Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN COVID 19 DENGAN PEMASANGAN


VENTILASI MEKANIK

Di Susun Oleh :

Imam Mujahidin

119 STYC 19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1 TRANSFER


MATARAM

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan covid 19..

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki masih kurang, oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Mataram, 20 Mei 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar ke seluruh dunia silih berganti
dengan cara penularan yang disebut kasus impor dari luar wilayah asal atau
transmisi lokal antarpenduduk. Sejauh ini, berbagai peristiwa yang pertama kali
terjadi berkaitan dengan Covid-19

agaknya belum memberikan gambaran utuh tentang virus ini. Kesimpulan


sejauh ini, analisis para ahli menduga bahwa Covid-19 lebih kuat bertahan hidup
di daerah bersuhu rendah dan kering walaupun virus ini juga mewabah di negara-
negara dengan kondisi suhu dan kelembaban udara yang sebaliknya.

Virus ini juga lebih rentan menyebabkan kematian pada penduduk usia lanjut.
Namun, ada juga penduduk di kelompok usia ini yang berhasil sembuh dan
seorang bayi juga meninggal karena Covid-19.Rangkaian peristiwa pertama juga
menunjukkan upaya para ahli untuk menemukan antivirus ini secepat mungkin.
Sejauh ini, upaya tersebut belum memberikan hasil sesuai harapan.

Menilik ke belakang, rentetan awal munculnya Covid-19 sudah tidak asing di


telinga masyarakat dunia. China tercatat sebagai negara yang pertama kali
melaporkan kasus Covid-19 di dunia.

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Untuk Memahhami Teoritis dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
covid 19

2. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk memahami teoritis dari covid 19 ( Defenisi, Etiologi,
Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Komplikasi, Pemeriksaan Fisik )
b. Untuk memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat
untuk penderita covid 19
c. Untuk memahami tugas yang diberikan dosen pembimbing
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah coronavirus jenis baru yang
dapat menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari flu biasa hingga
penyakit yang lebih parah seperti pneumonia dan pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok yang rentan seperti orang
tua, ana-anak, dan orang-orang dengan kondisi kesehatan yang kurang
adekuat.
Coronavirus atau virus corona merupakan keluarga besar virus
yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas ringan hingga sedang,
seperti penyakit flu. Banyak orang terinfeksi virus ini, setidaknya satu kali
dalam hidupnya.(halodoc.2020/5/17)
Corona virus 2019 adalah virus jenis baru yang merupakan
keluarga besar virus yang menyebabkan infeksi saluran napas yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok rendan seperti orang tua
anak-anak.
Intubasi dan ventilasi adalah salah satu modalitas pada pasien acute
respiratory distress syndrome (ARDS) dengan COVID-19. Walaupun
sebagian besar pasien COVID-19 mengalami sakit ringan
atau uncomplicated berupa gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas
seperti batuk, pilek, myalgia, nyeri kepala, dan nyeri menelan. Sebanyak
14% pasien mengalami gejala lebih berat seperti sesak napas berat yang
memerlukan rawat inap.
Data terkini di Wuhan dan Italia bagian utara menyatakan bahwa
setidaknya 10% kasus positif COVID-19 memerlukan perawatan intensif,
dan banyak di antaranya memerlukan intubasi darurat akibat hipoksia berat
yang berlangsung mendadak. Salah satu diagnosis klinis tersering pada
kasus COVID-19 yang berat merupakan pneumonia. Salah satu komplikasi
COVID-19 adalah acute respiratory distress syndrome. Informasi terbatas
tersedia untuk menandai spektrum penyakit klinis yang terkait dengan
COVID-19.

1. Kriteria klinis CDC untuk pasien COVID-19 yang sedang diselidiki


(PUI – Patient Under Investigation / PDP – Pasien dalam
Pengawasan) telah dikembangkan berdasarkan apa yang diketahui
tentang MERS-CoV dan SARS-CoV dan dapat berubah ketika
informasi tambahan tersedia.
2. Awalnya, banyak pasien dalam wabah di Wuhan, Cina dilaporkan
memiliki hubungan dengan pasar makanan laut dan hewan yang besar,
menunjukkan penyebaran dari hewan ke orang.
3. Namun, semakin banyak pasien yang dilaporkan belum memiliki
paparan ke pasar hewan, menunjukkan penyebaran orang-ke-orang
sedang terjadi.

