarna coklat dan


CH3COOH 2 M terdapat gumpala

3. Laruitan disaring Larutan tak berwarna

4. Filtrat dipisah ada 3 tabung reaksi


a. Tabung I + benedict Larutan berwarna biru dan
endapan putih
b. Tabung III + pereaksi millon Larutan takberwarna dan ada
endapan putih

c. Tabung II + AgNO3 Larutan berwarna putih susu


da nada endapan
5. Residu (endapan) dipijarkan Endapan berwarna coklat

6. Ditambahkan HCl 1M 10tetes Larutan berwarna coklat dan


terdapat gumpalan

7. Endapan ditambahkan 1 mL Larutan berwarna hijau


K4Fe(CN)6 kecoklatan

B. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan Fe dalam hemoglobin,
menentukan daya katalitik darah, dan menentukan komponen-komponen darah.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah
cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat yaitu sel
darah (Pearce, 1999: 133). Darah yang digunakan harus diaduk terus menerus untuk
mencegah terjadinya penggumpalan darah. Menurut Poedjiadi (1994: 217)
penggumpalan darah terjadi karena pengubahan fibrinogen (protein yang larut
dalam plasma) menjadi fibrin berupa jaring-jaring akibat trombin yang terdapat
dalam darah sebagai protombin.
1. Penentuan Fe dalam Hemoglobin
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan Fe dalam
hemoglobin. Langkah awal yang dilakukan adalah memanaskan darah dalam
cawan porselin hingga membentuk gumpalan hitam. Pemanasan ini berfungsi
untuk mendapatkan Fe dan menguapkan zat-zat lain dalam darah yang dapat
mengganggu. Fe dapat tertinggal dalam cawan dan tidak menguap karena
memiliki titik didih yang tinggi sedangkan zat-zat lain akan menguap karena
titik didihnya lebih rendah. Lalu didinginkan. Selanjutnya ditambahkan larutan
HCl 0,1 M sedikit demi sedikit untuk melarutkan logam besi. Reaksi yang
terjadi adalah:
Fe + 2 HCl → Fe2+ + 2 Cl- + H2
(besi) (asam Klorida)

Perlakuan ini membentuk endapan hitam. Kemudian ditambahkan HNO3


encer yang telah dipanaskan, hal ini dikarenakan HNO3 akan cepat bereaksi
dalam keadaan panas. Penambahan HNO3 ini berfungsi untuk mengoksidasi
Fe2+ menjadi Fe3+. Reaksinya adalah:
Fe2+ + 8 H+ + 2 NO3- → Fe3+ + 2 NO + 4 H2O
Campuran kemudian disaring untuk memisahkan endapan hitam dari campuran
sehingga diperoleh filtrat berwarna kuning. Filtrat ini dibagi ke dalam 2 tabung
reaksi. Pada tabung reaksi pertama ditambahkan K4Fe(CN)6 0,2 M yang
berfungsi untuk mengetahui kadungan Fe2+ dalam darah. Hasil pengamatan
menunjukkan pada tabung reaksi pertama larutan berwarna biru prusi. Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Fe2+ jika bereaksi dengan kalium
heksasianoferat(II) akan membentuk endapan biru tua (Svehla, 1985: 262).
Reaksinya adalah:
4 Fe3+ + [Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
Biru tua

Tabung reaksi kedua ditambahkan KSCN 0,2 M yang berfungsi untuk


membentuk senyawa kompleks dengan Fe3+ yang ada dalam darah tersebut.
Hasil pengamatan menunjukkan larutan bening. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa jika Fe3+ bereaksi dengan kalium tiosianat akan
menghasilkan warna merah tua (Svehla, 1985: 263). Ketidaksesuaian ini
dikarenakan kurangnya kandungan Fe3+ pada darah sehingga tidak
menunjukkan hasil positif. Selain itu disebabkan karena adanya zat-zat yang
mengganggu. Reaksi yang seharusnya terjadi adalah:
Fe3+ + SCN- → Fe(SCN)3
Merah tua

2. Tes Daya Katalitik Darah


Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya enzim katalase dalam
darah yang mempercepat proses penguraian zat yang mengandung H2. Langkah
awal yang dilakukan adalah memasukkan larutan H2O2 3% ke dalam tabung
reaksi lalu ditambahkan beberapa tetes darah. Hasil pengamatan menunjukkan
larutan berwarna merah dan terbentuk gelembung. Adanya gelembung ini
membuktikan bahwa dalam darah mengandung sejumlah enzim katalase.
Enzim katalase mempercepat proses penguraian H2O2. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa terdapat enzim katalase dalam darah (Sumardjo,
2006: 176). Reaksinya menurut Lehninger (1982: 215) adalah:
Hb + O2 HbO2
HHb+ + O2 HbO2 + H+
3. Tes Terhadap Komponen – komponen Darah
Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen–komponen
yang terdapat dalam darah yaitu Cl- (klorida), asam amino (tirosin), dan
glukosa. Langkah awal yang dilakukan adalah mengencerkan darah dengan
melarutkannya dalam aquades. Kemudian dipanaskan untuk mempercepat
proses koagulasi musin. Koagulasi musin terbentuk karena. Selanjutnya
ditambahkan beberapa tetes asam asetat untuk meningkatkan tegangan
permukaan larutan darah lalu disaring untuk memisahkan larutan dan
endapannya. Filtrat berwarna coklat bening kemudian dipanaskan hingga
seperduanya. Lalu dilakukan pengujian ke dalam 3 tabung reaksi berbeda.
Tabung reaksi pertama ditambahkan pereaksi Millon untuk menguji
kandungan protein dalam darah. Pereaksi Millon hanya dapat mengidentifikasi
protein yang mengandung residu tirosin, karena tirosin mengandung radikal
hidroksifenil. Hasil pengamatan menunjukkan larutan keruh dan terdapat
endapan putih. Hal ini sesuai dengan teori menurut Sumardjo (2006: 187) yang
menyatakan bahwa akan terbentuk gumpalan putih sesuai dengan persamaan
reaksi yang terjadi adalah:
A.
B.
C.
D.
Endapan putih
Tabung reaksi kedua ditambahkan larutan AgNO3 untuk menguji adanya
kandungan klorida (Cl-) dalam darah. Hasil pengamatan menunjukkan
terbentuknya larutan keruh dan ada endapan putih. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa jika Cl- direaksikan dengan AgNO3 akan membentuk
endapan seperti dadih dan putih (Svehla, 1985: 346). Reaksinya adalah:
Cl- + AgNO3 → AgCl(s)↓ + NO3-
Endapan putih

