Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SISTEM PEREDARAN DARAH


PADA MANUSIA DAN HEWAN

Disusun oleh:
Nama : Andhika Arya Radityatama
Kelas : XI IPA 2
No. Absen : 05
Mapel : Biologi

SMA MUHAMMADIYAH 25 PAMULANG


2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Bismillahir rahmanir rahim
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Sistem Peredaran Darah Pada Manusia
dan Hewan" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Biologi. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang system peredaran darah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Chusnul selaku guru Mata Pelajaran
Biologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wa salamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tangerang Selatan, 4 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................................1
Daftar isi.................................................................................................................................2
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang......................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah................................................................................................3
1.3 Tujuan penelitian.................................................................................................4
1.4 Manfaat penelitian...............................................................................................4
BAB 2 Pembahasan Teori
2.1 Komponen Darah dan Fungsinya.........................................................................5
2.2 Mekanisme Pembekuan Darah............................................................................8
2.3 Golongan Darah...................................................................................................9
2.4 Organ yang Berperan dalam Sistem Peredaran Darah.........................................11
2.5 Sirkulasi Darah di Dalam Tubuh.........................................................................15
2.6 Penyakit pada Sistem Peredaran Darah...............................................................16
2.7 Sistem Peredaran Darah pada Hewan..................................................................19
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................21
Daftar pustaka........................................................................................................................22

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan salah satu jenis jaringan ikat yang memiliki suspensi berwarna
merah dan mengalir di pembuluh darah. Warna merah pada darah disebabkan karena
kandungan suatu protein yang dinamakan hemoglobin (Hb).

Secara umum, volume darah yang terkandung di dalam tubuh manusia berbeda-beda.
Ini tergantung pada kondisi fisik tubuh, serta perubahan konsentrasi air dan zat-zat terlarut di
dalamnya. Misalnya, pada saat seseorang mengalami dehidrasi karena telah melakukan
olahraga maka volume darah di dalam tubuh berkurang. Sedangkan volume darah pada ibu
hamil cenderung bertambah. Namun, pada umumnya volume darah pada manusia dewasa
berkisar 5-6 liter atau 7%-8% dari total berat tubuh, sedangkan pada bayi dan anak-anak
jumlah volume darahnya lebih sedikit.

Di dalam tubuh manusia, darah memiliki peranan yang sangat penting sebagai berikut.

1. Megedarkan hormone, nutrisi, vitamin, dan mineral ke seluruh bagian tubuh.


2. Mengangkut zat sisa dan racun dari sel-sel tubuh ke hati dan ginjal untuk dinetralkan atau
dibuang.
3. Mengatur stabilitas tekanan osmotik.
4. Menstabilkan suhu tubuh.
5. Melindungi tubuh dari infeksi penyakit.
6. Mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa karbon dioksida
dari seluruh tubuh ke paru-paru.
7. Membekukan darah yang dilakukan oleh plasma darah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian, masalah yang akan diidentifikasi dalam
penyusunan tugas akhir in adalah sebagai berikut.

1. Apa yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat setelah berolahraga?


2. Apa saja fungsi peredaran darah di dalam tubuh selain mengedarkan zat-zat makanan dan
oksigen?
3. Apa yang membuat seorang atlet memiliki denyut nadi yang lebih sedikit dari pada orang
biasa lainnya?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat setelah
berolahraga
2. Untuk mengetahui fungsi peredaran darah di dalam tubuh selain mengedarkan zat-zat
makanan dan oksigen
3. Untuk mengetahui bentuk kerjasama antara darah, pembuluh darah, dan jantung untuk
mengedarkan makanan dan oksigen di dalam tubuh

1.4 Manfaat

1. Memberikan pemahaman terhadap apa yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat
setelah berolahraga
2. Memberikan pemahaman terhadap fungsi peredaran darah di dalam tubuh selain
mengedarkan zat-zat makanan dan oksigen
3. Memberikan pemahaman tehadap bentuk kerjasama antara darah, pembuluh darah, dan
jantung untuk mengedarkan makanan dan oksigen di dalam tubuh

BAB 2
PEMBAHASAN TEORI
2.1 Komponen Darah dan Fungsinya
Sekitar 55% dari darah disusun oleh cairan yang disebut plasma. Sisanya dibentuk oleh
tiga tipe sel darah, yaitu sel darah merah (Eritrosit), sel darah putih (Leukosit), dan keping
darah (Trombosit).

a. Plasma
Plasma adalah cairan kuning bening yang ikut membentuk cairan darah. Plasma
merupakan bagian yang paling banyak dari cairan darah. Normalnya persentase
plasma pada orang dewasa adalah 50%-60% dari total volume darah. Jika cairan
darah disentrifugasi, plasma darah dan serum darah akan terpisah dan terbentuk dua
lapisan. Lapisan plasma yang berwarna kuning jernih dan lapisan di bagian bawahnya
merupakan sel-sel darah yang berwarna merah gelap.

Sekitar 90% plasma darah disusun oleh air yang berfungsi sebagai pelarut.
Sisanya terdiri atas zat zat terlarut, seperti garam, mineral (besi, tembaga, kalsium,
dan magnesium), nutrisi (lemak, asam amino, glukosa, dan protein), gas terlarut
(oksigen dan karbondioksida) vitamin, hormon, enzim, dan zat buang (urea dan asam
urat).

Konsentrasi garam pada plasma diatur oleh ginjal. Jika terjadi perubahan sedikit
saja pada konsentrasi garam di dalam darah maka dapat menyebabkan fungsi tubuh
terganggu.

Plasma membawa sejumlah besar protein penting, seperti albumin, globulin


gama, dan fibrinogen. Warna kuning pada plasma berasal dari protein yang larut di
dalamnya. Albumin merupakan protein utama di dalam plasma. Albumin berfungsi
untuk membantu mengatur kandungan air pada darah dan jaringan. Protein plasma
bernama globulin gamma merupakan antibodi yang melindungi tubuh dengan
melawan serangan organisme penginfeksi. Fibrinogen merupakan faktor pembekuan
darah bagian plasma atau yang bertanggung jawab untuk pembekuan darah.

Plasma yang faktor pembekunya telah dihilangkan disebut serum. baik serum
maupun plasma darah mudah disimpan dan memiliki banyak kegunaan medis. Jika
didinginkan atau dikeringkan, plasma dapat disimpan tahunan lamanya. Dalam
kondisi darurat, plasma lebih berguna dibandingkan darah. Ini disebabkan karena
plasma dapat diberikan ke siapa saja tanpa tergantung pada golongan darah seseorang.

