Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Anemia merupakan masalahkesehatan global pada Negara maju maupun


negara yang sedang berkembang serta berdampak pada kesehatan, sosial dan
ekonomi.Prevalensi anemia terbesar pada anak dan ibu hamil.Penyebab anemia
bervariasi berdasarkan usia, sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi,
sehingga prevalensi defisiensi besi sering digunakan untuk mewakili prevalensi
anemia defisiensibesi (ADB). Padatahun 2002, ADB merupakan faktor
terpenting yang memberi kontribusi global burden ofdisease (Janus &Moerschel,
2010).
Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. (Wasdinar, 2007)
Anaemia pada kehamilan yaitu kondisi wanita hamil bila kadar hemoglobin (Hb)
kurang dari 10gr% yang normalnya 12-15 gr%. (Fatmawati, 2011). Sedangkan
menurut Atikah (2011), anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi dalam
tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO 40% kematian ibu dinegara
berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia
pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut yang saling
berinteraksi. Hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita anemia defisiensi
besi adalah 12-28% angka kematian janin, 30% kematian perinatal, dan 7-10%
angka kematian neonatal. Anemia secara umum merupakan salah satu masalah
yang terjadi di Indonesia, penyebab anemia yang paling banyak terjadi karena
kekurangan zat besi. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data,
namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03 (tahun
2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes RI, 2008). 2 Hasil survey anemia
ibu hamil pada 15 kabupaten di Jawa Tengah pada tahun 2007 menunjukan bahwa
prevalensi anemia di jawa tengah adalah 57,7%, angka ini lebih tinggi dari angka

1
nasional yakni 50,9%. Dimana anemia tertinggi terjadi di kabupaten Sukoharjo
(82,4%) dan terendah di kabupaten Cilacap (21,9%), sedangkan kabupaten
Surakarta (39,05%). Pemerintah melakukan program penaggulangan anemia pada
ibu hamil yaitu dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode
kehamilanya dengan tujuan menurunkan angka anemia ibu hamil (Dinas
Kesehatan Propinsi Jateng, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yangingin
diangkat oleh penulis yaitu :
1. Bagaimana kadar hemoglobin pada penderita anemia
2. Bagaimana hasil pemeriksaan kadar hemoglobin pada penderita
anemia.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pemeriksaan kadar
hemoglobin pada penderita anemia berat setelah pasien melakukan
transfusi darah di RSUD Pariaman.
1.4 Tujuan Pembahasan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk menegetahui hasil dari pemeriksaan kadar hemoglobin pada
penderita anemia berat setelah melakukan transfusi darah di RSUD
Pariaman.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar hemoglobin padapasien anemia berat
2. Untukmengetahuikadar hemoglobin setelahtransfusidarah
1.5 Manfaat
1. Mengetahui hubungan kadar hemoglobin pada pasien penderita
anemia.
2. Dapat meningkatkan kompetensi petugas laboratorium mengenai
hubungan hubungan kadar hemoglobin dengan pemeriksaan
lainnya pada pasien anemia, serta menambah pengetahuan tentang
metodologi penelitian dan aplikasinya dilapangan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HEMOGLOBIN (Hb)


2.1.1 Pengertian Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009). Salah satu pemeriksan
laboratorium yang sering digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin (Fakultas
Kedokteran UI, 2000). kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan pemeriksaan
hemoglobin melalui metode spektrofotometer. Specimen darah untuk pemeriksaan
hematologi (pemeriksaan HB) dapat diperoleh dari darah vena ataupun darah
kapiler.
Nama Hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan
globin.Hemeadalah gugus prostetik yang terdiri dari atom besi, sedangkan globin
adalahprotein yang dipecah menjadi asam amino. Hemoglobin terdapat dalam sel-
sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh.Setiap orang harus memiliki
sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah sekitar lima
jutasel darah merah per millimeter darah. Kekurangan Hemoglobin menyebabkan
terjadinya anemia, yang ditandaidengan gejala kelelahan, sesak napas, pucat dan
pusing.KelebihanHemoglobinakan menyebabkan terjadinya kekentalan darah jika
kadarnya sekitar 18-19 gr/mlyang dapat mengakibatkan stroke.Kadar hemoglobin
dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal. Misalnya Hb
meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang lebih tinggi dari permukaan
laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri,berbaring)
(detikhealt,2011).

