Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

COVID 19 TERKONFIRMASI

Disusun Oleh:
dr. Camelia Chayandari. S
dr. Wiwik Julianti

Pembimbing:
dr. Devita Mirayana, Sp.P

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

KABUPATEN INDRAGIRI HULU

RSUD INDRASARI RENGAT

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan
judul“COVID-19” Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada dr. Devita Mirayana, Sp.P yang telah memberikan bimbingan dan arahannya
dalam membantu menyusun tugas ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini memiliki banyak kekurangan baik dari
kelengkapan teori maupun penuturan bahasa, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan laporankasus ini.Harapan penulis semoga tugas ini dapat
memberi manfaat dan menambah pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam
mengimplementasikan ilmu kedokteran dalam praktek di masyarakat.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………....................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………………………3
BAB III ILUSTRASI KASUS………………………………………………………………..…19
BAB IVPEMBAHASAN………………………………………………………………………..30

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………31

3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius yang
tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44 pasien
dan terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus. Pada awalnya data epidemiologi
menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di
Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan
adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus
(2019-nCoV).
Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization memberi nama virus baru
tersebut Severa acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya
sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat
ditentukan apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring
dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien.4
Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus “super spreader”.Akhirnya dikonfirmasi bahwa
transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke manusia.Sampai saat ini virus ini dengan
cepat menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut. Saat ini sebanyak 29
negara mengonfirmasi terdapatnya kecurigaan serta terkonfirmasi kasus COVID-19. Per-tanggal
13 Februari 2020, berdasarkan data terakhir website oleh Center for Systems Science and
Engineering (CSSE) Universitas John Hopkins yang diperbaharui berkala, data terakhir
menunjukkan total kasus lebih dari 60.331 pasien, dengan total kematian lebih dari 1.369 pasien
dan perbaikan lebih dari 6.061 pasien.
Saat ini data terus berubah seiring dengan waktu. Banyak kota di Tiongkok dilakukan
karantina. Kasuskasus yang ditemukan diluar Tiongkok sampai tanggal 12 Februari 2020
tercatat ada di 28 negara diantaranya: Amerika, Thailand, Hong Kong, Prancis, Malaysia,
Singapura, Taiwan, Macau, Jepang, Korea Selatan, Vietnam, Australia, Nepal dan lainnya.
Kasus-kasus yang ditemukan di berbagai negara tersebut sebagian besar memiliki riwayat
bepergian ke Wuhan atau berkontak dengan kasus confirmed yang memiliki riwayat bepergian
ke Wuhan.
Berdasarkan data sampai dengan 12 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh dunia
2,1% sedangkan khusus di kota Wuhan adalah 4,9%, dan di provinsi Hubei 3,1%. Angka ini

4
diprovinsi lain di Tiongkok adalah 0,16%. Berdasarkan penelitian terhadap 41 pasien pertama di
Wuhan terdapat 6 orang meninggal (5 orang pasien di ICU dan 1 orang pasien non-ICU).2 Kasus
kematian banyak pada orang tua dan dengan penyakit penyerta. Kasus kematian pertama pasien
lelaki usia 61 tahun dengan penyakit penyerta tumor intraabdomen dan kelainan di liver.
Kejadian luar biasa oleh Coronavirus bukanlah merupakan kejadian yang pertama kali.
Tahun 2002 severe acute respiratory syndrome (SARS) disebakan oleh SARS-coronavirus
(SARS-CoV) dan penyakit Middle East respiratory syndrome (MERS) tahun 2012 disebabkan
oleh MERS-Coronavirus (MERS-CoV) dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000 (1000-an
kasus MERS dan 8000-an kasus SARS). Mortalitas akibat SARS sekitar 10% sedangkan MERS
lebih tinggi yaitu sekitar 40%.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae
dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat empat
genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma coronavirus.

Karakteristik
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering pleimorfik
dengan diameter sekitar 50-200m.5 Semua virus ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak
bersegmen, dan virus positif RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang. Struktur
coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di permukaan virus.
Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan
struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya
virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang).

