PATOLOGI KLINIK
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
(DARAH PERIFER LENGKAP/DPL)
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PEGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
eritrosit juga berwarna merah. Molekul ini diberi nama Hb karena memiliki empat
gugus heme yang mengandung besi ferro dan empat rantai globin.
4
2.2.1.4 Metode Pemeriksaan Hemoglobin
a. Metode Sahli
Ada dua metode pemeriksaan yang sering digunakan dalam pemeriksaan
Hb yaitu pemeriksaan Hemoglobin metode Sahli dan Hemoglobin metode
Cyanmeth (Suriadi, 2003). Hemoglobin metode Sahli didasarkan atas
pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCL 0,1N
kemudian diencerkan dengan aquadest.Pengukuran secara visual dengan
mencocokan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar.Metode
ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk
menghitung indeks eritrosit (Suriadi, 2003).
b. Metode Cyanmeth
Hemoglobin metode Cyanmeth berdasarkan pada penetapan
cyanmethemoglobin yang telah diadaptasi sebagai standar.Hemoglobin dari
sampel darah lengkap dilepaskan eritrosit dan dioksidasi oleh fericyanida
menjadi methemoglobin.methemoglobin ini selanjutnya diubah oleh cyanide
menjadi cyanmethemoglobin yang stabil.Absorbansi dari cyanmethemoglobin
ini diukur pada 540nm dan secara langsung hasilnya sebanding dengan
konsentrasi dalam sampel (Suriadi, 2003). Pengukuran kadar Hemoglobin
Metode cyanmeth dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Cara langsung yaitu dengan mencampur darah dengan larutan drabkin
kemudian dibaca dengan fotometer.Pembacaan dapat ditunda selama 24 jam
dalam suhu kamar 15- 25ºC.
2) Cara tidak langsung biasa dilakukan sebagai alternative dalam kepentingan
penelitian kesehatan masyarakat. Hal ini mengingat karena tempat
pengambilan sampel yang jauh dari laboratorium.Cara pemeriksaannya
adalah dengan meneteskan sejumlah volume tertentu darah keatas kertas
saring, lalu dikeringkan. Untuk pemeriksaannya dengan merendam kertas
saring tadi kedalam larutan drabkin selama 24 jam kemudian dibaca dengan
spektrofotometer (Depkes RI, 1989).
5
2.2.2 Pemeriksaan Hematokrit
2.2.2.1 Definisi Hematokrit
Hematokrit adalah persentase volume seluruh eritrosit yang ada di dalam
darah dan diambil dalam volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan
cara memutarnya di dalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan tertentu
yang nilainya dinyatakan dalam persen (%), nilai untuk pria 40-48 vol % dan
untuk wanita 37-43 vol %. Nilai hematokrit dari sampel adalah perbandingan
antara volume eritrosit dengan volume darah secara keseluruhan. Nilai hematokrit
dapat dinyatakan sebagai presentase atau sebagai pecahan desimal (unit SI),
liter/liter (L/L) (Sadikin, 2014).
6
dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja antara lain menurunkan
daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit, menurunnya aktivitas
dan prestasi belajar karena kurangnya konsentrasi. Anemia dapat
mengakibatkan penurunan nilai hematokrit dan hemoglobin (Corwin,
2009).
c. Polisitemia
Polisitemia merupakan peningkatan jumlah sel darah merah. Polisitemia
vera ditandai dengan adanya peningkatan jumlah trombosit dan granulosit
serta sel–sel darah merah juga diyakini sebagai awal terjadinya
abnormalitas sel. Didalam sirkulasi darah polisitemia vera terjadi
peninggian nilai hematokrit yang menggambarkan terjadinya peningkatan
konsentrasi eritrosit terhadap plasma (Corwin, 2009).
d. Diare berat
Diare Berat adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk
cairan atau setengah cairan (setengah padat) sehingga kandungan air pada
tinja lebih banyak dari biasanya normal 100-200 ml/ jam tinja. Seseorang
terkena diare biasanya akan mengalami dehidrasi yaitu kehilangan cairan
sebagai akibat kehilangan air dari badan baik karena kekurangan
pemasukan air atau kehilangan air yang berlebih dapat menyebabkan nilai
hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi (Syafaati, 2017).
