Disusun oleh :
A.A. Ayu Tirtamara
NIM P07134012027
Semester III
Disampaikan kepada :
Dosen Pembimbing Praktikum Hematologi
I. TUJUAN
1.1 Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pengukuran kadar hemoglobin
dengan metode Sahli.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur pengukuran kadar hemoglobin
dengan metode Sahli.
1.2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kadar hemoglobin dalam darah
dengan menggunakan metode Sahli.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar hemoglobin dalam sampel darah pasien.
c. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pengukuran kadar hemoglobin
dalam sampel darah pasien.
II. METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum pengukuran kadar hemoglobin ini adalah
metode Sahli.
III. PRINSIP
Hemoglobin (Hb) dalam darah jika direaksikan dengan HCl 0,1 N akan berubah
menjadi asam hematin. Kemudian kadar asam hematin ini diukur dengan
membandingkan warnanya secara visual dengan warna standar yang ada pada
hemoglobinometer.
4. Darah Oksalat
Darah oksalat adalah darah yang ditambahkan antikoagulan dari campuran
ammonium oksalat dan kalium oksalat yang juga dikenal sebagai campuran
oksalat seimbang. Cara pembuatannya adalah dengan mencampurkan campuran
oksalat seimbag dengan 2 – 5 ml darah vena di dalam botol khusus dengan
membolak-balikkan botol secara perlahan selama kurang lebih 30 detik.
Pemeriksan dengan memakai darah oksalat sebaiknya janga ditunda-tunda
karena adakalanya eritrosit-eritrosit cenderung menggumpal. Untuk
pemeriksaan kadar hemoglobin waktu penundaan pemeriksaan maksimal yang
disarankan adalah 24 jam.
Untuk mendapatkan darah untuk pemeriksaan hematologi, terlebih dahulu
harus dsediakan semua alat yang diperlukan seperti pipet, haemometer, semprit,
jarum, otol penampung (wadah darah, kamar hitung, dsb. Tempat yang ditusuk
harus bersih, dan bila perlu dicuci terlebih dahulu dengan air dan sabun.
(Gandosoebrata, 1967)
Metode Sahli
Berikut ini akan dibahas mengenai metode hematin asam atau metode Sahli. Metode
Hematin-Asam (Sahli) pada prinsipnya akan mengubah hemoglobin menjadi hematin asam,
kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat. Cara sahli
ini banyak dipakai di Indonesia, walaupun cara ini tidak tepat 100%, akan tetapi masih
dianggap cukup baik untuk mengetahui apakah seseorang kurang darah, terlebih lagi di
laboratorium-laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokolorimeter .
Kesalahan dalam melakukan pemeriksaan ini kira-kira 10 %. Kelemahan cara sahli ini
adalah hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan juga alat haemometer sukar
distandardisasi. Selain itu, tidak semua macam hemoglobin dapat diubah menjadi hematin,
misalnya karboxy hemoglobin, methemoglobin dan sullfhemoglobin (Depkes RI, 1989).
Cara Kerja Metode Sahli :
- Tabung Hb meter (Sachli) diisi dengan Cloin sampai garis 2.
- Diisap darah dengan pipet sahli sampai garis 20 mm.
- Lalu dimasukkan dalam tabung sahli kemudian dikocok sampai terjadi warna coklat
tua.
- Diencerkan dengan air sampai warna cairan dalam tabung sama dengan warna
batang tabung gelas disamping satuannya gram %.
Metode ini juga memiliki kekurangan, ketidaktepatan metode ini disebabkan oleh
batang gelas dapat berubah warnanya bila sudah lama (Adam, Syamsunir, 1992).
Cara Sahli ini bukanlah cara yang teliti. Kelemahan metodik berdasarkan kenyataan
bahwa kolorimetri visual yang tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan merupakan larutan
sejati dan bahwa alat itu tidak distandarkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua
macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya karboxyhemoglobin,
methemoglobin dan sulfehemoglobin.