6
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol,
asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin
tidak efektif dalam menonaktifkan virus.
2.1 Patogenesis dan Patofisiologi
Patogenesis dan Patofisiologi Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan
bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan
kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan
ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke
manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk
penyakit menular tertentu.
Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk
Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute
respiratory syndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS).Namun pada kasus
SARS, saat itu host intermediet (masked palm civet atau luwak) justru ditemukan terlebih dahulu
dan awalnya disangka sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan
bahwa luwak hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe bars)

7
sebagai host alamiahnya.Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, dan oral.
Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat menginfeksi manusia
saat ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43,
HKU1, Middle East respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe
acute respiratory syndrome-associated coronavirus (SARSCoV). Yang ketujuh adalah
Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel
Coronavirus 2019 (2019-nCoV). Isolat 229E dan OC43 ditemukan sekitar 50 tahun yang lalu.
NL63 dan HKU1 diidentifikasi mengikuti kejadian luar biasa SARS. NL63 dikaitkan dengan
penyakit akut laringotrakeitis (croup).

Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan gejala klinis
ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS atau MERS serta beberapa
strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi Coronavirus biasanya sering terjadi pada musim
dingin dan semi. Hal tersebut terkait dengan faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan
populasi yang cenderung banyak perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan
karakteristik Coronavirus yang lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban tidak terlalu tinggi.
Semua orang secara umum rentan terinfeksi.

8
Pneumonia Coronavirus jenis baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan
populasi normal, tergantung paparan jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam jumlah besar
dalam satu waktu, dapat menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal.
Orang-orang dengan sistem imun lemah seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisi lainnya,
penyakit dapat secara progresif lebih cepat dan lebih parah. Infeksi Coronavirus menimbulkan
sistem kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi.5
Pada tahun 2002-2003, terjadi kejadian luar biasa di Provinsi Guangdong, Tiongkok yaitu
kejadian SARS. Total kasus SARS sekitar 8098 tersebar di 32 negara, total kematian 774 kasus.
Agen virus Coronavirus pada kasus SARS disebut SARS-CoV, grup 2b betacoronavirus.
Penyebaran kasus SARS sangat cepat total jumlah kasus tersebut ditemukan dalam waktu
sekitar 6 bulan. Virus SARS diduga sangat mudah dan cepat menyebar antar manusia. Gejala
yang muncul dari SARS yaitu demam, batuk, nyeri kepala, nyeri otot, dan gejala infeksi saluran
napas lain. Kebanyakan pasien sembuh sendiri, dengan tingkat kematian sekitar 10-14%
terutama pasien dengan usia lebih dari 40 tahun dengan penyakit penyerta seperti penyakit
jantung, asma, penyakit paru kronik dan diabetes.
Tahun 2012, Coronavirus jenis baru kembali ditemukan di Timur Tengah diberi nama
MERS-CoV (grup 2c β-coronavirus). Kasus pertama MERS pada tahun 2012 sampai dengan
tahun 2015 ditemukan jumlah total 1143 kasus. Berbeda dengan SARS, MERS cenderang tidak
bersifat infeksius dibandingkan SARS. Dalam 3 tahun ditemukan jumlah kasus 1143. MERS
diduga tidak mudah menyebar dari manusia ke manusia, namun SARS dapat dengan mudah dan
cepat menyebar dari manusia ke manusia. Namun, disisi lain MERS lebih tinggi tingkat
kematiannya, jika SARS sekitar 10%, tingkat kematian MERS mencapai sekitar 40%.
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup
tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.
Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
dipermukaan virus.5 Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu
tropisnya.5 Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim
ACE-2 (angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal,
nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati,
ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot
polos.20 Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus.

9
Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan
dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.12 Berikut
gambar siklus hidup virus (gambar 3).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel
epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas
bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut
meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus
sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.

Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi di saluran napas bawah diikuti dengan
respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan sistem imun berperan penting dalam

10
patogenesis. Pada tahap pertama terjadi kerusakan difus alveolar, makrofag, dan infiltrasi sel T
dan proliferasi pneumosit tipe 2. Pada rontgen toraks diawal tahap infeksi terlihat infiltrat
pulmonar seperti bercak-bercak. Pada tahap kedua, organisasi terjadi sehingga terjadi perubahan
infiltrat atau konsolidasi luas di paru. Infeksi tidak sebatas di sistem pernapasan tetapi virus juga
bereplikasi di enterosit sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan cairan
tubuh lainnya.
Studi terbaru menunjukkan peningkatan sitokin proinflamasi di serum seperti IL1B, IL6,
IL12, IFNγ, IP10, dan MCP1 dikaitkan dengan inflamasi di paru dan kerusakan luas di jaringan
paru-paru pada pasien dengan SARS. Pada infeksi MERS-CoV dilaporkan menginduksi
peningkatan konsentrasi sitokin proinflamasi seperti IFNγ, TNFα, IL15, dan IL17. Patofisiologi
dari tingginya patogenitas yang tidak biasa dari SARS-CoV atau MERS-CoV sampai saat ini
belum sepenuhnya dipahami.
2.3 Manifestasi klinis
2.3.1 Gejala
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis
utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat
disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala
saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat
perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit
dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa
pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien
memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut
sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
2.3.2 klasifikasi klinis
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
a. Tidak berkomplikasi Kondisi ini merupakan kondisi teringan.
Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti
demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan
nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada

11
beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini
pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada tanda
pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau
susah bernapasatau tampak sesak disertai napas cepat atau takipneu tanpa adanya tanda
pneumonia berat. Definisi takipnea pada anak:
 < 2 bulan : ≥ 60x/menit
 2-11 bulan : ≥ 50x/menit
 1-5 tahun : ≥ 40x/menit

c.Pneumonia berat
Pada pasien dewasa
Gejala yang muncul diantaranya demam atau dicurigai infeksi saluran nafas
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi nafas:>30x/menit), distress pernafasan berat
atau saturasi oksigen pasien<90% udara luar.
Kriteria definisi severe community –acquired pneumonia(CAP) menurut diseases society
of America/ American thoracic society.
Jika terdapat salah satu criteria mayor atau >3 Kriteria minor
Kriteria minor
-Frekuensu nafas >30x/menit
-Resiko PaO2/FiO2<250
-Infiltrat mutilobular
-Uremia (BUN)>20mg/dl
-Leukopenia (<4000cell/mikrol)
-Trombositopenia (<100.000/microliter
-Hipotermia (36’c)
-Hipotensi perlu cairan agresif
Kriteriteria mayor
-syok septic membutuhkan vasopresor
- Gagal nafas membutuhkan ventilasi mekanik

12
d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Onset baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui kondisi
klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi hipoksemia. Hipoksemia
didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi fraksi oksigen inspirasi (FIO₂) kurang dari<
300 mmHg
e. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh terhadap suspek infeksi atau
infeksi yang terbukti dengan disertai disfungsi organ. Tanda disfungsi organ perubahan status
mental, susah bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran urin
berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral dingin atau tekanan darah rendah,
kulit mottling atau terdapat bukti laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi
laktat atau hiperbilirubinemia.
f. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi volum adekuat sehingga
diperlukan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L.
Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan sistolik < persentil 5 atau
>2 SD dibawah rata rata tekanan sistolik normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-3 kondisi
berikut :
● Perubahan status mental
● Bradikardia atau takikardia - Pada balita: frekuensi nadi 160x/menit - Pada anak-anak:
frekuensi nadi 150x/menit26
● Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi hangat dengan bounding
pulse
● Takipnea
● Kulit mottled atau petekia atau purpura
● Peningkatan laktat
● Oliguria
● Hipertemia atau hipotermia

