Anda di halaman 1dari 68

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN FISIOTERAPI DENGAN PEMBERIAN INTERVENSI


ULTRASOUND, NEOMUSCULAR TAPPING DAN TERAPI
LATIHAN PADA CEDERA MENISCUS UNTUK
MENINGKATKAN STABILITAS LUTUT

OLEH :
IRA JUNIANTI
NIM :1811401021

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPIt


FAKULTAS FARMASI & ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2021
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN FISIOTERAPI DENGAN PEMBERIAN INTERVENSI


ULTRASOUND, NEOMUSCULAR TAPPING DAN TERAPI
LATIHAN PADA CEDERA MENISCUS UNTUK
MENINGKATKAN STABILITAS LUTUT

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Fisioterapi
Program Studi Diploma lll Fisioterapi Universitas Abdurrrab

OLEH :
IRA JUNIANTI
NIM : 1811401021

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI


FAKULTAS FARMASI & ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga dari sudut pandang ilmu faal ialah, serangkaian gerak yang

teratur dan terencana yang dilakukan seseorang dengan sadar untuk

meningkatkan kemampuan funsionalnya, sesuai dengan tujuannya melakukan

olahraga (Palar, 2015).

Cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada sistem muskuloskeletal

atau sistem lain, terjadi baik pada waktu latihan, pertandingan, maupun

sesudahnya dengan indikator yaitu cedera sangat berat, cedera berat,

cedera sedang, cedera ringan, dan cedera sangat ringan. Cedera olahraga

merupakan masalah yang timbul dalam diri seseorang setelah melakukan

aktivitas fisik ataupun olahraga baik dalam berlatih maupun bertanding,

kejadianya dapat tiba-tiba dan sulit dihindari (Puspitasari, & Yulia, 2019).

Kalsifikasi cidera meliputi ; 1.Cedera ringan cedera yang tidak di ikuti

kerusakan berarti pada jaringan tidak mempengaruhi penampilan, contohnya

lecet dan memar ; 2) Cedera sedang yaitu kerusakan jaringan, nyeri, bengkak

nyata, mengganggu penampilan, contohnya sprain, strain grade 2 ; 3) Cedera

berat adalah kerusakan jaringan parah, seperti bengkak besar, nyeri tak

tertahankan, tidak bisa tampil atau harus menghentikan olahraga. Rusaknya

atau robeknya pembuluh darah karena peradangan lokal ditandai dengan


tanda radang yang terdiri atas rubor (kemerahan), tumor (bengkak), kalor

(panas), dolor (nyeri) dan functiolaesa (penurunan fungsi) (Setiawan, 2011).

Cedera meniscus terjadi karena lutut dalam kedaaan setengah fleksi yang

menopang badan di ikuti gerakan rotasi sehingga terjadi perputaran tulang

bagian kondilus femoralis dan kondilus tibia yang menyababkan kerobekan

sepanjang miniscus atau kartilago bagian depan atau belakang (Wibowo

H.2007).

Cedera meniscus telah menjadi sangat umum di kalangan atlet profesional

hal ini merupakan salah satu indikasi paling umum untuk operasi lutut.

Meskipun kejadian patologi meniscus sulit diperkirakan, peningkatan kegiatan

aktivitas atletik meningkatkan risiko cedera pada struktur ini (Aljowair,2016).

Tanda dan gejala cedera meniscus rasa sakit pada bagian dalam tempurung

lutut yang akan terasa sakit apabila jalan, lari, jongkok, loncat, sendi terkunci,

sendi terasa lemah dan sendi berisi cairan dengan penyebab trauma sendi lutut,

keidakseimbangan otot, putiran atau peregangan sendi lutut berlebihan

(overuse) misalnya ketika jogging, sprint dan sepak bola. Rasa sakit ini terjadi

di bagian tempururng lutut yang di mulai usia 12- 35 tahun (Mustafa, 2017).

Cedera meniscus adalah salah satu dengan angka kejadian tahunan rata-rata

yang dilaporkan pada populasi umum 66-70 per 100.000. Bersamaan dengan

itu, pengobatan artroskopi untuk cedera meniscus merupakan prosedur ortopedi

yang sangat umum di Amerika Serikat. 1.082 cedera meniscal dilaporkan

selama 21.088.365 atlet-eksposur untuk tingkat cedera keseluruhan 5,1 per


100.000 pajanan atlet. Tingkat keseluruhan cedera lebih tinggi dalam kompetisi

(11,9) dari pada latihan, dan olahraga 12/19 menunjukkan tingkat cedera yang

jauh lebih tinggi dalam kompetisi dibandingkan dengan latihan. Dari semua

cedera, 68,0% terjadi pada anak laki-laki, namun di antara olahraga yang

sebanding dengan gender seperti sepak bola, bola basket, trek dan lapangan,

lacrosse, dan tingkat cedera bisbol / softball lebih tinggi untuk anak perempuan

dari pada anak laki-laki. Cedera kontak merupakan mekanisme yang paling

umum (55,9%). Pembedahan dilakukan untuk sebagian besar cedera (63,8%),

dan 54,0% atlet telah dikaitkan dengan patologi lutut (Mitchell,2016).

Faktor terjadinya cedera meniscus : 1.) Ovurse injury cedera berlebihan

yang menyebakan inflamasi akibat tekanan seperti jatuh tebentur dan terlalu

lama melakukan gerakan secara berulang pada lutut sebagai tumpuan. Lutut

menopang sebagian besar berat badan hal ini dapat meningkatkan resiko

trauma pada lutut akibat aktivitas, bekerja maupun olahraga ; 2.) Degenerasi,

meniscus di lapisi oleh cairan sinovial, cairan sinovial terdiri dari nutrisi yang

di butuhan oleh struktur sendi karena itu kekurangan cairan sinovial dapat

meningkatkan kelemahan pada lutut, penurunan kelenturan tulang rawan dan

dapat pula menimbulkan terjadinya osteoarthitis.

Cedera terbagi menjadi 3 tahap sesuai dengan durasi waktu kejadian gejala

yaitu : cedera dengan fase akut apabila gejala telah hadir selama 0 sampai 6

minggu. Cedera sub-akut ketika gejala telah muncul antara 6 sampai 12

minggu. Cidera kronis setelah lebih dari 3 bulan (Javier & Andrew, 2018).
Fisioterapi adalah salah satu tenaga medis yang memiliki kewenangan

dalam melakukan penangan kasus cidera olahraga. Fisioterapi adalah bentuk

pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompo

untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara

manual, peningkatan gerak, peralatan (physics, elektroterapeutis dan mekanis)

pelatihan fungsi, dan komunikasi (PERMENKES NO. 65,2015).

Adapun permasalahan pada cedera meniscus menurut Palmer (2016) dapat

menggunakan intervensi ultrasond. ultrasound banyak digunakan dalam

rehabilitasi, terutama untuk memperbaiki jaringan ikat, sebagai ekstensibilitas

dan pereda nyeri pada cedera muskuloskeletal, untuk penyembuhan dan

pembentukan kembali jaringan. Gelombang ultrasond memiliki frekuensi lebih

dari 20.000 Hz (02 MHz), yang lebih tinggi dari pada jangkauan suara telinga

manusia. Rentang frekuensi untuk ultrasound terapeutik adalah antara 0,75 dan

3 MHz. Ultrasond terutama digunakan untuk menaikkan suhu jaringan. Ini

dianggap sebagai modalitas pemanasan dalam karena kemampuannya untuk

memanaskan hingga kedalaman 5 cm (Palmer,2016). Berdasarkan penelitian

(Antonio et all, 2012) pada 224 pasien terbukti terapi ultrasound untuk

meningkatkan suplai darah dan menyembuhkan jaringan dan menunjukkan

bagaimana terapi ultrasound mengurangi rasa sakit dan memfasilitasi

mobilisasi lutut.

Aplikasi NeuroMuscular Taping (NMT) adalah teknik pita kinesiologi

elastis digunakan untuk menciptakan kondisi peregangan pasif, dengan teknik


eksentrik, dengan peningkatan fleksibilitas dan koordinasi serta peningkatan

rentang gerakan pada pasien yang menderita permasalahan koordinasi otot

(Giuseppe,2017). Berdasarkan penelitian pertama kali di lakukan (Erika et all,

2020) dengan menggukan NMT pada 11 pasien terbukti penurunan oedem dan

nyeri, rehabilitas ini memungkinkan untuk membuat efek sementara yang

dihasilkan oleh (NMT).

Menurut (Kisner, 2017 dalam Purnomo, dkk 2017) Terapi Latihan adalah

gerakan tubuh, postur, atau aktifitas fisik yang dilakukan secara sistematis dan

terencana guna memberikan manfaat pada pasien untuk meningkatkan,

mengembalikan atau menambah fungsi fisik, mencegah atau mengurangi faktor

risiko terkait kesehatan serta memgoptimalkan kondisi kesehatan, kebugaran,

dan rasa kesejahteraan secara keseluruhan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka fisioterapi tarik mengangkat judul

tentang “Asuhan fisioterapi dengan pemberian intervensi Ultrasound,

Neomuscular Tapping dan Terapi Latihan pada Cedera Meniscus untuk

meningkatkan stabilitas lutut” diiiialam melakukan penelitian terhadap kondisi

cedera meniscus tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Cedera meniscus merupakan cedera yang sering terjadi pada sendi lutut

penyebabnya di tentukan oleh riwayat faktor pekerjaan, aktivitas olahraga

berlebihan, maupun degenertif, cedera meniscus terjadi karena kondisi lutut

setengah fleksi dengan menumpu berat badan di sertai gerakan rotasi sehingga

melibatkan perputaran tulang kondilus femoral dan kondilus tibia, meniscus


berbentuk c terdiri dari dua yaitu meniscus medial terletak di antara kondilus

tibiofemoral medial, miniscus lateral teletak di antara kondius tibiofemoral

lateral. meniscus berperan penting utnuk stabilitas sendi lutut,menopang

badan, pelcin permukaan sendi tibiofemoral dan meredam getaran karena

hentakan.