B. Patofisiologi

Virus corona biasa ditemukan pada banyak spesies hewan, termasuk


kelelawar, unta, kucing, dan sapi.

1. COVID-19 adalah betacoronavirus, seperti MERS dan SARS, yang


semuanya berasal dari kelelawar.
2. Urutan dari pasien AS mirip dengan urutan yang awalnya diposting
Cina, menunjukkan kemungkinan munculnya tunggal baru-baru ini
dari reservoir hewan.
3. Ketika penyebaran dari orang-ke-orang telah terjadi seperti halnya
dengan MERS dan SARS, diperkirakan hal tersebut terjadi terutama
melalui droplet pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang
terinfeksi bersin, mirip dengan bagaimana influenza dan patogen
pernapasan lainnya menyebar.
4. Sebagian besar virus corona menginfeksi hewan, tetapi tidak pada
manusia; di masa depan, satu atau lebih dari virus corona ini
berpotensi berevolusi dan menyebar ke manusia, seperti yang terjadi
di masa lalu.
5. Banyak pasien memiliki kontak langsung atau tidak langsung dengan
Pasar Grosir Makanan Laut Wuhan Huanan yang diyakini sebagai
tempat asli pecahnya COVID-19.
6. Namun, transmisi COVID-19 dari ikan ke manusia tidak mungkin
terjadi.
COVID-19 dan coronavirus ikan seperti Beluga Whale CoV / SW1
termasuk dalam genera yang berbeda dan tampaknya memiliki kisaran
inang yang berbeda.
7. Karena pasar makanan laut pasar Wuhan juga menjual hewan lain,
inang alami COVID-19 menunggu untuk diidentifikasi.
8. Karena kemungkinan penularan dari hewan ke manusia, CoV pada
ternak dan hewan lain termasuk kelelawar dan hewan liar yang dijual
di pasar harus terus dipantau.
9. Selain itu, semakin banyak bukti menunjukkan virus COVID-19 yang
baru menyebar melalui rute penularan dari manusia ke manusia karena
ada infeksi pada orang yang tidak mengunjungi Wuhan tetapi
memiliki kontak dekat dengan anggota keluarga yang telah
mengunjungi Wuhan dan terinfeksi.

C. ETIOLOGI

Coronavirus dinamai untuk virus yang mempunyai tampilan seperti paku


dengan mahkota di permukaannya.

1. Ada empat sub-kelompok utama dari coronavirus, yang dikenal


sebagai alpha, beta, gamma, dan delta.
2. Virus korona manusia pertama kali diidentifikasi pada pertengahan
1960-an.
3. Tujuh coronavirus yang dapat menginfeksi manusia adalah 229E
(alpha coronavirus), NL63 (alpha coronavirus, OC43 (beta
coronavirus), dan HKU1 (beta coronavirus).
4. Virus korona manusia lainnya adalah MERS-CoV, SARS-CoV, dan
COVID-19.
Infeksi coronavirus disebabkan oleh virus corona itu sendiri.
Kebanyakan virus corona menyebar seperti virus lain pada
umumnya, seperti: 

 Percikan air liur pengidap (bantuk dan bersin).


 Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
 Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang
terkena percikan air liur pengidap virus corona. 
 Tinja atau feses (jarang terjadi)

Khusus untuk Covid-19, masa inkubasi belum diketahui secara pasti.


Namun, rata-rata gejala yang timbul setelah 2-14 hari setelah virus
pertama masuk ke dalam tubuh. Di samping itu, metode transmisi
COVID-19 juga belum diketahui dengan pasti. Awalnya, virus
corona jenis COVID-19 diduga bersumber dari hewan. Virus corona
COVID-19 merupakan virus yang beredar pada beberapa hewan,
termasuk unta, kucing, dan kelelawar. 