Tabung reaksi ketiga ditambahkan pereaksi Benedict untuk menguji


kandungan gula yang terkandung dalam darah. Hasil pengamatan
menunjukkan terbentuknya larutan berwarna hijau. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa gula pereduksi jika direksikan dengan pereaksi
Benedict akan menghasilkan warna mulai dari biru, hijau, kuning, kemerah-
merahan hingga terbentuk endapan merah bata (Sumardjo, 2006: 237).
Perubahan yang terjadi tidak sampai pada terbentuknya endapan merah bata
disebabkan tidak dilakukan pemanasan sehingga reaksi berjalan lambat.
Reaksinya adalah:

Perlakuan selanjutnya adalah memijarkan residu hingga kering lalu


ditambahkan larutan HCl setets demi setetes untuk melarutkan besi (Fe).
Reaksi yang terjadi adalah:
Fe + 2 HCl → Fe2+ + 2 Cl- + H2
Kemudian ditambahkan larutan K4Fe(CN) yang berfungsi untuk
mengetahui kandungan Fe2+ dalam darah tersebut. Hasil pengamatan
menunjukkan larutan berwarna hijau. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa
larutan akan menjadi warna biru tua (Svehla, 1985: 262). Reaksinya adalah:
Fe2+ + [Fe(CN)6]4- → Fe3+ + [Fe(CN)6]4-
4 Fe3+ + [Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adaah:
1. Darah memiliki kandungan Fe2+ dan Fe3+ yang ditandai dengan terbentuknya
larutan berwarna biru prusi pada penambahan K4Fe(CN)6 dan larutan tak
berwarna pada penambahan KSCN.
2. Darah mengandung enzim katalase yang dapat mempercepat proses penguraian
hidrogen yang ditandai dengan adanya gelembung.
3. Komponen – komponen yang terkandung dalam darah adalah protein (tirosin),
klorida (Cl-) dan glukosa yang ditandai dengan terbentuknya larutan keruh dan
endapan putih pada pengujian Millon dan AgNO3 serta larutan berwarna biru
pada pengujian Benedict.

B. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjtnya agar mengerjakan percobaan
dengan baik sesuai prosedur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Muhammad dan Bahagia, Senator Nur. 2019. Pengambilan Keputusan


Komponen Darah Dalam Pengendalian Persediaan Dengan Menggunakan
Metode AHP di PMI Kota Bandung. Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi
Terapan. 5(2)

Fried, George dan George J. Hademenos. 2003. Biologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.

Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Helms, Christine., Gladwin, Mark and Daniel Kim-Shapiro. 2018. Erythrocytes and
Vascular Function: Oxygen and Nitric Oxide. Journal Frontiern In
Physiology. 9(1).

Khun, Viktoria., Diederich, Lukas., Keller, Stevenson., Christian Kramer., Wiebke


Lockstadt.,Christina Panknin., Tatsiana Svorava., Brant Iskson., and
Cortese krott. 2017. Red Blood Cell And Dysfunction Redox Regulation,
Nitric Oxide Metabolisme, Anemia. Journal Antioxidants And Redox
Signaling. 00(00)

Muttaqin, Arif. 2006. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Pearce, Evelyn C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama

Rousdy, Diah Wulandari dan Wardono, Elvi R.P. 2018. Histologi Limpa dan
Hematologi Mencit yang Diinfeksi Setelah Pemberian Asam Humat
Gambut Kalimantan. Jurnal Bioteknologi dan Biosains Indonesia. 5(2).

Salnus, Subakir dan Arwie, Dzikra. Ekstrak Antosianin Dari Ubi Ungu Sebagai
Pewarna Alami Pada Sediaan Apusan Darah Tebi. Jurnal Media Analisis
Kesehatan. 11(2).

Sumbono, Aung. 2019. Biomolekul. Yogjakarta: CV Budi Utama

Sutanto, Reynardi dan Rania, Ghina. 2018. Interaksi Biokimia Pada Regulasi
Cairan Tubuh. Jurnal Mahasiswa. 12(1).

Anda mungkin juga menyukai