8
dalamnya 1,2 sampai 1,5 mm. Ada tabung yang sudah dilapisi heparin,
tabung itu dapat dipakai untuk darah kapiler ada pula tabung kapiler tanpa
heparin yang dipergunakan dengan darah oxalat atau darah EDTA dari vena
(Gandasoebrata, 2008).
Lama – kelamaan penetapan nilai hematokrit dengan mikromrtode
menggeserkan makrometode karena hasilnya dapat diperoleh dalam waktu
singkat. Hasil itu kadang – kadang sangat penting untuk menentukan keadaan
klinis yang mrnjurus kepada tindakan darurat (Gandasoebrata, 2008).
c. Metode Otomatis Menggunakan Hematologi Analizer
Pengukuran hematokrit juga dapat ditentukan dengan instrumen elektronik
otomatis (hematology analyzer), dengan menggunakan 3 detector block dan 2
jenis reagen untuk analisa darah. Pada pemeriksaan hematokrit reagen yang
digunakan adalah cell pack yang berfungsi untuk pengenceran atau diluents,
stromatolyser dan cell clean yang memiliki prinsip yaitu metode deteksi
berdasarkan tinggi pulsa erytrosit. Dimana nilai hematokrit didapat dari
perbandingan antara volume erytrosit dengan volume darah keseluruhan
dinyatakan dalam % (Mindray, 2017). Metode analyzer lebih unggul dari
mikrokapiler, karena dapat mengeluarkan hasil dengan cepat, harga alat
cukup mahal, dan penggunaannya terbatas (Riswanto, 2013).
Hematologi analyzer menggunakan prinsip flow cytometri yang
memungkinkan sel-sel masuk flow chamber untuk dicampur dengan diluent
kemudian dialirkan melalui apertura berukuran kecil yang memungkinkan sel
lewat satu per satu. Aliran yang keluar dilewatkan medan listrik untuk
kemudian sel dipisah-pisahkan sesuai muatannya. Teknik dasar pengukuran
sel dalam flow cytometri ialah impedansi listrik (electrical impedance) dan
pendar cahaya (light scattering). Teknik impedansi berdasar pengukuran
besarnya resistensi elektronik antara dua elektroda. Teknik pendar cahaya
menghamburkan, memantulkan atau membiaskan cahaya yang berfokus pada
sel, oleh karena tiap sel memiliki granula dan indek bias berbeda maka akan
menghasilkan pendar cahaya berbeda dan dapat teridentifikasi (Koeswardani,
2001).
9
Kelebihan alat hematologi analizer diantaranya efisiensi waktu dan sampel
pemeriksaan. Efisiensi waktu artinya pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cepat. Pemeriksaan hematokrit secara manual membutuhkan waktu 20 menit.
Alat hematologi otomatis hanya memerlukan waktu sekitar 1 menit. Volume
sampel pemeriksaan yang dibutuhkan sedikit, dalam beberapa kasus
pengambilan darah pasien kadang sulit mendapatkan darah yang dibutuhkan,
namun dengan alat hematologi otomatis ini sampel darah yang digunakan
dapat menggunakan darah perifer dengan jumlah darah yang lebih sedikit.
Hasil yang dikeluarkan biasanya sudah melalui quality control yang
dilakukan oleh intern laboratorium (Mindray).
10
b. Kecepatan centrifuge
Makin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya pengendapan
eritrosit dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecepatan centrifuge
semakin lambat terjadinya pengendapan eritrosit. Pengaruh kecepatan
centrifuge, dapat kita lihat pada hasil pemeriksaan hematokrit dengan
menggunakan kecepatan centrifuge 16.000 rpm dan selama 2-3 menit yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna.
c. Waktu centrifugasi
Selain radius dan kecepatan centrifuge, lamanya centrifugasi juga
berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan hematokrit. Makin lama centrifugasi
dilakukan maka hasil yang diperoleh semakin maksimal.
11
petechiae, ecchymosis. Peningkatan jumlah trombosit disebut trombositosis,
sedangkan penurunan jumlah disebut trombositopenia.
Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang dengan fragmentasi
sitoplasma megakariosit. Prekusor megakriosit – megakarioblas timbul dengan
proses diferensiasi dari sel asal haemopoietik. Megakariosit matang dengan proses
replikasi endomitotik inti secara sinkron, yang memperbesar volume sitoplasma
saat jumlah inti bertambah dua kali lipat. Tingkat perkembangan bervariasi
terbanyak pada stadium 8 inti, replikasi inti lebih lanjut dan pertumbuhan sel
berhenti, sitoplasma menjadi granular dan selanjutnya trombosit dibebaskan
(Hoffbrand, 2005).
Produksi trombosit mengikuti pembentukan mikrovesikulus dalam
sitoplasma sel yang bersatu (Koalesensi) membentuk membran batas pemisah
(demarkasi) trombosit. Tiap megakariosit menghasilkan sekitar 4000 trombosit.
Produk trombosit berada di bawah kontrol zat humoral yang dikenal sebagai
trombopoietin yang dihasilkan oleh hati dan ginjal. Trombopoietin memiliki
homologi yang substansial dengan eitropoitein dan meningkatkan produksi
trombosit dan proliferasi megakarosit. Trombosit yang baru dibentuk berukuran
lebih besar dan memiliki kapasitas hemostatik yang lebih kuat daripada trombosit
matang. Jumlah trombosit normal adalah sekitar 150-400 x 109/l dan lama hidup
yang normal ialah antara 7 sampai 10 hari (Hoffbrand, 2005).
Nilai normal trombosit bervariasi sesuai metode yang dipakai. Jumlah
trombosit normal menurut Daecie adalah 150 – 400 x 109/ L. Menurut metode
Rees Ecker jumlah normal trombosit 140 – 340 x 109/ L, bila menggunakan
Coulter Counter jumlah normal trombosit 150 – 350 x 109/L. Kelainan trombosit
meliputi kuantitas dan kualitas trombosit. Kelainan kuantitas trombosit
diantaranya trombositopeni, trombositosis dan trombositemi. Trombositopeni
merupakan berkurangnya jumlah trombosit dibawah normal, yaitu kurang dari
150 x 109/ L. Trombositosis merupakan peningkatan jumlah trombosit pada
peredaran darah diatas normal, yaitu lebih dari 400x10 9. Trombositemi yaitu
peningkatan jumlah trombosit oleh proses ganas, misalnya pada leukemia
mielositik kronik jumlah trombosit melebihi 1.000x109/L (Wirawan, 2006).
12
2.2.3.2 Metode Pemeriksaan Jumlah Trombosit
1. Cara Langsung
a. Metode Reees Ecker
Darah diencerkan dengan larutan BCB (Brilliant Cresyl Blue),
sehingga trombosit akan tercat terang kebiruan. Trombosit dihitung
dengan bilik hitung di bawah mikroskop, kemungkinan kesalahan metode
Rees Ecker 16-25% (Gandasoebrata, 2013)
b. Metode Brecher Cronkite
Darah diencerkan dengan larutan amonium oksalat 1% untuk
melisiskan eritrosit, trombosit dihitung pada bilik hitung menggunakan
mikroskop fase kontras. Kemungkinan kesalahan Brecher Cronkite 8-
10% (Dacie, 2002).
c. Metode Automatic Cell Counter
Metode automatik menggunakan prinsip flow cytometri yang
memungkinkan sel-sel masuk flow chamber untuk dicampur dengan
diluent yang dialirkan melalui apertura berukuran kecil sehingga
memungkinkan sel lewat satu per satu. Aliran yang keluar dilewatkan
medan listrik untuk kemudian sel dipisah-pisahkan sesuai muatannya.
Teknik dasar pengukuran sel dalam flow cytometri ialah impedansi listrik
(electrical impedance) dan pendar cahaya (light scattering.) Teknik
pendar cahaya menghamburkan, memantulkan atau membiaskan cahaya
yang berfokus pada sel, oleh karena tiap sel memiliki granula dan indek
bias berbeda maka akan menghasilkan pendar cahaya berbeda dan dapat
teridentifikasi (Sysmex).
Prinsip kerja hematology analyzer adalah sampel darah yang sudah
dicampur dengan reagen dilusi sebanyak 200X dan melalui proses
hemolyzing untuk mengukur jumlah lekosit, serta didilusi lagi sebanyak
200x (jadi 40.000x) untuk mengukur eritrosit dan trombosit, kemudian
diproses pada blok data processing dan hasilnya akan ditampilkan pada
monitor dan dicetak dengan mesin print.