3
2.1.2 Struktur Hemoglobin
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan
porfirin yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan
oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin
merupakan gabungan dari heme dan globin; globin sebagai istilah generik untuk
protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme, dan hemoglobin
adalah yang paling dikenal dan paling banyak dipelajari. (Widayanti, 2008)
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4
subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang
terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan
berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000
Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton.
Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan
hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. (Wikipedia,. 2007)
Reaksi bertahap: Hb + O2<-> HbO2
HbO2 + O2<-> Hb(O2)2
Hb(O2)2 + O2<-> Hb(O2)3
Hb(O2)3 + O2<-> Hb(O2)4

Reaksi keseluruhan: Hb + 4O2 -> Hb(O2)4(Arisman, 2002)

2.1.3 Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh


jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-
paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen :
menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak
kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin.

Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-


jaringan tubuh.

4
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal
berarti kekurangan darah yang disebut anemia (Widayanti, 2008).
2.1.4 Efek Kekurangan Kadar Haemoglobin
Kadar hemoglobin dalam darah tubuh harus pada nilai normal.Apabila
kadar hemoglobin dibawah normal akanterjadi.
1. Sering pusing
Hal ini disebabkan otak sering mengalami periode kekurangan
pasokan O2 yang dibawa hemoglobin terutama saat tubuh
memerlukan tenaga yang banyak.
2. Mata berkunang-kunang
Kurangnya O2 dalam otak akan mengganggu peraturan saraf-saraf
pusat mata.
3. Pingsan
Kekurangan O2 dalam otak yang bersifat ekstrim/mendadak dalam
jumlah besar akan menyebabkan pingsan.
4. Nafas cepat
Jika hemoglobin kurang untuk memenuhi kebutuhan O2 maka
kompensasinya menaikan frekuensi nafas.
5. Jatung berdebar
Untuk mencukupi kebutuhan O2 maka jantung harus memompa
lebih sering agar darah yang mengalir keparu-paru lebih cepat
mengikat O2.
6. Pucat
Hemoglobin adalah zat yang mewarnai darah menjadi maka
kekurangan yang ekstrim akan menyebabkan pucat pada tubuh.
Untuk mengetahui secara pasti tentunya harus dengan pemeriksaan

5
kadar hemoglobin secara laboratorik. Kadar hemoglobin adalah
salah satu pengukuran tertua dalam laboratorium kedokteran dan
tes darah yang paling sering dilakukan (Isbisterdkk., 2000).
2.1.5 Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-
butiran darah merah (Costill 1998).Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-
kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 %”
(Evelyn 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan
karena kadar hemoglobin bervariasi antara setiap suku bangsa. Namun WHO
telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis
kelamin (WHO dalam Arisman,2002)

Tabel 2.1 Batas Kadar Hemoglobin


Kelompok Umur BatasNilai Hemoglobin(gr/dl)

Anak 6 bulan-6 tahun 11,0


Anak 6 tahun-14tahun 12,0
Pria Dewasa 13,0
Ibu Hamil 11,0
Wanita Dewasa 12,0
Sumber : WHO dalam Arisman,2002

Tabel 2.2 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap Kelompok Umur


Kelompok Umur Hb
(gr/dl)
Anak 1.Anak6bulan6tahun 11
2.Anak 6 tahun-14 tahun 12
Dewasa 1. Laki-laki 13
2. Wanita 12
3. Ibu Hamil 11
Sumber: Depkes RI,1999 (Zarianis,2006)

