Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH SISTEM PEMASTIAN MUTU DAN MANAJEMEN

LABORATORIUM

“VALIDASI METODE”

Disusun Oleh :

Aulia Retta Siahaan (1648402006)

Lesmawati (1648402026)

PROGRAM STUDI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang “Validasi Metode” ini dengan baik,lancar,dan tepat waktunya.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada dosen
pengajar Sistem Pemastian Mutu dan Manajemen Laboratorium Asiska Permata
Dewi M.Farm,Apt di Program Studi D-III Analis Farmasi dan Makanan yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan.Oleh
karena ,itu,sarandan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
kami harapkan agar makalah yang kami susun selanjutnya akan lebih baik.

Pekanbaru, September 2018

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 2
2.1 Pengertian Validasi Metode............................................................. 2
2.2 Verifikasi Metode............................................................................ 2
2.3 Verifikasi dilakukan dengan menetapkan presisi, akurasi, dan
batas deteksi (jika perlu), suatu metode pengujian.......................... 2
2.4 Metode yang divalidasi atau diverifikasi......................................... 3
2.5 Parameter yang ditetapkan dalam validasi metode.......................... 4
BAB III PENUTUP..................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Validasi adalah prosedur yang memastikan bahwa suatu metode uji adalah
sehandal mungkin. Dalam validasi metode, studi laboratorium yang sistematik
harus menetapkan karakteristik unjuk kerja agar memungkinkan suatu asesmen
penerapan yang berarti dari metode ini. Semua karakteristik unjuk kerja
hendaknya diungkapkan kepada pengguna untuk mengetahui apakah metode itu
dapat diterapkan pada masalah tertentu atau tidak.
Validasi suatu metode pengujian membantu memberikan defenisi yang jelas
dari konsep mutu modern, untuk membuktikan dalam suatu cara yang transparan
di dalam laboratorium itu sendiri dan juga untuk kontraktor “kecocokan
digunakan”. Validasi harus dianggap, di satu pihak sebagai penyelesaian dari
suatu pengembangan metode, dan di lain pihak sebagai bukti dari keahlian jika
mengadopsi suatu metode yang dikembangkan secara eksternal. Juga validasi
adalah suatu proses berkelanjutan dan dengan tegas dinyatakan bahwa setiap
modifikasi dari system analitik (laboratorium berbeda, peralatan uji berbeda,
penguji berbeda, dan lain-lain) diharuskan melakukan validasi yang lain.
Dalam beberapa hal, validasi (dan dokumentasinya) selain persyaratan resmi
akreditas, juga menunjukkan, peralatan analitik (instrumentasi analisis) tidak
memberikan bukti seberapa mampu (cakap) suatu laboratorium. Jenis, luas, dan
pelaksanaan validasi yang benar memungkinkan mengambil kesimpulan tidak saja
pada keberadaan peralatan instrumental yang memadai, tetapi juga menunjukkan
bahwa laboratorium memiliki suatu manaqjemen termotivasib dan personel yang
kompeten, terutama nilai pelayanan costumer terhadap suatu laboratorium
menjadi nyata melalui tingkat tujuan mutu pengujian, diorientasikan pada
kebutuhan nyata costumer yang memerlukan data analitik/pengujian.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Validasi Metode


Validasi suatu metode adalah menetapkan dengan percobaan laboratorium
yang sistematik, pemenuhan karakteristik unjuk kerja metode terhadap spesifikasi
yang dikaitkan dengan penggunaan hasil pengujian yang dimaksudkan.
Karakteristik unjuk kerja (parameter) yang ditetapkan mencakup presisi, akurasi,
selektivitas dan spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, rentang, linearitas,
sensitivitas, dan kekasaran (ruggedness).
Validasi metode pengujian adalah proses yang menetapkan dan
mengevaluasi sifat atau gambaran dari manfaat, ini merupakan suatu bagian dari
program jaminan mutu. Banyak metode divalidasi dengan consensus organisasi
standar. Beberapa metode wajib digunakan karena merupakan standar resmi tanpa
memperhatikan cara atau apakah metode tersebut telah divalidasi.