13
Alat autoanalyzer ini memiliki beberapa kelebihan yaitu efisiensi
waktu, volume sampel, dan ketepatan hasil. Pemeriksaan dengan
autoanalyzer dapat dilakukan dengan cepat hanya memerlukan waktu
sekitar 2-3 menit. Pemeriksaan secara manual membutuhkan lebih
banyak sampel darah, namun hematology autoanalyzer hanya
menggunakan sedikit sampel. Beberapa kasus pengambilan darah pasien
kadang sulit mendapatkan darah yang dibutuhkan, namun dengan
hematology autoanalyzer ini sampel darah yang digunakan dapat
menggunakan darah perifer dengan jumlah darah yang lebih sedikit.
Hasil yang dikeluarkan alat ini biasanya sudah melalui quality control
yang dilakukan oleh intern laboratorium (Sysmex).
Beberapa kekurangan hematologi autoanalyzer antara lain tidak dapat
menghitung sel abnormal, misalnya sel-sel yang belum matang pada
lekemia, infeksi bakterial, sepsis dan sebagainya, dan tidak mampu
menghitung ketika jumlah sel sangat tinggi. Pembacaan alat otomatis,
lekosit yang rusak berupa pecahan-pecahan atau butiran-butiran kecil
terbaca sebagai trombosit (Gandasoebrata, 2013).
2. Cara Tak Langsung
a. Metode Fonio
Darah dicampur dengan larutan magnesium sulfat 14%. Kemudian
dibuat apusan darah tepi dan diwarnai dengan pewarnaan giemsa atau
wright. Trombosit dihitung dalam 1000 eritrosit menggunakan
mikroskop perbesaran 40x, jumlah mutlak trombosit dapat
diperhitungkan dari jumlah mutlak eritrosit. Cara ini lebih kasar daripada
cara langsung.
b. Estimasi Barbara Brown
Trombosit pada metode ini dihitung dari 5-10 lapang pandang pada
apusan darah tepi, Eritrosit akan terlihat menyebar pada apusan darah
tepi bagian ekor, Kemudian rata-rata jumlah trombosit dikali
20.000/mm3. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu trombosit mudah
dihitung karena tidak berpindah-pindah. Sedangkan kekurangannya yaitu
dibutuhkan waktu lama karena pengecatan membutuhkan waktu 20
14
menit. Trombosit dihitung dalam keadaan menurun, normal, dan
meningkat.
Cara estimasi jumlah trombosit pada SADT, semua hasil hitung
trombosit baik normal maupun abnormal yang diperiksa secara langsung
harus dilakukan cross check dengan SADT yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan hitung trombosit secara langsung
dan estimasi (Gandasoebrata, 2013).
15
Heparin menjadi antikoagulan pilihan karena heparin tidak mengubah
komposisi darah. Antikoagulan ini jarang digunakan dalam
pemeriksaan dilaboratorium karena harganya relatif mahal. Pada
pemeriksaan apusan darah tepi tidak dianjurkan menggunakan
antikoagulan heparin karena dapat mengakibatkan latar belakang
berwarna biru gelap (Nugraha 2015).
c. Natrium citrat
Larutan dengan konsentrasi 3,8%. Natrium citrat mengendapkan ion
kalsium sehingga menjadi bentuk bukan ion. Antikoagulan ini sangat
baik untuk tes koagulasi dan laju endap darah.
d. Oksalat
Oksalat merupakan antikoagulan yang banyak digunakan dalam bentuk
kalsium oksalat. Oksalat dapat mencegah koagulasi dengan
mengendapkan kalsium. Kalsium oksalat tidak berpengaruh terhadap
morfologi leukosit.
5. Waktu penyimpanan spesimen
Batas waktu penyimpanan darah EDTA pada suhu kamar untuk
pemeriksaan trombosit adalah 1 jam. Pemeriksaan hitung jumlah trombosit
yang ditunda selama 1 jam dapat menyebabkan menurunnya jumlah
trombosit. Trombosit akan mudah pecah, proses agregrasi dan adhesi
sehingga menyebabkan trombosit bergabung satu sama lain.
6. Suhu
Suhu sangat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan trombosit.
Pemeriksaan pada suhu kamar memiliki batas tertentu. Suhu yang baik
untuk pemeriksaan trombosit adalah 4°C. Pada suhu tersebut trombosit
akan lebih stabil.
16
sel-sel keeping darah merah yang lebih dari jumlah normal didalam darah
dan sumsum tulang akibat produksi oleh sumsum tulang. Trombositemia
primer yang terjadi proliferasi abnormal megakariosit dengan jumlah
trombosit melebihi satu juta. Trombositosis primer ditemukan dengan
gangguan mieloproliferatif lain seperti polisitemiavera atau leukemia
granulositik kronis yang terjadi proliferasi abnormal megakariosit bersama
dengan sel-sel lain dalam sumsum tulang.
