Anda di halaman 1dari 84

Laporan

Kasus

LAPORAN KASUS DIVISI BEDAH ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASVRIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2023

Annisah Suherwan
Muhammad Iqbal
Suci Wahyuni
Periode 30 Januari – 3 Februari 2023
Atresia Ani
+ Atresia Duodenum
IDENTITAS PASIEN

• Nama : By. Ny. C


• Umur : 5 hari
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Tanggal Masuk RS : 1 Februari 2023
• Tangga Pemeriksaan : 2 Februari 2023
• Nomor RM : 01118581
KELUHAN UTAMA

Tidak ada BAB sejak lahir


RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 5 hari SMRS, ibu pasien mengeluhkan BAB pasien tidak ada, perut
bayi makin lama semakin keras dan kembung, muntah saat pasien di berikan
minum ASI, muntah berwana kehijauan (+), darah (-)
Riwayat kelahiran: Bayi lahir tanggal 28 Januari 2022, lahir secara SC
dengan indikasi pecah kektuban dini, bayi adalah anak pertama, lahir dengan
UK 35-36 minggu, berat lahir 1270 gr.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• BBLR (+)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

• Tidak ada keluarga yang


mengalami keluhahan yang sama.
PEMERIKSAAN FISIK

• Kesadaran : Composmentis Cooperatif


• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
• GCS : 15
• Tanda- tanda Vital : HR 140 x/menit
RR 52 x/menit
T 36.2 C
PEMERIKSAAN FISIK UMUM

• Kepala :Normocephal, laserasi (-)


• Leher :Normal, laserasi (-)
• Mata :Anemic conjunctiva (-/-) icteric sclera (-/-), reflex cahaya (+/+)
• Hidung :Discharge(-), darah (-)
• Telinga :Cairan(-/-), darah (-)
• Mulut : Sianosis
PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Thoraks:
• Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan dan kiri, laserasi (-)
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : Vesikuler (+/+) Ronki kasar dibagian paru kanan bawah(-/-) Wheezing (-/-)

Abdomen
• Inspeksi : Distensi (+), Darm countour (-), Darm steifung (-)
• Auskultasi : Bising usus normal
• Palpasi : Supel (+) Nyeri tekan (-) Defens muscular (-)
• Perkusi : Hipertimpani
PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Ekstremitas
• Akral hangat
• CRT < 2 detik
• Turgor menurun
PEMERIKSAAN STATUS LOKALIS

Anus
• Anus dimple (-)
• Anal canal (-)
DIAGNOSIS KERJA

Atresia Ani ai Atresia Duodenum


PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pem. Radiologi
TATALAKSANA

• Rencana Laparatomi apabila kondisi stabil


• Duodenostomy
DIAGNOSIS AKHIR

• BBLSR + Atresia Ani letak rendah+ Atresia Duodenum + Dehidrasi


ringan
PEMBAHASAN
PENGERTIAN

• Atresia Ani (Malformasi Anorektal) adalah bayi yang dilahirkan dimana


jalan keluar atau akhir dari saluran cerna tidak terbentuk atau terbentuk
lubang tidak pada tempatnya
ETIOLOGI

• Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena


gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
• Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang anus.
• Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bln.
EMBRIOLOGI
KLASIFIKASI

Terdapat tiga letak Atresia ani :

-Tinggi (supralevator) :Rektum berakhir di atas M. levator ani (M.


puborektalis) dengan jarak antara
ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih
dari 1 cm. Letak supralevator biasa disertai
dengan
fistel ke saluran kencing atau saluran genital.