6
2.1.6 Faktor – Faktor yang memengaruhi kadar hemoglobin

2.1.6.1 Kecukupan besi dalam tubuh


Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan
mioglobin dalam sel otot. Kurang lebih 4 % besi di dalam tubuh berada sebagai
mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif. Walaupun
jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting.
Mioglobin ikut dalam transport oksigen dan memegang peranan penting dalam
proses oksidasi menghasilkan ATP, sehingga apabila tubuh mengalami anemia
gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan kerja. (WHO dalam Zarianis, 2006).
2.1.6.2 Metabolisme Besi dalam Tubuh
Ada 2 bagian besi dalam tubuh yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk
keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglonbin,
mioglobin, sitokrom, enzim heme & non heme adalah bentuk besi fungsional dan
berjumlah 25-55 mg/kg BB. sedangkan besi cadangan apabila digunakan untuk
fungsi-fungsi fisiologisnya jumlahnya 5-25 mg/kg BB. Feritin & hemosiderin
adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa & sumsum
tulang.
2.1.6.3 Keasaman / pH
Keasaman bertambah & kadar ion H+ meningkat akan melemahkan ikatan
antara O2 dan Hb sehingga Afinitas Hb terhadap O2 berkurang sehingga Hb
melepaskan lebih banyak O2 ke jaringan.
2.1.6.4 Tekanan Parsial O2
Apabila PO2 darah meningkat, Hb berikatan dengan sejumlah O2
mendekati 100% jenuh, afinitas Hb terhadap O2 bertambah dan kurva digosiasi O2
Hb bergerak ke kiri dan sebaliknya.

2.1.6.5 Tekanan Parsial CO2

PCO2 darah meningkat dikapiler sistemik, CO2 berdisfusi dari sel ke darah
mengikuti penurunan gradien menyebabkan penurunan afinita Hb terhadap O2,
kurva disosiasi O2 Hb bergeser ke kanan dan sebaliknya.

7
2.1.6.6 Temperatur atau suhu
Panas yang dihasilkan dari reaksi metabolisme dari kontraksi-kontraksi
otot melepaskan banyak asam & panas menyebabkan temperatur tubuh naik dan
sel aktif perlu banyak O2memacu pelepasan O2 dari Oksi Hb. (Murray, 2009).

2.1.7 Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)


Diantara metode yang paling sering digunakan di laboratorium adalah
metode spektrofotometer. Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa
yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan mengguankan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Dalam
analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang
elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible
(380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).

8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pre analitik
A. Persiapan pasien
1. Konfirmasi identitas pasien
2. Meminta kesediaan pasien untuk diambil darahnya.
3. Lakukan palpasi pada daerah vena pasien.
4. Bersihkan area lipat siku dengan kapas alkohol 70%
5. Ditusuk bagian yang telah dipalpasi dengan spuit dan diambil
darah sesuai kebutuhan pemeriksaan.
6. Tutup bagian yang telah ditusuk dengan plaster.
B. Sampel
1. Darah dimasukkan kedalam tabung vacutainer EDTA.
2. Tulis kode sampel pada tabung vacuntainer terlebih dahulu
3. Sebelum pemeriksaan terhadap sampel, pengujian dahulu, jika
telah memenuhi reagen yang ditetapkan maka pemeriksaan sampel
akan dilakukan.

MetodePemeriksaan
o Pemeriksaan darah rutin secara Automatic Analyzer
(SYSMEX SX-s800i)
a. Prinsip Kerja
Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai
panjang gelombang tertentu dengan larutan dan sampel yang dilewatinya. Alat ini
bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer. Flow cytometri adalah metode
pengukuran (=metri) jumlah dan sifat-sifat sel (=cyto) yang dibungkus oleh aliran
cairan (=flow) melalui celah sempit ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut
sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan
penghitungan jumlah sel dan ukurannya.