2. Trombositosis sekunder terjadi sebagai akibat adanya penyebab-penyebab
lain sementara setelah stress atau olahraga dengan pelepasan trombosit
dari sumber cadangan atau dapat disertai dengan meningkatnya perminttan
sumsum tulang seperti pada pendarahan, anemia hemolitik atau anemia
defisiensi besi.
18
2.2.4 Perhitungan Jumlah dan Jenis Leukosit
2.2.4.1 Definisi Leukosit
Leukosit adalah bagian dari komponen darah, secara alamiyah leukosit
tidak memiliki warna, warna putih baru dapat dilihat ketika sel tersebut
membentuk kelompok melekat satu sama lain. Bentuknya lebih besar dari sel
darah merah tetapi jumlahnya lebih sedikit dari sel darah merah (Guyton, 2008).
Didalam tubuh leukosit tidak berasosiasi dengan jaringan tubuh tertentu, leukosit
bekerja secara independent. Leukosit dapat bergerak dengan bebas, berinteraksi
dan menangkap partikel, serpihan atau mikroorganisme asing. Leukosit memiliki
bermacam macam inti sehingga dapat dibedakan berdasarkan intisel (Benedicta,
2014).
c. Neutrofil
Neutrofil berkembang dalam sumsum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi,
Garis tengah sekitar 12 um, satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak
diisi oleh granula-granula spesifik (0,3-0,8um) mendekati batas resolusi optik,
berwarna salmon pink oleh campuran jenis 9 romanovky. Granula pada
neutrofil ada dua yaitu neutrofil batang dengan nilai normal 2-6 % dan
neutrofil segmen dengan nilai normal 50-70 %. Granula spesifik lebih kecil
mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal (protein kationik) yang
dinamakan fagositin. Neutrofil aktif bergerak dan sejumlah besar dapat
20
berkumpul di tempat jaringan cedera dalam waktu singkat. Sel-sel ini tertarik
ke tempat cedera dan peradangan oleh suatu proses yang disebut kemotaksis.
Neutrofil merupakan lini pertama pertahanan tubuh apabila jaringan rusak
atau benda asing masuk ke dalam tubuh. Fungsi sel-sel ini berkaitan erat
dengan fungsi sistem pertahanan tubuh yang lain termasuk pembentukan
antiodi (imunoglobulin) dan pengaktifan sistem komplemen.
Neutrofil mampu mengeluarkan enzim ke dalam sitoplasmanya sendiri
untuk menghancurkan bahan yang tertelan atau difagositosis dan neutrofil
juga dapat mengeluarkan enzim-enzim ke lingkungan sekitarnya. Fungsi
utama neutrofil adalah fagositosis dan pembersih debris, partikel, dan bakteri
serta pemusnahan organism mikroba. Neutrofil juga dapat mematikan sel-sel
yang terikat antibody melalui suatu proses yang disebut Antibody Dependent
Cellular Cytotoxicity (ADCC, sitotoksisitas sel dependen antibody).
Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, penyakit
radang, kerusakan jaringan, penyakit Hodkin’s hemolitik pada bayi baru lahir,
apendiksitis akut, dan pankreatitis akut. Penurunan jumlah neutrofil terdapat
pada infeksi virus, leukemia, granulositosis, anemia aplastik dan anemia
defisiensi besi.
BAB III
PENUTUP
e. Limfosit
Limfosit merupakan leukosit kedua terbanyak di darah perifer. Sel-sel ini
merupakan komponen esensial pada sistem pertahanan imun. Fungsi
utamanya adalah berinteraksi dengan antigen dan menimbulkan respon imun.
22
Leukosit yang tak bergranula dengan inti besar, ukurannya lebih besar sedikit
dari eritrosit, dihasilkan oleh jaringan limpatik, berperan penting dalam
proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Jumlah normal 20-35%.
Limfosit dalam darah adalah sel T dan sel B. limfosit T berperan dalam
imunitas selular dan memodulasi responsivitas imun. Limfosit B terutama
bertanggungjawab untuk imunitas humoral dan 12 membentuk antibody
(Sacher, 2004). Peningkatan limfosit (limfositosis) terdapat pada leukemia
limfositik, infeksi virus dan bakteri, infeksi kronik, penyakit Hodkin’s,
multipel myeloma, dan hipofungsi adrenokortikal. Penurunan limfosit
terdapat pada penderita kanker, leukemia myeloid, hiperfungsi
adrenokortikal, anemia aplastik, agranulositosis, gagal ginjal, multipel
sklerosis dan sindrom nefrotik.
