TUGAS KELOMPOK
KELOMPOK 1
ANGGOTA KELOMPOK :
1. ALEKSANDER RUMASEB
2. ANGGELICA CLAUDIA SAFKAUR
3. ASIANTE WENDA
4. CINDY PUSPITA DIEGA BANEFTAR
5. DESNAL RANTETAMPANG
6. FERA FERISKA INSERI DIMARA
7. NONCE WANIMBO
8. NORSI PATIUNG
9. OLVINCE KADEPA
10. RUTH NOVIA YULIANA LOISA MSIREN
11. SIMON TEBAI
12. SHEYLLA NANDA TODINGBUA
13. TANIA FLORIDA MARPAUNG
14. TISYHA FAHJIRIN RAMIN
15. YUDITHA ELIS PAPUANA KREY
Dosen :
dr. Paul Kalalo, M. Biomed
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
1. Hemoglobin
Hemoglobin merupakan suatu protein tetramerik pada sel darah merah (eritrosit)
yang mengikat molekul bukan protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut (heme)
(Gunadi, 2016). Hemoglobin mempunyai dua fungsi pengangkutan penting dalam tubuh
manusia, yakni pengangkutan oksigen (O2) ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida
(CO2) dan proton (P) dari jaringan perifer ke organ respirasi (Tiara, dkk, 2016). Jumlah
hemoglobin dalam Sel. Sel-sel darah merah mampu mengonsentrasikan hemoglobin dalam
cairan sel sampai sekitar 34 gram per 100 ml sel. Konsentrasi ini tak akan melebihi nilai
tersebut, karena nilai ini merupakan batas metabolik mekanisme pembentukan hemoglobin
sel. Selanjutnya, pada orang normal, persentase hemoglobin hampir selalu mendekati nilai
maksimum dalam setiap sel. Namun, bila pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang
berkurang, persentase hemoglobin dalam sel dapat turun sampai di bawah nilai tersebut,
dan volume sel darah merah juga dapat menurun karena jumlah hemoglobin yang mengisi
sel menjadi berkurang (Guyton, 2014).
Pengukuran kadar hemoglobin dalam darah adalah salah satu uji laboratorium
klinis yang sering dilakukan. Pengukuran kadar hemoglobin digunakan untuk melihat
secara tidak langsung kapasitas darah dalam membawa oksigen ke sel-sel di dalam tubuh.
Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan indikator yang menentukan seseorang
menderita anemia atau tidak (Estridge dan Reynolds 2012).
Defek hemoglobin (Hb) akibat mutasi atau delesi gen yang mengatur
pembentukan rantai globin α atau β yang diturunkan secara autosomal kodominan.
Talasemia-α terjadi akibat mutasi, paling sering berupa delesi pada ≥ 1 gen
pembawa rantai globin α di kromosom 16. akibatnya pembentukan rantai globin α
menjadi sedikit atau tidak terbentuk sehingga pembentukan Hb berkurang dan
eritrosit menjadi mikrositik hipokrom (Liwang, 2020).
Talasemia β terjadi karena mutasi atau delesi gen globin β pada kromosom
11 yang diturunkan secara autosomal kodominan. Mutasi atau delesi tersebut
menyebabkan gangguan pembentukan rantai β pada Hb. Rantai α yang berlebih
dapat membentuk tertamer yang tidak stabil. Rantai α bebas tidak larut. kelainan
tersebut akan membentuk eritrosit abnormal yang akan dihancurkan dalam limpa
dan sumsum tulang sehingga terjadi anemia (Liwang, 2020).
• Perdarahan
Ketika mengalami perdarahan yang cepat, tubuh akan berusaha mengganti
cairan plasma dalam waktu 1-3 hari yang akan menyebabkan konsentrasi sel darah
merah menjadi rendah (Aulia, 2022).
• Usia
Semakin bertambahnya usia manusia maka akan semakin mengalami
penurunan fisiologis semua fungsi organ termasuk penurunan sumsum tulang yang
memproduksi sel darah merah. d. Riwayat penyakit Penyakit kronis seperti kanker dan
penyakit ginjal dapat memyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah
yang cukup (Aulia, 2022).
• Aktivitas fisik
Sebagai bentuk dari adaptasi tubuh terhadap aktivitas intensitas sedang ± berat
yang dilakukan, dapat terjadi perubahan pada volume plasma darah dimana volume
plasma akan menurun dan akan membuat kadar hemoglobin dalam darah terlihat
meningkat, selain itu saat melakukan aktivitas intensitas sedang ± berat, tubuh
membutuhkan oksigen lebih banyak, untuk mengkompensasi kebutuhan oksigen, tubuh
akan melakukan eritropoiesis yang juga akan membuat kadar Hb meningkat. Latihan
fisik berat yang dilakukan secara terus-menerus dan dengan durasi yang lama dapat
menyebabkan penurunan massa sel darah merah dengan cara hemolisis intravaskular,
hemolisis intravaskular disebabkan oleh ruptur mekanik dinding sel eritrosit yang
terjadi ketika sel darah merah melewati kapiler-kapiler darah dari otot ± otot yang
berkontraksi, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar Hb (Gunadi,
2016).
REFERENSI
Aulia, R. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Hemoblobin (Hb) Dalam
Darah Pada Tukang Becak Di Pasar Mranggen Demak. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Volume 1, Nomor 2,, 663 - 669.
Estridge BH, Reynolds AP, Walters NJ. 2012. Basic Clinical Laboratory Techniques Sixth Edition.
USA: Delmar Cengage Learning.
Guyton, C. A., & Hall, J. E. (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Vol. 11). Jakarta: EGC.
Guyton, A. C., Hall, J. E., (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC,
Gunadi, Valerie. (2016). Gambaran Kadar Hemoglobin Pada Pekerja Bangunan. e-Biomedik
(eBm), 4, 2.
Hasanan, F. 2018. Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Daya Tahan Kardiovaskular Pada Atlet
Atletik FIK Universitas Negeri Makassar. Jurnal Olahraga Dan Kesehatan, (16), 1–16.
Liwang, F., Yuswar, P. W., Wijaya, E. & Sanjaya, N. P., 2020. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.
5. Jakarta: Media Aesculapius
Tiara, D., Tiho, M. and Mewo, Y. M. (2016) ‘Gambaran kadar limfosit pada pekerja bangunan’,
Jurnal e-Biomedik, 4(2), pp. 2–7. doi: 10.35790/ebm.4.2.2016.14620.