2.2 Verifikasi Metode


Verifikasi metode pada dasarnya berbeda dengan validasi metode.
Verifikasi metode dilakukan pada semua metode standar atau metode yang telah
divalidasi, pada waktu mula-mula digunakan dan pada jarak waktu tertentu secara
berkala. Tujuan dari verifikasi metode pengujian, antara lain untuk memastikan
bahwa laboratorium/personel penguji dapat menerapkan metode tersebut dengan
baik (ketersediaan peralatan, fasilitas, pereaksi, penguji, keterampilan, dan
kompetensi) dan untuk menjamin mutu hasil pengujian.

2.3 Verifikasi dilakukan dengan menetapkan presisi, akurasi, dan batas


deteksi (jika perlu), suatu metode pengujian.
 Penetapan presisi dapat dilakukan dengan salah satu pengujian berikut.
- Pengujian berulang pada sampel yang ada.
- Pengujian berulang pada sampel formulasi sintetik.
- Pengujian berulang pada bahan acuan sertifikat.
 Penetapan akurasi dapat dilakukan dengan salah satu pengujian
berikut.

2
- Pengujian sampel dengan penambahan analit (spiked sample)
- Pengajuan sampel yang telah diketahui komposisinya, yang secara
tepat meniru jenis sampel yang menggunakan metode ini.

2.4 Metode yang divalidasi atau diverifikasi


No Kriteria/Situasi Metode Persyaratan
. Laboratorium

1. Metode yang telah divalidasi sepenuhnya Diverifikasi untuk


(dengan studi kolaboratif) mengetahui
kemampuan
laboratorium mencapai
unjuk kerja
karakteristik metode
(atau mampu
memenuhi persyaratan
tugas analitik)
2. Metode yang telah divalidasi sepenuhnya Validasi atau minimal
(studi kolaboratif), tetapi digunakan verifikasi akurasi dan
matriks baru atau instrument baru presisi, kemungkinan
juga batas deteksi

3. Metode divalidasi, tetapi tidak dilakukan Diverifikasi, ditambah


kolaboratif dengan validasi terbatas
(misalnya berkaitan
dengan repitabilitas dan
reprodusiilitas)
4. Metode yang dipublikasikan dalam Validasi dan verifikasi
pustaka ilmiah, karakteristik diberikan penuh
5. Metode yang dipublikasikan dalam Validasi dan verifikasi
pustaka pustaka ilmiah, tidak diberikan penuh
karakteristik
6. Metode yang telah divalidasi sepenuhnya, Validasi dan verifikasi
kemudian dimodifikasi sepenuhnya
7. Metode yang dikembangkan “in-house” Validasi dan verifikasi

3
sepenuhnya
8. Metode yang tidak baku dan telah Validasi dan verifikasi
divalidasi sepenuhnya

2.5 Parameter yang ditetapkan dalam validasi metode


2.5.1 Faktor Pertimbangan
Untuk memutuskan tentang cara yang digunakan untuk memvalidasi suatu
metode, maksud atau tujuan metode itu harus digunakan dengan jelas dan sejumlah
factor hendaknya dipertimbangkan :
 Apa jenis matriks sampel yang akan dianalisis.
 Analit apa yang ditetapkan dan apa tingkat konsentrasi yang diharapkan.
 Apakah mungkin ada zat pengganggu dalam sampel.
 Apakah ada persyaratan undang-undang atau peraturan tertentu, seperti
tingkat tindakan atau batas pelaporan yang harus dipenuhi oleh analisis.
 Apakah instrument analisis dan keterampilan analisis tersedia.
 Aapakah prosedur penapisan mampu mendeteksi dan mengidentifikasi
sejumlah senyawa dengan karakteristik fisika atau kimia atau apakah harus
spesifik untuk analit tertentu.
 Tingkat deteksi apa yang dipersyaratkan.