23
Hitung jumlah leukosit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara
manual improved neubauer dan metode automatic hematology analyzer.
Menghitung jumlah leukosit baik secara manual dan mesin sama-sama
mempunyai kebaikan dan keburukan. Kebaikan menghitung secara manual
diantaranya harga alatnya (mikroskop) jauh lebih murah jika dibandingkan dengan
menggunakan mesin, melatih mata untuk selalu teliti, tidak bergantung mesin.
Sedangkan keburukannya adalah membutuhkan waktu yang lama untuk
menghitung. Apabila mata sudah lelah dapat menghasilkan perhitungan yang
tidak akurat. Adapun kebaikan dengan menggunakan mesin adalah cepat, lebih
dari satu jenis pemeriksaan dapat diperiksa hasilnya dan praktis. Sedang
kelemahannya adalah alatnya mahal sehingga membutuhkan dana yang besar
untuk membelinya, harus dikalibrasi agar hasilnya selalu tepat.
Kesalahan-Kesalahan Pada Tindakan Menghitung Leukosit:
a. Jumlah darah / larutan Turk yang dihisap ke dalam pipet tidak tepat
b. Tidak menghomogenkan tabung sebelum mengisi kamar hitung.
c. Kamar hitung atau kaca penutup dalam keadaan kotor dan berminyak.
d. Ada gelembung udara masuk bersama dengan cairan.
e. Letaknya kaca penutup salah.
f. Memakai pipet / Tip basah.
g. Terjadi gelembung udara.
h. Pencampuran darah tidak sempurna.
i. Terjadi bekuan darah.
j. Meja mikroskop tidak rata
2.2.4.4 Hemositometer
Hemositometer adalah alat yang digunakan untuk menghitung jumlah sel
darah dan yang terdiri dari kamar hitung, kaca penutup dan dua macam pipet,dan.
Mutu kamar hitung serta micro pipet harus memenuhi syarat-syarat ketelitian
tertentu. Cara–cara menghitung sel darah secara manual dengan memakai pipet
dan kamar hitung tetap menjadi upaya penting didalam suatu laboratorium klinik.
Disamping itu cara tabung sering juga dipergunakan yaitu darah diencerkan dalam
pipet atau tabung leukosit, kemidian dimasukan kedalam kamar hitung. Jumlah
leukosit dihitung dalam volume tertentu, dengan mengenakan faktor konfersi
24
jumlah leukosit per ul darah dapat diperhitungkan. Larutan pengencer adalah
larutan turk yang mempunyai susunan sebagai berikut, larutan gentian violet 1 %
dalam air 1 ml aquadest, asam asetat glacial 1 ml; aquadest 100ml.
(Gandasoebrata, R, 2007).
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan laboratorium hematologi adalah pemeriksaan cairan darah
yang berhubungan dengan sel-sel darah dan biokimiawi yang berhubungan
dengan sel darah. Pemeriksaan laboratorium hematologi secara umum dibagi
menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi darah rutin dan hematologi darah
lengkap. Pemeriksaan hematologi darah lengkap (Complete Blood Count / CBC)
adalah jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit
dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.
Disamping itu, pemeriksaan ini juga sering dilakukan untuk melihat
kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah
eritrosit, jumlah leukosit, jumlah trombosit dan hematokrit (perbandingan antara
sel darah merah dan jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED (Laju
Endap Darah), indeks eritrosit, hitung jenis leukosit, PDW dan RDW.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik
dari sebelumnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
28
Syafa’ati, F. L. 2017, Perbedaan Hasil Kadar Hematokrit Metode
Mikrohematokrit Dengan Antikoagulan Edta Cair Dan Serbuk, pp. 5–18.
tersedia dalam http://repository.unimus.ac.id/1046/, diakses pada 21
oktober 2021.
Widman, F. K. 2005, Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Alih
bahasa: Siti Boedina Kresno, Gandasoebrata, J.Latu, EGC, Jakarta,
Indonesia.
Wirawan, Riadi, 2011. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi, Fakultas
Kedokteran UI, Jakarta, Indonesia.
29