Ketelitian yang biasanya dicapai oleh ± 10% kadar hemoglobin yang ditentukan dengan
cara sahli dan cara-cara kolorimetri visual lain hanya patut dilaporkan dengan meloncat-
loncat ½ g/dl, sehingga laporan menjadi ump, 11, 11 ½, 12, 12 ½, 13 g/dl. Janganlah
melaporkan hasil yang memakai angka decimal seperti 8,8 , 14,0 , 15,5 g/dl dsb, ketelitian
dan ketepatan cara sahli yang kurang memadai tidak membolehkan laporan seperti itu.
Kesalahan-kesalahan pada penetapan kadar hemoglobin cara Sahli :
1. Tidak tepat mengambil 20 µl darah.
2. Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak dibilas.
3. Tidak baik mengaduk campuran darah dan asam pada waktu mengecerkan.
4. Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlalu untuk mengadakan
pembandingan warna.
5. Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya, tabung itu dibolak-
balikkan dengan menutupnya memakai ujung jari.
6. Ada gelembung udara di permukaan pada waktu membaca.
7. Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang.
8. Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukan alat yang dipakai.
Tabel 1.
Batasan normal kadar hemoglobin
IX. PEMBAHASAN
Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah dan
memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu
bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah.
Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu
penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah
merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari
jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui
ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa
disebut anemia atau kelebihan hemoglobin yang sering disebut polistemia. Hemoglobin bisa
saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan
hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum sehingga mempengaruhi
kesehatan.
Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai macam cara atau
metode. Dari sekian banyak metode yang ada, pada praktikum kali ini dipraktikkan metode
Sahli. Metode Sahli termasuk metode yang tepat dalam mengukur besarnya kadar hemoglobin
karena didasarkan atas analisa kandungan besi dari molekul hemoglobin. Metode ini pula
didasarkan pada pengamatan secara langsung pada warna darah dan menyamakan dengan
batang standar buatan pada haemometer sahli.
Penetapan Hb metode Sahli ini didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah
darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest.
Digunakannya HCl karena asam klorida merupakan asam monoprotik yang paling sulit
menjalani reaksi redoks. Ia juga merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk
ditangani dibandingkan dengan asam kuat lainnya. Walaupun asam, ia mengandung ion klorida
yang tidak reaktif dan tidak beracun. Oleh karena alasan inilah, asam klorida merupakan reagen
pengasam yang sangat baik. Dengan penambahan HCl ke dalam darah maka HCl akan
menghidrolisis hemoglobin menjadi globin ferroheme, sedangkan HCl yang bersifat
monoprotik yang hanya dapat melepaskan satu ion H+ juga dapat membentuk ion Cl -.
Ferroheme yang terbentuk oleh O2 yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme, yang akan
segera bereaksi dengan ion Cl- membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin maka
dari itu metode sahli juga dikenal dengan metode hematin asam.
Darah yang digunakan dalam pemeriksaan kali ini adalah darah EDTA, atau darah yang
telah ditambahkan antikoagulan, sehingga darah tidak mengalami pembekuan selama proses
pemeriksaan. Pengambilan darah dari tabung sampel dilakukan dengan pipet Sahli yang
berukuran 20 uL dibantu dengan alat penyedot, mengingat darah merupakan spesimen
infeksius maka penyedotan sama sekali tidak disarankan menggunakan mulut selain itu pada
pengambilan darah ini harus teliti agar tidak ada gelembung udara di dalam pipet yang dapat
mempengaruhi volume pemipetan. Selain itu untuk menghindari kesalahan akibat volume yang
kurang tepat, setelah dikeluarkan dari tabung wadah darah dan ketika akan dimasukkan ke
dalam tabung sahli, terlebih dahulu bagian luar pipet sahli yang masih berisi bekas darah
dibersihkan dengan tisu. Setelah 20 uL darah dicampurkan
‘’’’’’’’’’’’’’’’’’’\\\ dengan HCl, sampel dihomogenkan dengan batang kaca pengaduk
yang telah tersedia dalam alat haemometer sahli sampai benar-benar homogen, setelah itu
larutan didiamkan selama kurang lebih sepuluh menit. Jangka waktu ini diberikan dengan
maksud agar pembentukan senyawa hematin asam terbentuk dengan sempurna, jika lebih dari
jangka waktu ini akan menyebabkan kerusakan senyawa hematin asam yang terbentuk,
sedangkan jika kurang dari batas waktu yang ditentukan maka pembentukan asam hematin
belum berjalan sempurna. Setelah sepuluh menit, untuk menyamakan warna larutan asam
hematin yang terbentuk dengan kaca standar digunakanlah aquadest. Alasan digunakannya
akuades karena akuades bersifat netral, dimana dia tidak akan bereaksi dengan HCl maupun
hemoglobin dan mengganggu pembentukan asam hematin melainkan sifatnya hanya sebagai
pengencer, selain itu aquades juga tidak berwarna jadi tidak akan mengganggu terbentunnya
warna larutan asam hematin, mengingat metode Sahli ini merupakan metode kolorimetri yang
didasarkan pada pembentukan warna larutan yang akan dijadikan acuan besarnya kadar
hemoglobin. Setiap penambahan akuades hendaknya dilakukan penghomogenisasian
menggunakan batang pengaduk agar warna yang terbentuk merata dan tidak melewati batas
standar, yang akan mengakibatkan kesalahan pembacaan hasil.