Presisi
Akurasi
Batas Deteksi
Batas Kuantisasi
Validasi Metode Selektivitas/Spesifisitas
Linearitas

4
Rentang
Kekasaran (Ruggedness)
Ketahanan (Robustness)
Kesesuaian Sistem

2.5.2 Prosedur dan parameter yang diinvestigasi


Prosedur Parameter yang diinvestigasi
Analisis replikat terhadap sampel Repitabilitas
Analisis blanko o Gangguan
o Batas deteksi
Analisis bahan acuan  Akurasi
 Repitabilitas
Analisis sampel yang dibubuhi (spiked  Perolehan kembali (recovery)
samples)  Gangguan
 Repitabilitas
 Rentang penerapan
 Batas deteksi
 Btas pelaporan
Analisi metode standar  Akurasi
 Repitabilitas
 Linearitas
 Batas deteksi
 Batas pelaporan
Analisis oleh personel penguji yang Reprodusibilitas (ruggedness)
berbeda
Studi antar laboratorium  Reprodubilitas
 Akurasi
Parameter Validasi
Setelah tujuan dan faktor tersebut di atas diputuskan, seleksi dari parameter
analitik yang akan di evaluasi dapat dibuat.
Walaupun semua parameter itu tidak perlu ditetapkan untuk tiap metode
pengujian, hendaknya diberikan pertimbangan dan alasan terdokumentasi untuk
tidak menetapkan salah satu atau lebih dari parameter tersebut.Misalnya, jika
suatu penetapan dilakukan untuk suatu analit dalam konsentrasi relatif tinggi,
sensitivitas metode mungkin tidak sekritis faktor yang diperlukan untuk

5
menetapkan lineartis dari respon dan untuk memastikan bahwa reaktan yang
cukup selalu hadir. Sebaliknya, jika suatu analit yang akan ditetapkan pada
konsentrasi sangat rendah memperkecil gangguan, dianggap lebih penting.

Definisi dan prinsip penetapan parameter validasi


Definisi
Presisi dari suatu metode pengujian adalah derajat kesesuaian diantara hasil
uji invidu ( berdiri sendiri ) jika metode uji diterapkan berulang-ulang terhadap
multi sampling dari suatu sampel homogen.
Prinsip Penetapan
Presisi dari suatu metode pengujian biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku
atau simpangan baku relatif ( koefisien fariasi ) dari serangkaian pengukuran.
Presisi hendaknya dilakukan pada tiga tingkat berbeda yakni repitabilitas,
presisi intermediat dan reprodusibiltas. Repitibilitas adalah penggunaan
metode/prosedur pengujian di dalam satu laboratorium dalam satu periode waktu
yang singkat menggunakan personel penguji yang sama, dengan peralatan yang
sama dibawah kondisi sekonstan mungkin. Reprodusibilitas adalah penggunaan
metode/prosedur pengujian dalam berbagai laboratorium yang berbeda seperti
dalam studi kolaboratif. Presisi intermediat dinyatakan berbagai variasi didalam
laboratorium , seperti pada hari yang berbeda atau alat berbeda dalam
laboratorium yang sama.
Maksud penetapan presisi, repitabilitas adalah kriteria yang paling sering
dilakukan untuk prosedur analitik walaupun reprodubilitas antar laboratorium atau
presisi intermediat dapat dipertimbangkan selama membakukan suatu metode
pengujian.
Presisi hanya bergantung pada distribusi kesalahan acak dan tidak
dihubungkan dengan nilai benar. Presisi rendah memberikan simpangan yang
tinggi. Presisi adalah suatu karakteristik penting dalam evaluasi semua metode
kuantitatif. Presisi suatu metode tergantung banyak pada kondisi dibawah tempat
diestimasi. Kondisi repatibilitas dan reprodusibilitas menunjukan kondisi yang
jelas berbeda, sedangkan reprodubilitas internal ( presisi intermediat ) terletak
antara kedua ekstrim ini.

6
Adalah penting dibuktikan dengan tepat cara dan pada bahan apa
repitabilitas dan presisi intermediat (reprodubilitas internal) diestimasi ( bahan
acuan, bahan kendali, sampel otentik, larutan sintetik). Dalam hal metode yang
sedang divalidasi pada suatu rentang konsentrasi yang luas, presisi hendaknya
diestimesi pada berbagai tingkat konsentrasi, misalnya pada tingkat konsentrasi
rendah, menengah dan tinggi.