Ketika darah mengalir melalui pembuluh darah terkecil (yang disebut pembuluh
kapiler) plasma akan berubah menjadi limfa. Limfa mirip dengan plasma, tetapi tidak
mengandung protein karena ukuran protein terlalu besar untuk melewati pembuluh
kapiler. Limfa bertugas mengirimkan nutrisi yang dibawa oleh plasma. Limfa juga
berfungsi membersihkan sel-sel tubuh dengan mengambil zat sisa dari sel.
Selanjutnya, limfa bergabung lagi dengan plasma dan masuk kedalam sistem sirkulasi
darah sehingga sampah sel dapat dibawa ke organ yang akan mengeluarkannya dari
tubuh.
b. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Tugas untuk mengangkut oksigen ke sel-sel tubuh dilakukan oleh eritrosit atau
sel darah merah. Sel darah merah memiliki bentuk lempeng bikonkaf, bagian
lingkaran luar sel lebih tebal dibanding bagian tengah. Sel eritrosit berdiameter sekitar
7 mikrometer. Membran bagian luar dari sel darah merah bersifat lentur dan dapat
melengkung ke segala arah. struktur yang demikian sangat penting bagi sel darah
merah karena sel harus melewati pembuluh darah paling kecil, yaitu pembuluh kapiler
agar dapat menghantarkan oksigen ke seluruh tubuh.

Sel darah merah yang paling utama dibentuk oleh senyawa protein dan besi
yang disebut hemoglobin. Hemoglobin tersebut berfungsi menangkap molekul
oksigen ketika darah melewati paru-paru. Oksigen langsung berikatan dengan besi
pada hemoglobin dan membentuk oksihemoglobin. Interaksi antara besi dan oksigen
inilah yang menyebabkan darah berwarna merah. Ketika darah melewati jaringan
tubuh, oksigen yang ditangkap hemoglobin akan dilepaskan ke setiap sel. Darah yang
banyak mengandung oksihemoglobin berwarna merah terang. Sementara itu, darah
yang tidak mengandung oksigen warnanya lebih gelap dan jika dilihat melalui dinding
pembuluh darah tampak berwarna biru.

Selain membawa oksigen, hemoglobin juga dapat membawa karbondioksida


yang merupakan zat sisa dari metabolisme. Umumnya, karbon dioksida larut dengan
air didalam darah dan membentuk asam bikarbonat. Karbondioksida juga dapat
berikatan dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin. Beberapa senyawa,
seperti gas karbon monoksida dapat berikatan begitu kuat dengan hemoglobin
sehingga hemoglobin tidak dapat mengikat oksigen lagi. Hal tersebut dapat
menyebabkan kematian.

Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Begitu sel darah merah
matang, bagian inti sel akan hilang. Tidak adanya inti sel menyebabkan sel darah
merah tidak dapat hidup lama, yaitu sekitar 120 hari. Sel darah merah yang sudah tua
akan dihancurkan di limfa atau di hati. Hemoglobin kemudian dipecahkan menjadi
unsur-unsur pokoknya, termasuk zat besi. Zat besi tersebut selanjutnya diangkut darah
menuju sumsum tulang (jaringan lunak yang mengisi ruang pada tulang) untuk
dipakai membuat hemoglobin dan disusun menjadi sel darah yang baru. Sel darah
merah dibentuk di dalam sumsum tulang dada, tulang lengan atas, tulang kaki atas,
dan tulang pinggul.

Jumlah sel darah merah di dalam tubuh harus dijaga agar tetap stabil. Melalui
mekanisme tertentu, jumlah sel darah merah yang terus dijaga dapat mencapai sekitar
5,4 juta per mm³ pada pria dewasa dan 4,8 juta per mm³ pada wanita dewasa sehat.

c. Sel Darah Putih (Leukosit)


Persentase sel darah putih atau leukosit di dalam tubuh hanya berkisar 1% dari
total volume darah. Tugas sel darah putih yang paling utama adalah menjaga tubuh
dari berbagai penyakit akibat serangan bakteri, virus, jamur, dan jenis penginfeksi
lainnya. Dalam melakukan tugasnya, sel darah putih memiliki kemampuan diapedesis,
yaitu kemampuan untuk menembus dinding pembuluh darah kapiler. Dengan
kemampuannya tersebut, kuman penyakit atau benda asing yang berada di luar
pembuluh darah juga dapat dilumpuhkan.

Sel darah putih memiliki perbedaan dengan sel darah merah dalam beberapa
hal. Jika ditinjau dari jumlahnya, sel darah putih memiliki jumlah yang lebih sedikit
dari jumlah sel darah merah. Ditinjau dari segi ukuran, sel darah putih berukuran lebih
besar dibandingkan dengan sel darah merah. Selain itu, ditinjau dari intinya sel darah
putih memiliki inti, sedangkan sel darah merah tidak memiliki inti.

Sel darah putih dibuat di dalam sumsum tulang. Jumlah sel darah putih didalam
tubuh berkisar 5.000-10.000 sel per mikroliter darah. Jumlah sel darah putih dapat
meningkat dan menurun, tergantung pada aktivitas dan tingkat kesehatan manusia.

Umumnya, sel darah putih memiliki jangka waktu hidup yang singkat. Mereka
hanya dapat hidup sekitar 18 sampai 36 jam jam setelah dilepaskan dari sumsum
tulang. Namun, beberapa sel darah putih dapat menyimpan kemampuan organisme
menginfeksi yang pernah menyerang tubuh.

Berdasarkan karakteristik sitoplasmanya, sel darah putih dapat dibagi menjadi


dua jenis, yaitu granulosit dan agranulosit.

1. Granulosit
Granulosit adalah kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya bergranula
atau mengandung butiran-butiran. Granulosit terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan
basofil. Neutrofil adalah sel darah putih yang granulanya menyerap zat warna
yang ph-nya netral. Eosinofil adalah sel darah putih yang bergranula hanya
menyerap zat warna bersifat asam. Basofil adalah sel darah putih yang granulanya
menyerap zat warna yang bersifat basa. Neutrofil dan eosinofil berfungsi untuk
menghancurkan organisme penginfeksi dengan cara fagositosis. Sementara basofil
berfungsi untuk menghambat proses pembekuan darah, berpartisipasi dalam reaksi
alergi sebagai respon terhadap kerusakan jaringan dan serangan organisme
penginfeksi, serta untuk menambah permeabilitas pembuluh kapiler.

2. Agranulosit
Agranulosit adalah kelompok sel darah putih yang sitoplasmanya tidak
bergranula. Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit. Sel limfosit memiliki
dua tipe, yaitu sel B atau limfosit B dan sel T atau limfosit T. Seperti tipe sel
darah putih lainnya, semua tipe limfosit juga dibuat di sumsum tulang. Akan
tetapi, sel B dan sel T matang di tempat yang berlainan. Sel B matang di sumsum
tulang, sedangkan sel T matang di timus, yaitu organ kelenjar kecil di belakang
tulang dada. Sel T berfungsi untuk mengenali jenis kuman penyebab penyakit,
sedangkan sel B berfungsi menghancurkan kuman tersebut.

