Anda di halaman 1dari 28

ARTERIOVEN

OUS
MALFORMAT
ION (AVM) Pembimbing :
dr. Tommy Kuswara, Sp.B-SubBEV

Muhammad Iqbal
2208436608

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


FK UNIVERSITAS RIAU RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI
RIAU
2023
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn. AU
 Umur : 47 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 No RM : 00296576
 Pekerjaan : Wiraswasta
KELUHAN UTAMA
 Pasien mengeluhkan benjolan di antara hidung dan mata kiri yang terus membesar sejak tahun
2017.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
 Pasien datang via poli untuk konsultasi mengenai keluhan pasien saat
ini yaitu adanya nyeri dan bengkak pada mata kiri yang terus
membesar sejak tahun 2017. Pada benjolan tidak dirasakan nyeri.
Mata kiri tampak menonjol, tetapi tidak ada gangguan penglihatan.
 ± 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri mata dan mendapati
penglihatan kabur. Nyeri tersebut dirasakan saat pasien beraktifitas,
pasien juga mengeluhkan bengkak pada ujung mata nya. Pada tahun
2013 benjolan di operasi di RSCM dan muncul kembalipada tahun
2017, benjolan semakin membesar dan dioperasi lagi padatahun 2020
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Hipertensi (-)
DM (-)
Keganasan (-)
Penyakit Jantung (-)
Alergi (-)
Asma (-)
Riwayat keluhan saat ini yang sama (-)
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
 Riwayat keluhan benjolan di mata ataupun lainnya (-)
 Riwayat penyakit kronis (-)
PEMERIKSAAN FISIK
● Kepala
 Kesadaran Umum
Dalam batas normal
Composmentis Cooperative
● Leher
 TTV Dalam batas normal

BP: 118/75 mmHg ● Thoraks


HR: 83x/menit Dalam batas normal

RR: 19x/menit ● Abdomen


Dalam batas normal
T: 36,6°C
● Genitalia
Dalam batas normal

● Ekstremitas
Status lokalis
STATUS LOKALIS
Inspeksi:
 Terdapat luka operasi terjahit di para orbita sinistra.
 Inflamasi (-)
 Pus (-)

Palpasi:
 Nyeri (+)
PEMERIKSAAN
Darah Rutin
Hemoglobin
PENUNJANG
Hasil
15.0 g/dL
Nilai Normal
12,0 – 16,0
Leukosit 10.53 x 103 /uL 4,80 – 10,80
Trombosit 407 x 103 /uL (H) 150 – 450
Hematokrit 37,0 % (L) 37,0 – 47,0
Kimia Klinik
Hitung Jenis Leukosit Kimia Klinik Hasil Nilai Normal
Hitung Jenis Hasil Nilai Normal
GDS 110 mg/dL <200
Basofil 0.9 % 0–1 Albumin 4,7 g/dl (L) 3,4 – 4,8

Neutrofil 56,6 % 40,0 – 70,0 AST 22 U/L (H) 10 – 40


ALT 27 U/L (H) 10 – 40
Limfosit 22,5 % 20,0 – 40,0
Ureum 34,0 mg/dL 12,8 – 42,8
Monosit 5,9 % 2,0 – 8,0
Kreatinin 1,10 mg/dL 0,55 – 1,30
PEMERIKSAAN PENUNJANG

HASIL PEMERIKSAAN

Soft tissue masa di subkutis regio nasorobita sinistra


yang meluas ke sinus maksilaris dan kavum orbita
sinistra hingga mendorong oculi keanterolateral,
suspek massa vaskular.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 CT Angiografi kepala

HASIL PEMERIKSAAN
Tumor vaskuler paranasal sinistra dengan feeding arteri
dari A. Facialis sinistra
Pre OP Intra OP Post OP
DIAGNOSIS
 Post Eksisi Arteriovenous Malformation Para Orbita Sinistra