Sebenarnya virus ini jarang sekali berevolusi dan menginfeksi


manusia dan menyebar ke individu lainnya. Namun, kasus di
Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa menyebar dari
hewan ke manusia. Bahkan, kini penularannya bisa dari manusia ke
manusia

D. Manifestasi Klinis

Virus corona bisa menimbulkan beragam gejala pada pengidapnya. Gejala yang
muncul ini bergantung pada jenis virus corona yang menyerang, dan seberapa
serius infeksi yang terjadi. Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang
ringan:

 Hidung beringus.
 Sakit kepala.
 Batuk.
 Sakit tenggorokan.
 Demam.
 Merasa tidak enak badan.

Hal yang perlu ditegaskan, beberapa virus corona dapat menyebabkan gejala
yang parah. Infeksinya dapat berubah menjadi bronkitis dan pneumonia
(disebabkan oleh COVID-19), yang mengakibatkan gejala seperti:

 Demam yang mungkin cukup tinggi bila pasien mengidap pneumonia.


 Batuk dengan lendir.
 Sesak napas.
 Nyeri dada atau sesak saat bernapas dan batuk.

Infeksi bisa semakin parah bila menyerang kelompok individu tertentu.


Contohnya, orang dengan penyakit jantung atau paru-paru, orang dengan sistem
kekebalan yang lemah, bayi, dan lansia

E. Penatalakasanaan

tidak ada perawatan khusus untuk mengatasi infeksi virus corona. Umumnya
pengidap akan pulih dengan sendirinya. Namun, ada beberapa upaya yang bisa
dilakukan untuk meredakan gejala infeksi virus corona. Contohnya:

 Minum obat yang dijual bebas untuk mengurangi rasa sakit, demam, dan
batuk. Namun, jangan berikan aspirin pada anak-anak. Selain itu, jangan
berikan obat batuk pada anak di bawah empat tahun.
 Perbanyak istirahat.
 Perbanyak asupan cairan tubuh.
 Jika merasa khawatir dengan gejala yang dialami, segeralah hubungi
penyedia layanan kesehatan terdekat.

Khusus untuk virus corona yang menyebabkan penyakit serius, seperti SARS,
MERS, atau infeksi COVID-19, penanganannya akan disesuaikan dengan
penyakit yang diidap dan kondisi pasien. 
Bila pasien mengidap infeksi novel coronavirus, dokter akan merujuk ke RS
Rujukan yang telah ditunjuk oleh Dinkes (Dinas Kesehatan) setempat. Bila tidak
bisa dirujuk karena beberapa alasan, dokter akan melakukan:

 Isolasi
 Serial foto toraks sesuai indikasi.
 Terapi simptomatik.
 Terapi cairan.
 Ventilator mekanik (bila gagal napas)
 Bila ada disertai infeksi bakteri, dapat diberikan antibiotik

F. Pemeriksaan penunjang

1. PCR (Polymerase Chain Reaction)

Dilansir dari situs The Guardian, metode PCR dapat menemukan partikel virus
pada tubuh setiap individu dan menempatkan urutan gen Coronavirus tertentu.
Metode PCR dilakukan oleh para petugas kesehatan dengan menyeka bagian
hidung atau belakang tenggorokan. Hal ini sebagai upaya untuk mengambil
sampel air liur, atau mengumpulkan sampel cairan dari saluran pernapasan
bawah

2. Rapid Test

Jika metode PCR dilakukan dengan mengambil lendir pada tubuh seseorang,
berbeda dengan rapid test yang menggunakan sampel darah untuk menguji
apakah seseorang positif COVID-19. Rapid test bekerja dengan mendeteksi
immunoglobulin. Dalam hal ini, seseorang yang terinfeksi akan membentuk
antibodi yang disebut immunoglobulin, yang bisa dideteksi di
darah. Hasil rapid test dapat keluar hanya dalam waktu 15-20 menit dan bisa
dilakukan dimana saja.