Patologi fungsional pada cedera meniscus: 1) Anatomi Impairment

adanya nyeri pada sendi lutut atau bantalan fibrocartilago, kelemahan ligamen,

kelemahan otot hamstering dan quadricep. 2) Fungsional Impairment adanya

keterbatasan gerak fleksi dan ekstensi, internal rotasi dan ekternal rotasi. 3)

Fungsional Limitation penurunan aktivitas fungsional sehari-hari seperti

gerakan sujud dalam sholat, berjalan lama, dan gerakan dari jongkok ke berdiri

dan kesulitan aktivitas berolahraga. 4) Disability/Participation Restriction

pasien mengalami kesulitan melakukan aktivitas seperti latihan fisik, tidak bisa

mengikuti pertandingan olahraga dan bersosialisasi.

Ultrasound terapi merupakan dan aplikasi yang memanfaatkan

kemampuan modalitas untuk memanaskan jaringan lunak. Menurut (Sudarsini,

2017 dalam purnomo, et al 2017 ) Ultrasound merupakan terapi dengan

menggunakan gelombang dengan frekuensi 1 atau 3MHz. (>20.000 Hz).

Gelombang ultrasound dihasilkan yang dipasang pada aplikator tranduser yang

menghantarkan gelombang tersebut ke pasien. Ketika arus bolak-balik

dipasang pada efek tersebut terjadi pemecahan struktur molekul, lalu molekul

bergetar, menghasilkan mekanis yang serupa dengan gelombang panas.

Frekuensi gelombang ditentukan oleh frekuensi arus yang berpindah,


gelombang menekan dan melepaskan molekul pada media secara

bergantian memancarkan energi melalui molekul. (Purnomo,et al 2017 ).Terapi

ultrasound merupakan jenis thermotherapy dan diklasifikasikan sebagai

“deep heating modality” yang terutama bertujuan untuk menaikkan suhu

jaringan dan mengurangi nyeri akut dan kronis (Dullu et all, 2016).

NeuroMuscular Taping (NMT) merupakan suatu teknik yang

mengaplikasikan penerapan pita perekat elastic pada kulit, yang akan

memberikan efek terapeutik yang bersifat lokal maupun menyebar jauh melalui

jalur reflek (Blow, 2012 dalam Dewangga & Rahayu, 2018). Neuromuscular

Taping (NMT) merupakan salah satu metode terapi biomekanikal yang

inovatif dengan stimulasi compressi dan decompressi untuk menghasilkan efek

yang positif pada sistem musculoskeletal, neurologi, vaskular dan limfatik.

Neuromuscular Taping adalah teknik pengaplikasian elastic tape pada kulit,

saat Neuromuscular Taping diberikan cara yang benar akan dapat

mengurangi nyeri (Ismaningsih & Selviani,2018).

Terapi latihan adalah salah satu metode fisioterapi di antaranya

menggunakan Terpi latihan Straight leg raises adalah gerakan dengan

ekstremitas bawah yang meningkatkan kekuatan otot lutut dan melindungi

sendi lutut (Daskapan, 2013 ).bulgarian split squat dan single leg squat

adalah latihan jenis latihan untuk meningkatkan pengembangan kekuatan

terutama pada otot-otot kaki, beban dalam sebagai dasar pokok latihan,

latihan single-leg squat ini dilakukan dengan cara kaki salah satu

diangkat dan kaki tumpuan di turunkan dengan intensitas, set, frekuensi


dan lama latihannya sehingga dapat menimbulkan suatu efek latihan

berupa peningkatan kekuatan (Strenght), daya ledak serta daya tahan otot.

Dengan meningkatnya kekuatan (Strength), daya ledak daya tahan otot,

kemampuan fisik akan bertambah secara umum.

Untuk evaluasi akhir pada kasus ini, penulis menggunakan single lag

stance tes untuk mendapatklan informasi tentang bagaimana nyeri lutut akibat

cedera yang berdampak pada kemampuan stabililtas pasien sehari-hari.

1.3 Rumusan Masalah

Apakah intervensi Ultrasound, Neuromuscullar Tapping (NMT) dan

Terapi Latihan dapat meningkatkan stabiltas lutut pada kondisi cedera

meniscus ?

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui adanya peningkatan stabilias lutut pada kondisi cedera

mesniscus dengan intervensi terapi Ultrasound, Neuromuscullar Tapping

(NMT) dan Terapi Latihan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berharab dapat bermanfaat bagi :

1.5.1 Bagi Penulis

Menambah pengetahuan bagi penulis tentang intervensi Ultrasound,

Neuromuscullar Tapping (NMT) dan Terapi Latihan pada kasus cedera

mesniscus untuk meningkatkan stabilitas lutut.


1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat di jadikan sebagai masukan dan bahan kajian referensi bagi

mahasiswa untuk studi dimasa yang akan datang, semoga studi kasus

yang di lakukan penulis dapat lebih baik lagi.

1.5.3 Bagi Masyarakat dan Pasien

Sebagai wawasan dan masukan bagi pembaca dan masyarakat

tntang pelaksanaan pasien cedera meiniscus dengan intervensi

Ultrasound, NeuromMuscullar Tapping (NMT) dan Terapi Latihan.


BAB 2

KAJIAN TEORITIS

2.1 Variabel Studi Kasus

2.1.1 Definisi Cedera Meniscus

Cedera meniscus terjadi karena lutut dalam kedaaan setengah fleksi

yang menopang badan di ikuti gerakan rotasi sehingga terjadi perputaran

tulang bagian condylus femoralis dan condylus tibia yang menyebabkan

kerobekan sepanjang meniscus atau kartilago bagian depan atau belakang

(Wibowo, 2007). Meniscus sendi lutut merupakan jaringan lunak struktur

fibrokartilago berbentuk C berperan penting dalam fungsi kesehatan sendi,

stabilitas sendi lutut, sebagai pelumasan permukaan sendi, dan

proprioceptf (Maher,2017).

Cedera Meniscus terjadi melibatkan gerakan yang menumpu badan di

sertai gerakan rotasi hal ini dapat merubah kecepatan gerak dan

menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut. Cedera meniscus akibatkan

kompresi gerakan internal rotasi dapat menyebabknan kerobekan meniscus

lateral dengan tekanan 2 kali lipat di banding eksternal rotasi, cedera

meniscus dapat terjadi pula karena kekurangan cairan sinovial pada sendi

lutut (Pilar, 2012).


2.1.2 Definisi Stabilitas

Stabililitas merupakan kemampuan sendi untuk mempertahankan

posisi dari gerakan, stabilitas adalah kemampuan untuk mempertahankan

posisi tubuh saat bergerak ataupun diam di tempat ( Raharjo,2017).

Stabilitas di bagi menjadi 2 yaitu stabilitas statis adalah kemampuan yang

di perlukan seseorang untuk mempertahankan tubuh dalam posisi diam

atau tanpa bergerak, sedangkan keseimbangan dinamis adalah kemampuan

tubuh untuk menjaga keseimbangan saat melakukan gerakan atau aktivitas

dinamis melihat kontrol tubuh dalam bergerak.

2.1.3 Penurunan Stabilias Pasca Cedera Meniscus

Stabilisasi merupakan salah satu komponen pendukung aktifitas

fungsional. Sistem tubuh selalu mengontrol dari aspek fungsional,

adaptasi, dan pertahanan respon dari tekanan atau dorongan sehingga

tercipta keseimbangan yang baik (Wahyudi,2015). Meniscus yang robek

merupakan salah satu cedera lutut yang paling umum terjadi pada usia

berapa pun rawan untuk mengalami kondisi ini, khususnya bagi mereka

yang melakukan olah raga yang melibatkan kontak tubuh. Pada lutut

terdapat 2 buah tulang rawan berbentuk baji atau pasak yang dikenal

sebagai meniskus berfungsi untuk meredam guncangan, membantali sendi

dan menjaga stabilitas lutut.

Kerusakan meniscus pada sendi lutut menyebabkan ligament kendur

dan kapsul sendi mengalami kerusakan sehingga menyebabkan kelemahan

pada reseptor proprioseptif yang terdapat pada tulang, otot dan


ligament mengalami gangguan. Proprioseptif berfungsi sebagai salah

satu komponen pengontrol keseimbangan. Penurunan keseimbangan tidak

hanya di pengarui proprioseptif namun faktor kelemahan otot juga

mengakibatkan penurunan keseimbangan postural dan stabilitas sendi lutut

( Khairuruizal,2019). Penurunan stabilitas di sebabkan karena lutut gerak

fleksi dengan gerakan rotasi berlebihan mengakibatkan lutut mengunci dan

keterbatasan gerak sendi lutut, nyeri pada lutut akibat cedera meniscus,

kelemahaan otot, gangguan proprioseptif, kelemahan ligamen yang

menjadi laksiti hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan sendi lutut.

2.2 Kajian Yang Terkait

2.2.1 Anatomi Fisiologi Sendi Lutut

Anggota gerak atas dan anggota gerak bawah dihubungkan oleh

sebuah gelang sendi. Anggota bawah khusus untuk menopang berat badan,

mengatur gaya berat dan berjalan. Persendian atau artikulasi adalah suatu

hubungan antara dua tulang atau lebih yang dihubungkan melalui

pembungkus jaringan ikat pada bagian luar dan pada bagian dalam

terdapat rongga sendi dengan permukaan tulang yang dilapisi oleh tulang

rawan. Fungsi dari sendi secara umum adalah untuk melakukan gerakan

pada tubuh (Santoso, et al 2018 ).