13
2.4 Diagnosis
WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien yang terduga
terinfeksi COVID-19.Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic
Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RTPCR.
Untuk menegakan diangnosa:
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 kriteria diagnose
 Diagnosa kerja
 Diagnosa banding
1.ISPA
2.Pneomonia Bakteri
 Pemeriksaan penunjang:
1.radiologi: foto thorax
2.pemeriksaan swab tengorokan dan aspirat saluran nafas bawah seperti sputum,
untuk RT-PCR virus (COVID-19)
3.Pemeriksaan kimia darah, darah perifer lengkap
Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
 Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) DAN pada 14hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atautinggal di negara/wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal.
 Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPADAN pada 14 hari terakhirsebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasuskonfirmasi/probable COVID-19.
 Orang dengan ISPA berat/pneumonia beratyang membutuhkanperawatan di rumah sakit
DAN tidak ada penyebab lain berdasarkangambaran klinis yang meyakinkan.
Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinisyang
meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratoriumRT-PCR
Kasus Konfirmasi

14
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikandengan
pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasiCOVID-19.
Riwayat kontak yang dimaksudantara lain:
a. Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1
meter dan dalam jangka waktu 15 menit ataulebih.
b. Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (sepertibersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
c. Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probableatau konfirmasi tanpa
menggunakan APD yang sesuai standar.
d. Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkanpenilaian risiko lokal yang
ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan sebagaimana terlampir).
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untukmenemukan
kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari
setelah kasus timbul gejala.
Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk menemukankontak
erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelahtanggal pengambilan
spesimen kasus konfirmasi.

Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupunluar negeri
pada 14 hari terakhir.
Discarded
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT-PCR 2kali negatif selama
2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24jam.
b. Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masakarantina selama 14 hari

15
Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukanpemeriksaan follow up RT-
PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandirisejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.
b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidakdilakukan
pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggalonset dengan ditambah minimal
3 hari setelah tidak lagi menunjukkangejala demam dan gangguan pernapasan.
c. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yangmendapatkan hasil
pemeriksaan follow up RT-PCR 1kali negatif, denganditambah minimal 3 hari setelah tidak
lagi menunjukkan gejala demamdan gangguan pernapasan.
Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasuskonfirmasi/probable COVID-19
yang meninggal.

16
Alur diagnosis berdasarkan pedoman PDPI

2.5 Tata Laksana


Rekomendasi PDPI dalam penanganan Pasien COVID-19
Pasien terkonfirmasi (+) COVID-19
1. TANPA GEJALA
 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
 Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)

17
 Vitamin C, 3 x 1 tablet (untuk 14 hari)
 Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari
 Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP
 Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis.
2. GEJALA RINGAN
 Ditangani oleh FKTP, contohnya Puskesmas, sebagai pasien rawatjalan
 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
 Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
 Vitamin C, 3 x 1 tablet (untuk 14 hari)
 Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU
 Hidroksiklorokuin,1x 400 mg (untuk 5 hari)
 Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 3 hari)
 Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain).
 Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg
 ATAU Favipiravir (Avigan), 2 x 600mg (untuk 5 hari)
 Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis

3. GEJALA SEDANG
 Rujuk ke Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat, seperti Wisma Atlet
 Isolasi di Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat, seperti Wisma Atlet
 selama 14 hari
 Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan
 Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin
 dosis 1x 400 mg (untuk 5 hari)
 Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 3 hari)

 Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading


 dose 2x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600mg (hari ke 2-5)
 Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain),
4. GEJALA BERAT

18
 solasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan
 Diberikan obat-obatan rejimen COVID-19 :
 Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg perhari (hari ke 1-3) dilanjutkan 2 x
 250 mg (hari ke 4-10) ATAU Hidroksiklorokuin dosis 1x 400 mg
 (untuk 5 hari)
 Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 3 hari)
 Antivirus : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) loading
 dose 2x 1600 mg hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600mg (hari ke 2-5)
 Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan
 Diberikan obat suportif lainnya
 Pengobatan komorbid yang ada
 Monitor yang ketat agar tidak jatuh ke gagal napas yang memerlukan ventilator mekanik.