Prosedur
Presisi suatu metode pengujian ditetapkan dengan menganalisis sejumlah
cuplikan yang cukup dari suatu sampel homogen agar dapat menghitung secara
statistik perkiraan yang absah simpangan baku atau simpangan relatif (koefisien
variasi). Analisis dalam konteks ini adalah analisis sampel berdiri sendiri
( individu ) yang dilakukan melalui prosedur analisis yang lengkap, mulai dari
penyiapan sampel sampai pada hasil uji akhir
Prosedur penetapan adalah sebagai berikut.
 Dianjurkan agar keberulangan, hendaknya diases menggunakan minimal
sembilan penetapan mencakup jajaran prosedur tertentu, yaitu tiga konsentrasi
dengan tiga pengulangan ( replikat ) dari masing-masing konsentrasi uji 100%
atau konsentrasi sasaran. Dokumentasi dalam kandungan studi presisi,
hendaknya mencakup simpangan baku, koefisien variasi, dan internal
kepercayaan.

Akurasi
Definisi
Akurasi adalah ukuran ketetapan dari suatu metode pengujian, atau
kedekatan antara nilai hasil uji yang di ukur dan nilai benar, atau nilai konvensial
atau nilai acuan yang dapat diterima.
Prinsip penetapan
Penetapan akurasi dari suatu metode pengujian dapat dilakukan sebagai berikut.
 Ditentukan dengan penerapan metode pengujian tersebut pada suatu analit
yang diketahui kemurniannya ( misalnya bahan acuan ). Akurasi suatu

7
metode pengujian hendaknya ditetapkan lintas rentangnya. Jika bahan
acuan bersertifikat tidak tersedia, dapat digunakan bahan acuan kerja
( tertelusur )
 Menggunakan bahan kendali yang di siapkan laboratorium mengandung
analit yang diektahui jumlahnya.
 Memabndingkan hasil dari metode yang sedang di validasi dengan hasil
dari metode kedua yang benar-benar telah dikarakterasi dan akurasinya
yang telah ditetapkan.

Spesifitas
Definisi
Spesifitas adalah kemampuan untuk mengukur dengan akurat dan secara
spesifik analit kehadiran berbagai komponen yang mungkin diharapkan dalam
matriks sampel, seperti ketidak murnian produk degradasi, dan komponen matriks

Prinsip penetapan
Itilah spesifitas terdiri atas dua ketegori, yakni uji identifikasi dan
analisis/uji kadar kemurnian. Dalam hal analisis ( uji identifikasi ), kemampuan
untuk memilih di antara senyawa yang strukturnya berkaitan dan berdekatan
hendaknya dibuktikan. Hal ini ditegaskan dengan perolehan hasil positif
( barangkali dengan membandingkan terhadap suatu bahan acuan yang diketahui )
dari sampel yang mengandung analit, dirangkaikan dengan hasil negatif dari
sampel yang tidak mengandung analit dan oleh penegasan bahwa respon positif
tidak diperoleh dari bahan yang secara struktur mirip atau berhubungan dekat
dengan analit.
Dalam hal prosedur metode pengujian untuk ketidakmurnian, spesifitas
dapat ditetapkan dengan membubuhkan (spike) pada sampel atau suatu produk,
suatu ketidakmurnian dengan konsentrasi yang tepat atau eksipien menunjukan
bahwa ketidakmampuan ini dapat ditetapkan dengan akurasi dan presisi yang
tepat.