-Intermediate :Rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak


menembusnya.
-Rendah :Rektum berakhir di bawah M. levator ani
sehingga jarak antara kulit dan ujung rektum paling
jauh 1 cm
Rectum

M. Levator
Ani
ANAMNESIS

Gejala bayi dengan atresia ani :

• Distensi abdomen
• Tidak mengeluarkan meconium dalam 24 jam pertama kehidupannya
PEMERIKSAAN FISIK

Kelainan Penyerta:
V ertebra anomali Tract Gastrointestinal
A norectal anomali
Tract Urogenital
C ardiac anomali
T racheo- Skeletal

E sophageal fistula Mongolisme


R enal anomali
Labioschisis
L imb anomali
KLASIFIKASI KRICKENBERG

• Diagnostik
• Prosedural
• Luaran Fungsional
KLASIFIKASI KRICKENBERG
KLASIFIKASI KRICKENBERG

• Luaran Fungsional
Luaran yang mengukur fungsi usus pasca operasi definitive pada pasien
atresia ani
Luaran fungsional hanya dapat diukur setelah pasien selesai melewati masa
toilet training usia 3-4 tahun
DIAGNOSIS BANDING

• Stenosis anorectal
• Imperforasi membrane anal
• Penyakit hirschprung
• Meconium plug syndrome
• Atresia usus halus
• Obstruksi intestinal lainnya : malrotasi, volvulus
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tujuan : untuk mengetahui letak atresia dan mencari kelainan lain yang menyertai suatu sindrom.

Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan Radiologi dan Pencitraan
• Invertogram → untuk mengukur jarak antara colon sigmoid dengan perineum
• Cross table lateral radiography → untuk menetukan letak atresia ani berdasarkan garis
pubococcygeal
• Rontgen sacrum → untuk melihat rasio sacrum dan untuk melihat defek pada sacrum,
hemivertebra
dan massa presacrum (dilakikan sebelum operasi)
2. Pemeriksaan laboratorium
PENATALAKSAAN

Pembedahan:
-Anoplasti
-Kolostomi
-Posterior Sagittal Anorectoplasty (PSARP)
KOMPLIKASI

• Infeksi saluran kemih


• Kerusakann urethra
• Inkontinensia
• Prolaps mocosa anorectal
• Fistula kambuhan
APPENDISITIS
I N F I LT R AT
I D E N T I TA S PA S I E N

NAMA : An. IT
UMUR : 13 TH
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
RM : 01118485
MASUK RS : 1 FEBRUARI 2023
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA :
Nyeri perut kanan bawah sejak 7 hari SMRS

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Pasien mengeluhkan nyeri perut kanan bawah sejak 7 hari SMRS. Nyeri awalnya dirasakan di sekitar pusar
yang kemudian berpindah ke kanan bawah dan menetap. Nyeri seperti ditusuk dan tidak menjalar. Nyeri
berkurang saat pasien menekuk badan dan beristirahat. Nyeri disertai mual dan demam. BAB cair, darah (-).
BAK lancar.
4 hari SMRS, pasien berobat ke puskesmas dan diberi paracetamol dan amoxicillin. Namun keluhan tidak
membaik sehingga pasien berobat ke RSUD Arifin Achmad.
ANAMNESIS

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :


• Riwayat keluhan serupa sebelumnya (-)
• Alergi (-)
• Riwayat operasi (-)
• Keganasan (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


• Riwayat keluhan serupa (-)
• Keganasan (-)
PEMERIKSAAN FISIK

KEADAAN UMUM : Tampak sakit sedang


KESADARAN : Composmentis

TEKANAN DARAH : 118/75 mmHg


HR : 90x/mnt
RR : 18x/mnt
SUHU : 37.2 C

BB : 48 kg
PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (++)
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal

THORAX
Jantung : Dalam batas normal
Paru : Dalam batas normal

EKSTREMITAS
Akral hangat, CRT <2 detik

GENITOURINARIUS
Dalam batas normal
PEMERIKSAAN
FISIK

ABDOMEN
Inspeksi : distensi (-), scar (-)
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi :
• Defans muscular (-), Mcburney sign (+), Rebound tenderness (-),Rovsing sign (-),
Obturator sign (-), Psoas sign (-)
• Teraba massa di kuadaran kanan bawah batas tidak tegas, terfiksir, konsistensi padat,
suhu teraba sama dengan kulit sekitar massa.
DIAGNOSIS KERJA
Appendisitis infiltrate

DIAGNOSIS BANDING
Gastroenteritis
Urolithiasis

USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah rutin, USG Abdomen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
L A B O R AT O R I U M ( 3 1 / 1 / 2 3 )