Tipe sel darah putih agranulosit yang berikutnya adalah monosit. Monosit
merupakan tipe sel darah putih yang menyerang substansi asing dan membantu
sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi racun berbahaya yang berasal dari
bakteri, virus, dan substansi asing lainnya.

d. Keping Darah (Trombosit)


Sel paling kecil di dalam darah adalah keping darah atau trombosit. Keping
darah berasal dari sel raksasa (megakariosit) di sumsum tulang yang terbagi menjadi
kepingan-kepingan. Setiap harinya diproduksi sekitar 2 juta keping darah oleh
sumsum tulang. Jumlah keping darah di darah manusia adalah sekitar 250.000-
300.000 keping darah dalam setiap mm darah. Keping darah memiliki masa hidup
antara 7 sampai 10 hari. Ketika mencapai masa akhir dari umurnya, keping darah
dihancurkan oleh limfa atau hati.

Keping darah berfungsi untuk memulai proses koagulasi atau pembekuan darah
jika pembuluh darah terputus. Keping darah juga menyampaikan pesan ke darah
untuk melakukan berbagai fungsi, yaitu mengerutkan pembuluh darah untuk
mengurangi pendarahan, menarik lebih banyak keping darah ke area terluka untuk
memperbesar penyumbatan, dan memulai pekerjaan protein plasma atau fibrinogen
yang merupakan faktor pembeku.

2.2 Mekanisme Pembekuan Darah


Proses pembekuan darah berlangsung melalui mekanisme yang cukup kompleks,
namun hanya terjadi dalam hitungan detik. Pendarahan dihentikan dengan pengerutan
pembuluh darah, pembentukan sumbatan keping darah, dilanjutkan dengan membekunya
darah. Keseluruhan proses ini disebut hemostasis.

Ketika terjadi luka, pertama-tama otot yang rusak akan mengejang sampai respons
refleks. Setelah itu, keping-keping darah akan berkumpul di ujung pembuluh darah yang
terputus. Keping darah juga melepaskan substansi yang akan menarik lebih banyak keping
darah, melepaskan ion kalsium yang akan memperbanyak gumpalan, dan melepaskan
substansi yang memperlambat terjadinya kejang.

Keping-keping darah yang menempel di jaringan yang terluka memicu diproduksinya


enzim trombin. Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin
kemudian menempel satu sama lain, membentuk jaringan berserat yang akan menjerat sel
darah dan keping darah. Jaringan protein ini menghentikan aliran darah dan membuat darah
menjadi padat, seperti gel. Berikutnya, terbentuklah koagulasi atau pembekuan sel darah
merah menjadi gumpalan. Akhirnya, gumpalan menjadi massa kompak yang membuat
dinding pembuluh yang putus menjadi menyatu kembali.

2.3 Golongan Darah


Golongan darah adalah pengelompokan sel darah merah berdasarkan adanya zat
spesifik di permukaan sel darah merah. Penggolongan darah merah dapat dilakukan dengan
sistem ABO dan melalui sistem Rh atau rhesus.

a. Penggolongan Darah Sistem ABO


Pengelompokan darah ABO berdsarkan ada tidaknya ”protein spesifik” pada
membran darah merah. Protein spesifik tersebut adalah aglutinogen yang merupakan
antigen dan aglutinin yang merupakan antibodi. Antigen adalah zat yang
menstimulasi dihasilkannya antibodi. Antibodi adalah protein untuk melawan infeksi
sebagai respon atas keberadaan antigen.

Orang yang memiliki golongan darah A, sel darahnya mengandung aglutinogen


A dan aglutinin anti-B. Tipe golongan darah mengandung antibodi yang akan
melawan antigen yang ditemukan pada seseorang yang memiliki golongan darah tipe
B dan AB. Orang yang bergolongan darah B, sel darah merahnya mengandung
aglutinogen B dan aglutinin anti-A. Tipe golongan darah B mengandung antibodi
yang akan melawan antigen yang ditemukan pada seseorang yang memiliki golongan
darah A dan AB. Jika seseorang memiliki golongan darah AB, sel darah merahnya
mengandung aglutinogen A dan B, tetapi tidak memiliki aglutinin. Dengan demikian,
tipe golongan darah AB tidak mengandung antibodi yang akan melawan antigen.
Sementara itu, seseorang yang bergolongan darah O, sel darahnya tidak mengandung
aglutinogen A maupun B, tetapi memiliki aglutinin anti-B dan anti-A. Dengan
demikian, individu tersebut dapat membentuk antibodi yang akan menyerang semua
antigen.

Penggolongan darah sistem ABO berguna dalam melakukan transfusi darah.


Dalam transfusi darah dikenal istilah resipien dan donor. Resipien adalah orang yang
menerima transfusi darah, sedangkan donor adalah orang yang memberikan darah.
Jika darah resipien memiliki antibodi terhadap antigen dari darah donor akan terjadi
respons aglutinasi, yaitu antibodi melawan sel darah asing dan menyebabkan sel darah
asing tersebut menggumpal yang akan menyumbat pembuluh darah yang dapat
menimbulkan kerusakan ginjal dan kematian.

Jika darah dari golongan darah A ditransfusikan ke golongan darah B, antibodi


A akan merusak sel darah A yang ditransfusikan. Begitu pula sebaliknya jika
golongan darah B yang ditransfusikan ke golongan darah A. Golongan darah O tidak
memiliki antigen apapun dalam sel darah merahnya. Dengan demikian, golongan
darah O dapat ditransfusikan ke resipien dengan golongan darah apapun. Adapun
orang dengan golongan darah AB tidak memiliki antibodi sehingga dapat menerima
darah dari tipe manapun. Oleh karena itu, golongan darah tipe O disebut donor
universal, sedangkan golongan darah tipe AB disebut resipien universal.

b. Penggolongan Darah Sistem Rh


Faktor Rhesus (Rh) adalah antigen atau protein yang ada pada Permukaan sel
darah merah. Jika sel darah merah Anda memiliki faktor Rh, golongan darah Anda
adalah Rh positif. Sebaliknya jika tidak, golongan darah Anda adalah Rh negatif.
Golongan darah Rhesus yang paling umum ditemukan adalah Rhesus positif. Meski
demikian, Anda tidak perlu khawatir jika hasil tes darah Anda menunjukkan Rhesus
negatif. Rhesus negative sebenarnya tidak memengaruhi kesehatan seseorang secara
keseluruhan, kecuali pada ibu hamil.

Ketika seorang ibu hamil memiliki Rh negatif dan bayi memiliki Rh positif,
Rhesus ibu tidak cocok dengan janin. Kondisi ini bias membahayakan kehamilan,
terutama pada kehamilan anak kedua, sehingga memerlukan perawatan khusus. Pada
kehamilan anak pertama, ketidakcocokan Rhesus ini biasanya tidak berpengaruh pada
bayi karena ibu belum membentuk antibodi terhadap faktor Rhesus. Antibodi
biasanya baru diproduksi jika darah ibu bercampur dengan darah bayi, misalnya saat
melahirkan atau jika ibu mengalami perdarahan atau trauma pada perut selama
kehamilan.