Lutut memiliki beberapa persendian antara lain adalah tibiofemoral

joint, patellofemoral joint, proximal tibiofemoral joint. Meskipun sendi

lutut memiliki konstruksi yang baik, fungsinya sering terganggu bila

terjadi gerakan berlebihan pada lutut. Sendi lutut tersusun atas tulang, otot,
ligamen, bursa, menisus, kapsul sendi, saraf, dan vaskularisasi (Santoso,

et al 2018).

a. Tulang pembentuk sendi lutut

Sendi lutut di bentuk dari empat buah tulang yaitu tulang

femur,tulang tibia, tulang fibula dan tulang patella. Setiap tulang yang

berhubungan tersebut dibungkus oleh kartilago articular yang keras,

namun halus dan didesain untuk mengurangi resiko terjadinya cedera

antar tulang.Tulang yang membantu terbentuknya sendi lutut antara

lain:

1. Tulang femur

Femur atau tulang merupakan tulang terpanjang dan terbesar di

dalam tulang kerangka pada bagian pangkal yang behubungan

dengan acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput

femoris. Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat laju

yang disebut throcantermayor dan throcanterminor, di bagian ujung

membentuk persendian genu. Terdapat dua buah tonjolan yang

disebut condylus medialis dan condylus lateralis, diantara kedua

condylus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung genu

(patella) yang disebut dengan fosa condylus (Pratama, 2019).


Gambar 2.1 Tulang Femur, Tampak Ventra Dan Dorsal
Sumber : (Putz & Pabst, 2006)
2. Tulang Tibia

Tibia atau tulang kering merupakan tulang terpanjang dan terberat

setelah femur. Letaknya pada bagian medial tungkai bawah. Pada

sikap berdiri tulang ini menyalurkan beban dari femur ke tumit

dan kaki. Permukaan anterior tibia merupakan tempat menempelnya

ligamen patella (santoso, et al 2018).


Gambar 2.2 Tulang Tibia, Tampak Ventra Dan Dorsal
Sumber : (Putz & Pabst, 2006)

3. Tulang Fibula

Fibula terletak disebelah lateral tungkai bawah, kira-kira

sejajar dengan tibia. Panjangnya hampir sama dengan tibia, dan

sangat ramping. Kedua ujungnya agak melebar. Fibula membentuk

sendi sinovial dengan tibia diatas dan dengan talus dibawah.

Bagian tengahnya dihubungkan dengan tibia oleh membran

interoseus. Tulang ini tidak menanggung berat badan, karena

bagian tengahnya terbungkus otot, hanya teraba di kedua

ujungnya (santoso, et al 2018).


Gambar 2.3 Tulang Fibula, Tampak medial Dan lateral
Sumber : (Putz & Pabst, 2006)
4. Tulang Patella

Patela atau tempurung lutut adalah tulang sesamoid bentuk

segitiga berdiameter sekitar 5 cm yang tertanam dalam tendon

insersi m.quadriceps femoris. Bila otot ini lemas, patela dapat

digerakan kekiri dan kanan dansedikit keatas dan kebawah. Patela

mempunyai dua permukaan, anterior, dan artikuler; punya tiga tepi,

superior, medial, dan lateral (santoso, et al 2018).

Gambar 2.4 Tulang patella, Tampak Ventra Dan Dorsal


Sumber : (Putz & Pabst, 2006)
b. Otot

Otot adalah sebuah jaringan aktif dalam tubuh berfungsi untuk

menggerakkan bagian tubuh yang di sadari maupun yang tidak di

sadari, gerakan tersebut merupakan kerjasama antara tulang dengan

otot.tulang tidak dapat bergerak tanpa ada bantuan dari otot. Otot-otot

penggerak lutut antara lain:

Tabel 2.1 Otot-Otot Knee

No Otot Origo Insersio Fungsi


1 M. Rektus Spina ililaka anterior Tuberositas tibia Ektensi lutut
Femoris
inferior melalui tendon patela

2 M. Vastus Trokanter mayor, Tuberostas tibia melalui Ektensi lutut

Lateralis tuberositas gluteal, tendon patela

dan bibir proksimal

lateral linea aspera.


3 M.Vastus Garis Tuberostas tibia melalui Ektensi lutut

Medialis intertrokanterika dan tendon patela

bibir medial linia

aspera femur
4 M.Vastus Dua pertigaproksimal Tuberostas tibia melalui Ektensi lutut

Intermedialis kospus femoris tendon patela

anterior
5 M.Biceph Tuberositas iskial Kaput fbula Fleksi lutut,

Femoralis (Caput rotasi ekternal

Longum) lutut
6 M. Biceps Bibir lateral linea Kaput fbula Fleksi lutut

Femoralis aspera rotasi ekternal


(Caput Brevis) lutut

7 M. Tuberositas iskial Bagian posteromedial Fleksi lutut

Semimembanosus condylus medial tibia Rotasi internal

lutut

8 M. Tuberositas iskial Korpus medial tibia Fleksi lutut

semitendinosus melalui tendon pes Rotasi internal

anserinus lutut

Sumber: (Cael, 2014


c. Ligament

Ligamen adalah jaringan ikat yang terbuat dari serabut

kolagen yang menghubungkan tulang dengan tulang atau tulang

rawan yang menyokong memperkuat persendian. Fungsi utama

dari ligamen untuk menjaga tulang kerangka dan mencegah

gerakan abnormal dari sendi (santoso, et al 2018). ligament penghubng

sendi antara lain menurut (Pratama,2019) :

1. Anterior Cruciatum Ligament

Anterior cruciatum ligament adalah ligamen yang melekat pada

area intercondylaris anterior tibia dan berjalan sampai ke arah atas,

ke belakang, lateral dan melekat pada permukaan medial condylus

lateralis femoris.
2. Posterior Cruciatum Ligament

Posterior cruciatum ligament adalah ligamen yang melekat pada

area intercondylaris posteriortibia dan sampai ke arah atas, depan

dan medial untuk dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral

condylus medialis femoris.

3. Medial Collateral Ligament

Medial collateral Ligament adalah ligamen yang melekat pada

condylus medial femur dan tibia. Serat dari meniscus medial melekat

pada ligamen ini sering robeknya meniscus medial karena benturan

yang berlebihan.

4. Lateral Collateral Ligament

Lateral collateral Ligament menempel pada condylus lateral femur

sampai ke caput fibula, sendi ini sangat kuat dari benturan dari

tekanan sisi medial. Medial Collateral Ligament menjalar dari bagian

atas tibia ke bagian dalam dari bagian bawah tulang paha femur.

Gambar 2.5 ligament, tampak ventral


Sumber : (Putz & Pabst, 2006)
d. Persendian lutut

Sendi lutut merupakan sendi terbesar di bagian ektremitas bawah

mempunyai membran sinovial yang memproduksi cairan sinovial

sendi ini termasuk sendi engsel yang engsel yang bergerak pada satu

bidang. Sendi ini terletak diantara sendi ankle dengan sendi hip

yang berfungsi sebagai stabilisator dan penggerak. Sendi lutut

merupakan sendi sinovial, dimana sendi ini mempunyai ciri-ciri

sebagai, Permukaan artikular dilapisi tulang rawan hialin,

Mempunyai kapsul sendi, Intra-artikular di beberapa sendi terdapat

meniscus yang berfungsi sebagai peredam getaran, Persarafan

umumnya dari saraf yang memasok otot-otot yang bekerja pada sendi .

e. Meniscus

Meniscus adalah lapisan tulang rawan yang berbentuk lempeng

berbentuk sabit fibrocartilago pada permukaan articular tibia berfungsi

untuk melindungi dan menstabilkan persendian lutut. Saat

menggerakkan sendi lutut, lapisan inilah yang membuat tulang paha

dan tulang kering tidak saling bergesekan satu dengan yang lain. ketika

meniskus mengalami robekan, fungsinya dapat terganggu dan bisa

menyebabkan gesekan langsung antar tulang.

Meniscus medial berbentuk setengah lingkaran dan bersatu

dengan ligament collateral medial, bagian posterior meniscus

medial lebih lebar dan tebal dibanding bagian anterior. Rotasi

eksternal tungkai bawah menyebabkan pergeseran dan regangan


lebih besar, sedang-kan pada rotasi internal meniscus dalam

keadaan longgar. Meniskus lateralis hampir berbentuk lingkaran,

meniscus ini tidak menyatu dengan ligament collateral lateral oleh

karena itu meniscus ini tidak banyak mendapat regangan pada

macam-macam gerakan (Anwar,2012).

Gambar 2.6 Meniscus, Tampak dari atas

sumber : (Putz & Pabst, 2006)

f. Kapsul sendi

Kapsul sendi merupakan struktur yang menyelubungi seluruh sendi

lutut. Kapsul ini terdiri dari membran sinovial dan membran fibrosa

yang dipisahkan oleh jaringan lemak. Membran sinovial merupakan

membran khusus yang berfungsi menyediakan nutrisi bagi struktur

penyusun sendi Pada kapsul sendi lutut juga terdapat bursa yang berisi

cairan sinovial (Boroh & Cahyani, 2016)

g. Bursa
Bursa sendi merupakan suatu tube seperti kantong yang terletak di

bagian bawah dan belakang pada posisi lateral di depan dan di bawah

tendon origo m. Popliteus.bursa ini membuka ke arah sendi melalui

celah yang sempit di atas meniscus lateralis dan tendon m.popliteus

(Boroh & Cahyani, 2016).

h. Persarafan sendi lutut

Persarafan sendi lutut melalui cabang-cabang dari nervus yang

mempersarafi otot-otot disekitar sendi dan berfungsi untuk mengatur

pergerakan pada sendi yaitu nervus femoralis, nervus obturatorius,

nervus proneus communis, dan nervus tibialis.cedera saraf utama pada

lutut yaitu nervus fibularis (proneus) komunis (l2-l4) menjadi

superfisial ketika nervus mengelilingi fibula tepat di bawah kaput

fiburalis gejala hilangnya sensori dan kelemahan otot . Nervus safena

(L2-L4) adalah nervus sensoris yang mensarafi kulit di sepanjang sisi

medial lutut dan tungkai nervus safena dapat mengalami cedera akibat

trauma atau pembedahan pada daerah tersebut, menimbulkan

syndromenyeri kronis (Kisner & Colby,2014).