Namun, kelemahan rapid test adalah bisa menghasilkan 'false negative' yakni


ketika hasil tes tampak negatif meski sebenarnya positif. Ini terjadi jika rapid
test dilakukan kurang dari 7 hari setelah terinfeksi. Seperti diketahui, rapid
test merupakan alat test mandiri yang dikembangkan oleh pengusaha asal
Indonesia. Alat rapid test Sensing Self diketahui telah mendapatkan lisensi
edar dari tiga pasar penting di dunia, yaitu Eropa (mendapatkan sertifikasi CE),
India (disetujui oleh National Institute of Virology dan Indian Council of
Medical Research). Serta Amerika Serikat (FDA) namun dengan syarat bahwa
penggunaannya harus dilakukan di lembaga medis formal

3. TCM (Tes Cepat Molekuler)

Jenis tes ini biasa digunakan untuk pasien penyakit tuberkolosis (TB). Dengan
metode TCM, pemeriksaan akan menggunakan antigen. Lebih lanjut,
pemeriksaan pada TCM dilakukan dengan menggunakan dahak dengan
amplifikasi asam nukleat berbasis cartridge.

Tes ini akan mengidentifikasi RNA pada virus corona pada mesin yang
menggunakan cartridge khusus yang bisa mendeteksi virus corona. Hasil tes
TCM ini dapat diketahui dalam waktu kurang dari dua jam, untuk menentukan
pasien positif maupun negatif. Saat ini mesin pemeriksaan tes TCM ini sudah
tersedia di 132 rumah sakit dan beberapa puskesmas. Nantinya tes pemeriksaan
ini tidak perlu melakukan pemeriksaan spesimen ke laboratorium seperti PCR.

G. Klasifikasi pasien covid 19


Pada Pasien covid 19 terdapat beberapa perbedaan klasifikasi yang
diantaranya

1. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)

Pasien Dalam Pengawasan (PDP) akan dikriteriakan sesuai dengan


gejala yang nampak termasuk demam, batuk, sesak napas, hingga
sakit tenggorokan. Di sisi lain, apabila hasil observasi yang dilakukan
menemukan adanya saluran napas bawah yang terganggu serta terjadi
kontak erat dengan penderita positif atau dari yang terjangkit, maka
pasien dapat masuk dalam kriteria ini. Pasien dengan status PDP ini
akan dirawat di rumah sakit untuk ditinjau dan dikontrol
perkembangan kasusnya. Orang yang dinyatakan masuk kategori PDP
akan menjalani proses observasi melalui proses cek laboratorium yang
hasilnya akan dilaporkan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI.

2. Orang Dalam Pemantauan (ODP) Sementara, pasien ODP memiliki


gejala yang lebih ringan pada umumnya, seperti batuk, sakit
tenggorokan, dan demam. Akan tetapi, tidak ada kontak erat dengan
penderita positif. Pasien dengan status ODP dapat dipulangkan untuk
selanjutnya melakukan karantina sendiri selama kurang lebih 14 hari.

3. Orang Tanpa Gejala (OTG) Dalam situs Kementerian Kesehatan RI


juga kriteria Orang Tanpa Gejala (OTG). Orang Tanpa Gejala
merupakan seseorang yang tidak memiliki gejala dan memiliki risiko
tertular dari orang terkonfirmasi COVID-19. Orang yang memiliki
riwayat kontak dekat dengan kasus konfirmasi COVID-19 dapat
masuk dalam kriteria ini. Seseorang dapat dikatakan telah melakukan
kontak erat apabila ia melakukan kontak fisik. berada dalam ruangan,
atau berkunjung, dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala. Dengan catatan, kunjungan atau
kontak dekat tersebut dilakukan dalam radius 1 meter dengan pasien
dalam pengawasan atau terkonfirmasi.

Beberapa yang termasuk kontak erat adalah: a. Petugas kesehatan


yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di
tempat perawatan kasus tanpa menggunakan APD sesuai standar. b.
Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan kasus
(termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari
sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul
gejala, dan c. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan
segala jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul
gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
H. Alat pelindung diri (APD)

Petugas kesehatan adalah orang-orang yang akan bekerja siang dan


malam untuk merawat dan membantu pasien coronavirus termasuk di
antara populasi yang paling terpapar untuk terinfeksi.

Perlindungan anggota yang rentan adalah salah satu prioritas untuk


respons terhadap wabah COVID19.

Layanan kesehatan kerja di fasilitas kesehatan memainkan peran


penting dalam membantu, mendukung, dan memastikan bahwa tempat
kerja aman dan sehat dan mengatasi masalah kesehatan ketika mereka
muncul.

WHO menekankan hak dan tanggung jawab petugas kesehatan,


termasuk kriteria eksplisit yang diperlukan untuk menjaga keselamatan
dan kesehatan kerja.

1. Mengemban tanggung jawab keseluruhan untuk memastikan bahwa


semua tindakan pencegahan dan perlindungan yang diperlukan diambil
untuk meminimalkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Memberikan informasi, instruksi, dan pelatihan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja, termasuk;
o Pelatihan penyegaran tentang pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI)
o Gunakan, pakai, lepas landas dan buang alat pelindung diri (APD).

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun sebuah


tim manajemen airway untuk melakukan intubasi adalah berikut ini:

 Batasi jumlah orang: hanya orang-orang yang terlibat dalam


proses manajemen airway yang boleh berada dalam ruangan
 Pilihlah staf yang paling berpengalaman untuk meminimalkan
tindakan reintubasi.
 Gunakan teknik intubasi yang memaksimalkan keberhasilan
intubasi dalam satu kali percobaan. Gunakan video laringoksop
maupun gum-elastic bougie.
 Pertimbangkan untuk tidak mengikutsertakan staf yang lebih
rentan terhadap infeksi, seperti orang yang berusia di atas 60
tahun, immunosuppressed, hamil, atau memiliki komorbid serius
 Tentukan peran yang jelas bagi masing-masing orang

I. Manajemen Farmakologis

Terapi pengobatan antivirus khusus yang direkomendasikan untuk


infeksi COVID-19,namun upaya terbaru yang masih sedang di lakukan
adalah terafi transfuse plasma konvalesen yang dapat meningkatkan
kekebalan tubuh lebih baik dalam melawan virus covid 19 karna sampai
saat ini belum ada di temukan vaksin untuk mencegahnya.

Obat-Obat Sedatif Pasien COVID-19 dengan ARDS, Obat-obatan


yang bersifat sedatif dapat diberikan untuk mengendalikan pernapasan dan
mencapai target volume tidal, Beberapa obat yang disarankan adalah
dexmedetomidin, propofol dan remifentanil secara infus. Pemberian
penyekat otot masih kontroversial. Hal ini disebabkan pemberian
obat muscle relaxant memperbaiki oksigenasi namun tidak menurunkan
angka mortalitas pasien dengan ARDS sedang dan berat.

J. Manajemen ventilasi mekanik pada pasien covid 19

Walaupun sampai saat ini tidak ada kesepakatan prosedur intubasi dan
ventilasi, secara empiris pasien dengan ARDS memerlukan ventilasi mekanik
untuk memperbaiki keadaan pasien serta menurunkan angka kematian.

Meng et al. merekomendasikan pedoman ARDS lung-protective


ventilation, sebagai berikut:

 Volume tidal ≤ 6 ml/kg perkiraan berat badan

 Frekuensi pernapasan ≤ 35 x/menit


 Tekanan Plateu airway ≤ 30 cm H2O
 Positive end-espiratory-pressure (PEEP) ≥ 3 cm H2O [7]

Akan tetapi, Meng et al. juga mengatakan sampai saat ini belum ada
nilai rujukan khusus  yang lebih superior dibandingkan yang lainnya dalam
memberikan ventilasi.[7]

Sedangkan WHO, memberikan saran pada ventilasi mekanik hampir


menyerupai Meng et al. Berikut rekomendasi dari WHO:

 volume tidal sebesar 4 - 8 mL/kg perkiraan berat badan dan

 tekanan inspirasi mencapai tekanan plateau (Pplat) di bawah 28-30 cm


H2O

 PEEP digunakan setinggi mungkin untuk mempertahankan driving


pressure (Pplat-PEEP) serendah mungkin (<14 cm H2O)

Posisi Prone untuk Memperbaiki Ventilasi Pasien COVID-19 dengan


ARDS, Pasien dengan komplikasi COVID-19 berupa ARDS yang sudah
terintubasi sebaiknya ditidurkan dengan posisi prone. Hal ini dilakukan untuk
memperbaiki mekanisme paru dan pertukaran gas di dalam paru-paru. Posisi
ini sebaiknya sudah direncanakan sejak tahap awal penyakit COVID-19.

Penelitian yang dilakukan oleh Guerin et al. tahun 2013 yang


melibatkan 229 pasien ini melaporkan bahwa early prone positioning pada
ARDS dapat menurunkan angka mortalitas pada 28- dan 90- hari.

WHO menyarankan pasien dengan ARDS berat dilakukan ventilasi


dalam posisi prone  selama 12 - 16 jam setiap harinya. Akan tetapi, ventilasi
posisi ini membutuhkan sumber tenaga kesehatan yang memadai dan protokol
yang telah ditetapkan.  Hindari pemutusan koneksi dengan ventilator untuk
mencegah hilangnya PEEP dan atelektasis[2]

Memutuskan ventilator dan pasien dapat menyebabkan hilangnya PEEP


dan atelektasis, sehingga hal tersebut perlu dihindari. Sebelum memutuskan
hubungan antara pasien dan ventilator direkomendasikan menempatkan in-
line catheters untuk penyedotan saluran napas dan endotracheal tube
clamping.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan perawatan untuk pasien dengan infeksi COVID-19 meliputi:

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pasien yang diduga COVID-19 harus mencakup:

1. Sejarah perjalanan. Penyedia layanan kesehatan harus mendapatkan


riwayat perjalanan yang terperinci untuk pasien yang dievaluasi dengan
demam dan penyakit pernapasan akut.
2. Pemeriksaan fisik. Pasien yang mengalami demam, batuk, dan sesak napas
dan yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan, Cina baru-baru ini harus
ditempatkan di bawah isolasi segera.

B. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan utama untuk pasien dengan


COVID-19 adalah:

1. Infeksi yang berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari patogen


akibat paparan COVID-19.
2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi virus .
3. Gangguan pola napas tidak epektif berhubungan dengan penyakit paru
obstruktip.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi

C. Intervensi Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan infeksi virus

Tujuan
Setelah diberikan tindakan asuhan keperawatan diharapkan masalah hipertermi
teratasi

a) Kriteria hasil
b) Menunjukkan penurunan suhu tubuh
c) Akral pasien tidak teraba hangat/panas
d) Pasien tampak tidak lemas
e) Mukosa bibir lembab

No. INTERVENSI RASIONAL


Mengetahui perkembangan
1. Observasi keadaan umum pasien
keadaan umum dari pasien
Mengetahui perubahan tanda-
2. Observasi tanda-tanda vital
tanda vital pasien

Anjurkan pasien untuk banyak Meminimalisir produksi panas


4.
istirahat yang diproduksi oleh tubuh
Anjurkan pasien untuk memakai Membantu mempermudah
5.
pakaian yang tipis penguapan panas
Beri Health Education ke pasien
dan keluarganya mengenai Meningkatkan pengetahuan dan
7. pengertian, penanganan, dan pemahaman dari pasien dan
terapi yang diberikan tentang keluarganya
penyakitnya
Kolaborasi/delegatif dalam
Membantu dalam penurunan
8. pemberian obat sesuai indikasi,
panas
contohnya: paracetamol

2. Gangguan pola napas tidak epektif berhubungan dengan dengan penyakit


paru obstruktip.
Tujuan
a.   Status pernafasan dengan indikator 1-5 ( 1 : deviasi berat dari kisaran
normal, 2 : deviasi cukup berat dari kisaran normal, 3 : deviasi sedang dari
kisaran normal, 4 : deviasi ringan dari kisaran normal, 5 : tidak ada deviasi
dari kisaran normal ) :
 Frekuensi pernafasan dari 1 menjadi 4
 Irama pernafasan dari 1 menjadi 4
 Kedalaman inspirasi dari 1 menjadi 4
 Suara askultasi nafas dari 1 menjadi 4
 Kepatenan jalan nafas dari 1 menjadi 4
 Penggunaan otot napas bantuan dari sangat berat (1) menjadi
ringan

NO INTERVENSI RASIONAL
1   Manejemen jalan nafas
1.     Posisikan pasien untuk
1. Posisikan pasien dengan
memaksimalkan ventilasi
Posisi semi fowler untuk
mengurangi sesak
2.     Auskultasi suara nafas, catat area
2. Untuk mengetahui
yang ventilasinya menurun atau tidak
perkembangan status
ada adanya suara nafas buatan
kesehatan pasien dan
3.     Kelola pemberian bronkodilator,
mencegah komplkasi
sebagaimana mestinya
lanjutan
3. Bronkodilator adalah
sebuah substansi yang
dapat memperlebar luas
4.     Regulasi asupan cairan untuk permukaan bronkus dan
mengoptimalkan keseimbangan cairan bronkiolus pada paru-
5.     Posisikan untuk meringankan sesak paru, dan membuat
nafas kapasitas serapan oksigen
6.     Monitor status pernafasan dan paru-paru meningkat.
oksigenasi, sebagaimana mestinya. 4. mengoptimalkan
(Hal.186) keseimbangan cairan
b.    Monitor pernafasan untuk mencegah
1.     Monitor kecepatan, irama,kedalaman komplikasi lanjutan
dan kesulitan bernafas 5. Posisikan pasien dengan
2.     Catat pergerakan dada, catat posisi semi fowler
ketidaksimetrisan, penggunaan otot- 6. Untuk mengetahui
otot bantu nafas, dan retraksi pada perkembangan status
otot supraclaviculas dan interkosta kesehatan pasien dan
3.     Monitor suara nafas tambahan seperti mencegah komplkasi
ngorok atau mengi lanjutan
4.     Monitor pola nafas (misalnya :
bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
1. Untuk mengetahui
pernafasan kusmaul, pernafasan 1:1,
perkembangan status
apneustik, respirasi biot, dan pola
kesehatan pasien
ataxic)
2. Untuk mengetahui
5.     Monitor sataus oksigen pada pasien
perkembangan status
yang tersedasi (seperti,
kesehatan pasien dan
SaO2,SvO2,SpO2) sesuai dengan
mencegah komplkasi
protocol yang ada
lanjutan
6.     Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

7.     Perkusi torak anterior dan posterior, 3. Untuk mengetahui


dari apeks ke basis paru, kanan dan perkembangan status
kiri kesehatan pasien
8.     Catat lokasi trakea 4. Untuk mengetahui
perkembangan status
9.     Monitor kelelahan otot-otot
kesehatan pasien
diapragma dengan pergerakan
parasoksikal
10.  Auskultasi suara nafas, catat area
dimana terjadi penurunan atau tidak
5. Untuk mengetahui
adanya ventilasi dan keberadaan suara
perkembangan status
nafas tambahan
kesehatan pasien dan
11.  Auskultasi suara nafas setelah
mencegah komplkasi
tindakan, untuk dicatat
lanjutan
12.  Monitor peningkatan kelelahan,
kecemasan dan kekurangan udara pada
pasien. 6. Untuk mengetahui
kesimetrisan skspanis paru
13.  Monitor hasil foto thoraks.
7. Untuk mengetahui
perkembangan status
kesehatan pasien dan
mencegah komplkasi
lanjutan
8. Untuk mempermudah
tindakan keperawatan
selanjutnya
9. Untuk mengetahui
perkembangan status
kesehatan pasien dan
mencegah komplkasi
lanjutan
10. Untuk mengetahui
perkembangan status
kesehatan pasien dan
mencegah komplkasi
lanjutan

11. Untuk mengetahui


perkembangan status
kesehatan pasien dan
mencegah komplkasi
lanjutan
12. Untuk mengetahui
perkembangan status
kesehatan pasien dan
mencegah komplkasi
lanjutan
13. Untuk mengetahui
perkembangan status
kesehatan pasien dan
mencegah komplkasi
lanjutan

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan ventilasli

N Intervensi Rasional
o
NOC: NIC:
     Respiratory status : Ventilation1.     Posisikan pasien untuk
- Respiratory status : Gas memaksimalkan ventilasi
exchange 2.     Pasang mayo bila perlu
       Keseimbangan asam basa3.     Lakukan fisioterapi dada jika perlu
elektrolit 4.     Keluarkan sekret dengan batuk atau
       Vital sign Status suction
Setelah dilakukan tindakan5.     Auskultasi suara nafas, catat adanya
keperawatan selama suara tambahan
………..ganguan pertukaran6.     Berikan bronkodilator ;
gas pasien teratasi, dibuktikan ………………….
dengan kriteria hasil: 7.     Barikan pelembab udara
       Mendemonstrasikan8.     Atur intake untuk cairan
peningkatan ventilasi dan mengoptimalkan keseimbangan.
oksigenasi yang adekuat 9.     Monitor respirasi dan status O2
       Memelihara kebersihan paru10. Catat pergerakan dada,amati
paru dan bebas dari tanda kesimetrisan, penggunaan otot
tanda distress pernafasan tambahan, retraksi otot supraclavicular
       Mendemonstrasikan batuk dan intercostal
efektif dan suara nafas yang11. Monitor suara nafas, seperti dengkur
bersih, tidak ada sianosis dan12. Monitor pola nafas : bradipena,
dyspnea (mampu takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
mengeluarkan sputum, mampu cheyne stokes, biot
bernafas dengan mudah, tidak13. Auskultasi suara nafas, catat area
ada pursed lips) penurunan / tidak
       Tanda tanda vital dalam adanya ventilasi dan suara tambahan
rentang normal 14. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
       AGD dalam batas normal ststus mental
       Status neurologis dalam batas15. Observasi sianosis khususnya
normal membran mukosa
16. Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan
17. tindakan dan tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction, Inhalasi)

D. Implementasi
Di sesuaikan dengan intervensi yang sudah di lakukan

E. Evaluasi
Tujuan keperawatan terpenuhi sebagaimana dibuktikan oleh:

1. Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi yang dibuktikan dengan PHBS


dan isolasi pernafasan adekuat.
2. Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
3. Pasien mampu meningkatkan level suhu tubuh yang adekuat.
4. Pasien mampu mengembalikan pola pernapasannya kembali normal.
5. Pasien tidak terlihat cemas.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
COVID-19 adalah penyakit infeksi saluran pernapasan akibat coronavirus.
Salah satu komplikasi COVID-19 adalah acute respiratory distress
syndrome (ARDS). Setidaknya 10% kasus positif COVID-19 memerlukan perawatan
intensif, dan banyak di antaranya memerlukan intubasi darurat akibat hipoksia berat
yang berlangsung mendadak.

Gagal napas pada ARDS umumnya disebabkan mismatch ventilasi-perfusi


intrapulmonal, dan memerlukan ventilasi mekanik. Proses manajemen airway pada
pasien COVID-19, termasuk intubasi dan ventilasi, merupakan proses berisiko tinggi
terjadinya transmisi secara aerosol.

Untuk meminimalisasi risiko transmisi dan memastikan


manajemen airway terlaksana dengan baik, intubasi endotrakeal harus dilakukan
oleh tenaga medis yang terlatih dan berpengalaman serta mengenakan APD seperti
masker N95 dan kacamata pelindung.

Penggunaan ventilasi non-invasif pada pasien ARDS dengan COVID-19


masih merupakan topik yang kontroversial, sehingga klinisi perlu
mempertimbangkan berbagai faktor ketika memilih antara ventilasi mekanik dan
ventilasi noninvasif. Secara umum, intubasi dan ventilasi mekanik lebih
direkomendasikan sebagai penanganan ARDS pada COVID-19.

B. SARAN
Semoga apa yang penulis sajikan dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dan sebagai masukan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik bagi pasien. Penulis sadar bahwa pembuatan
makalah ini masih jauh dari sempurna sehingga Penulis berharap agar
makalah ini menjadi motivasi bagi teman-teman untuk membuat makalah
yang lebih baik sehingga menambah wawasan bagi kita semua. Penulis juga
berharap agar aplikasi perawatan pasien pemasanagan ventilasi pada covid 19
dapat di laksanakan sesuai dengan tata laksana dalam perawatan pasien.

Daptar pustaka
https://health.grid.id/read/352088718/berbagai-metode-test-covid-19-pcr-rapid-
test-tcm-apa-perbedaannya?page=all

https://mhomecare.co.id/blog/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-infeksi-covid-
19/hatan/coronavirus

https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus

https://www.nerslicious.com/asuhan-keperawatan-covid-19/

https://tirto.id/ketahui-beda-arti-status-otg-odp-dan-pdp-pada-kasus-covid-19-
eJZk

https://www.alomedika.com/intubasi-dan-ventilasi-pada-pasien-ards-dengan-covid-19

Anda mungkin juga menyukai