Batas deteksi

8
Definisi
Batas deteksi adlah suatu karakterisasi uji batas. Batas deteksi adalah jumlah
terndah analit dalam suatu sampel yang dapat dideteksi, dibawah konisi percobaan
yang ditetapkan, tetapi tidak perli dikuantitaskan. Jadi, uji batas hanya
memebenarkan bahwa jumlah analit berada diatas atau dibawah suatu konsentrasi
tertentu.
Prinsip penetapan
 Untuk metode non-intrumental, batas deteksi pada umumnya ditetapakan
dengan menganalisi sampel dengan konsentrasi analit yang diketahui dan
dengan menetapkan konsentrasi minimal analit yang masih dapat di
deteksi secara handal
 Untuk metode instrumen, prosedur yang sama dapat digunakan seperti
pada metode non-instrumental.
 Dalam hal metode analitik instrumental yang menunjukan katar belakang
“noise”, suatu pendekatan yang umum adalah membandingakn sinyal yang
diukur dari sampel dengan analit dalam konsentrasi rendah yang diketahui
terhadap sampel balnko.
 Pendekatan lain tergantung pada penetapan pada kemiringan kurva standar
dan simpangan baku dari respon.

Prosedur penetapan kuantitatif


Tetapkan jumlah batas atau konsentrasi batas suatu analit dengan
menganalisis sejumlah (>20 ) sampel blanko. Btas deteksi dihitung sebesar tiga
kali simpangan baku dari rata-rata yang diperoleh dari hasil blanko 9 tiga kali
simpangan baku sesuai dengan keyakinan 99%. Hitung jumlah atau kandunagn
dalam sampel menggunakan suatu kurva standar
Prosedur penetapan kuantitaif
Jika menegvaluasi metode kualitatif, dianjurkan agar di infestigasi rentang
yang didalamnya metode itu memberi hasil yang benar. Hal ini dapat dilakukan
dnegan menganlisis serangkaian sampel, yakni sampel blanko dan sanpel yang
mengandung analit pada berbagai tingkat monsentrasi.

9
Batas kuantisasi
Definisi
Batas kuantitasi adalah suatu karakteristik oenetapan kuantitaif untuk
senyawa konsentrasi rendah dalam matriks sampel seperti ketidakmurnian dalam
bahan ruah dan hasil degradasi dalam produk akhir.
Prinsip penetapan
Penetapan batas kuantitasi dari suatu metode analitik dapat beragam,
tergantung pada prosedur instrumental atau non instrumental yang digunakan
 Untuk metode non instrumental, batas kuantitasi pada umumnya
ditetapkan dengan menganalisis sampel dengan konsentrasi analit yang
diketahui.
 Untuk metode instrumental, prosedur yang sama dapat digunakan seperti
yang dilakukan untuk non intrumental
 Dalam hal metode analitik intrumental menunjukan latar belakang
“noise”< suatu pendekatan biasa ialah membandingkan sinyal diukur dari
sampel dengan konsentrasi analit rendah yng dikrtshui terhadap sampel
blanko.
 Pendekatan lain tergantung pada penetapan kemiringan dari kurva standar
dan simpangan baku dari respon
Prosedur
Dengan menggunakan metode, sejumlah sampel blanko (>20 ) dianalisis.
Batas kuantitasi dihitung 10 kali simpangan baku dari rata-rata sampel blanko.
Jumlah atau kandunagn sampel ditetapkan dari kurva standar
Linearitas dan rentang
Definisi
Definisi lienaritas dari suatu metode pengujian adalah kemampuannya
memperoleh hasil uji yang secara lansung atau dengan transpormasi matematikan
yang ebnar-benar ditetapkan, berbanding lurus dengan konsentrasi analit dalam
sampel dalam suatu rentang yang ditetapkan.
Definisi rentang dari suatu metode pengujian adalah interfol antara tingkat
konsentrasi analit yang lebih tinggi dan konsentrasi analit yang lebih rendah yang

10
menunjukan untuk ditetapkan dengan tingkat presisi, akurasi, dan linearitas yang
sesuai dengan menggunakan metode tersebut.
Penetapan lineritas rentang
 Untuk penetapan kadar atau produk akhir, rentang minimal adalah 80-
120% dari konsentrasi sasaran
 Untuk penetapan ketidakmurnian rentang minimal adalah dari 50-120%
dari spesifikasi.
 Untuk keseragaman kandungan rentang minimal adalah 70-130% dari
konsentrasi uji atau konsentrasi sasaran
 Untuk uji bisolasi lebih kurang 20% diatas rentang yang ditetapkan