2.3 Biomekanik Sendi Lutut

1. Osteokinematik sendi lutut

Osteokinematik adalah analisa gerak dimana gerak dipandang dari tulang

pembentuk sendi. Gerakannya dapat diukur dengan goneometer.Gerak

tersebut terdiri atas, gerak fleksi,ekstensi, eksorotasi,endorotasi (lutut posisi

fleksi), disebut gerak angulasi (Anwar,2012).


a.) Gerak fleksi knee

Penggerak gerakan fleksi otot hamstring yang terdiri dari m.biceps

femoris, m.semitendinosus, m,semimembranosus, dan di bantu oleh m.

Gastrocnemius, m.popliteus dan m.grachilis. lingkup gerak sendi pada

fleksi knee 120-130 dengan soft end feel.

b.) Gerak ektensi knee

Penggerak otot ektensi adalah otot-otot quadriceps yang terdiri dari 4

otot yaitu m.rectus femoris, m. Vastus medialis, m.vastus lateralis,

m.vastus intermedialis.lingkup gerak sendi 5º-10º hiperektensi 0 ºdengan

hard end feel. Pada akhir ekstensi, ligamen collateral lateral dan medial

ligamen cruciatum menjadi tegang atau terulur. Sedangkan pada

hiperekstensi, ligamen popliteal oblique menjadi menegang untuk

memproteksi knee joint.

c.) Gerakan internal rotasi knee

Gerakan internal rotasi terjadi pada waktu gerakan fleksi (15º-20º-0º)

dengan melibatkan internal rotasi tulang tibia dan femur. Penggerak

internal rotasi m. Popliteus, m.gracilis di bantu oleh otot hamstring bagian

dalam. Ketika tibia bebas (open kinematik chain), akhir gerakan

ekstensi akan menghasilkan rotasi tibia kearah eksternal terhadap

femur sehingga terjadi locking (penguncian).

d.) Gerakan ekternal rotasi knee

Gerakan ekternal rotasi knee saat gerakan ektensi mendekati akhir

gerakan (15º-20º-0º) femur dan tulang tibia dengan penggerak otot biceps
femoris, m.tensor facialata. Rotasi dapat terjadi antara condylus femur

dan dataran tibia selama derajat akhir ekstensi knee. Mekanisme ini

dikenal sebagai locking knee.

e.) Gerakan adduksi abduksi knee

Pada gerakan adduksi terjadi gerakan tibia roll dan slide ke medial,

sedangkan gerakan abduksi akan terjadi roll dan slide tibia ke lateral sedikit

ke proksimal.

2. Arthokinematika sendi lutut

Arthrokinematik adalah analisa gerak dimana gerak dipandang dari

permukaan sendinya, juga disebut gerak intra articular, terdiri

darigeraktraksi,kompresi, slade / translasi, roll-slide dan spin

(Anwar,2012).

2.4 Patologi

2.4.1 Etiologi cedera

Penyebab cedera olahrag biasanya akibat dari trauma atau benturan

langsung atau pun latihan yang berulang-ulang dalam waktu lama.

Penyebab ini menurut (Setiawan, 2011) dapat dibedakan menjadi:

1. Faktor dari luar, yaitu: a) Body contact sport seperti : sepak bola,

tinju, karate. b) Alat olahraga seperti : stick hokey, raket, bola. c)

Kondisi lapangan seperti: licin dan tidak rata.


2. Faktor dari dalam, yaitu: a) Faktor anatomi. Panjang tungkai yang

tidak sama, arcus kaki rata, kaki cinjit, sehingga pada waktu lari

akan mengganggu gerakan. b) Latihan gerakan benturan yang keliru

misalnya : pukulan berbanding terbalik.c) Adanya kelemahan otot.

d)Tingkat kebugaran rendah

3. Penggunaan yang berlebihan atau overuse.Gerakan atau latihan yang

berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu relative lama trauma

dapat menyebabkan cedera.

2.4.2 Tanda dan Gejala.

a. Rasa sakit pada bagian dalam tempurung lutut yang akan terasa sakit

apabila jalan lari, jongkok, loncat, sendi terkunci.

b. Sendi terasa lemah mengakibatkan otot lutut menjadi lemah dan

struktur sendi juga mulai tidak stabil.

c. Sendi berisi cairan penyebab dari trauma sendi lutut.

d. Keidakseimbangan otot akibat putiran atau peregangan sendi lutut

berlebihan (overuse) misalnya ketika jogging, sprint dan sepak bola.

Rasa sakit ini terjadi di bagian tempururng lutut yang di mulai usia

12- 35 tahun (Mustafa, 2017).

2.4.3 Faktor Resiko Yang Meningkatkan Resiko Cedera Olahraga

Faktor atlet,semakin usia bertambah semakin berpengaruh terhadap

kondisi fisik atlet serta lamanya penyembuhan cedera. Pada usia 30-40
tahun kekuatan otot relative menurun, sedangkan elastisitas tendon

menurun setelah usia 30 tahun dan kekuatan otot menurun setelah usia

40 tahun. Kekuatan otot mencapai maksimal. pada 25 tahun. Atlet yang

perilakunya kasar. Sangat emosional, temperamen tinggi cenderung

mengalami cedera baik cedera yang mengenai dirinya atau terhadap lawan

main,mereka tidak memperhatikan resiko yang akanterjadi. Misalnya:

kalah dalam perbuatan bolak emudian melakukan tekling keras terhadap

lawan (Setiawan,2011)

2.4.4 Klasifikasi Derajat Cedera

Cedera meniscus terjadi berhubungan dengan kerobekan meniscus,

Robekan meniskus traumatis biasanya dikaitkan dengan kejadian akut

yang mampu menciptakan kapasitas yang cukup untuk menghancurkan

jaringan meniskus . Pola yang lebih sering berhubungan dengan robekan

traumatis adalah robekan longitudinal, buket handle, dan robekan radial

(Antonio, 2012).

Table 2.2 Tipe lesion

Tipe lesion Keterangan


Longitudinal lesion Cedera meniscus paling sering

Seperti yang dilaporkan oleh Pellacci, cedera

longitudinal 29% dari semua cedera medial dan

33% dari semua cedera lateral.


Buket handle lesion Di akibatkan karena terkuncinya sendi lutut hal

ini sering terjadi pada meniscus medial.


Complex lesion Disebabkan oleh trauma lutut yang berulang
Radial lesion Biasanya di sebabkan lutut menumpu satu sisi.
Horizontal leasion Di sebabkan karna faktor degeneratif melibatkan

bagian meniskus.

2.4.5 Proses Penyembuhan Cedera

1. Fase inflamasi

Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler

yang terjadi akibat perlukaan yang pada jaringan lunak. Tujuan yang

hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan

area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk

mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.

Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan

keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasis. Platelet

akan menutupi vaskuler yang terbuka dan juga mengeluarkan

substansi vasokonstriksi yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler

vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan

menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan

setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi

saraf sensoris local sensory nerve ending, local reflex action dan

adanya substansi vasodilator histamin, bradikinin, serotonin dan

sitokin. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan: eritema,

hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai

hari ke-3 atau hari ke-4


2. Fase Proliferatif

Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah

memperbaiki dan menyembuhkan jaringan lunak dan ditandai

dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses

perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan

menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama

proses rekonstruksi jaringan

3. Fase Maturasi

Fase ini merupakan penyempurnakan terbentuknya jaringan baru

menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fase ini

dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai

kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah

menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan

penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai

meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan

mulai berkurang dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak

untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan

mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan (santoso

et al,2018).

2.4.6 Patofisiologi

Cedera yang terjadi sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut

dan Overuse Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut


adalah suatu cedera berat yang terjadi secara mendadak, seperti

robekan ligament, otot, tendo, atau terkilir, atau bahkan patah tulang.

Cedera akut biasanya memerlukan pertolongan profesional. Sindrom

pemakaian berlebih sering dialami oleh atlet, bermula dari adanya

suatu kekuatan yang sedikit berlebihan, namun berlangsung

berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Sindrom ini kadang memberi

respon yang baik dengan pengobatan sendiri. (Kushartanti,2007

2.4.7 Patologi Fungsional

a. Anatomical impairment

Adanya nyeri pada sendi lutut / bantalan fibrocartilago, kelemahan

ligamen, kelemahan otot hamstering dan quadricep.

b. Fungtional impairment

Adanya keterbatasan gerak fleksi , ekstensi, internal rotasi dan

ekternal rotasi.

c. Functional limitation
Penurunan aktivitas fungsional sehari-hari seperti gerakan sujud

dalam sholat, berjalan lama, dan gerakan dari jongkok ke berdiri dan

kesulitan aktivitas berolahraga.

d. Disability / partipacion recpitation

Pasien mengalami kesulitan melakukan aktivitas seperti latihan fisik,

tidak bisa mengikuti pertandingan olahraga dan bersosialisasi.

2.5 Pemeriksaan dan Pengukuran Fisioterapi

2.5.1 Pemeriksaan Spesifik Kerobekan Meniscus

1. Tes Meniscus McMurray

a. Tujuan

Tes ini digunakan untuk menilai integritas meniscus dan

menentukan lesi pada meniscus.

b. Prosedur tes

Pasien terlentang dalam komposisi comfortabel. Praktikkan

meletakkan satu tangan dengan pada sisi anterior knee pasien dengan

ibu jari mempalpasi joint line knee, dan tangan satunya pada tumit
pasien untuk menyiapkan gerakan. Praktikan selanjutnya secara pasif

menggerakkan tungkai pasien kearah fleksi hip dan knee sekitar 90

derajat. Praktikan selanjutnya mengaplikasikan gerakan swing pada

tungkai pasien, seperti menggambar huruf u dengan cara

mengendorotasikan tibia pasien, sambil membawa tungkai kearah

fleksi dan ekstensi.

c. Interpretasi

Nyeri disertai bunyi clicking/popping selama pergerakan

Gambar 2.7 Tes Meniscus McMurray


Sumber : (Arifin & Sakti, 2016)
2. Tes Apley 1

a. Tujuan

Tes ini ditujukan untuk memprovokasi nyeri akibat tear meniskus.