Setelah warna larutan asam hematin sama dengan warna batang kaca standar, maka
dapat dibaca kadar hb yang dimiliki pasien. Pembacaan hasil dilakukan pada lingkungan kerja
yang terang atau cukup sinar agar pengamatan jelas.
Pada kegiatan praktikum kali ini telah dilakukan uji sampel kepada pasien dengan data
sebagai berikut :
Nama : Mr. X
Jenis kelamin : Laki-laki
Golongan Usia: Dewasa
Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil kadar hemoglobin pasien
berada di bawah nilai rujukan untuk laki-laki dewasa. Nilai rujukan untuk laki-laki dewasa
berada dalam kisaran 13,0-16,0 g% , sedangkan kadar hemoglobin pasien sebesar 10 g%.
Berdasarkan teori yang ada dapat dicurigai bahwa pasien menderita anemia. Untuk mengethui
penyebab anemia pada pasien sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang terkait.
Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hemoglobin, antara lain
sebagai berikut :
1. Reagen
Reagen yang digunakan harus diketahui nomor lisensi kadaluarsanya, karena jika batas
kadaluwarsanya lewat akan mempengaruhi hasil pemeriksaan sehingga hasil
pemeriksaan menjadi tidak valid, keutuhan wadah atau botol atau cara transportasi dan
penyimpanannya juga harus diperhatikan karena mempengaruhi kualitas reagen yang
secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
2. Metode
Jika metode yang digunakan tidak dilaksanakan dengan benar sesuai prosedur
maka hasil pemeriksaan juga akan dipengaruhi.
3. Bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan meliputi; cara pengambilan spesimen, pengiriman spesimen,
penyimpanan spesimen, dan persiapan sampel. Jika tahapan-tahapan tersebut dilakukan
dengan salah maka dapat dipastikan juga akan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
4. Lingkungan
Dalam hal ini dapat berupa ; keadaan ruang kerja, cahaya, suhu kamar, kebisingan,
luas dan tata ruang, karena keadaan-keadaan ini dapat mempengaruhi sinar yang
diterima oleh mata yang secara langsung dpat mempengaruhi pembacaan hasil
pemeriksaan.
5. Tenaga labratorium.
Tenaga laboratorium dalam hal ini petugas yang mengerjakan pemeriksaan
memiliki kemampuan untuk membedakan warna yang tidak sama satu sama lainnya,
sehingga biasanya antara petugas satu dengan yang lainnya dapat membaca hasil
pemeriksaan secara berbeda
Angka kesalahan metode sahli ini mencapai 5 – 10%, karena :
1. Faktor Alat
- Alat sukar distandarisasi
Haemometer Sahli sukar dikalibrasi, karena memerlukan alat lain yang lebih
terstandar yaitu Spektrofotometer dengan metode Sianmethemoglobin
- vol.pipet kurang tepat
Volume pipet yang kurang tepat dapat disebabkan karena faktor usia pipet yang
sudah lama sehingga sangat rentan terjadi pergeseran volume. Pergeeran volume yang
terjadi dapat mengakibatkan hasil yang tidak valid.