Pasien belum/tidak terkonfirmasi


1.TANPA GEJALA
 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
 Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah)
 Vitamin C, 3 x 1 tablet

2.GEJALA RINGAN
 Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP, contohnya Puskesmas
 Pemeriksaan yang disarankan terdiri dari hematologi rutin, hitung
 jenis leukosit, dan laju endap darah
21
 Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
 Vitamin C, 3 x 1 tablet, serta obat-obat simtomatis

3.GEJALA SEDANG-BERAT
 Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP, contohnya Puskesmas
 Pemeriksaan foto toraks

19
 Rujuk ke Rumah Sakit Rujukan
 Pikirkan kemungkinan diagnosis lain
2.6 Pencegahan
Prinsip pencegahan dan strategi pengendalian secara umum Saat ini masih belum ada
vaksin untuk mencegah infeksi COVID19. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah dengan
menghidari terpapar virus penyebab. Lakukan tindakan-tindakan pencegahan penularan dalam
praktik kehidupan sehari-hari. Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada
masyarakat :
● Cuci tangan anda dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik. Gunakan hand sanitizer
berbasis alkohol yang setidaknya mengandung alcohol 60 %, jika air dan sabun tidak tersedia.
● Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
● Sebisa mungkin hidari kontak dengan orang yang sedang sakit.
● Saat anda sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat anda sakit atau segera ke
fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.
● Tutupi mulut dan hidung anda saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada tempat
yang telah ditentukan.
● Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.
Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran
napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup
untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan
lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha
pencegahan lainnya.

● Pengunaan masker medis tidak sesuai indikasi bisa jadi tidak perlu, karena selain dapat
menambah beban secara ekonomi, penggunaan masker yang salah dapat mengurangi
keefektivitasannya dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan
lain yang sama pentingnya seperti hygiene tangan dan perilaku hidup sehat.

● Cara penggunaan masker medis yang efektif:

- Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian eratkan dengan
baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah

20
- Saat digunakan, hindari menyentuh masker.

- Lepas masker dengan tehnik yang benar (misalnya; jangan menyentuh bagian depan masker,
tapi lepas dar belakang dan bagian dalam.)

- Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan segera cuci tangan. -
Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika masker yang digunakan
terasa mulai lembab.

- Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.

- Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis sesuai SOP.

- Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan.

21
BAB III
ILUSTRASI KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. S
Usia : 65 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tani
No.RM : 20 86 17
Tanggal MRS : 25 November 2020

3.2 Anamnesis(Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Sesaknafassejak 1 harisebelummasukrumahsakit
2. Riwayat Penyakit Sekarang
● Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari SMRS, pasien juga
mengeluhkan demam sejak 2 minggu ini, demam dirasakan naik turun jika minum
obat penurun panas. Badan juga terasa lemas, mual(+) nafsu makan menurun.
Nyerikepala (+), nyeriotot (+),
● Batuk(-), Muntah (-), diare (-), BAB dan BAK (Normal), gangguan penciuman dan
pengecapan (-), nyeri tenggorokan (-), riwayat perjalanan dari Luarkota (-) , riwayat
kontak dengan pasien terkonfirmasi covid-19 (-)

3. Riwayat Penyakit Dahulu


● Riwayat penyakit TB paru (-)
● Riwayat penyakit jantung (-)
● Riwayat penyakit gula (-), darah tinggi (-), asma (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

22
● Tidak ada keluarga mengeluhkan keluhan yang sama.

5. Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, dan Kebiasaaan


● Pasien bekerja sebagai petani
● Riwayat merokok disangkal
● Riwayat konsumsi alkohol disangkal

3.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Vital sign :
 Tekanan darah : 149/101 mmHg
 Nadi : Reguler 113 kali/menit
 Pernapasan : 32 kali/menit
 Suhu : 360C
 Spo2 : 87%

1. Status Generalisata
Pemeriksaan Kepala dan Leher
● Mata : Konjungtiva anemis (+/+) sklera ikterik (-/-) refleks pupil (+/+)
isokor
● Telinga-Hidung : Tidak ada kelainan, tidak nafas cuping hidung
● Mulut : Kering (-) sianosis (-)
● Leher : JVP tidak meningkat, Pembesaran KGB di leher (-)
Pemeriksaan Toraks
Paru-Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, penggunaan otot bantu
nafas tambahan (+)
Palpasi : Vokal fremitus tidakdapatdinilai
Perkusi : Sonor padaseluruh lapangan paru kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (+/+)