Tes ini memiliki dua komponen, tes rotasi kompresi dan tes rotasi

distraksi

b. Prosedur tes
Pasien tengkurap dengan posisi awal knee fleksi 90 º Praktikan

meletakkan satu tangan diatas tumit pasien dan tangan satunya diatas

plantaris kaki pasien untuk menyiapkan kompressi. Praktikan

selanjutnya mengaplikasikan penekanan secara kuat sepanjang aksis

longitudinal tibia pasien. Sekali lagi, lakukan kompressi disertai

dengan endorotasi dan eksorotasi tibial

c. Interpretasi

Nyeri dengan atau tanpa apprehension ketika rotasi

diaplikasikan dibawah kompresi

Gambar 2.8 Tes Apley 1


Sumber : (Physiotutors,2017)

3.Tes Apley 2

a. Tujuan
Tes ini ditujukan untuk memprovokasi nyeri akibat tear

meniskus.

b. Positif Tes

Pasien tengkurap dengan posisi awal knee fleksi 90º.

Praktikan meletakkan satu tangan pada ankle pasien dan tangan

satunya pada dorsum kaki pasien untuk menyiapkan distraksi.

Sementara satu lutut praktikan diletakkan pada sisi posterior distal

paha pasien dengan kuat tetapi comfortable untuk

mempertahankan posisi paha tetap di bad selama tes dilakukan.

Praktikan selanjutnya mengaplikasikan distraksi pada knee pasien

secara longitudina sepanjang garisl tibia. Sekali lagi, lakukan

distraksi disertai dengan endorotasi dan eksorotasi.

c. Interpretasi

Nyeri berkurang ketika tes distraksi dilakukan

Gambar 2.9 Tes Apley2


Sumber : (Med school made easy,2014)
2.5.2 Pengukuran

Single lag stance tes adalah alat ukur yang mengukur keseimbangan

dalam menentukan penilaian secara klinik untuk memperhitungkan

keseimbangan secara bersamaan (Nothon et al,2018).

Instruksikan pasien dengan posisi berdiri pada satu tungkai tanpa

melakukan tanpa berpegangan menurut (Irimia,2014).

Table 2.3 Nilai single lag stance tes

Nilai Keterangan
4 Mampu mengangkat tungkai secara mandiri dan bertahan

hingga lebih dari 10 detik


3 Mampu mengangkat tungkai secara mandiri dan bertahan 5-

10 detik
2 Mampu mengangkat tungkai dan bertahan 2 detik atau lebih

lama.
1 Berusaha mengangkat tungkai, namun tidak mampu

bertahan 3 detik pasien tetap mandiri.


0 Tidak mampu berusaha atau perlu bantuan untuk mrncegah

jatuh nilai.

2.6 Metode dan Teknik Intervensi Fisoterapi

2.6.1 Ultrasound

Terapi ultrasound merupakan jenis thermotherapy (terapi panas)

yang dapat mengurangi nyeri akut maupun kronis. Terapi ini


menggunakan arus listrik yang dialirkan lewat transducer yang dapat

mengembang dan kontraksi serta memproduksi gelombang suara yang

dapat ditransmisikan pada kulit serta ke dalam tubuh. Efek fisiologis terapi

ultrasound ditemukan sangat bermanfaat dalam terapi gangguan

musculoskeletal, menghancurkan jaringan parut dan membantu mengulur

tendon. Penggunaan ultrasound dalam terapi panas dapat dikombinasikan

dengan stimulasi elektrik pada otot. Kombinasi ini dapat meningkatkan

kemampuan pembersihan sisa metabolisme, mengurangi spasme otot

serta perlengketan jaringan.Ultrasound terapetik juga memiliki efek anti

peradangan yang dapat mengurangi nyeri dan kekakuan sendi. Terapi ini

dapat digunakan untuk memperbaiki impingement (jepitan) akar

syaraf dan beberapa jenis neuritis (peradanagn saraf) dan juga

bermanfaat untuk penyembuhan paska cedera. Selain efek thermal, terapi

ultrasound juga menghasilkan efek non thermal berupa kavitasi dan

microstreaming. Kavitasi merupakan proses dimana terdapat bentukan

gelembung udara yang dapat membesar dalam jaringan sehingga

dapat meningkatkan aliran plasma dalam jaringan (Arrovah, 2010).

Peralatan yang dipergunakan pada terapi ultasound adalah

generator penghasil frekuensi gelombang yang tinggi, dan

transducer yang terletak pada aplikator. Transducer terbuat dari

kristal sintetik seperti barium titanate atau sirkon timbal titanat yang

memiliki potensi piezeloelectric yakni potensi untuk memproduksi

arus listrik bila dilakukan penekanan pada kristal. Terapi ultrasound


biasanya dilakukan pada rentang frekuensi 0.8 sampai dengan 3

megahertz (800 sampai dengan 3,000 kilohertz). Frekuensi yang lebih

rendah dapat menimbulkan penetrasi yang lebih dalam (sampai

dengan 5 sentimeter). Frekuensi yang umumnya dipakai adalah 1000

kilohertz yang memiliki sasaran pemanasan pada kedalaman 3 sampai

5 cm dibawah kulit. Pada frekuensi yang lebih tinggi misalkan 3000

kilohertz energi diserap pada kedalaman yang lebih dangkal yakni

sekitar 1 sampai 2 cm. Menurut (Arrovah, 2010) tata cara pelaksaan

ultrasound therapy :

a. Pelaksanaan ultrasound therapy.

Sebelum diadakan terapi dilakukan penilaian awal tentang perjalanan

penyakit, riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik. pasien diminta

untuk menceritakan secara detail rasa nyeri yang dialami. pasien

diminta untuk duduk atau berbaring selama dilakukan terapi dengan

ultrasound. Penderita diminta untuk melepas perhiasan. Apabila

dipandang perlu, penderita dapat diminta untuk menggunakan jubah

sehingga area terapi lebih mudah diakses. Beberapa teknik yang

dapat dilaksanakan pada terapi dengan ultrasound antara lain meliputi :

Fisioterapi kemudian membersihkan area yang akan diterapi. Area

tersebut kemudian diberi gel sehingga terbentuk konduksi yang

sempurna antara alat terapi (transducer) dan kulit.

b. Dosis dan durasi ultrasound therapy.


Frekuensi, intensitas dan durasi tergantung pada keadaan individual.

Fisioterapi akan meletakkan transducer pada area yang mengalami

gangguan dan kemudian melakukan gerakan memutar. Terapi dapat

dilakukan deegan menggunakan dua cara yakni continyu dan

intermitten. Pada metode continyu, gelombang ultrasound dibuat tetap

sedangkan pada metode intermitten, gelombang ultrasound terputus

putus. Dengan metode intermitten resiko luka bakar dapat

diminimalkan. Selama terapi penderita seharusnya merasakan rasa

hangat atau tidak merasakan sensasi apapun. Apabila ada rasa

tidak nyaman, terapi harus dihentikan. Biasanya waktu terapi yang

dibutuhkan berkisar 5 sampai dengan 10 menit. Setelah itu

penderita dapat beraktivitas seperti semula. Sebagian besar gejala

memerlukan terapi selama beberapa episode tergantung evaluasi

klinis dari terapis. Kemajuan terapi dapat dinilai dengan

menggunakan skala nyeri atau goniometer, yang merupakan alat

untuk mengukur jangkauan gerak sendi.

Gambar 2.10 Aplikasi Ultrasound Therapy


Sumber : (Chiropractic specialty center, 2014)
2.6.2 NeuroMuscullar Taping (NMT)

a. Definisi

Neuromuscular tapping (NMT) adalah aplikasi spesifik dari pita

perekat elastisitas permukaan kulit dengan teknik stimulasi eksentrik

menghasilkan dekompresi dan dilatasi pada daerah yang di tutupi yang

digunakan untuk tujuan trapeutik. Dalam rehabilitasi Neuromuscular

tapping menggunakan teknik dekompresi atau tidak ada tekanan sehingga

dapat menimbulkan wrinkle atau terangkat nya kulit yang menyebabkan

terbukanya ruang antara kulit lapisan dibawahnya. Selanjutnya setelah

ruang terbuka maka akan terjadi sirkulasi lancar, meningkatkan limfatik

dan regenerasi jaringan bagus (Blow,2012).

b. Dosis

Tape 1

(1.)Panjang tape : 20-25 cm. (2) lebar : 2,5 cm. (3)Bentuk : I-shaped.

Tape 2

(1.) panjang tape : 30 cm. (2.)lebar :5 cm. (3.) Bentuk : Y-shaped


Gambar 2.11 Aplikasi NMT knee joint
Sumber : (Blow, 2012)

2.6.3 Terapi Latihan

a. Definisi

Pada latihan ini diberikan pembebanan submaksimal untuk

meningkatkan stabilitas postural sesorang dengan gangguan persendian

atau tonus otot. Pada latihan ini biasanya digunakan berat badan tubuh.

Menurut (Arrofah, 2010).

b. Straight leg raises

Straight leg raises adalah gerakan dengan ekstremitas distal bebas

yang meningkatkan kekuatan otot lutut dan melindungi sendi lutut

(Daskapan, 2012 )

1. Pelaksanaan
Pasien diminta untuk meregangkan satu kaki dan menahannya

dengan lutut diperpanjang hingga 45 ° fleksi pinggul selama tiga

sampai empat detik kemudian mereka menurunkannya tiga sampai

empat detik untuk istirahat detik (Daskapan, 2012 ).