Produksi antibodi terhadap Rh bisa terjadi karena tubuh mengenali faktor Rh


pada janin sebagai zat asing. Akhirnya, tubuh mulai membentuk antibodi yang
bertindak sebagai pelindung ketika zat asing masuk ke dalam tubuh. Jika antibodi Rh
sudah terbentuk, masalah dapat terjadi pada kehamilan kedua dan selanjutnya.
Antibodi tersebut bisa masuk melalui plasenta ke aliran darah bayi dan merusak sel
darah merah bayi, sehingga terjadilah anemia hemolitik pada bayi. Kondisi ini akan
berakibat fatal jika tidak segera ditangani.

Oleh karena itu pada awal kehamilan, penting bagi setiap ibu hamil untuk
melakukan pemeriksaan golongan darah dan faktor Rh. Jika Anda memiliki golongan
darah Rhesus negatif, ada kemungkinan dokter akan memberikan suntikan Rh
immunoglobulin (RhIg) menjelang usia kehamilan 28 minggu dan sesudah persalinan.
Suntikan ini diperlukan untuk mencegah tubuh Anda memproduksi antibodi Rh
selama kehamilan, baik pada kehamilan yang pertama maupun yang selanjutnya.

2.4 Organ yang Berperan dalam Sistem Peredaran Darah


Sistem peredaran darah di dalam tubuh manusia memiliki beberapa peranan penting
yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa zat buang karbon
dioksida kembali ke paru-paru yang selanjutnya akan dilepaskan keluar tubuh.
2. Mendistribusikan makanan yang telah diproses melalui system pencernaan.
3. Mengangkut zat-zat buang dan zat beracun ke hati dan ginjal untuk dinetralkan dan
selanjutnya dibuang.
4. Mengedarkan elemen untuk melawan berbagai jenis penyakit, yaitu antibodi dan sel
darah putih untuk melindungi tubuh terhadap serangan bakteri, virus, dan parasite
lainnya.
5. Mendistribusikan hormon dari organ-organ yang memproduksinya ke bagian tubuh
yang memerlukan.
6. Melakukan mekanisme pembekuan darah ketika terjadi luka terbuka sehingga
mencegah hilangnya darah yang berlebihan dari dalam tubuh.
7. Menjaga keseimbangan suhu tubuh dengan melakukan perpindahan panas melalui
aliran darah.
Pada dasarnya, sistem peredaran darah di dalam tubuh tidak hanya memerlukan darah,
melainkan juga diperlukan organ jantung dan pembuluh darah untuk membantu aliran darah
beredar di dalam tubuh. Selanjutnya, darah, jantung, dan pembuluh darah bekerja sama untuk
menjalankan fungsi-fungsinya. Berikut ini adalah organ-organ yang membantu proses
peredaran darah di dalam tubuh.
1. Pembuluh Darah
Pembuluh darah merupakan saluran yang mengalirkan darah dengan berbagai
diameter. Pembuluh darah melintasi seluruh jaringan di dalam tubuh. Jika semua
pembuluh darah tersebut disambung-sambungkan dari ujung ke ujung, diperkirakan
bahwa panjang pembuluh darah di dalam tubuh dapat mencapai sekitar 100.000 KM.

Ada tiga tipe utama pembuluh darah yang masing-masing memiliki fungsi
khusus, yaitu pembuluh arteri (pembuluh nadi). Arteri dan kapiler dihubungkan oleh
arteriol. Kapiler dan vena dihubungkan oleh venul. Berikut penjelasan lebih lanjut
dari tipe-tipe pembuluh darah tersebut

a. Pembuluh Darah Arteri dan Arteriol


Arteri atau pembuluh nadi adalah pembuluh darah yang membawa darah
dari jantung ke jaringan tubuh. Berdasarkan hubungannya dengan jantung dan
fungsinya, ada 2 jenis arteri, yaitu sebagai berikut.

1. Aorta adalah Pembuluh nadi terbesar dan memiliki cabang-cabang yang


berfungsi membawa darah yang kaya oksigen dari ventrikel kiri jantung ke
seluruh tubuh.

2. Arteri pulmonalis adalah pembuluh darah arteri yang membawa darah dari
vertikel kanan jantung ke paru-paru dan darah yang dibawa tidak memiliki
kandungan oksigen.
Struktur pembuluh darah arteri harus kuat dan lentur karena darah yang
mengalir pada arteri bertekanan tinggi. Oleh karena itu, arteri memiliki dinding
pembuluh yang tebal, tetapi halus dan elastis. Pembuluh arteri terdiri atas
beberapa lapisan, diantaranya jaringan ikat yang kuat dan elastis, jaringan otot
polos, dan jaringan endotelium.

Pembuluh darah arteri terletak dibagian dalam sehingga arteri tidak dapat
dilihat dari atas kulit. Namun, denyut pada arteri yang seiring dengan denyut
jantung dapat dirasakan terutama pada pembuluh arteri dibagian pergelangan
tangan dan bagian atas leher.

Arteri memiliki struktur yang bercabang-cabang menjadi arteriol dengan


diameter lebih kecil. Arteriol memiliki kemampuan memperbesar dan mempekecil
diametrnya agar dapat menambah atau mengurangi aliran darah ke daerah
tertentu. Kemampuan tersebut salah satunya berguna untuk menyeimbangkan
seluruh tubuh.

b. Pembuluh Darah Kapiler


Arteriol becabang-cabang menjadi pembuluh darah berdiameter sangat kecil
yang disebut pembuluh kapiler. Kapiler adalah pembuluh darah berdinding tipis
tempat terjadinya pertukaran gas serta tempat keluar masuknya nutrisi, zat sisa
metabolisme, hormon, dan zat lainnya. Beberapa kapiler memiliki pori-pori yang
memungkinkan material dapat keluar masuk. Jika disambung, jaringan pada
pembuluh kapiler yang ada didalam tubuh manusia diperkirakan sepanjang
80.000-960.000 Km.

c. Pembuluh Darah Vena dan Venul


Venul adalah pembuluh darah yang berhubungan langsung dengan kapiler.
Venul-venul (venula) bergabung membentuk vena atau pembuluh balik. Jadi,
sebelum kembali kejantung melalui pembuluh vena, darah harus melewati venula
terlebih dahulu.

Vena lebih mudah dilihat dengan mata karena berada di bagian atas/dekat
dengan permukaan kulit. Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah yang
tidak mengandung oksigen dari pembuluh kapiler untuk kembali kejantung.
Namun, khusus untuk vena pulmonalis, darah yang dibawanya dari paru-paru ke
jantung merupakan darah yang kaya oksigen.