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 14.3 g/dL 14.0 – 18.0
Leukosit 12.65 10^3/uL (H) 4.80 – 10.80
Trombosit 412 10^3/uL 150 – 450
Eritrosit 5.06 10^6/uL 3.70 – 6.50
Hematokrit 42.2 % 42.0 – 52.0

Hitung Jenis Hasil Nilai Nromal


Basofil 0.3 % 0–1
Eosinofil 1.7 % 1.0 – 3.0
Neutrofil 75.7 % (H) 40.0 – 70.0
Limfosit 14.0 % (L) 20.0 – 40.0
Monosit 8.3 % (H) 2.0 – 8.0
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

USG ABDOMEN (1/2/23)

Kesan:
Susp. Periappendiculer infiltrate
USG hepatobilier, lien, pancreas, renal bilateral,
vesica urinaria saat ini tidak tampak kelainan
A L VA R A D O S C O R E

M • Migratory of pain (1)


A • Anorexia (1)
N • Nausea/ vomitus (1)
T • Tenderness (2)
R • Rebound tenderness (0)
E • Elevation of temperature (1)
L • Leukositosis (2)
S • Shift of Nutrophils to the left (1)

Total : 9 (very probable appendicitis)


DIAGNOSIS AKHIR
Appendisitis infiltrate
T AT A L A K S A N A

Posisi fowler
Diet makanan lunak
Injeksi Ketorolac 3x30 mg
Injeksi Omeprazole 2x40 mg
Injeksi Ceftriaxone 2x1 g

Pembedahan : Appendectomy
INTRA OP (2/2/23)
TINJAUAN
P U S TA K A
A N AT O M I A P P E N D I X
A N AT O M I A P P E N D I X

VARIAN POSISI APPENDIX VERMIFORMIS:


1. Dencendens ke dalam pelvis minor
2. Retrosekal (paling sering)
3. Pre-ileal
4. Retro-ileal
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang N.vagus
yang mengikuti a.mesenterica superior dan
a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal
dari N.torakalis X. Oleh karena itu, nyeri visceral pada
appendicitis bermula di sekitar umbilicus.
APPENDISITIS

• Appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada


Appendix.
• Appendisitis akut merupakan suatu emergensi bedah
abdomen yang menyebabkan nyeri abdomen akut.
• Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 20-30 tahun.
• Prevalensi apendisitis akut di Indonesia berkisar 24,9
kasus per 10.000 populasi.
ETIOLOGI
Kebanyakan kasus dari appendicitis akut adalah obstruksi. Berbagai
hal yang dapat menyebabkan obstruksi:
• Fecalith
• Parasit
• Hiperplasia limfoid
• Tumor appendix atau sekum
P AT O F I S I O L O G I

Patologi apendisitis dapat mulai di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan dinding appendix dalam waktu 24-48 jam pertama.
Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga
terbentuk massa periappendikuler (infiltrate appendix). Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami
perforasi.
GAMBARAN KLINIS

• Gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium di
sekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual, kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun
• Dalam beberapa jam, nyeri akan berpindah ke kanan bawah (Mcburney point) dimana nyeri yang dirasakan lebih tajam
• Gejala apendisitis pada anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering rewel dan tidak mau makan. Anak seringtidak
mampu melukiskan rasa nyeri. Dalam beberapa jam, akan timbul mual muntah dan anak menjadi lemah.
• Pada kehamilan, keluhan utama: nyeri perut, mual, dan muntah. Pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong
ke kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih di region lumbal kanan.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Nyeri di epigastrium atau region umbilical yang kemudian dapat menyebar dan dirasakan di seluruh perut.
• Nyeri kemudian dirasakan berpindah ke perut kanan bawah, tepatnya di titik Mc Burney.
• Selain itu terdapat pula keluhan anoreksia, mual, muntah, dan febris.
• Keluhan dapat berbeda oleh karena gejala ditentukan dari posisi ujung apendiks.
PEMERIKSAAN FISIK
• Tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc Burney: nyeri tekan, nyeri lepas, defans muscular. Sedangkan nyeri rangsang
peritoneum tidak langsung dapat berupa:
• Nyeri pada sisi kanan bawah yang timbul saat dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri bawah–Rovsing’s
sign
• Nyeri pada sisi kanan bawah yang timbul saat palpasi dengan tekanan pada kuadran kanan bawah dilepaskan tiba-tiba-
Blumberg’s sign
• Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti saat nafas dalam, berjalan, batuk, mengedan
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium : leukositos
• USG abdomen : tampak penebalan dinding dan diameter appendiks, diameter >6 mm