Kekasaran
Definisi
Keksaran suatu metode pengujian adalah derajat reprodusibilitas hasil uji yang
diperoleh dengan analisis sampel yang sama dibawah kondisi beragam seperti
laboratorium berbeda, personel penguji yang berbeda, isntrumen yang berbeda, lot
pereaksi yang berbeda, waktu pelaksanan analisi yang berbeda, suhu analisis yang
berbeda, hari yang berbeda dll.
Penetapan
 Dalam studi antar laboratorium dengan jumlah laboratorium partisipan
yang cukup besar mengikuti satu dan prosedur yang sama.
 Dalam laboratorium sendiri, melaksanakan dengan seksama serangkaian
percobaan yang direncanakan dengan mengubah-ubah parameter
percobaan yang paling penting dalam batas toleransi yang ditetapkan
terlebih dulu ( atau kemungkinan terjadi 0, kemudian mempelajari
pengaruh padanhasil uji.
Ketahanan (Robustness)
Ketahanan suatu metode pengujian adalah ukuran dari kapasitasnya untuk
tetap tidak terpengaruh oleh perbedaan ( variasi ) hasil tetapi disengaja dalam
parameter metode dan memberikan petunjuk kehandalannya selama
penggunaan yang norma;.

11
Kekasaran didefenisikan sebagai arti kepekaan dari suatu metode
pengujian terhadap penyimpangan kecil dalam kondisi percobaan metode
tersebut. Suatu metode yang tidak terpengaruh dikatakan tahan
Kesesuaian sistem
Jika pengukuran rentan terhadap perbedaan ( variasi ) dalam kondisi
pengujian, hendaknya kondisi ini dikendalikan dengan tepat atau suatu
pernyataan tindakan pencegahan hendaknya dicakup dalam metode. Salah
satu akibat dari evaluasi ketahanan dan kekasaran hendaknya bahwa
serangkaian parameter kesesuaian sistem ditetapkan untuk memastikan agar
keabsahan metode pengujian dipertahankan jika digunakan.
Unsur data yang dipersyaratkan untuk validasi metode pengujian
Prosedur analisis beragam dari penetapan analitik yang sangat eksak hingga
evaluasi atribut yang subjektif. Mengikat keseragaman penetapan analitik,
adalah logis bahwa metode uji berbeda mensyaratkan pola validasi yang
berbeda. Bagian ini mencakup hanya kategori penetapan analitik yang paling
umum untuk data validasi dipersyaratkan.
Kategori I
Metode pengujian untuk kuantitasi komponen utama bahan ruah atau bahan
aktif ( termasuk pengawet ) dalam produk akhir.
Kategori II
Metode pengujian untuk penetapan ketidakmurnian dalam bahan ruah atau
senyawa degradasi dalam produk akhir. Metode ini mencakup penetapan
kuantitaif dan uji btas.

Kategori III
Metode pengujian untuk oenetapan karakteristik unjuk kerja ( Misalnya
disolusi, pelpasan zat aktif obat ).
Kategori IV
Metode pengujian identifikasi. Untuk tiap kategori, diperlukan informasi
analitik yang berbeda.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan validasi


Validasi adalah proses pengembangan yang ditetapkan yang tetap dimulai
dari perencanan dan berlanjut lama setelah pengembangan dan pengalihan

13
metode. Suatu proses validasi terdokumentasi dan benar-benar ditetapakn,
memberikan bukti pada pihak ketiga, bahwa sistem dan metode telah sesuai untuk
penggunaan yang dimaksudkan. Dengan pendekatan pengembangan, optimisasi
dan validasi metode dalam suatu cara tahapan yang lgis, sumber daya
laboratorium dapat digunakan dalam cara yang lebih efisien dan produktif.

DAFTAR PUSTAKA

Siregar.j.p.Charles Herdrayana Tomi.2007.Prakttik system manajemen


laboratorium pengujian yang baik.Jakarta

14
15

Anda mungkin juga menyukai