Ketika darah sampai ke pembuluh vena, tekanan darahnya sangat kecil,


tetapi masih cukup untuk mengalir darah kembali ke jantung. Meskipun begitu,
usaha untuk mengembalikan ke jantung juga dibantu oleh banyak faktor lain.
Banyak pembuluh vena yang memiliki jaringan berbentuk melipat seperti katup di
bagian dalam pembuluh. Jika cairan darah di vena turun akibat gaya gravitasi,
katup akan menutup dan mencegah aliran ke bawah. Bergeraknya cairan darah
didalam vena menuju jantung juga dibantu oleh kontraksi otot-otot disekitar vena.
Otot-otot tersebut membuat tekanan darah pada pembunuh vena meningkat dan
darah pun bergerak maju. Proses pernapasan juga membantu mengembalikan
darah ke jantung.

2. Jantung
Jantung adalah organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh.
Melalui denyutannya, jantung memastikan setiap sel di dalam tubuh mendapatkan
nutrisi, oksigen, dan zat penting lainnya yang diperlukan untuk kehidupan sel. Tugas
jantung bahkan lebih luas dari sekadar memompa darah agar seseorang dapat terus
hidup. Jantung harus dapat merespons permintaan tubuh terhadap oksigen. Jantung
harus dapat bekerja dengan cara yang berbeda ketika seseorang sedang tidur dengan
ketika seseorang sedang berlari. Jantung juga bekerja dengan cara berbeda ketika
seseorang sedang mengalami ketakutan atau ketegangan.

Untuk melakukan fungsinya, jantung dilengkapi oleh struktur yang khas agar
tugasnya dapat berlangsung seoptimal mungkin.

a. Struktur Jantung
Jantung merupakan organ berongga yang terletak di kiri rongga dada.
Ukuran jantung manusia kurang lebih sama dengan kepalan tangan manusia.

Jantung manusia disusun oleh miokardium, yaitu otot jantung yang bekerja
di luar kesadaran kita (otomatis). Otot jantung merupakan otot yang unik karena
otot jantung dapat tetap bekerja walaupun tidak distimulasi oleh saraf maupun
hormon. Otot jantung akan mati jika tidak mendapat suplai oksigen yang konstan.

Bagian kiri dan kanan jantung merupakan dua pompa berbeda yang
dipisahkan secara sempurna oleh suatu jaringan. Pada masing masing bagian
tersebut terdapat dua ruangan, yaitu serambi atau atrium (jamak = arria) dan bilik
atau ventrikel. Atrium yang berdinding tipis berfungsi untuk menerima darah yang
datang ke jantung, sedangkan ventrikel yang berdinding tebal berfungsi memompa
darah keluar dari jantung.

Empat katup yang ada pada jantung mencegah terjadinya aliran darah ke
arah yang salah. Katup-katup tersebut akan membuka dengan mudah sesuai
dengan arah aliran darah, sedangkan jika darah mendorong katup ke arah
sebaliknya maka katup akan tertutup dengan rapat. Dua katup yang dikenal
sebagai katup atrioventrikular berlokasi diantara atrium dan ventrikel. Katup
atrioventrikular bagian kanan jantung dibentuk oleh tiga lapisan jaringan sehingg
dikenal sebagai katup tiga daun (valvula tricuspidalis). Katup atrioventrikular
bagian kiri jantung dibentuk oleh dua lapisan jaringan sehingga dikenal sebagai
katup dua daun (valvula bicuspidalis). Dua katup lainnya berlokasi di antara
ventrikel dan pembuluh darah besar yang membawa darah keluar dari jantung.
Katup ini disebut katup semilunar. Katup semilunar bagian kanan di antara
ventrikel kanan dengan pembuluh darah ke jantung disebut juga katup pulmonal
Katup semilunar bagian kiri di antara ventrikel kiri dengan pembuluh darah aorta
disebut juga katup aortik.
b. Cara Kerja Jantung
Jantung merupakan organ yang sangat kuat, bekerja tidak henti-henti
sepanjang masa hidup seseorang. Seseorang dengan masa hidup selama 76 tahun,
jantungnya berdenyut atau berdetak sekitar 2,8 miliar kali dan memompa darah
sekitar 169 juta liter.

Pada orang dewasa, jantung berdenyut sekitar 70 kali per menit. Jantung
dapat berdenyut hingga 200 kali per menit jika seseorang melakukan olahraga
dengan keras. Denyut jantung pada bayi dan anak-anak lebih cepat dibanding
orang dewasa. Denyut jantung normal pada bayi adalah kurang lebih 120 kali per
menit, sedangkan pada anak-anak 100 kah per menit. Seorang atlet yang
melakukan latihan fisik secara rutin, biasanya memiliki denyut nadi yang lebih
sedikit, mungkin hanya 40-60 kali per menitnya. Hal tersebut disebabkan latihan
yang dilakukannya secara teratur membuat jantung menjadi lebih kuat dan
memungkinkan memompa darah sebanyak orang biasa dengan denyutan yang
lebih sedikit.

Denyut jantung itu sendiri adalah rangkaian relaksasi (diastol) dan kontraksi
(sistol) dari otot jantung yang dike dengan siklus kardiak. Ketika diastol, jantung
akan berelaksasi dan ruangannya diisi oleh darah. Pada saat itu, ventrikel dan
atrium juga berelaksasi. Begitu tekanan darah di dalam atrium meningkat, atrium
akan berkontraksi sehingga katup atrioventrikular terbuka, dan darah dari atrium
mengalir ke ventrikel. Ketika sistol, terjadi kontraksi pada ventrikel yang
menyebabkan katup atrioventrikular tertutup. Tekanan darah pada ventrikel
kemudian terus meningkat sehingga katup semilunar terbuka dan darah pun
mengalir keluar dari jantung. Setelah darah dikeluarkan, ventrikel akan
berelaksasi dan siklus baru dimulai.

Gerakan darah dan jatung selama siklus kardiak menimbulkan bunyi detak.
Dokter menggunakan stetoskop untuk mendeteksi suara internal tubuh, termasuk
suara yang diproduksi jantung. Bunyi detak jantung disebabkan oleh gerakan
katup pada jantung. bukan oleh kontraksi jantung. Menutupnya katup
atrioventrikular, menimbulkan bunyi yang pertama. Suara kedua dari detak
jantung timbul ketika katup semilunar menutup. Suara detak jantung yang pertama
lebih lama dan lebih rendah dibanding yang kedua.

Tekanan darah (tekanan pada dinding pembuluh darah akibat aliran darah)
bervariasi selama tahap yang berbeda dalam siklus kardiak. Tekanan darah lebih
tinggi ketika sistol dan lebih rendah ketika diastol. Tekanan darah diukur dengan
satuan milimeter air raksa (mmHg) menggunakan alat yang disebut
sphygmomanometer. Tekanan darah pada umumnya dicatat sebagai perbandingan
tekanan sistolik per diastolik.