• C scan abdomen dengan kontras : menggambarkan apendiks yang mengalami distensi dan berisi cairan
DIAGNOSIS BANDING
• Gastroenteritis : nyeri perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik sering ditemukan
• Salpingitis akut : pada wanita biasanya disertai keputihan. Pada VT, timbul nyeri hebat di panggul jika uterus diayunkan
• KET : hampir selalu ada riwayat haid terlambat. Pada pemeriksaan vaginal, didapatkan nyeri dan penonjolan cavum
douglass dan pada kuldosentesis didapatkan darah
• Urolithiasis : riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan
T AT A L A K S A N A

• Pada anak selamanya dipersiapkan untuk operasi dalam waktu 2-3 hari
• Pasien dewasa, dianjurkan untuk dirawat dahulu dan diberi antibiotic sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa serta
luasnya peritonitis. Bila sudah tidak demam, massa periapendikuler hilang dan leukosit normal, penderita boleh
pulang dan apendektomi elektif dapat dilakukan 2-3 bulan kemudian agar perdarahan akibat perlengketan dapat
ditekan sekecil mungkin.

• Apendektomi direncanakan pada infiltrate periapendikuler tanpa pus yang telah ditangkan. Sebelumnya pasien
diberikan antibiotic. Setelah 6-8 minggu kemudian dilakukan apendektomi.
Ductus Omfalomesentericus
Persisten
Identitas
Nama : An. MT
Umur : 5 tahun 7 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM. : 00960227
Alamat : jl. meranti batu, Pekanbaru
Tanggal Masuk RS : 31 Januari 2023
Tangga Periksa. : 2 Februari 2023
Anamnesis
Keluhan utama :
Pusar belum menutup sejak lahir

Riwayat penyakit Sekarang :


Pasien mengeluhkan benjolan merah yang keluar pada pusar dan
belum menutup sampai saat ini. Keluhan ada sejak lahir. Keluhan
juga disertai dengan adanya cairan warna bening yang selalu
keluar dari tempat benjolan. keluhan BAK(-) dan sakit jika BAB,
mual dan muntah (-), demam (-).
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat operasi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluhan yang sama


PEMERIKSAAN
FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis cooperative
• Nadi : 101x/menit
• Suhu : 36,8ºC
• Pernafasan : 22x/menit
• BB : 15.4 Kg
• TB : 110 cm
• Status gizi : Normal
1. Kepala dan Leher
Status Generalis
• Kepala : Normocephal
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), skera ikterik (-/-), pupil isokor, reflex cahaya (+/+)
• Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-)
• Mulut : sianosis (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
2. Thoraks : simetris, retraksi (-)
• Paru : Sonor (+/+), vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung : s1 s2 regular, murmur (-), gallop (-), batas jantung dbn
3. Abdomen
• I : Pada umbilicus didapatkan benjolan kecil kemerahan, dan mengelurkan cairan bening
• A : Bising usus (+) 15x/menit
• P : Supel seluruh regio abdomen
• P : Timpani seluruh regio abdomen
4. Ekstremitas : Akral hangat, pitting edema (-), CRT< 2detik
Status Lokalis

Abdomen

Inspeksi :

• Tampak benjolan kecil berwarna merah pada umbilicus

Auskultasi :

• Bising usus (+)