2. Dosis.

Latihan dilakukan 20 pengulangan dalam dua kali sehari

peningkatan latihan rutin dilakukan dengan cara yang sama dengan

sampai program akhir (Daskapan, 2013 ).

Gambar 2.12 Straight leg raises


Sumber : ( Andrews Physiotherapy, 2019)

c. Bulgarian Split Squat

1. Pelaksanaan

Pasien yang berdiri dengan satu kaki di depan tubuh dan jejak

lainnya, menemukan keseimbangan. Kaki belakang akan diangkat

ke atas suatu benda, jadi kaki depan adalah satu-satunya benda

yang bersentuhan dengan lantai. Pasien tersebut kemudian akan


turun secara vertikal mencoba menyentuh lutut belakang ke lantai

atau lutut depan sejajar dengan tanah. Saat melakukan preforming

bulgarian split squat, satu kaki berada di depan tubuh sementara

yang lainnya ditinggikan pada kotak di belakang tubuh. Para atlet

kemudian menurunkan tubuh mencoba menyentuh lutut yang

ditinggikan ke tanah atau sampai kaki depan sejajar dengan tanah.

Penyelesaian latihan ini dengan benar dan aman membutuhkan

penggunaan pinggul. Seorang atlet harus cukup fleksibel untuk

menempatkan tubuhnya pada posisi tersebut sambil melakukan

berbagai gerakan. Mereka juga harus memiliki keseimbangan untuk

menyelesaikan latihan tanpa rotasi batang tubuh pada bidang

transversal yang dapat menyebabkan cedera (Konrardy,2017).

2. Dosis

Prosedur pengujian adalah 12 pengulangan. Dimulai dengan

tiga kali pengulangan Para atlet diinstruksikan untuk meletakkan

kaki depan mereka di atas pelat gaya sementara kaki belakang

berada di atas kotak set yang tingginya 20 atau 40 cm dari pelat

gaya. Para atlet di beri waktu istirahat satu menit di antara setiap

set. Para atlet kemudian mengganti kaki dan mengikuti protokol

yang sama. Protokol ini diikuti sampai semua dua belas

pengulangan selesai. Seluruh tes termasuk pemanasan memakan

waktu sekitar 15-20 menit (Konrardy,2017).


Gambar 2.13 Teknik Bulgarian Split Squat
Sumber: (Openfit, 2016)

c. Single Leg Squat

1. Defenisi

Single leg squat adalah latihan jenis latihan tanpa beban

untuk meningkatkan pengembangan kekuatan terutama pada

otot-otot kaki, beban dalam sebagai dasar pokok latihan,

latihan single leg squat ini dilkukan dengan cara kaki salah

satu diangkat dan kaki tumpuan di turunkan dengan intensitas,

set, frekuensi dan lama latihannya sehingga dapat menimbulkan

suatu efek latihan berupa peningkatan kekuatan (Strenght),

daya ledak serta daya tahan otot. Dengan meningkatnya kekuatan

(Strength), daya ledak daya tahan otot, kemampuan fisik

akan bertambah secara umum (Khairudin,2019).


3. Dosis dan pelaksanaan

Dua sesi diselesaikan secara independen. latihan dipantau

melalui log latihan yang disimpan oleh masing-masing pasien.

Latihan dilakukan dalam 2 set 10 kali pengulangan. Waktu tahan

isometrik, level resistansi, dan jumlah resistansi eksternal

dirancang untuk efek kelelahan yang signifikan pada akhir set

kedua (Willy, 2011)

Gambar 2.14 Teknik Single Leg Squat


Sumber : (3V,2005)
2.7 Kerangka Berfikir

Meniscus adalah tulang rawan yang terdapat pada sendi lutut. Meniscus ini

berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah pergeseran tulang tibia terhadap

tulang femur ketika terjadi pergerakan. Meniscus tear adalah robekan pada

bantalan atau jaringan tulang rawan pada persendian lutut yang disebabkan

karena traumatic.

Meniscus tear merupakan salah satu cedera yang terjadi akibat adanya

robekan pada fibrocartilago menyebabkan sendi lutut tidak stabil sehingga tulag
tibia terjadi pergeseran. Cedera meniscus dapat mengakibatkan berbagai

gangguan nyeri, sendi terkunci, dan juga terjadi pengikisan dan dapat

menyebabkan degenerasi lebih awal pada sendi lutut. Permasalahan cedera

meniscus tear yang sering terjadi pada kasus ini seperti nyeri, keterba tasan

lingkup gerak sendi, kelemahan otot dan juga penurunan kemampuan aktivitas

fungsional seperti berjalan, naik turun tangga dan juga olahraga. Cedera

meniscus sering di sebut cedera lutut dapat mempengaruhi fungsi proprioseptif

dan stabilitas sendi lutut. Sebagian besar sendi lutut dengan kerobekan meniscus

menunjukkkan penurunan fungsi propioseptif sendi lutut. Komponen stabilitas

sendiri antara lain kekuatan otot fleksibilitas dan system neuromuscullar.

Penyebab cedera meniscus antara lain : 1.) Translasi gerakan yang

berlebihan gerakan internal rotasi dan eksternal rotasi ketika kaki sedang

berpijak kuat, kombinasi gerakan mendadak seperti berlari, meluruskan atau

berhenti yang terlalu berlebihan dari kaki sehingga lutut terbebani atau tekanan

yang lebih berat sehingga terjadi ketidakstabilan lutut. ; 2.) Cedera pada saat saat

melakukan aktivitas olahraga seperti trauma langsung terhadap lutut atau

kurangnya pemanasan sebelum pertandingan menyebabkan otot tidak siap

menerima beban sehingga terjadinya cedera. ; 3.) kondisi atlet yang buruk atau

penururnan kondisi saat kembali olahraga.; 4.) Muscle

Imblance,ketidakseimbangan kekuatan otot dimana m.quadriceps lebih lemah

dari pada m.hamtring.

Patologi fungsional pada cedera meniscus: 1) Anatomi Impairment

adanya nyeri pada sendi lutut / bantalan fibrocartilago, kelemahan ligamen,


kelemahan otot hamstering dan quadricep.; 2) Fungsional Impairment adanya

keterbatasan gerak fleksi, ekstensi, internal rotasi dan ekternal rotasi.; 3)

Fungsional Limitation penurunan aktivitas fungsional sehari-hari seperti gerakan

sujud dalam sholat, berjalan lama, dan gerakan dari jongkok ke berdiri dan

kesulitan aktivitas berolahraga. ;4)Disability/Participation Restriction pasien

mengalami kesulitan melakukan aktivitas seperti latihan fisik, tidak bisa

mengikuti pertandingan olahraga dan bersosialisasi.

Ultrasound gelombang yang di dihasilkan dipasang pada aplikator

tranduser yang menghantarkan gelombang tersebut ke pasien. Ketika arus bolak-

balik dipasang pada efek tersebut terjadi pemecahan struktur molekul, lalu

molekul bergetar, menghasilkan mekanis yang serupa dengan gelombang panas.

Frekuensi gelombang ditentukan oleh frekuensi arus yang berpindah, gelombang

menekan dan melepaskan molekul pada media secara bergantian memancarkan

energi melalui molekul. (Purnomo,dkk 2017 ).

Neuromuscular Taping (NMT) merupakan salah satu metode terapi

biomekanikal yang inovatif dengan stimulasi compressi dan decompressi untuk

menghasilkan efek yang positif pada sistem musculoskeletal, neurologi, vaskular

dan limfatik. Neuromuscular Taping adalah teknik pengaplikasian elastic tape

pada kulit, saat Neuromuscular Taping diberikan cara yang benar akan dapat

mengurangi nyeri (Ismaningsih & Selviani,2018).

Terpi latihan Straight leg raises adalah gerakan dengan ekstremitas

bawah yang meningkatkan kekuatan otot lutut dan melindungi sendi lutut

(Daskapan, 2013 ). Bulgarian Split Squat dan Single leg squat adalah latihan
jenis latihan untuk meningkatkan pengembangan kekuatan terutama pada

otot-otot kaki, beban dalam sebagai dasar pokok latihan, latihan single-leg

squat ini dilakukan dengan cara kaki salah satu diangkat dan kaki

tumpuan di turunkan dengan intensitas, set, frekuensi dan lama latihannya

sehingga dapat menimbulkan suatu efek latihan berupa peningkatan

kekuatan (Strenght), daya ledak serta daya tahan otot. Dengan meningkatnya

kekuatan (Strength), daya ledak daya tahan otot, kemampuan fisik

akan bertambah secara umum. (Khairudin,2019)

2.8 Skema Krangka Berfikir

Translasi yang berlebihan


gerakan internal rotasi dan Cedera saat olahraga
eksternal rotasi

Pemeriksaan :
1.Tes Meniscus McMurray
2.Tes Apley 1.
2. Tes Apley 2.

Meniscus Injury

3) Fungsional Limitation 4)Disability/Participtn


1.) Anatomi Impairment penurunan aktivitas Restriction pasien
adanya nyeri pada sendi fungsional sehari-hari mengalami kesulitan
2) Fungsional
lutut / bantalan seperti gerakan sujud
Impairment adanya melakukan aktivitas
fibrocartilago, kelemahan dalam sholat, berjalan
keterbatasan gerak fleksi seperti latihan fisik,
ligamen, kelemahan otot lama, dan gerakan dari
dan ekstensi. tidak bisa mengikuti
hamstering dan jongkok ke berdiri dan
quadricep. kesulitan aktivitas pertandingan olahraga
berolahraga. dan bersosialisasi.

NeuroMuscullar Tapping
Adanya penurunan stability dapat menambah efek positif
pada tendon, otot dan sendi
BAB 3

METODOLOGI STUDI KASUS

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di klinik fit sport dan rehabilitation canter.

3.1.2 Waktu Penellitian

Waktu studi kasus dilaksanakan pada tanggal 25 februari sampai

tanggal 30 maret.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian bertujuan untuk memecahkan suatau kasus yang di

perlukan metode yang sistematis yaitu studi kasus. Mengambil satu kasus yang

di jadikan sampel penelitian. Pemberian tindakan ini di lakukan secar lagsung

kepada pasien dengan kondisi cedera meniscus dengan permasalahan penurunan

stabilitas lutut. Intervensi yang di berikan yaitu Ultrasound, Neuromuscular

Tapping (NMT) dan Terapi latihan Menururt (Pramita & Wahyudi, 2020) Terapi

dilakukan 3x dalam seminggu selama 4 minggu. Evaluasi yang di lakukan saat

sebelum pelaksaaan latihan pertama dan sesudah terapi ke 10 selama 2 bulan.

K T1-T12
E1 E2

Skema 3.1 Rancangan Studi Kasus


Keterangan :

K :Cedera Meniscus

T1: Terapi 1

T12: Terapi 12

E1: Evaluasi Pertama

3.3 Uraian Studi Kasus

Tindakan pemeriksaan untuk pasien dengan kondisi cedera meniscus di

samping informasi bagian medik, terapi juga membutuhkan informasoi dari

keluarga pasien untuk mengertahui keadan pasien sehigga akan memudahkn

penanganan. Data yang dapat dikumpulkanuntuk menegkkan diagnosis dapat di

peroleh melalui :

3.3.1 Anamesis

Anamesis merupakan pengumpulan data dengan melakukan tanya

jawab dengan sumber data anamnesis terdiri dari identifikasi masalah

pasien seara lengkap seperti keluhan utama : nama, umur, jenis kelamin,

pekerjaan, alamat dan keadaan pasien seperti keluhan utama, riwayat

penyakit sekrang, riawayat penyakit keluarga, riwayar penyakit dahulu,

riwaya penyakit penyerta, dan ada kaitannya dengan penyakit yang di

derita pasien. Anamnesis dapat diakuan dengan dua cara, yaitu :


a. Auto anamnesis

Yaitu anamnesis di lakukan langsung kepeda pasien itu sendiri.

b. Hetero anamnesis

Yaitu anamnesis yang di lakukan kepada orang lain misalnya keluarga

pasien, teman, atau orang lain yang mengatahui keadan pasien.

Anamnesis dapat berisi mengenai riwayat perkembangan yaitu :

1. Keluhan utama

Keluhan Utama merupakan satu atau lebih gejala domain yang

mendorong pasien mencari perolongan.

2. Riwayat peyakit sekarang

Kita dapat menanyakan kapan terjadinya, gejala-gejala yang di

keluhkan, nyeri spontan, nyeri gerak, nyeri tekan hingga susah di

gerakkan.

3. Riwayat penyakit dahulu

Menanyakan penyakit yang pernah di derita sebelumya, apakah

pasien sebeumnya pernah menderita pnyakit yang berhubungan dengan

penyakit yang sekrang dan apakah pernah di rawat di rumah sakit karn

penyakit lain atauenyakit yang sekarang, riwayat trauma dan pernah

dilakukan oprasi.

4. Riwayat penyakit penyerta

Pertanyaan yang mengarah pada penyakit yang di derit secacra

bersamaan dengan penyakit yang di derita sekarang.

5. Riwayat penyakit keluarga dan status sosial.


Untuk mengetahui ada tidaknya penyakit-penyakit yang bersifat

menurun atau haraditer dan untnuk mengetahui kebiasaan yang di

lakukan pasien.

3.3.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dilakukan pada pasien, meliputi : pemeriksaan vital sign,

inspeksi, auskultasi, perkusi, kognitif, interpersonal, intrapersonal,

kemampuan fungsional dan lingkungan.

a. Pemeriksaan vital sign

1. Tekanan darah

Tekanan darah normal pada orang dewasa berkisar 120 untuk

sistolik dan 80 diastolik.

2. Denyut nadi

Pemeriksaan nadi pada umumnya di lakukan pada arteri rasialis.

Denyut nadi normal laki-laki dan dewasa normal perempuan 20- 24/

menit.

3. Pernafasan

Pernafasan pada dewasa normal berkisar 60-80 kali / menit

4. Temperatur atau suhu.

Pengukuran suhu badan dapat dilakukan: secara axilaris selama

15 menit, oral selama 5-10 menit. Suhu badan normal 36,5 c


5. Tinggi badan

Penukuran di lakukan di menggunakan meteran.

6. Berat badan

Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan timbangan.

b. Inspeksi

Inspeksi merupakan suatu tujuannya melihat bagian tubuh dan

menentukan apakah seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau

abnormal. Itu sebabnya pemeriksa perlu mengetahui karakteristik

normal dan abnormal tiap usia. Bisa di liahat pada keadan umum

penderita seperti, sikap tubuh, adanya deformitas, artrofi otot, dan

ekprei wajah. Berdasarkan pelaksaan inspeksi di bedakan menjadi dua

macam yaitu statis adalah melakukan inspeksi dimana penderita

dalamm keadaan diam atau istirahat dan dinamis adalah melakukan

inspeksi pasie dalam keadaan bergerak.

c. Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa

ujung jari dan tangan, menekan, dan memegang bagian tubuh pasien

untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan suhu, spasme dan nyeri.


d. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD)

Pemeriksaan gerak dasar yang di lakukan yaitu :

1.) Pemeriksaan gerak dasar aktif

Pemeriksaan gerak aktif pasien diminta untuk menggerakkan

anggota gerak yang di periksa secara aktif. Pemeriksaan melihat

mengamati serta memberi aba-aba. Informasi yang di peroleh

dari pemeriksaan aktif adalah gerakan fleksi knee, ekstensi knee,

internal rotasi, dan eksternal rotasi.

2.) Pemeriksaan gerak pasif

Gerakan pasif adalah gerakan yang di lakukan terapis pada

anggota gerak pasien dalam keadaan pasif, gerakan di lakukan

pada anggota tubuh yang di keluhkan. Yang dapat di peroleh dari

gerakan pasif adalah fleksi, ekstensi, internal rotasi, eksternal

rotasi, abduksi, dan adduksi.

3.) Pemeriksaan gerak isometrik

Terapis memberikan tahanan pada gerakan pasien. Pesien

menahan tahanan terapis.

e. Pemerikaan Khusus

Pemeriksaan khusus dengan menggunakan Meniscus MCMurray tes,

Tes appley 1 dan tes appley 2 :


1. Tes Meniscus McMurray

a. Tujuan

Tes ini digunakan untuk menilai integritas meniscus dan

menentukan lesi pada meniscus.

b. Prosedur tes

Pasien terlentang dalam komposisi comfortabel. Praktikkan

meletakkan satu tangan dengan pada sisi anterior knee pasien dengan

ibu jari mempalpasi joint line knee, dan tangan satunya pada tumit

pasien untuk menyiapkan gerakan. Praktikan selanjutnya secara pasif

menggerakkan tungkai pasien kearah fleksi hip dan knee sekitar 90º .

Praktikan selanjutnya mengaplikasikan gerakan swing pada tungkai

pasien, seperti menggambar huruf u dengan cara mengendorotasikan

tibia pasien, sambil membawa tungkai kearah fleksi dan ekstensi.

c. Interpretasi

Nyeri disertai bunyi clicking/popping selama pergerakan

Gambar 3.1 Tes Meniscus McMurray


Sumber : (Arifin & Sakti, 2016)
2. Tes Apley 1

a. Tujuan

Tes ini ditujukan untuk memprovokasi nyeri akibat tear

meniskus. Tes ini memiliki dua komponen, tes rotasi kompresi

dan tes rotasi distraksi

b. Prosedur tes

Pasien tengkurap dengan posisi awal knee fleksi 90º.

Praktikan meletakkan satu tangan diatas tumit pasien dan tangan

satunya diatas plantaris kaki pasien untuk menyiapkan kompressi.

Praktikan selanjutnya mengaplikasikan penekanan secara kuat

sepanjang aksis longitudinal tibia pasien. Sekali lagi, lakukan

kompressi disertai dengan endorotasi dan eksorotasi tibial

c. Interpretasi

Nyeri dengan atau tanpa apprehension ketika rotasi

diaplikasikan dibawah kompresi.

Gambar 3.2 Tes Apley 1


Sumber : (Physiotutors,2017)
3. Tes Apley 2

a. Tujuan

Tes ini ditujukan untuk memprovokasi nyeri akibat tear meniskus.

b. Positif Tes

Pasien tengkurap dengan posisi awal knee fleksi 90º.

Praktikan meletakkan satu tangan pada ankle pasien dan tangan

satunya pada dorsum kaki pasien untuk menyiapkan distraksi.

Sementara satu lutut praktikan diletakkan pada sisi posterior

distal paha pasien dengan kuat tetapi comfortable untuk

mempertahankan posisi paha tetap di bad selama tes dilakukan.

Praktikan selanjutnya mengaplikasikan distraksi pada knee

pasien secara longitudina sepanjang garisl tibia. Sekali lagi,

lakukan distraksi disertai dengan endorotasi dan eksorotasi.

c. Interpretasi

Nyeri berkurang ketika tes distraksi dilakukan.

Gambar 3.3 Tes Apley2


Sumber : (Med school made easy,2014)
f. Pengukuran

Single lag stance tes adalah alat ukur yang mengukur

keseimbangan dalam menentukan penilaian secara klinik untuk

memperhitungkan keseimbangan secara bersamaan (Nothon et

al,2018). Instruksikan pasien dengan posisi berdiri pada satu tungkai

tanpa melakukan tanpa berpegangan (Irimia,2014) :

Table 2.4 Nilai single lag stance tes

Nilai Keterangan
4 Mampu mengangkat tungkai secara mandiri dan bertahan

hingga lebih dari 10 detik


3 Mampu mengangkat tungkai secara mandiri dan bertahan

5-10 detik
2 Mampu mengangkat tungkai dan bertahan 2 detik atau

lebih lama.
1 Berusaha mengangkat tungkai, namun tidak mampu

bertahan 3 detik pasien tetap mandiri.