- warna kaca standar berubah
Warna kaca-standar dapat berubah karena pengaruh waktu, suhu, dan sinar
matahari sehingga harus di kalibrasi dengan metoderujukan Sianmet-Hb untuk
menentukan faktor koreksi. Faktor koreksi diperoleh dengan cara memeriksa paling
sedikit 10 sampel darah dgn cara Sahli dan SianmetHb (yg sudah di kalibrasi),
kemudian dihitung rata-rata hasil pemeriksaan Hb dengan cara Sahli (misalnya
diperoleh hasil X gr%), begitu pula hasil pemeriksaan Hb dengan cara
Sianmethemoglobin(mislnya diperoleh hasil Y g%). Faktor koreksi (misalnya: f)
diperoleh dengan cara membagi rata-rata hasil pemeriksaan Sianmethemoglobin (Y
g%) dengan rata-rata hasil pemeriksaan Sahli (X g%). Nilai yang dianggap benar
adalah nilai rata-rata pemeriksaan Sianmethemoglobin (Y g%) sama dengan faktor
koreksi (f) dikalikan rata-rata hasil pemeriksaan Sahli (X g%) atau Y= f . X, sehingga
diperoleh faktor koreksi: f = Y/X
Setelah diperoleh nilai faktor koreksi setiap kali mendapatkan nilai Hb dari Sahli,
harus dikalikan dgn Faktor koreksinya (f) untuk mendapatkan hasil yang representatif.
- kadar larutan HCl kurang tepat
Kadar HCL yang kurang atau lebih dari standar yang ditetapkan yaitu 0,1 N
dapat mempengaruhi pembentukan asam hematin dari reaksi antara HCl dan
hemoglobin, sehingga hasil pemeriksaan tidak akan maksimal jika kadar HCl yang
digunakan tidak sesuai standar yaitu 0,1 N.
2. Faktor petugas :
- pengambilan darah yang salah
- pemipetan
- Tidak tepat mengambil 20 µl darah.
- Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak dibilas.
-ada gelembung udara saat pemipetan
-pengadukan
Tidak mengaduk dengan baik campuran darah dan asam pada waktu
mengecerkan sehingga larutan tidak homogen yang mengakibatkan reksi
pembentukan asam hematin tidak sempurna
- Penglihatan petugas
Pengelihatan petugas yang terganggu akibat masalah mata, bisa saja membuat
kesalahan dalam pembacaan hasil pengamatan disamping juga bias (intensitas warna)
yang dapat ditangkap mata berbeda-beda.
- Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlalu untuk mengadakan
pembandingan warna.
- Ada gelembung udara di permukaan pada waktu membaca.
- Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang.
- Menggunakan tabung pengencer yang tidak diperuntukan alat yang dipakai
3. Faktor Metode
- metode Sahli ini memiliki Risiko kesalahan yang besar besar mencapai 10 %
- Pengerjaan masih manual sehingga prosedurnya kurang praktis dan memakan waktu
cukup lama terlebih bagi praktikan yang masih pemula, terutama pada saat proses
pemipetan.
X. KESIMPULAN
1. Metode Sahli adalah metode yang digunakan untuk pemeriksaan kadar Hb dalam
darah berdasarkan atas terbentuknya senyawa hematin asam setelah darah sampel
direaksikan dengan HCl 0,1 N. Pembacaan hasil kemudian dilakukan dengan
membandingkan warna yang terbentuk dengan batang standar (metode kolorimetrik).
2. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien Mr.X/Laki-laki/Dewasa
diperoleh hasil bahwa kadar Hb pasien sebesar 10 g%, yang berada di bawah batasan
normal kadar hemoglobin untuk laki-laki dewasa yaitu 13,0-16%. Maka dicurigai
pasien menderita anemia, untuk mengetahui penyebab anemia yang diderika
disarankan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan
(Luh Putu Rinawati, A.Md. AK) (Kadek Aryadi Hartawiguna, A.Md. AK)