Diagnosis Kerja
• Ductus Omphalomesentricus Persisten
Pemeriksaan Penunjang
• Hasil Laboratorium (31-01-2023)
Type Result Normal Value
Hemoglobin 12.5 12.0 – 16.0
Leukosit 24.32 4.80 – 10.80
Trombosit 349 150 - 450
Hematokrit 39.1 37.0 – 47.0
Diagnosis Akhir
• Ductus Omphalomesentricus Persisten
Tatalaksana
• Laparatomy Eksplorasi
Tatalaksana Farmakologi
• Metronidazole 3x500 mg
• Paracetamol 4x500 mg
• Ceftriaxone 2x1 gr
• Omeprazole 2x1 mg
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Duktus omphalomesenteric adalah struktur embriologi yang menghubungkan kantung kuning telur dengan usus tengah
primitif janin yang sedang berkembang. Anomali duktus omphalomesenteric termasuk sekelompok entitas yang dihasilkan
dari resorpsi duktus omphalomesenteric yang gagal. Anomali ini termasuk divertikulum Meckel, fistula omphalomesenteric,
pita fibrosa, kista, dan polip umbilikal.
Perkembangan Anatomi dan Embriologi

Pada embrio yang sedang berkembang, kantung midgut dan kuning telur terhubung melalui struktur yang disebut saluran
omphalomesenteric (atau vitelline). Sebagai bagian dari perkembangan normal, duktus ini diserap dan menghilang, biasanya
selama minggu ke-7 hingga ke-10 kehidupan embrionik, karena plasenta menggantikan kantung kuning telur sebagai sumber
utama nutrisi janin.
Gangguan Umbilikal Lainnya

Sebagian besar kondisi umbilikus yang terjadi pada anak biasanya berhubungan dengan kegagalan obliterasi umbilikal
(hernia umbilikalis, omfalokel) atau adanya struktur tali pusat yang tertahan (omfalomesentrik dan anomali urachal).
Penting untuk mengenal struktur embriologi di sekitar umbilikus saat mempertimbangkan diagnosis banding anomali duktus
omphalomesenteric, karena ada entitas lain, seperti sisa urachal dan granuloma umbilical, yang mungkin memiliki
manifestasi klinis serupa .
Anomali Saluran Omphalomesenteric lainnya

Fistula Omphalomesenteric
Kegagalan total obliterasi duktus omphalomesenteric dapat menyebabkan fistula yang menghubungkan ileum dengan kulit.
Ini menyumbang hingga 10% pasien dengan sisa-sisa duktus omphalomesenteric gejala . Pasien datang dengan debit
umbilikal, yang dapat berupa lendir atau feses, dan juga dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi berulang.

Kista Omphalomesenteric
Resorpsi parsial dari saluran omphalomesenteric mengarah pada pembentukan kista saluran omphalomesenteric, juga
dikenal sebagai kista vitelline. Kista ini merupakan akumulasi lendir di saluran, karena tidak ada komunikasi dengan ileum
atau kulit. Akumulasi ini menghasilkan pembentukan kista umbilikalis sejati dengan lapisan epitel. Kista
omphalomesenteric jarang terjadi dan umumnya tanpa gejala. Dalam kasus ini, umbilikus seringkali normal pada
pemeriksaan fisik.

Namun, kista omphalomesenteric kadang-kadang dapat menjadi gejala karena infeksi yang tumpang tindih. Mereka dapat
bermanifestasi dengan pembengkakan kistik eritematosa yang kuat di umbilikus atau dengan keluarnya cairan serous,
serosanguineous, mukoid, atau purulen dari umbilikal. Diagnosis banding utama dari kista duktus omphalomesenteric
adalah polip umbilical.
Polip Omphalomesenteric
Pasien dengan polip umbilikus datang dengan keluhan umbilikus kemerahan dan lembab. Pada kondisi ini, umbilikus
mengandung mukosa omphalomesenteric, yang pada analisis histologis menunjukkan struktur kelenjar yang dilapisi oleh
mukosa usus yang berhubungan dengan kulit.

Meskipun diagnosis polip umbilikalis sebagian besar bersifat klinis, diagnosis banding utamanya adalah granuloma
umbilikalis, polip omphalomesenteric muncul sebagai lesi cystlike dengan dinding bagian dalam echogenic. Biasanya
terletak di jaringan subkutan tanpa berbatasan dengan epidermis. Hal ini terkait dengan anomali duktus omphalomesenteric
lainnya, seperti kista atau fistula.
TERIMAKASIH
Mohon arahan dan bimbingannya Dokter

Anda mungkin juga menyukai