2.5 Sirkulasi Darah di Dalam Tubuh


Pada manusia, aliran darah memiliki dua rute. Pertama, peredaran darah dari paru-paru,
jantung, dan kembali lagi ke paru-paru yang disebut peredaran darah kecil. Kedua peredaran
darah dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali lagi ke jantung yang disebut peredaran darah
besar. Karena manusia memiliki dua rute peredaran darah maka peredaran darah manusia
disebut peredaran darah ganda.

Pada peredaran darah kecil, darah yang mengandung oksigen sedikit dan mengandung
banyak karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui pembuluh vena terbesar menuju
ke atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, jantung mendorong darah ke dalam
ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan kemudian dipompa melalui katup pulmonalis ke
dalam arteri pulmonalis menuju paru-paru. Di dalam paru-paru, darah mengalir dari arteri
pulmonalis ke pembuluh darah yang berukuran sangat kecil atau kapiler dan mengelilingi
kantong udara pada paru-paru. Setelah itu, terjadi pertukaran gas dimana oksigen dari
kantong udara akan masuk ke pembuluh darah, sedangkan karbondioksida akan
meninggalkan darah dan masuk ke kantong udara paru-paru.

Darah yang kaya akan oksigen kemudian mengalir ke Vena pulmonalis menuju atrium
kiri. Keluar dari atrium kiri, darah kaya oksigen masuk ke ventrikel kiri. Ventrikel kiri
memompa darah kaya oksigen melewati katup aorta, kemudian masuk ke dalam aorta untuk
memasuki peredaran darah besar.

Pada peredaran darah besar, darah dari pembuluh arteri terbesar bercabang-cabang
menuju pembuluh arteri yang lebih kecil, lalu diedarkan ke setiap bagian dari tubuh. Arteri
yang lebih kecil tersebut bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yang
disebut arteriol. Cabang dari arteriol menjadi pembuluh kapiler yang sangat kecil
diameternya. Keluar dari kapiler, oksigen yang dibawa oleh darah akan melewati dinding
pembuluh dan memasuki sel-sel yang membutuhkan oksigen. Sementara itu, karbondioksida
akan meninggalkan sel dan memasuki pembuluh kapiler.

Setelah menghantarkan oksigen dan menyerap karbondioksida, darah dari kapiler mulai
melakukan perjalanan kembali menuju jantung. Kapiler bergabung menjadi venul, veno
bergabung menjadi pembuluh vena yang lebih besar. Akhirnya, pembuluh vena menjadi
pembuluh vena cava yang merupakan pembuluh vena paling besar. Vena cava membawa
darah yang mengandung sedikit oksigen dan kaya karbondioksida kembali menuju atrium
kanan. Siklus pun akan terulang kembali.

Jadi, pola aliran darah dalam tubuh kita hampir mirip dengan Angka Delapan (8).
Jantung dapat dikatakan sebagai pusat persilangan. Bagian kanan jantung bertugas untuk
memompa darah ke paru-paru dan Bagian Kiri bertugas untuk memompa darah ke seluruh
tubuh. Rata-rata sel darah tunggal hanya butuh waktu sekitar 30 detik untuk melewati
keseluruhan sirkulasi.

Dalam hal peredaran nutrisi, nutrisi akan masuk ke aliran darah kapiler dan vena
melintasi dinding usus, kemudian dibawa ke hati. Selanjutnya, hati akan mengatur nutrisi
yang perlu disimpan dan perlu dilepaskan ke darah untuk lalu diedarkan ke seluruh tubuh.
Pada peredaran hormon, sistem peredaran darah mengambil hormon yang diproduksi oleh
kelenjar. Hormon tersebut akan langsung memasuki aliran darah untuk diedarkan ke organ
dan jaringan spesifik.

2.6 Penyakit pada Sistem Peredaran Darah


1. Aterosklerosis
Aterosklerosis atau pengapuran pembuluh darah adalah penyakit yang terjadi
karena penebalan, pengerasan, dan hilangnya kelenturan pada pembuluh darah arteri.
Akibat kelainan tersebut, jantung harus bekerja lebih keras dibanding kondisi normal
untuk memompa darah. Aterosklerosis dapat menghambat aliran darah ke jantung, otak,
ginjal, dan kaki yang berakibat fatal.

Penyebab pasti aterosklerosis belum begitu diketahui. Faktor keturunan diduga


memiliki kaitan kuat terhadap kasus penyakit tersebut. Stres yang berlebihan dan
kebiasaan memakan makanan yang mengandung banyak lemak juga memiliki kontribusi
terhadap timbulnya aterosklerosis. Jika seseorang biasa memakan makanan berlemak,
akan terjadi tumpukan lemak di bagian dalam dinding arteri. Tumpukan tersebut
membuat pembuluh arteri menyempit dan menyumbat aliran darah. Kalsium kadang-
kadang ikut membentuk tumpukan bersama-sama dengan lemak sehingga dinding arteri
menjadi keras. Terjadinya proses pembekuan darah pada pembuluh arteri yang
menyempit juga dapat menghambat aliran darah.

Diet rendah lemak, berhenti merokok, dan melakukan olahraga secara teratur
merupakan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya aterosklerosis.
Obat yang dapat memecah tumpukan kalsium dan obat pencegah pembekuan darah
(antikoagulan) juga dapat diberikan. Pada kasus yang sudah serius, perlu dilakukan
operasi penggantian pembuluh arteri yang rusak dengan pembuluh arteri yang sehat.

2. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)


Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat
pengecilan atau penyumbatan pembuluh arteri. Dengan demikian, jantung harus bekerja
keras untuk memompa darah melalui pembuluh arteri yang sudah menyempit. Tekanan
darah terhadap dinding pembuluh pun menjadi tinggi. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu
yang lama akan terjadi kerusakan pada jantung dan pembuluh darah. Hipertensi
berpotensi menimbulkan stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan kerusakan hati.

Tekanan darah tinggi sendiri diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu


normal, prehipertensi, hipertensi stadium 1, dan hipertensi stadium 2. Rata-rata tekanan
darah yang normal pada orang dewasa adalah 120/80 mmHg, artinya tekanan sistolik 120
dan tekanan diastolik 80 atau di bawahnya. Pada orang dewasa yang mengalami
prehipertensi, tekanan darahnya antara 120/80 – 139/89 mmHg. Seseorang yang
mengalami hipertensi stadium 1, tekanan darahnya antara 140/90 - 159/99 mmHg.
Adapun orang dewasa yang mengalami hipertensi stadium 2, tekanan darahnya mencapai
160/100 mmHg atau lebih.
Tekanan darah seseorang dapat meningkat jika terjadi stres atau mengalami tekanan
emosi, konsentrasi kadar garam di darah yang tinggi, kegemukan, kurang olahraga,
tingkat konsumsi alkohol yang tinggi, juga akibat kebiasaan merokok. Faktor keturunan
juga dapat menyebabkan penyakit hipertensi.

Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertensi pada stadium ialah dengan
mengatur pola makan, menurunkan berat badan, menghentikan konsumsi alkohol,
berhenti merokok, dan melakukan olahraga secara teratur. Untuk seseorang yang sudah
mencapai hipertensi stadium 1 dan 2, perlu dilakukan pemberian obat yang dapat
menurunkan tekanan darah.

3. Jantung Koroner
Jantung dapat terganggu karena beberapa sebab. Namun, biasanya jantung
bermasalah karena arteri koroner tersumbat sehingga disebut penyakit jantung koroner.
Tersumbatnya arteri koroner menyebabkan darah yang dapat mencapai otot jantung hanya
sedikit.

Gejala paling umum dari penyakit jantung koroner adalah rasa sakit di bagian dada,
leher, rahang, punggung, dan lengan kiri. Gejala sakit tersebut dapat dipicu oleh kerja
fisik yang terlalu berat atau akibat tekanan emosi yang terlalu tinggi. Masalah pada
jantung tersebut dapat diperparah oleh kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, terbiasa
memakan makanan berlemak, kegemukan, dan tidak biasa berolahraga.

Penyakit jantung koroner dapat dikontrol dengan gaya hidup yang baik dan
pengobatan. Pasien dengan penyakit jantung koroner sebaiknya berhenti merokok,
berolahraga secara teratur, dan makan makanan rendah lemak. Penanganan penyakit
jantung koroner juga dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang berfungsi
untuk menurunkan kolesterol darah.

4. Hemofilia
Hemofilia merupakan kelainan pada darah yang bersifat turunan (kelainan genetik).
Orang yang menderita hemofilia, darahnya kekurangan faktor pembekuan darah sehingga
darah sukar membeku. Oleh karena itu, bagi penderita hemofilia, luka kecil dapat menjadi
sangat berbahaya dan mematikan karena perdarahan akan terus-menerus terjadi.

Tindakan pencegahan terjadinya luka merupakan jalan terbaik untuk penderita


hemofilia. Transfusi plasma darah yang mengandung faktor pembeku juga dapat
dilakukan untuk penanganan pasien hemofilia. Berkembangnya ilmu genetika
memungkinkan mengetahui faktor genetik seseorang untuk mengantisipasi perkawinan
pasangan yang membawa faktor genetik pembawa hemofilia.

5. Leukeumia
Leukeumia atau kanker darah adalah suatu kelainan pada darah yang menyebabkan
komposisi sel darah putih lebih banyak di bandingkan sel darah merah. Penyakit
leukeumia menyebabkan sel darah putih yang belum matang di sumsum tulang berubah
menjadi sel kanker dan membelah tidak terkontrol sehingga jumlah darah putih lebih
banyak dari sel darah merah.

Seseorang yang terkena leukeumia memiliki ciri-ciri kulit yang pucat, sering
merasa lelah, napas menjadi pendek, hidung dan gusi mudah berdarah, mudah memar,
dan timbulnya noda-noda merah di kulit akibat kurangnya jumlah keping darah.
Penyebab pasti penyakit leukeumia belum begitu diketahui. Diperkirakan terdapat
empat faktor yang menyebabkan penyakit leukeumia, yaitu terkena radiasi untuk waktu
yang begitu lama (salah satunya radiasi atom), terkena senyawa kimia tertentu dalam
waktu lama (misalnya terkena senyawa benzen), virus, dan faktor genetik (keturunan).
Transfusi sel darah merah dan keping darah dapat membantu pasien untuk mendapatkan
sel darah yang kurang. Seseorang yang menderita penyakit leukeumia dapat melakukan
pengobatan dengan cara kemoterapi (penggunaan obar yang dapat membunuh sel yang
sedang membelah) dan radiasi (pemberian gelombang radiasi untuk membunuh sel
leukeumia yang berkumpul di berbagai tempat pada tubuh, misalnya di daerah sumsum
tulang belakang), Ternyata, kemoterapi dan radiasi dapat merusak sistem pembentukan
darah di sumsum tulang.

Imunoterapi yang hingga kini masih dalam tahap percobaan merupakan cara
pendekatan baru untuk mengatasi leukimia. Melalui teknik tersebut, molekul spesifik
yang disebut antibodi monoklonal dimasukkan ke dalam tubuh penderita leukemia.
Antibodi monoklonal tersebut akan langsung mencapai sel leukemia dan membunuh sel
kanker tersebut. Ternyata, hal ini memberikan efek samping minimal pada sel yang sehat.
Dengan demikian, sel leukemia dapat dihancurkan sebanyak mungkin, tetapi produksi sel
darah yang sehat tidak terganggu sehingga jumlah sel darah kembali normal.

6. Anemia
Anemia adalah kondisi jumlah sel darah merah pada seseorang sangat kurang dari
yang seharusnya, Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sel darah merah atau eritrosit
mengandung hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen. Jadi, orang dengan terkena
penyakit anemia akan mengalami kekurangan pasokan oksigen untuk jaringan tubuhnya.
Gejala penyakit tersebut adalah kulit yang pucat, napas pendek, detak jantung cepat,
vitalitas yang kurang, dan mudah pening Jika tidak segera diatasi, anemia dapat
menimbulkan stroke atau gagal jantung.

Anemia dapat terjadi karena tiga faktor, yaitu berkurangnya produksi sel darah
merah, terjadi kerusakan pada sel darah merah, dan pendarahan yang parah akibat
kecelakaan atau operasi. Produksi sel darah merah dapat berkurang karena tubuh
kekurangan nutrisi, termasuk zat besi, vitamin B12. dan asam folat. Penyakit kronis,
seperti kanker, gagal ginjal, dan diabetes melitus juga dapat menyebabkan berkurangnya
jumlah sel darah merah di dalam tubuh. Kerusakan sel darah merah dapat terjadi jika
terjadi kesalahan sistem regulasi sel darah merah di tubuh, berupa penghancuran sel darah
merah yang berlebihan. Organ yang paling bertanggung jawab adalah limpa, karena organ
ini bertugas untuk menghancurkan sel darah merah yang sudah tua. Jika terjadi
pembengkakan limpa, limpa akan semakin besar. Semakin besar limpa, akan semakin
banyak sel darah merah yang terperangkap dari dihancurkan.
Anemia dapat diatasi dengan memakan makanan yang banyak mengandung zat besi
(bayam, buah bit) atau memberikan obat yang dapat meningkatkan produksi sel darah
merah (misalnya pemberian vitamin B12). Pengobatan anemia juga dapat dilakukan
dengan cara pemotongan limpa. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan sel darah
merah terlalu cepat.

