Anda di halaman 1dari 32

Laporan jaga

RETENSIO URIN EC
URETROLITIASIS
SKDI 3A ICD X ; N 21

WIDA HARMAS
1908436673

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Riau
RSUD Arifin Ahmad Provinsi Riau
2020
IDENTITAS PASIEN

Nama : An. EML


Umur : 7 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Tgl masuk RS : 02 - 01 – 2020
Tgl pemeriksaan : 02 – 01 -2020
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA :

Tidak bisa buang air kecil sejak 3 hari SMRS


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Orang tua pasien mengeluhkan anaknya tidak dapat buang


air kecil sejak 3 hari SMRS, BAK hanya menetes-netes, BAK
bercampur darah disangkal. Kemudian pasien dibawa ke RS
Awal Bros Pekanbaru, dan diberi obat paracetamol. Lalu
pasien dibawa ke RSUD AA Pekanbaru dikarenakan dokter
spesialis urologi RS sebelumnya tidak berada di tempat. Di
RSUD AA dilakukan tindakan pungsi buli, urin output 20 cc

Keluhan demam (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-),
riwayat trauma (-), BAB tidak ada keluhan, riwayat trauma
(-)
Lanjutan…

2 bulan yang lalu orang tua pasien juga mengeluhkan


hal yang sama. Pasien tidak dapat buang air kecil
selama 2 hari. Ibu pasien mengaku melihat batu
diujung saluran kencing anaknya. Batu dikeluarkan
dengan jari ibu sehingga urin keluar. Orang tua pasien
mengatakan membawa anaknya ke klinik dan
dikatakan anaknya tidak dapat BAK karena ada
penyempitan atau sumbatan saluran kencing oleh
dokter klinik. Orang tua pasien mengatakan hanya
diobati dengan obat tradisonal rebusan daun seledri
dan daun kumis kucing yang diminumkan ke ibunya.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang sama


RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang sama


RIWAYA SOSIAL EKONOMI

Pasien diberi ASI eklusif dan MPASI sejak usian 6


bulan. MPASI berupa makanan halus yang diblender
atau makan bayi instant
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : komposmentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Nadi : 112 x/menit
Frekuensi nafas : 28 x/menit
Suhu :36, 1◦ C
Berat badan : 7,4 kg
panjang badan: 63 cm
Lanjutan…

Pem. Kepala & leher : DBN


Pem. Thoraks : DBN
Pem.ektremitas : DBN
Pem. Kelenjar lympe : DBN
Pem. Tulang belakang : DBN
Pem. Abdomen : abdomen tampak datar,
distensi (+), timpani disemua regio, nyeri tekan (-)
Genitalia : status lokalis
Pemeriksaan status urologi

Pem. flank
Pemeriksaan Dextra Sinistra

Inspeksi Tanda trauma (-) Tanda trauma (-)


Tanda radang (-) Tanda radang (-)
Massa (-) Masaa (-)
Ballotement - -

Nyeri tekan (CVA) - -

Nyeri ketok (CVA) - -


Supra pubis
Inspeksi : datar, tanda inflamasi (-),tanda trauma
(-)
palpasi distensi (+)
Genitalia eksterna
Penis
Inspeksi : penis lurus, belum disirkumsisi, tanda
radang (-), tanda trauma (-), MUE terletak di tengah
glans penis
Palpasi : uretra indurasi (+), nyeri (+)
Lanjutan…

Skrotum
Inspeksi : tanda trauma (-), tanda radang (-)
palpasi : tanda massa (-)

Testis : keberadaan (+/+), ukuran normal,


konsistensi kenyal, nyeri tekan (-/-), transiluminasi
(-/-)
DIAGNOSIS KERJA

Retensio urin akut ec infravesika: lower urinary


stones: Uretrolitiasis

DIAGNOSIS BANDING :
Retensio urin akut ec vesica: urinary tract infection
Retensio urin akut ec neorological disorder
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium darah rutin


Laboratorium urinalisis
BNO
Urinalisis

makroskopis
Warna : kuning muda
Kejernihan : agak keruh
Kimia urin
Protein : + 3 keton : +
Glukosa : (-) nitrit : +
Bilirubin : (-)
Urobilinogen : 0,2 Umol/L
pH : 6,5
Darah : +3
Lab Darah Rutin

Hb : 10.3 g/dl N : 11.1 – 14.1


Leukosit : 15.34 x 10ˆ3/µl N : 6 – 17.50
Trombosit: 478 x 10ˆ3/µl N : 150 -450
Eritrosit : 4.51 x 10ˆ6/µl N : 4.10 – 5.30
Ht : 34.5 % N : 31 – 41
KIMIA DARAH
Ureum : 24.0 mg/dl N : 10.7-38.5
Kreatinin : 0.61 mg/dl N : 0.55 – 1.30
BNO
DIAGNOSIS AKHIR

Retensio urin akut ec Uretrolitiasis


Rencana terapi

Pungsi buli
IUFD Ringer lactat 24 tpm
Inj. Paracetamol 3x 80 mg
Inj. Ceftriaxon 2 x 250 mg
TINJAUAN PUSTAKA
URETROLITIASIS

Uretrolitiasis adalah suatu kondisi didapatkannya


batu saluran kemih pada uretra
Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal/ureter
yang turun ke kandung kemih kemudian masuk ke
uretra.
Batu uretra yang merupakan batu primer terbentuk
di uretra sangat jarang , kecuali jika terbentuk
didalam divertikel uretra.
EPIDEMIOLOGI

batu uretra jarang dijumpai di negara maju namun


cukup sering di negara berkembang, salah satunya
indonesia
Kasus batu uretra mencakup <2% dari seluruh kasus
batu saluran kemih (BSK)
Paling sering ditemukan pada anak dan laki-laki
Lokasi batu uretra sebanyak 32-88% ditemukan di
uretra posterior, 8-58% di uretra pars bulbosa dan
panile uretra, 4-11% di fossa navikularis
KLASIFIKASI

1. Batu primer
batu yang terbentuk de novo di uretra
biasanya terbentuk di proksimal striktur, kongenital
atau benda asing
Jenis batu primer biasanya struvite, kalsium fosfat
atau kalsium karbonat
Lanjutan…

2. Batu sekunder
Disebut juga batu migrasi yang terbentuk di
kandung kemih atau ginjal yang bergerak turun
sampai ke uretra
Jenis batu yang terbanyak adalah kalsium oksalat
dan fosfat
ETIOLOGI

Batu uretra primer :kelainan anatomi seperti striktur


uretra, divertikulum, hipospadia dan stenosis
meatal (kondisi patologis) stasis urin atau
stagnasi yang menjadi presdiposisi infeksi saluran
kemih
Penyebab lain : benda asing seperti kateter uretra,
debris obstruksi leher buli, skitisomiasis, idiopatik
dan herediter
PATOFISIOLOGI

Kristal Inti batu


pembentuk Presipitasi
batu (nukleasi)

Menempel
Terbentuk pada epitel
batu yang saluran kemih Agregasi
lebih besar ( membentuk
retensi
kristal)
GEJALA KLINIS

Miksi yang tiba-tiba berhenti hingga terjadi retensi


urin
Nyeri dapat dirasakan di glans penis atau tempat
batu berada
Batu yang berada di anterior dapat berupa benjolan
keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis,
atau kadang-kadang tampak di meatus uretra
eksterna
Batu yang berada di posterior nyeri dirasakan di
perineum atau rektum.
TATALAKSANA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai