Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

Pr ec ept or :
Dr. F ai sol Dar m awan, Sp. BA

Dokter Muda
Stefani Agustin Parapasan 2018012135
Puti Nadhirah P 2018012194
Feby Aulia Hasanah 2018012200
Rofi’attunisa’ 2018012149

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Urologi

MALROTASI USUS
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung
2021
ANAMNESIS
1. Nama : An. B Masuk RS : Selasa, 5 Oktober 2021
2. Usia : 2 bulan Anamnesis : Alloanamnesis
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Waktu : 08.30 WIB
4. No RM : 66.28.11 Ruangan : Poli Bedah Anak
5. Alamat : Raman Utara
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Pekerjaan :-
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
Muntah (berwarna putih) selama ± 2 minggu
SMRS

KELUHAN TAMBAHAN
Perut kembung setelah muntah, tidak BAB sejak 2 hari yang lalu
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke RSUD Abdul Moeloek pada 5/10/21. Pasien datang dengan keluhan
muntah berwarna putih sejak 2 minggu SMRS, intensitas 2-3x sehari, sebanyak sekitar
1/4 gelas setiap muntah, tidak menyemprot. Pasien muntah setelah minum ASI. Setelah
muntah, pasien mengalami perut kembung. Pasien tidak BAB sejak 2 hari yang lalu.
Sebelumnya pasien ada Riwayat BAB darah. Pasien tidak mengalami demam, sesak
napas, dan batuk pilek.

Pasien sebelumnya sudah berobat ke RS Mardi Waluyo (29/9/21) dengan keluhan


muntah berwarna putih, intensitas sering, sebanyak sekitar ¼ gelas, tidak menyemprot,
disertai nyeri pada perut. Pasien kemudian direncanakan dilakukan OMD dan dirujuk ke
RSAM.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU: -
RIWAYAT SOSIAL: -
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA: -
RIWAYAT KEHAMILAN

Ibu Pasien rutin mengonsumsi multivitamin saat hamil. Ibu pasien rutin kontrol ke
dokter kandungan satu bulan sekali. Pasien lahir SC pada usia kehamilan 38 minggu atas
indikasi rahim tipis. Ibu pasien tidak mengalami penyakit saat hamil. BB pasien saat
lahir 2,7 kg, meconium (+) dalam 24 jam, bayi tidak langsung menangis. Ada Riwayat
polihidramnion, KPD, dan air ketuban keruh.
TIME TABLE
Nama: Brian
Alamat: Raman Utara
Umur: 2 bulan

Gejala Muntah putih susu banyak dan terus menerus


sejak 2 mg SMRS

Vomitus profuse e.c susp stenosis


Diagnosis duodeni
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: Tampak Sakit Ringan, Compos Mentis GCS: 15

Suhu
36.7ºC
TD
RR 100/60 mmHg
25x/mnt Reguler

HR
100x/mnt
PEMERIKSAAN FISIK
Warna Kulit Sawo Matang
Pucat (-)
Sianosis(-)
Oedem(-)
Turgor Kembali Cepat
Ikterus (-)
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA

Rambut Warna kehitaman, Persebaran merata, Tidak rontok

Cekung (-/-) Eksoftalmus (-/-)


Mata Konjungtiva Anemis (-/-) Pupil isokor (+/+)
Sklera Ikterik (-/-) Refleks cahaya (+/+)

Telinga Sekret (-/-), Perdarahan (-)

Deviasi (-), Sekret (-), Nafas cuping hidung (-),


Hidung
Warna sama dengan kulit sekitar

Mulut Bibir tidak kering, Perdarahan (-), Sianosis (-), Ulkus (-)
PEMERIKSAAN FISIK
THORAKS
THORAKS
Inspeksi
Bentuk dan gerak simetris, Lesi (-), Massa (-), Retraksi dada (-)

Palpasi
Iktus kordis tidak teraba

Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi
BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-), ronkhi basah halus (-)
PEMERIKSAAN FISIK
ABDOMEN
Abdomen
Inspeksi
Bentuk dan gerak simetris, Lesi (-), Massa (-), Distensi (+), darm
steifung (-), darm contour (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-)
Perkusi
Timpani
Auskultasi
BU normal (5-34 x/menit; pada infant setiap 10-30 detik sekali)
(Bickly, LS. 2013. Bate’s Guide to Physical Examination. edisi 11. Philadelphia: Lippincott)
EKSTREMITAS
• Superior
DBN

• Inferior
DBN
GENITALIA
Inspeksi : DBN
Rectal Touche: Tidak ada feses menyemprot, sfingter ani menjepit kuat, tidak
teraba massa, tidak ada darah
RESUME
Pasien datang ke RSUD Abdul Moeloek pada hari Selasa, 5 Oktober 2021. Pasien datang
dengan keluhan muntah berwarna putih terus menerus pada 2 minggu SMRS, dan sekarang
muntah dengan intensitas ± 2-3 kali sehari. Pasien muntah tidak menyemprot, dan terjadi
setelah minum ASI. Setelah muntah, pasien mengalami perut kembung. Pasien tidak BAB
sejak 2 hari yang lalu, pasien ada riwayat BAB berdarah.
Pasien merupakan anak ke-3, dengan riwayat kelahiran SC indikasi rahim tipis. Pasien lahir
cukup bulan, BB= 2.700 gr, (+) Riwayat KPD, Ketuban keruh, polihidramnion, bayi tidak
langsung menangis, mekonium keluar dalam 24 jam.
TTV pasien: HR: 100x/menit, RR: 25x/menit, TD: 100/60 mmHg, Suhu: 36,7 ° C
DIAGNOSIS BANDING
•Malrotasi Usus
•Stenosis Duodenum
•Stenosis Jejunum
DIAGNOSIS KERJA
Malrotasi Usus tanpa Volvulus
PENATALAKSANAAN DAN
PENGOBATAN
Pemeriksaan Lab: eritrosit, leukosit, trombosit, GDS, elektrolit (Na, K, Cl), Hematokrit, PT, APTT
Foto polos abdomen: dapat ditemukan dilatasi duodenum dengan gaster, dan tidak ada udara
sampai ke ileum dan kolon akibat jeratan/obstruksi (pada kasus malrotasi dengan volvulus)
Dilakukan OMD  hasil: susp subtle malrotasi tanpa volvulus  terapi: rawat jalan jika gejala
tidak memberat (tidak nyeri/tidak rewel, tidak muntah intensitas sering)
Jika gejala memberat, kemungkinan dilakukan operasi, dengan persiapan pra-operasi yaitu:
- Puasa
- Dekompresi dengan NGT
- Terapi cairan RL/NaCl 0,9%
- Antibiotik spektrum luas
- Operasi
A B

Figure 10a.  Malrotation without volvulus in an infant with nonbilious vomiting. (a) Frontal view shows the location of
the entire duodenum to the right of the spine, a finding diagnostic of malrotation. (b) Lateral view shows an abnormal
course of the duodenum, which is not downward and then back up to the level of the bulb, the normal location of the
duodenojejunal junction.
A B

Figure 11a.  Malrotation without volvulus in an infant with vomiting and failure to thrive. (a) Frontal radiograph
shows the duodenojejunal junction (arrow), which does not cross to the left of the left pedicle of the vertebral
body and which is located inferior to the duodenal bulb (*). The location of the proximal jejunal loop on the right
is suggestive but not diagnostic of malrotation. (b) Delayed radiograph shows the location of the jejunal loops in
the right side of the abdomen. Note that the duodenum does not cross the midline.

https://pubs.rsna.org/doi/full/10.1148/rg.265055167
Figure 12.  Malrotation without volvulus in a neonate. Frontal view from an upper GI series shows an
abnormal location of the duodenojejunal junction (arrow) at the vertebral body pedicle and inferior to the
duodenal bulb. The absence of distention in adjacent bowel loops and stomach, a condition that might
have caused displacement of the duodenojejunal junction, indicates that this is not a normal anatomic
variant.
CT
scan
contrast

Contrast CT scan of the abdomen showed malrotation of the small intestine with the jejunum
and a large part of the ileum placed on the right side of the abdomen with dilated, fluid-filled
ileum loops. In addition, signs of low signal in the mesentery gave suspicion of peritonitis and
free intraabdominal fluid. Small air bubbles were seen in the right hypochondrium. There
were visualized dilated loops of ileum up to the ileocecal junction with “fecal sign”. Based on
the diagnosis of malrotation, the patient consented for exploratory laparoscopy with the
possibility of conversion to laparotomy. 
PROGNOSIS
•Ad Vitam : Bonam
•Ad Functionale : Bonam
•Ad sanctionale : Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Posisi usus abnormal bawaan di dalam rongga


peritoneum dan biasanya melibatkan usus kecil dan
besar. malrotasi disertai dengan fiksasi usus yang
abnormal pada bagian-bagian usus, yang mengarah
pada peningkatan risiko obstruksi usus,akut/kronik
volvulus dan nekrosis usus
ETIOLOGI

Kegagalan rotasi maupun fiksasi usus pada saat


embriogenesis.
Pada umumnya, usus akan berotasi 270° berlawanan arah
jarum jam terhadap sumbu arteri mesenterika superior.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Defek kongenital dinding abdomen, berhubungan dengan rotasi dan
fiksasi usus yang abnormal misalnya pada pasien dengan gastroschisis dan
omphalocele
2. Genetik, misalnya pada mutasi factor transkripsi FOXF1, mutase genetic
pada gen BCL6 mempengarui jalur sinyal yang penting untk rotasi usus
mengakibatkan lokasi abnormal sekum dan pembentukan pita fibrotic dari
sekum ke retro peritoneum melewati duodenum dan menciptakan titik
potensial obstruksi
PATOFISIOLOGI
Pada masa embriologi, minggu ke-4 hingga ke-8, terjadi pemanjangan dan
perkembangan tube serta rotasi hingga 270°. Jika loop duodenum tetap berada pada sisi
kanan abdomen dan loop sekokolik berada pada bagian kiri dari arteri mesenterika
superior terjadilah non rotasi dari intestinal loop. Malrotasi terjadi jika terdapat
gangguan rotasi duodenal, yang seharusnya lengkap 270°menjadi hanya 180° dan loop
sekokolik kehilangan rotasi 180° dari rotasi normalnya, menyebabkan sekum terletak
diatas (mid abdomen) atau letak tinggi. Malrotasi menyebabkan sekum terletak diatas,
di mid abdomen beserta dengan tangkai peritoneal yang disebut Ladd’s Bands.
Ladd’s Bands merupakan jaringan fibrosis dari peritoneal yang melekatkan sekum di
dinding abdomen dan menimbulkan obstruksi pada duodenum serta khas terdapat pada
malrotasi intestinal. Malrotasi dari intestinal loop dapat bersifat asimptomatik, namun
beresiko terhadap adanya volvulus dikemudian hari.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan
dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan
intralumen,yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke
darah. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan
ekstrasel yang mengakibatkan hipovolemi, pengurangan curah jantung,
penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik.

Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan


peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia. Bakteriemia dan hipovolemi ini kemudian
menyebabkan proses sistemik menyebabkan SIRS (systemic inflamatory
response syndrome)
JENIS MALROTASI
1. Nonrotasi
Pemanjangan dari midgut dimana tidak terjadi rotasi atau rotasi yang terjadi adalah 90°
berlawanan arah jarum jam. Kolon berada pada sisi kiri dan usus halus bergerak kearah
kanan dari garis tengah. Mesenterium pada gilirannya membentuk basis yang sempit
sebagai perpanjangan usus pada arteri mesenterium superior tanpa terjadi rotasi.
Volvulus midgut dan obstruksi duodenum adalah merupakan resiko yang signifikan.
2. Hernia mesokolika:
Hernia mesokolika adalah merupakan anomali yang jarang terjadi. Terjadinya
kegagalan fiksasi dari pada sisi kanan atau kiri dari mesokolon pada dinding posterior
tubuh. Hal ini merupakan predisposisi untuk terperangkapnnya usus halus pada sisi
lainnya yang dapat menyebabkan obstruksi, inkarserata dan strangulata.
3. Rotasi tidak sempurna
Berhentinya rotasi pada stadium dua rotasi normal. Terjadi pada 80% neonatus. Jeratan
peritoneal (Ladd’s Band) berjalan dari arah yang salah dari caecum yang terletak pada
tempat yang salah, yang kemudian menyilang duodenum dan melalui permukaan bawah
dari hepar atau dinding posterior abdomen kearah mesenterium. Hal ini dapat
menyebabkan obstruksi duodenum. Jeratan ini (Ladd’s band) adalah merupakan refleksi
peritoneal yang abnormal. Mesenterium juga berubah membentuk basis sempit dan
cenderung untuk mengalami perputaran atau torsi searah jarum jam.
4. Rotasi terbalik
Rotasi terbalik adalah anomali yang jarang terjadi. Usus berotasi dengan derajat yang
bervariasi secara langsung searah dengan jarum jam. Duodenojejunal loop terletak anterior
dari arteri mesenterika superior dan cecocolic loop pada retroarterial yang dapat memulai
terjadinya obstruksi kolon. Sekum mungkin dapat berada pada sisi kanan atau kiri.
ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN
Usia < 1 tahun
FISIK
Muntah (akut atau kronik), residu banyak, berwarna keruh hingga kehijauan
Nyeri perut, biasanya berat, akut, kronik, dengan atau tanpa muntah
Diare kronik
Konstipasi
Mual
Irritabilitas atau letargi
BAB darah
Gagal tumbuh
Dehidrasi akibat muntah (gelisah, tidak tenang, letargi, UUB cekung, mukosa bibir kering)
Gejala peritonitis/sepsis (hipotensi, gagal nafas, hematemesis, melena)
(+) Riw polihidramnion
Previously healthy term baby
Usia anak > 1 tahun
Nyeri perut non spesifik kronik
Muntah intermitten (kadang tidak berwarna hijau)
Rasa cepat kenyang
Penurunan berat badan
Gagal tumbuh
Diare
Malabsobsi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah lengkap => hemokonsentrasi, leukositosis, elektrolit abnormal
Serum amylase meningkat, AGD (alkalosis metabolic jika muntah berat, asidosis
metabolik jika syok dan dehidrasi)
Pemeriksaan Radiologis
Foto polos abdomen AP/Lateral : dilatasi loop dan air fluid level
USG :Whirpool sign
UGI (upper gastrointestinal) series : corkscrew
Barium enema
CT Scan abdomen : whirl pattern
DIAGNOSIS
Malrotasi usus ditegakkan berdasarkan temuan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Tatalaksana
 Pasien dengan kecurigaan midgut volvulus harus dengan agresif dilakukan koreksi elektrolit dan cairan,
pasang NGT (dekompresi), pemasangan urine cateter, pemberian antibiotik spektrum luas, serta dilakukan
eksplorasi. Apabila dasar klinis sudah jelas menunjukkan adanya midgut volvulus, pemeriksaan diagnostik
lain yang dapat memperlambat operasi dapat ditinggalkan.
 Diagnosis yang tepat dan eksplorasi yang cepat berguna untuk mengurangi komplikasi dan mortalitas akibat
banyaknya reseksi yang dilakukan. Volvulus terjadi searah jarum jam, karena itu dikembalikan dengan
memutarnya berlawanan arah jarum jam. Bersamaan dengan itu, prosedur Ladd juga dilakukan. Prosedur ini
tidak mengkoreksi malrotasi yang ada, namun memperluas pedikel mesenterium yang sebelumnya sempit
sehingga mencegah terjadinya rekurensi volvulus. Tindakan operatif juga bertujuan mencegah banyaknya
midgut yang hilang. Untuk malrotasi tanpa volvulus, dapat dilakukan pembedahan secara elektif.
Anastomosis usus primer jika memungkinkan, reseksi usus jika diperlukan, dapat pula dilakukan diversi
sementara pasase isi usus melalui ileostomi.
Ladd’s Procedure
Your Picture Here

Pasien baring dalam posisi terlentang, kaki ekstensi.


DIlakukan insisi transversa pada kuadran kanan
atas. Vena umbilikalis dipisahkan dan diligasi.
Cairan peritoneal dievaluasi. Biasanya jernih. Adanya
darah mengindikasikan adanya iskemia dan volvulus.
Adanya feses mengindikasikan perforasi usus dan
sebaiknya dilakukan kultur.
 Midgut dikeluarkan dari luka insisi dan dievaluasi. Jika
ditemukan adanya volvulus, sebaiknya dilakukan pemutaran
kembali berlawanan dengan arah jarum jam.
 Dilakukan evaluasi pada usus yang masih baik dan usus yang
mengalami iskemik.
 Usus yang sudah mengalami nekrosis direseksi dan dilakukan
anastomosis primer.
 Jika terdapat usus yang mengalami iskemik luas yang masih
meragukan viabilitasnya, maka dilakukan observasi kedua
melalui laparotomi setelah 24 jam dengan tujuan untuk
meminimalisasikan usus yang akan direseksi.
 Dilakukan pemisahan Ladd’s band.
 Dilakukan identifikasi arteri mesenterika superior dan dasar
mesenterium diperluas seluas mungkin dengan membagi lipatan
peritoneal. Sebaiknya hati-hati untuk melakukan intervensi agar
tidak mengenai pembuluh darah mesenterika superior.
 Posisi apendiks yang tidak normal dapat menjadi masalah
diagnostik pada masa yang akan datang, dan oleh karena itu
perlu dilakukan pengangkatan apendiks.
 Dilakukan reposisi usus dengan duodenum pada sisi kanan dan
caecum pada kuadra atas kiri.
 DIlakukan penutupan abdomen dan nasogastric tube (NGT)
diaspirasi setiap jam pada 24 jam pertama. Nutrisi intravena
dlanjutkan setelah operasi. Makanan dapat diberikan setelah
aspirasi NGT bersih dan volume yang berkurang, biasanya
setelah 24 jam.
Prognosis
o Prognosis baik jika terapi ataupun pembedahan untuk
meningkatkan reabsorbsi makanan oleh usus dapat berhasil
dilakukan.
o Rekuransinya rendah, di Boston dari 441 pasien yang diteliti
hanya 2 pasien yang mengalami obstruksi rekuren, di Los
Angeles dari 159 pasien yang diteliti yang telah dilakukan
Ladd’s procedure hanya 2 pasien yang mengalami midgut
volvolus rekuren.
o Tingkat rekurensi terjadinya volvulus midgut sangat jarang,
tetapi resiko terjadinya obstruksi usus karena adhesi
sebanyak 8-10%
ANALISIS KASUS
Gejala pada anak:
1. Muntah warna putih sejak 2 minggu yang lalu setelah minum asi
Neonatus dengan malrotasi usus mengalami muntah setelah minum ASI, akibat obstruksi
setinggi duodenum oleh pita kongenital dan merupakan gejala utama adanya obstruksi usus
pada bayi dan anak.1.
Muntah pada bayi terjadi akibat Obstruksi duodenum dikarenakan peritoneal bands (Ladd’s
bands) yang melewati duodenum, menyebabkan kompresi ekstrinsik terhadap lumen atau
terjadinya obstruksi usus di daerah fiksasi 2.
1. (Nehra D, Goldstein AM, Intestinal malrotation: Varied clinical presentation from infancy through adulthood. Surgery
2011;149:386-93.)
2. (Grosfeld JL, O’neill JA, Coran AG, Fonkalsrud EW. Disorders of Intestinal Rotation and Fixation. Pediatric surgery 6th edition.
Mosby Elsevier. USA. 2006 pg 1342-1357
ANALISIS KASUS
Gejala pada anak:
2. Perut kembung setelah Muntah
Kembung terjadi akibat adanya gangguan aliran/pasase usus (ileus), baik karena obstruksi maupun paralitik.
Jika perut kembung setelah muntah (muntah  kembung), kemungkinan gangguan terjadi di proksimal usus.
Jika terjadi kembung sebelum muntah (kembung  muntah), kemungkinan gangguan terjadi di distal usus.
Malrotasi saja tidak menyebabkan kembung/distensi abdomen, tetapi jika malrotasi disertai dengan volvulus,
abdomen akan distensi (akibat adanya obstruksi usus). Malrotasi dengan volvulus menunjukkan gejala yang
lebih berat dibandingkan dengan malrotasi usus saja. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya vaskularisasi usus
 nekrosis usus. Pasien malrotasi dengan volvulus dapat menunjukkan gejala peritonitis atau syok septik
berupa hipotensi, gagal nafas, hematemesis atau melena.

Oktarina MD, Kadim M. Malrotasi usus dan volvulus midgut pada bayi. JGAI 2008;2: 139- 45

Ingoe R, Lange P. 2007. The Ladds procedure for correction of intestinal malrotation with volvulus in children. AORN J;85:300-8
ANALISIS KASUS
Gejala pada anak:
3. Anak tidak BAB sejak 2 hari yang lalu

Konstipasi yang diderita dapat karena ketidakmampuan untuk menghasilkan tekanan


intraabdomen yang signifikan dikarenakan dinding perut yang longgar.

MALROTATION.2010.Danny C. Little MD, Samuel D. Smith MD, in Ashcraft's Pediatric Surgery (Fifth Edition),


ANALISIS KASUS
Gejala pada anak:
4. Distensi (+)
Malrotasi dapat menyebabkan penyempitan atau sumbatan pada lumen usus secara
progresif akibat daya peristaltik yang mengakibatkan pasase lumen usus terganggu, akibat
gangguan tersebut terjadi pengumpulan cairan dan gas di bagian proximal sumbatan.
Kondisi ini menyebabkan volume intralumen meningkat dan tekanan intralumen tinggi
yang mengakibatkan distensi pada intestinal proksimal sehingga menyebabkan distensi
abdomen, cairan yang tersumbat dapat berasal dari hipersekresi kelenjar pencernaan,
sedangkan gas yang menyebabkan distensi 70% berasal dari gas yang ditelan.
Stoffels B, Strassburg C. Ileus In Adults; Pathogenesis, Investigation and Treatment. Deutsches Arzteblatt International.
2017;114(18):508.; Paulson,erik T William. Review Of Small - Bowel Obstruction: The Diagnosis and When to Worry. Radiology
Society of North America. 2015;275(2):2–5.; Jakson P, Raji M. Evaluation and Management of Intestinal Obstruction. American
family physician. 15 Januari 2011;83(2):159–65.
DAFTAR PUSTAKA
Bensard DD, Acker SN, Kulungowski AM. 2018. Intestinal Malrotation. Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/930313-overview
Biko DM, Anupindi SA, Hanhan AB, et al. Assessment of recurrent abdominal symptoms after Ladd procedure :
clinical and radiographic correlation. Journal of Pediatric surgery (2011) 46, 1729-1725
Emergency Management of the Pediatric Patient: Cases, Algorithms, Evidence.Nathan W. Mick, Brian M.
Cummings.2007.
Grosfeld JL, O’neill JA, Coran AG, Fonkalsrud EW. Disorders of Intestinal Rotation and Fixation. Pediatric
surgery 6th edition. Mosby Elsevier. USA. 2006 pg 1342-1357
Haggi Mazeh, Kaliner E, Udassin R. Three recurrent episodes of malrotation
in an infant, Journal of Pediatric Surgery (2007) 42, E1–E3
Holcomb GW, Murphy JP. Malrotation. Ashcraft’s Pediatric Surgery. Saunders Elsevier, 2010. Pg 416-424
Ingoe R, Lange P. 2007. The Ladds procedure for correction of intestinal malrotation with volvulus in
children. AORN J;85:300-8

Jurnalis YD, Sayoeti Y, Ruselly A. 2013. Malrotasi dan Volvulus pada Anak. Jurnal Kesehatan Andalas :2(2)

Marvin Hsiao, Jacob C. Langer ,Value of laparoscopy in children with a suspected rotation abnormality on imaging,
Journal of Pediatric Surgery (2011) 46, 1347–1352

Oktarina MD, Kadim M. 2008. Malrotasi usus dan volvulus midgut pada bayi. JGAI;2: 13945

Prem Puri, Malrotation, Newborn surgery, second edition,London, 2003, page 435-440

Prem Puri. Intestinal Malrotation. Pediatric Surgery. Diagnosis and Management. Springer. London.
New York. 2009 pg 393-404

Anda mungkin juga menyukai