9
b.Alat

Sysmex SX-s800i

c.Bahan

Darah dalam tabung vacumtainer EDTA

3.2 Analitik

1. Dilakukan control sampel terlebih dahulu dengan mengikuti


petunjuk yang ada di monitor.
2. Sampel di homogenkan.
3. Sampel di celupkan ke pipa kapiler tempat masuknya sampel dan
ditekan tombol Absorbs sampel.
4. Setelah bunyi peringatan tanda sampel telah di hisap maka sampel
di keluarkan.
5. Tunggu hasilnya

10
BAB IV

HASIL& PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambaran hasil pemeriksaan darah rutin pada pasien anemia defisiensi FE

Nama : HL

Alamat : Gasan Gadang

Status : BPJS

Hari/Tanggal :Senin/ 19 MARET 2018

Tabel 1. NILAI NORMAL DARAH RUTIN

No PEMERIKSAAN NILAI NORMAL

1. Hemoglobin P 13,0-16,0

W 12,0-14,0

2. Eritrosit P 4,5-5,5

W 4,0-5,0

3. Leukosit 5,0-10,0

4. Trombosit 150-400

5. Hematokrit P 40,0-48,0

W 37,0-43,0

Daftar Tabel II

N Pemeriksaan Hasil

1 Hemoglobin 2.8 g/dL

2 Leukosit 9.93 (10^3/µL)

11
3 Eritrosit 1.99 (10^6/µL)

4 Hematokrit 11.4 %

5 Trombosit 274.000 µL

Kesan : Anemia berat

Tanggal :20 MARET 2018

DAFTAR TABEL III

NO N Pemeriksaan Hasil

1 Hemoglobin 2.6 g/dL

2 Leukosit 7.530(10^3/µL)

3 Eritrosit 1.880.000 µL

4 Hematokrit 10,9 %

5 Trombosit 250.000 µL

6 Hitung Jenis Leukosit 0/1/8/70/20/1

Kesan : Anemia berat

Dengan keterangan klinis sebagai berikut:

Eritrosit : Anisositasis, Hipokrom nomokrom, Polikrom(+), sigarsel,


Granolositoksik (+), Teardropcell(+), fragmentosit (+).

Leukosit : Jumlah cukup, distribusi dalam batas normal.

Trombosit : Jumlah cukup, morfologi normal.

Kesan : Anemia berat dengan gambaran mikrositik hipokrom. Suspek


penyakit kronik dd/ec suspek defisiensi fe, suspek hb pati

Pemeriksaan darah rutin setelah transfusi 2 kantong darah dalakukan


follow up darah rutin setelah 24 jam transfusi darah.

12
Tanggal :23 MARET 2018

DAFTAR TABEL IV

NO Pemeriksaan Hasil

1 Hemoglobin 6.1 g/dL

2 Leukosit 15,450 µL

3 Eritrosit 3.170.000 µL

4 Hematokrit 22,0 %

5 Trombosit 337.000 µL

Kesan : Anemia berat

Pemeriksaan darah rutin setelah transfusi 1 kantong darah dalakukan


follow up darah rutin setelah 24 jam transfusi darah.

N Pemeriksaan Hasil
o

1 Hemoglobin 7,8(g/dL)

2 Leukosit 7.210(10^3/µl)

3 Eritrosit 3.170.000(µL)

4 Hematokrit 26,9(%)

5 Trombosit 268.000 (µL)

Kesan : Anemia sedang

4.2 Pembahasan

Pasien dalam kasus menderita anemia akibat defisiensi besi,


padahal tingkat kebutuhan besi (Fe) meningkat dalam masa pertumbuhan.
Akibat kurangnya asupan zat gizi berupa besi yang penting dalam proses
hemopoiesis ini menimbulkan konsekuensi berbagai gejala klinis yang
dialami oleh pasien tersebut. Dalam laporan ini, penulis membahas
perbandingan berbagai jenis anemia, namun lebih fokus difokuskan
kepada anemia defisiensi besi.
a. Defisiensi Zat Besi

13
Adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya persediaan besi
untk eritropoiesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store)
sehngga pembentukan hemoglobin berkurang.
b. Etiologi
Anemia defisiensi besi secara umum dapat disebabkan oleh
kekurangan asupan besi, gangguan penyerapan besi, serta kehilangan besi
akibat penyakit tertentu.
c. Gejala Klinis
1. Keadaan lemah, lesu, mual, dan muntah.
2. Muka pucat, demam, dan aneroksia.
3. Mata berkunang – kunang, serta telinga mendenging.
4. Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada
anemia lain yaitu:

 Koilorikia : kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan cekung


sehingga menjadi sendok.
 Atrofi papilla lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil
lidah menghilang.
 Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak
pada bercak berwarna pucat keputihan.