0 Tidak mampu berusaha atau perlu bantuan untuk mrncegah

jatuh nilai.

g. Kognitif, Intrapersonal, Interpersonal

Kognitif : Daya ingat atau penyampaian.

Intrapersonal : Dukungan dari diri sendiri.

Interpersonal : Dukungan dari keluarga atau orang lain.

3.4 Diagnosa Fisioterapi


Diagnosis terapi adalah salah satu upaya untuk menegakkan masalah

kapasitas fisik dan kemampuan fungsional berdasarkan hasil intervensi data

yang telah dirumuskan menjadi pertanyaan yang logis dan dapat dilayani oleh

fisioterapi. tujuan diagnosa fisioterapi adalah untuk mengetahui masalah

kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang dihadapi pasien serta untuk

menentukan kebutuhan layanan fisioterapi yang tepat.

a. Anatomical impairment

Adanya nyeri pada sendi lutut atau bantalan fibrocartilago, kelemahan

ligamen, kelemahan otot hamstering dan quadricep.

b. Fungtional Impairment

Adanya keterbatasan gerak fleksi , ekstensi, internal rotasi dan

ekternal rotasi.

c. Functional Limitation

Penurunan aktivitas fungsional sehari-hari seperti gerakan sujud

dalam sholat, berjalan lama, dan gerakan dari jongkok ke berdiri dan

kesulitan aktivitas berolahraga.

d. Disability / Partipacion Recpitation

Pasien mengalami kesulitan melakukan aktivitas seperti latihan fisik,

tidak bisa mengikuti pertandingan olahraga dan bersosialisasi.

3.5 Rencana evaluasi


Rencana sebanyak 12 kali akan dilakukan evaluasi dan menggunakan

pengukuran single leg stance tes.

3.6 Prognosis

Quo ad vitam : kemampuan dapat hidup atau tidak

Quo ad Sanan : kemampuan dapat sembuh atau tidak

Quo ad cosmetican : kemampuan dapat keuntuhan atau tidak

Quo ad functitional : kemampuan dapat fungsional yang atau tidak.

3.7 Intervensi Fisioterapi

Intervensi fisioterapi adalah layanan dilakukan sesuai dengan rencana

tindakan yang telah ditetapkan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi.

Sesuai permasalahan yang muncul yaitu adanya penurunan kestabilan lutut pada

pasien cedera meniscus, maka penatalaksanaan yang diberikan untuk

meningkatkan kestabilan lutut yaitu dengan Ultrasond, NeuroMuscular Tapping

(NMT), dan Terapi Latihan.

3.7.1 Ultrasound

a. Penatalasanaan

Pasien diminta untuk duduk atau berbaring selama

dilakukan terapi dengan ultrasound. Pasien diminta untuk melepas

perhiasan. Apabila dipandang perlu mengubah posisi, pasien dapat


diminta untuk menggunakan jubah sehingga area terapi lebih mudah

diakses.

b. Dosis dan durasi ultrasound therapy.

Dosis frekuensi yang umumnya dipakai adalah 1000 kilohertz

yang memiliki sasaran pemanasan pada kedalaman 3 sampai 5 cm

dibawah kulit dengan waktu terapi yang dibutuhkan berkisar 5

sampai dengan 10 menit.

Gambar 3.4 Aplikasi Ultrasound Therapy


Sumber : (Chiropractic specialty center, 2014)
3.7.2 NeuroMuscullar Taping (NMT)

a. Penatalaksanaan

Pasien diminta untuk duduk atau berbaring selama terapis

sedang melakuakan pemasangan tapping. Pasien diminta untuk melepas

pakaian atau yang melekat pada daerah lutut.


b.Dosis

Tape 1

(1.)Panjang tape : 20-25 cm. (2) lebar : 2,5 cm. (3)Bentuk : I-shaped.

Tape 2

(1.) panjang tape : 30 cm. (2.)lebar :5 cm. (3.) Bentuk : Y-shaped

Gambar 3.5 Aplikasi NMT knee joint


Sumber : (Blow, 2012).
3.7.3 Terapi Latihan

a. Definisi

Pada latihan ini diberikan pembebanan submaksimal untuk

meningkatkan stabilitas postural sesorang dengan gangguan persendian

atau tonus otot. Pada latihan ini biasanya digunakan berat badan tubuh.

Menurut (Arrofah, 2010).


b. Straight leg raises

Straight leg raises adalah gerakan dengan ekstremitas distal bebas

yang meningkatkan kekuatan otot lutut dan melindungi sendi lutut

(Daskapan, 2012 )

1. Pelaksanaan

Pasien diminta untuk meregangkan satu kaki dan menahannya

dengan lutut diperpanjang hingga 45 ° fleksi pinggul selama tiga

sampai empat detik kemudian mereka menurunkannya tiga sampai

empat detik untuk istirahat detik (Daskapan, 2012 ).

2. Dosis.

Latihan dilakukan 20 pengulangan dalam dua kali sehari

peningkatan latihan rutin dilakukan dengan cara yang sama dengan

sampai program akhir (Daskapan, 2012 ).

Gambar 3.6 Straight leg raises


Sumber : ( Andrews Physiotherapy, 2019)

c.Bulgarian Split Squat

1. Pelaksanaan

Pasien yang berdiri dengan satu kaki di depan tubuh dan jejak

lainnya, menemukan keseimbangan. Kaki belakang akan diangkat

ke atas suatu benda, jadi kaki depan adalah satu-satunya benda

yang bersentuhan dengan lantai. Pasien tersebut kemudian akan

turun secara vertikal mencoba menyentuh lutut belakang ke lantai

atau lutut depan sejajar dengan tanah. Saat melakukan preforming

bulgarian split squat, satu kaki berada di depan tubuh sementara

yang lainnya ditinggikan pada kotak di belakang tubuh. Para atlet

kemudian menurunkan tubuh mencoba menyentuh lutut yang

ditinggikan ke tanah atau sampai kaki depan sejajar dengan tanah.

Penyelesaian latihan ini dengan benar dan aman membutuhkan

penggunaan pinggul. Seorang atlet harus cukup fleksibel untuk

menempatkan tubuhnya pada posisi tersebut sambil melakukan

berbagai gerakan. Mereka juga harus memiliki keseimbangan untuk

menyelesaikan latihan tanpa rotasi batang tubuh pada bidang

transversal yang dapat menyebabkan cedera (Konrardy,2017).

2. Dosis
Prosedur pengujian adalah 12 pengulangan. Dimulai dengan

tiga kali pengulangan Para atlet diinstruksikan untuk meletakkan

kaki depan mereka di atas pelat gaya sementara kaki belakang

berada di atas kotak set yang tingginya 20 atau 40 cm dari pelat

gaya. Para atlet di beri waktu istirahat satu menit di antara setiap

set. Para atlet kemudian mengganti kaki dan mengikuti protokol

yang sama. Protokol ini diikuti sampai semua dua belas

pengulangan selesai. Seluruh tes termasuk pemanasan memakan

waktu sekitar 15-20 menit (Konrardy,2017).

Gambar 3.7 Teknik Bulgarian Split Squat


Sumber: (Openfit, 2016)
c. Single Leg Squat

1. Defenisi

Single leg squat adalah latihan jenis latihan tanpa beban

untuk meningkatkan pengembangan kekuatan terutama pada

otot-otot kaki, beban dalam sebagai dasar pokok latihan, latihan

single-leg squat ini dilkukan dengan cara kaki salah satu

diangkat dan kaki tumpuan di turunkan dengan intensitas, set,


frekuensi dan lama latihannya sehingga dapat menimbulkan suatu

efek latihan berupa peningkatan kekuatan (Strenght), daya ledak

serta daya tahan otot. Dengan meningkatnya kekuatan (Strength),

daya ledak daya tahan otot, kemampuan fisik akan

bertambah secara umum (Khairudin,2019).

2. Dosis dan pelaksanaan

Dua sesi diselesaikan secara independen. latihan dipantau melalui

log latihan yang disimpan oleh masing-masing peserta. Latihan

dilakukan dalam 2 set 10 kali pengulangan. Waktu tahan isometrik,

level resistansi, dan jumlah resistansi eksternal dirancang untuk efek

kelelahan yang signifikan pada akhir set kedua (Willy, 2011).

Gambar 3.8 Teknik Single Leg Squat


Sumber : (3V,2005)

3.8 Tujuan Pelaksanaan Fisioterapi

Adanya peningkatan kestabilan setelah dilakukan intervensi ultrasonik

muskular typing dan terapi latihan.


3.9 Edukasi

Edukasi merupakan saran yang diberikan terapis kepada pasien saran

tersebut berupa larangan atau apa yang sebaiknya dilakukan pasien tujuan

diberikan edukasi adalah untuk menghindari keadaan yang memperburuk

kesembuhan pasien dan untuk mendukung kesembuhan pasien. Pasien di anjrkan

untuk tetap latihan fisik di rumah, dan tetap menjaga kebugaran tubuh.

3.10 Home Program

Home program ditujukan kepada pasien tersebut dan orang terdekat pasien

terapis akan memberikan pemahaman akan manfaat terapi latihan serta

mengajarkan berbagai teknik terapi latihan kepada kerabat pasien untuk dapat

dilakukan di rumah.tujuan program adalah untuk mendukung dalam penurunan

spasme dan meningkatkan stabilitas lutut pasien. Pasien di sarankan untuk

melakukan latihan seperti yang di ajarkan trapis.

3.11 Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pemberian

tindakan terapi. Dengan melakukan evaluasi dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk rencana program terapi selanjutnya modifikasi maupun

penggantian modalitas terapi dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi yang

diperoleh.

3.12 Studi Akhir


Mencantumkan dari hasil atau apa yang didapat dari terapi atau latihan

yang sudah diberikan oleh fisioterapi.

Anda mungkin juga menyukai