TATALAKSANA
 Eksisi + Biopsi AVM
 Harus dipantau jangka panjang karena lesi dapat kambuh
TERIMA KASIH DOKTER
MOHON BIMBINGAN DAN
ARAHANNYA DOKTER
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Arteriovenous malformation (AVM) merupakan suatu kelainan kongenital dilatasi abnormal
pembuluh darah disebabkan aliran darah arteri langsung berhubungan dengan vena tanpa
melalui jaringan kapiler normal.
ETIOLOGI
Penyebab AVM belum diketahui, namun kemungkinan multifaktorial tampaknya mutasi
genetik dan stimulasi angiogenik (proses fisiologis pembentukan pembuluh darah baru dari
pembuluh darah yang sudah ada sebelumnya) berperan dalam perkembangan AVM.
EPIDEMIOLOGI
• Insiden di Amerika Serikat adalah 1,34 per 100.000 orang per tahun, meskipun tingkat
prevalensi sebenarnya lebih tinggi karena tidak terdeteksi secara klinis, karena hanya 12%
AVM yang diperkirakan bergejala.
• Angka kematian adalah 10-15% dari pasien yang mengalami perdarahan, dan morbiditas
bervariasi dari sekitar 30-50%.
• Tidak ada predileksi jenis kelamin.
• Meskipun dianggap sebagai asal AVM bawaan, presentasi klinis paling sering terjadi pada
orang dewasa muda.
VASKULARISASI MATA
PATOFISIOLOGI
• AVM terjadi akibat kegagalan involusi fetal capillary bed yang mengakibatkan abnormalitas dari
perkembangan hubungan antara arteri dan vena.
• Patofisiologi AVM terkait dengan sistem resistensi rendah oleh jaringan arteri-vena yang abberant,
yang secara radiografi disebut "nidus". Maturasi lebih lanjut dengan peningkatan aliran darah
menyebabkan pembuluh darah semakin melebar dan menebal dengan kompresi iskemik dan
destruksi jaringan normal di sekitarnya. Dengan demikian, gangguan kosmetik dan fungsional yang
parah, terutama di kepala dan leher, sering kali merupakan akibat dari lesi lanjut.
• Kecepatan dan progresivitas dapat timbul akibat pengaruh hormon, trauma lokal, dan terapi yang
tidak adekuat
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
 AVM biasanya teridentifikasi saat lahir sebagai kemerahan atau bengkak pada kulit,
namun presentasi ini dapat bervariasi dan diagnosis sering terlambat hingga pasien dewasa.
 Ukuran semakin membesar seiring bertambahnya usia.
 Perdarahan spontan

Prinsip Umum
 Sebagian dapat dideteksi pada anak usia dini yang mengalami adanya pembengkakan dan
kelainan yang tidak normal.
 Dapat muncul dimana saja baik lesi dominan atau sebagai anomali campuran.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
 Inspeksi lihat dengan jeli ke seleruhan permukaan kulit apakah ada tanda inflamasi
 palpasi pada semua kulit
 Auskultasi untuk mendengarkan adanya bruit. Palpasi untuk thrills dan nadi sehingga dapat
menilai lokasi dan luasnya AVM.
 Evaluasi AVM tidak hanya dampak hemodinamik tetapi juga pada efek kardiovaskuler
DIAGNOSIS
 PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG DOPLER

MRI

Angiografi : untuk menentukan lokasi supplying arteri, nidus, AV shunt, dan drainase vena pada pasien

Terdapat arteri lingual tunggal dengan beberapa


feeding vessels yang mensuplai nidus.
DIAGNOSIS
 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Histologi: Flat endothelial cell, hiperplasia intima, dan fibrosis adventisia disertai dengan
arteri yang berliku-liku dan vena yang melebar dengan peningkatan tekanan perfusi dan
turbulensi.
TATA LAKSANA
NON-OPERATIF
 Hydrated-petroleum

OPERATIF
 Embolisasi atau kombinasi dengan eksisi bedah
 Embolisasi nidus praoperasi diikuti dengan reseksi bedah dalam 2-3 hari
 Arteri yag memberikan feeding tidak boleh di embolisasi atau diligasi karena memberikan satu-
satunya jalan untuk mencapai nidus AVM untuk embolisasi berikutnya
 Embolisasi dapat digunakan untuk paliatif AVM yang persisten
 Tujuan operasi : eksisi lengkap dengan pengangkatan kedua nidus AVM dan kulit yang terlibat.
TATA LAKSANA
Perawatan Operatif
 Embolisasi atau kombinasi dengan eksisi bedah
 Embolisasi nidus praoperasi diikuti dengan reseksi bedah dalam 2-3 hari
 Embolisasi dapat digunakan untuk paliatif AVM yang persisten
 Tujuan operasi : eksisi lengkap dengan pengangkatan kedua nidus AVM dan kulit
yang terlibat.
MANAJEMEN PASCA OPERASI
Harus dipantau jangka panjang karena lesi dapat kambuh
Tingkat kekambuhan berkisar 8-93%
Tanda kekambuhan : eritema, telangiektasis superfisial, pembengkakan, berdenyut,
perdarahan atau tanda suen (rebound jaringan lunak yang cepat pada palpasi)

Anda mungkin juga menyukai