23
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V
Perkusi : Batas jantung kanan dilinea sternalis dextra
Batas jantung kiri sulit dinilai
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur(-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi :perut tampak datar, jejas (-), scar (-)
Auskultasi : bisingusus (+) normal
Palpasi : soepel (+) hepatosplenomegali (-) nyeritekan epigastrium (-)
nyerilepas (-)
Perkusi : timpani

Ekstremitas
Inspeksi : Edema (-/-), sianosis pada kuku (-)
Palpasi : Akral hangat (+) pada semua ekstremitas, CRT < 2 detik, turgor normal
pada semua ekstremitas

3.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium (25-11-2020)
Parameter:
- HGB : 15.0 (g/dl)
- HCT : 41.2 (%)
- RBC : 4.98 (10^3/uL)
- MCV : 82.7 (fL)
- MCH : 30.1 (pg)
- MCHC : 36.4 (g/dL)
- PLT : 319 (10^3/uL)
- WBC : 9.44 (10^3/uL)

Differential :

24
- NEUT :92.0%
- LYMPH :6.9%
- MONO :1.0%
- EOSINOFIL :0%
- BASOFIL :0,1%
- Gol. darah : Tidak dilakukan
- PT : Tidakdilakukan
- INR : Tidakdilakukan
- APTT : Tidakdilakukan

Kimia Darah :
- SGOT : 57,9(U/L)
- SGPT : 56,4(U/L)
- BUN urea : 41(mg/dL)
- Creatinine : 1,55 (mg/dL) (Meningkat)
- Glukosa : 178 (mg/dL)
- CRP : >200 mg/L
- Rapid Test : Reaktif

RencanaPemeriksaan : Swab PCR


Hasil swab PCR terkonfimasipositif

PemeriksaanPenunjang
Thoraks (25-11-2020)

25
Polymerase Chain Reaction (PCR) (27-06-

Kesan :

- Kesan pneumonia bilateral


- Cortidaktampakkelainan

26
3.5DiagnosisKerja

Susp covid-19
Hipertensi grade 1

3.9 Penatalaksanaan
Non medikamentosa
● Bed rest isolasipinere
● Diet:Diet MBrendahgaram
Medikamentosa
● Oksigen dengan NRM 10 Lpm
● IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i +cernevit drip k/p 20 tpm
● Azithromycin drip 1 ampuldalam D5% 40 tpm
● Inj omeprazole 40mg 2x1
● Injondansetron 8mg 2x1
● Dexametason 3x1
● Injfarmavon 2x1
● Hepa Q tab 3x1

Follow up
Tanggal S O A P

27/11/2020 Sesaknafas TD : 132/90 Susp covid-19 - O2 dengan NRM 10


(+) , N : 82x/i lpm
badanterasal T : 36,2 °C - IVFD NaCl 0,9 % +
emas (+) RR : 27x/min cernevit 1amp 20 tpm
Spo2 : 91% - Azitromicininfus
500mg dengan
dextrose 5% 40tpm
- Omeprazole injeksi
2x1 amp
- Ondancetroninjeksi

27
3x8mg
- Farmavoninjeksi
2x1mg
- Hepa Q tab 3x1

28/11/2020 Sesaknafas TD : 118/78 Covid-19 - O2 dengan NRM 10


(+) , HR : Terkonfirmasip lpm
badanterasal 78x/min ositif - IVFD NaCl 0,9 % +
emas (+) T : 36,2 °C cernevit 1amp 20 tpm
RR : 24x/min - Azitromicininfus
500mg dengan
dextrose 5% 40tpm
- Omeprazole injeksi
2x1 amp
- Ondancetroninjeksi
3x8mg
- Farmavoninjeksi
2x1mg
- Hepa Q tab 3x1
- Osetalmivir 2x75mg

28
BAB IV

PEMBAHASAN

Infeksi COVID-19 yang disebabkan virus corona baru merupakan suatu pandemik baru
dengan penyebaran antar manusia yang sangat cepat.Derajat penyakit dapat bervariasi dari
infeksi saluran napas atas hingga ARDS. Diagnosis ditegakkan dengan swab RT-PCR, hingga
saat ini belum ada terapi antivirus khusus danvaksin untuk COVID-19 baru
ditemukan.Diperlukan pengembangan mengenai berbagai hal termasuk pencegahan di seluruh
dunia.

Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Virus ini menyerang
saluran pernafasan.Gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk
kering. Beberapa orang mungkin mengalami sakit dan nyeri, hidung tersumbat, pilek, sakit
tenggorokan atau diare. Untuk proses penularan terjadi dari orang ke orang sehingga perlu
adanya pencegahan yang harus dilakukan.

Adapun cara penanggulangan dan pencegahan yang benar yaitu dengan selalu menjaga
gaya hidup sehat (makan, tidur, olahraga) untuk imunitas tubuh, rajin mencuci tangan, menjaga
etika batuk dan bersin, menghindari kerumunan, menghindari menyentuh mata, mulut dan
hidung, mengurangi interaksi dengan orang lain, berdoa dan lain sebagainya.
Sebagai bentuk partisipasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mendukung kebijakan
pemerintah mengenai sekolah di rumah, bekerja dari rumah dan ibadah di rumah. Serta selalu
melakukan hal-hal positif yang mampu mengurangi rasa khawatir terhadap maraknya virus
corona.

29
DAFTAR PUSTAKA

1.World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory infection


(SARI) when COVID-19 disease issuspected.Interim Guidance, 13 March 2020.

2. Erlina B, Fathiyah I, Agus Dwi Susanto dkk. Pneumonia COVID19.Diagnosis dan


Tatalaksana di Indonesia.Perhimpunan DokterParu Indonesia.Jakarta, 2020.

3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.Protokol Tatalaksana Pasien COVID-19. Jakarta,


3 April 2020.

4. Joseph T, Moslehi MA, Hogarth K et.al. International Pulmonologist’S Consensus on


COVID-19. 2020.

5. Schiffrin EL, Flack J, Ito S, Muntner P, Webb C. Hypertension and COVID-19.


American Journal of Hypertension. 2020.

6. Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.Pedoman Pencegahan dan


Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) Revisi ke-4. 4 ed: Kementerian Kesehatan
RI; 2020.

7. WHO. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report-1. Januari 21, 2020.

8. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Zang Li, Fan G, etc. Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet. 24 jan 2020.

8. WHO. WHO Director-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov on 11


February 2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals-remarks-at-the-media-
briefing-on-2019-ncov-on-11-february2020. (Feb 12th 2020)

9. Channel News Asia. Wuhan virus outbreak: 15 medical workers infected, 1 in critical
condition. [Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th 2020. Available
on:https://www.channelnewsasia.com/news/asia/wuhanpneumonia-outbreak-health-
workers-coronavirus-12294212 (Jan 21st 2020).

30
10. Wang Z, Qiang W, Ke H. A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and
Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China; 2020.

11. Relman E, Business insider Singapore. [Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th
2020. Available on:https://www.businessinsider.sg/deadly-china-wuhan-virusspreading-
human-to-human-officials-confirm-2020- 1/?r=US&IR=T.

12. John Hopkins University. Wuhan Coronavirus (2019-nCoV) Global Cases(by John
Hopkins CSSE). [Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th 2020. Available on:
https://gisanddata.maps.arcgis.com/apps/opsdashboard/index.htm
l#/bda7594740fd40299423467b48e9ecf6. (Jan 2020)

13. Ref : Estimating the effective reproduction number of the 2019- nCoV in China -
Zhidong Cao et al., Jan. 29, 2020 9. Elsevier. Novel Coronavirus Information Center. ].
Cited Jan 26th 2020. Available on: https://www.elsevier.com/connect/coronavirus-
informationcenter

31

Anda mungkin juga menyukai