2.7 Sistem Peredaran Darah pada Hewan


Hewan ber-sel satu tidak membutuhkan untuk mengedarkan makanan, gas, dan zat-zat
lainnya. Hal ini disebabkan karena makanan akan pangsung masuk ke sel dari lingkungannya
dengan cara difusi. Sampah buangan yang dihasilkan hewan tersebut dibuang ke lingunannya
secara difusi pula. Hewan laut sederhana, seperti spons, ubur-ubur, dan anemone juga tidak
memiliki darah. Mereka menggunakan air laut yang mengenai sel tubuh untuk
menyampaikan makanan ke setiap sel-sel tubuh untuk mengambil sisa-sisa metabolisme dari
sel-sel tubuh untuk dibuang.

Hewan-hewan multiseluler yang strukturnya lebih kompleksvmemerlukan suatu sistem


khusus untuk mengedarkan makanan dan zat-zat lainnya ke seluruh tubuh. Pada berberapa
hewan invertebrata yang tidak memiliki sel darah merah, oksigen yang dibutuhkan akan
diedarkan melalui cairan plasma yang mereka miliki. Contohnya pada serangga, plasma
darahnya mengandung hemosianim. Hemosianim adalah suatu senyawa yang berperan seperti
hemoglobin dalam darah manusia.

Hewan multiselular yang strukturnya lebih kompleks dari hewan Invertebrata, memiliki
darah yang mirip dengan darah pada manusia. Namun, darah pada berberapa kelompok
hewan tersebut memiliki berberapa perbedaan disbanding darah pada manusia terutama pada
tingkat seluler. Contohnya ikan, amfibi, dan reptile memiliki inti, tidak seperti sel darah
merah pada manusia yang tidak memiliki inti. Pada berberapa spesies ikan di Arktik,
darahnya mengandung protein yang berfungsi sebagai anti pembekuan sehingga darah
mereka tidak dapat membeku walaupun berada di lingkungan yang sangat dingin.

Sistem peredaran darah pada hewan ada yang terbuka dan ada yang tertutup. Pada
sistem peredaran terbuka tidak terdapat pembuluh kapiler sehingga begitu pembuluh arteri
berakhir, darah akan langsung memasuki jaringan tubuh, Sistem peredaran darah terbuka
banyak ditemukan pada bintang laut, kerang, siput, serangga, laba-laba, dan kaki seribu.

Pada sistem peredaran tertutup, darah selalu berada di dalam pembuluh darah.
Invertebrata yang memiliki sistem peredaran darah tertutup adalah cacing tanah, cumi-cumi,
dan gurita. Pada cacing tanah, jantungnya disebut juga jantung pembuluh atau lengkung
Aorta karena bentuknya yang melengkung.

Semua hewan Vertebrata memiliki sistem peredaran darah tertutup. Namun, hewan-
hewan Vertebrata memiliki perbedaan dalam hal jumlah ruang pada jantungnya.
Ikan memiliki jantung yang terbagi menjadi dua ruang, satu antrium dan satu ventrikel.
Darah dipompa dari ventrikel, berjalan melalui arteri menuju ke insang, selanjutnya masuk ke
kapiler dan terjadi pertukaran oksigen, kemudian masuk ke pembuluh vena dan kembali ke
jantung

Katak dan amfibi lainnya memiliki jantung yang terbagi menjadi 3 ruang, yaitu 2
Atrium dan 1 Ventrikel. Darah dipompa dari ventrikel memasuki arteri yang bercabang dua.
Satu cabang masuk ke sistem peredaran darah paru-paru. Satu cabang lagi masuk ke seluruh
bagian tubuh. Darah yang Kembali dari paru-paru akan masuk ke atrium kiri, Adapun darah
dari seluruh tubuh masuk ke atrium kanan. Pada Ventrikel amfibi, tidak memiliki sekat
pembatas. Dengan demikian, walaupun pada ventrikel terjadi percampuran darah yang sedikit
oksigen dengan darah kaya oksigen. Kebanyakan darah yang mengandung sedikit oksigen
tetap masuk menuju peredaran darah ke seluruh tubuh.

Jantung pada reptil lebih berkembang karena memiliki dinding yang membagi ventrikel
menjadi dua, yaitu kanan dan kiri. Dengan demikian, jantung reptile terbagi menjadi empat
ruang, mirip seperti pada mamalia dan burung. Namun ventrikel pada reptile belum terbagi
secara sempurna, kecuali buaya, burung, dan Mamalia memiliki jantung dengan empat ruang
yang sudah terbagi dengan sempurna, terdiri atas dua atrium dan dua Ventrikel.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Penyebab jantung berdetak lebih cepat adalah untuk mengedarkan lebih banyak oksigen


melalui darah dengan lebih cepat. Selain itu, olahraga juga akan memicu pertumbuhan
pembuluh darah baru, yang menyebabkan menurunnya tekanan darah apada tubuh kita.

Saat kamu berolahraga, tubuh akan memproduksi hawa panas. Ketika tubuh memanas,
maka suhu inti dan suhu kulitmu akan meningkat. Pembuluh kapiler pada wajah dan di
serluruh tubuh akan melebar dan membesar sebagai respon alami guna menstabilkan suhu
tubuh. Proses tersebut di namai dengan vasodilasi dan membuat kulit tampak memerah
karena darah yang dibawa oleh pembuluh kapiler bagian bawah kulit akan lebih banyak.
Nah, tipisnya kulit manusia membuat wajak tampak lebih merah dibandingkan dengan
bagian tubuh lainnya.

2. Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular terdiri dari berbagai organ yang
memiliki fungsinya masing-masing. Sistem organ ini memiliki tugas utama untuk
mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh sel dan jaringan tubuh.
Selain itu, sistem peredaran darah manusia juga memiliki berbagai fungsi lain, di
antaranya:
 Mengeluarkan sisa proses metabolisme berupa karbon dioksida melalui paru-paru
 Menyalurkan hormon ke seluruh tubuh
 Menjaga suhu tubuh tetap stabil
 Mempertahankan kinerja dan fungsi berbagai sistem organ di dalam tubuh
 Mendukung proses pemulihan luka atau cedera

3. Seorang atlet memiliki denyut nadi lebih sedikit dikarenakan ia melakukan latihan fisik
secara rutin. Hal tersebut membuat jantung menjadi lebih kuat dan memungkinkan
memompa darah sebanyak orang biasa dengan denyutan yang lebih sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Karya Prof. Dr. Tati Suryati Syamsudin Subahar,
DEA dan Dra. Lilis Setiasih, M.si. penerbit; QUADRA.
https://bobo.grid.id/read/081897032/jantung-berdetak-cepat-ketika-olahraga-apa-yang-
terjadi-pada-tubuh-ya?page=all#:~:text=Penyebab%20jantung%20berdetak%20lebih
%20cepat,tekanan%20darah%20apada%20tubuh%20kita.
https://www.sfidn.com/penyebab-wajah-memerah-setelah-berolahraga
https://www.alodokter.com/memahami-sistem-peredaran-darah-pada-manusia

Anda mungkin juga menyukai