Pada kasus diatas, pasien mengalami anemia, namun hasil pemeriksaan


lebih lanjut belum didapatkan, sehingga tipe anemia yang lebih spesifik belum
diketahui. Berdasarkan pemeriksaan hemoglobin, Hb 2,8 gr/dL menunjukkan
bahwa pasien memang mengalami anemia, karena pada orang dewasa, Hb
dibawah 12,0 g/dl dikategorikan sebagai anemia. Untuk menentukan jenis anemia
yang spesifik agar penatalaksanaannya berjalan efektif perlu dilakukan
serangkaian tes lain,seperti tes laboratorium.
Hemoglobinisasi yang tidak adekuat menyebabkan central pallor di tengah
eritrosit berwarna pucat berlebihan yang lebih dari sepertiga diameternya,
sehingga menimbulkan keadaan pucat pada pasien. Sementara itu, besi
dibutuhkan oleh enzim untuk sintesis DNA dan enzim mieloperoksidase netrofil
sehingga menurunkan imunitas seluler. Akan tetapi, defisiensi besi juga
menyebabkan berkurangnya penyediaan besi pada bakteri sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri yang berakibat pada ketahanan terhadap infeksi. Maka dari
itu, timbul demam yang tidak terlalu tinggi.

14
Defisiensi besi dapat menyebabkan gangguan enzim aldehid oksidase
sehingga terjadi penumpukan serotonin yang merupakan pengontrol nafsu makan.
Hal ini mengakibatkan reseptor 5 HT meningkat, di usus halus
menyebabkan mual dan muntah. Selain itu, defisiensi besi juga dapat
menyebabkan gangguan enzim monoamino oksidase sehingga terjadi
penumpukan katekolamin dalam otak. Hal inilah yang menjadi sebab terjadinya
keadaan mual dan sulit makan.

15
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil study kasus ini dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut
diagnosis dengan anemia berat, dengan pemeriksaan awal kadar Hb 2,8 g/dl.
Setelah ditranfusikan 2 kantong darah kadar Hb pasien meningkat menjadi 6,1
g/dl. Setelah itu ditranfusikan kembai 1 kantong darahkadar Hb pasien meningkat
menjadi 7,8 g/dl.

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal
Penyebab Umum dari Anemia Yaitu: Kehilangan darah atau Perdarahan hebat,
Berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan Gangguan produksi sel darah
merah .
Tanda – tanda dari penyakit anemia yakni: Lesu, lemah , letih, lelah, lalai (5L),
Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, dan konjungtiva pucat,
Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat, serta Nyeri tulang, pada kasus yang lebih parah, anemia
menyebabkan tachikardi, dan pingsan.
Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan batas hemoglobin atau
hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut sangat
dipengaruhi oleh usia,jenis kelamin,dan ketinggian tempat tinggal dari
permukaan laut.
Kasus yang kami angkat dari materi ini ialah anemia akibat defesiensi zat besi.

5.2 Saran
1. Untuk Pasien
Diharapkan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut
seperti pemeriksaan SI,TIBC,RT HE, ElektroforesaHb.
2. Petugas laboratorium
Petugas laboratorium diharapkan lebih memperhatikan kalibrasi alat
presisi/control, dan metode pemeriksaan dengan baik setiap hari.
3. Instalasi laboratorium
Laboratorium di RSUD kota Pariaman diharapkan dapat
mempertahankan ketaatan terhadap SOP alat laboratorium agar

16
didapatkan mutu pemeriksaan yang lebih baik sehingga meningkatkan
mutu dari laboratorium tersebut.
4 Untuk Rumah Sakit
Sebaiknya Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman harus menciptakan
dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit agar
dapat melayani kebutuhan dan keinginan serta memberikan kepuasan
kepada pasien yang penerapannya harus dilaksanakan oleh semua
elemen organisasi Rumah Sakit.

17

Anda mungkin juga menyukai