net/publication/323847531
CITATIONS READS
0 3,165
3 authors, including:
Huda Shidqie
University of Indonesia
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Huda Shidqie on 19 March 2018.
ABSTRAK
Amerika pada awal kemerdekaannya tumbuh sebagai negara yang cenderung lemah dan
belum memiliki posisi penting di mata dunia. Pasca kemerdekaannya pada tahun 1776, Amerika
melihat adanya bahaya yang mengancam keamanannya akibat Perang Napoleon yang
mengimpikan penguasaan utuh atas seluruh wilayah Eropa. Negara Rusia, Prusia, Inggris, dan
Austria sontak hadir menjadi The Great Powers; raksasa baru yang terbangun karena usikan
berdarah yang dilakukan oleh Napoleon. Berbagai pemberontakan di banyak negara berusaha
dipadamkan oleh The Great Powers, termasuk Italia dan Yunani. Melihat hal ini, Amerika
semakin gemetar; takut jika pada masanya akan ikut diberangus oleh negara-negara Eropa.
Dalam artikel jurnal ini, tulisan tidak hanya berfokus pada jalannya Doktrin Monroe di
wilayah Amerika. Tulisan ini akan memuat analisis komunikasi politik yang dijalankan oleh
Amerika Serikat dengan slogan America for the Americans. Unsur-unsur komunikasi politik yang
digunakan dalam pembahasan ini mencakup lima unsur utama, yaitu komunikator, komunikan,
pesan politik yang disampaikan oleh pihak Amerika Serikat, media propaganda, dampak serta
respon masyarakat terhadap pemberlakuan Doktrin Monroe. Penjelasan akan dimulai dengan
penuturan singkat mengenai Doktrin Monroe hingga kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
analisis yang dibagi ke dalam tujuh subbab.
Kata Kunci: Doktrin Monroe, America for Americans, James Monroe, Isolasi
I. Pendahuluan
1
Amerika yang notabene merupakan negara yang baru menginjak usia remaja
harus berhati-hati dalam menerapkan kebijakan politik luar negerinya. Jika
mengacu pada konteks dunia pada saat itu, keadaan politik Eropa sedang
memburuk pasca Perang Napoleon. Napoleon yang ingin menjadikan seluruh
wilayah Eropa berada di bawah kekuasaannya turut menjadikan negara-negara di
kawasan Eropa lemah dan terpuruk. The Quadruple Alliance, yaitu Austria,
Prusia, Rusia, dan Inggris berusaha untuk mengembalikan keadaan Eropa menjadi
seperti semula. Mereka khawatir akan adanya ancaman revolusi di berbagai
belahan Eropa yang semakin melumpuhkan keadaan Eropa. Dengan mengacu
pada Kongres Tropau pada tahun 1820, mereka sepakat untuk memadamkan
kegiatan pemberontakan di berbagai wilayah. Langkah konkret yang dilakukan
oleh kawanan The Quadruple Alliance yang disebut juga the Great Powers adalah
penekanan serangkaian pemberontakan di Italia oleh Austria dan penekanan
terhadap pemberontakan di Spanyol oleh Prancis –dalam hal ini, Prancis masuk ke
dalam aliansi Quintuple Alliance yang terbentuk tiga tahun setelah The Quadruple
Alliance. Selain itu, orang-orang Eropa juga mendukung usaha Turki untuk
memadamkan pemberontakan di Yunani.1
1
Mark T. Gilderhus. 2006. The Monroe Doctrine: Meanings and Implications.
http://www.jstor.org/stable/27552742 Diakses pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 19.20 WIB
2
“The ground that I wish to take is that of earnest remonstrance against the
interference of the European powers by force in South America, but to
disclaim all interference on our part with Europe; to make an American
cause, and adhere inflexibly to that”. –John Quincy Adams, America‟s
Secretary of State.2
2
Monroe Doctrine. 2016. https://www.britannica.com/event/Monroe-Doctrine Diakses
pada tanggal 22 Mei 2017. Pukul 23.13 WIB
3
Monroe Donctrine. 2017. http://www.u-s-history.com/pages/h255.html . Diakses pada
tanggal 22 Mei 2017. Pukul 23.45 WIB.
3
Dalam pernyataan yang disusunnya bersama John Quincy Adams, Monroe
menyatakan bahwa Amerika tidak boleh dijajah oleh negara-negara Eropa yang
berusaha merebut kembali dan memperluas wilayah koloninya. Campur tangan
Eropa terhadap masalah-masalah di benua Amerika disebut Monroe sebagai
tindakan agresi yang harus ditangani pula oleh Amerika Serikat.
Selain berisi tentang sikap tegas Amerika terhadap kolonialisasi dan campur
tangan Eropa atas Amerika, Monroe juga mengemukakan sikap solidaritasnya
terhadap wilayah Amerika Latin yang baru merdeka. Dengan ditetapkannya
Doktrin Monroe tersebut, dapat dikatakan bahwa Amerika telah menerapkan
politik isolasionisnya terhadap bangsa dan negara lain. Amerika ―mengurung diri‖
dalam wilayahnya dalam waktu yang lama, tepatnya hingga awal Perang Dunia I,
yaitu saat Amerika berhasil menduduki Filipina.
4
Doktrin Monroe tersebut. John Quincy Adams sebagai Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat pada saat itu cukup vokal dan tanggap dalam membaca situasi
politik luar negeri dunia di awal abad ke-19 tersebut. Perumusan naskah Doktrin
Monroe yang dibcakan oleh James Monroe juga melibatkan John Quincy Adams.
Dapat dilihat di sini bahwa komunikator politik berasal dari kalangan terpelajar
dan elite politik, yaitu Presiden dan Menteri Luar Negerinya. Kalangan terpelajar
pada masa tersebut diyakini dapat membaca situasi dengan cermat untuk
menentukan nasib politik luar negeri Amerika dalam menghadapi pergolakan
Eropa akibat Perang Napoleon.
III. Komunikan
Komunikan atau sasaran tujuan Doktrin Monroe adalah bagi seluruh negara di
dunia, khususnya negara-negara Eropa. Yang dimaksud dengan negara-negara di
dunia adalah terkait dengan politik isolasionisnya yang memutus hubungan
campur tangan dengan seluruh negara. Mengenai negara-negara Eropa, Amerika
berusaha menghindari konflik dan peperangan yang berkepanjangan untuk
melindungi diri dan rakyatnya dari pendudukan kembali Eropa atas wilayah
Amerika.
5
IV. Pesan yang Disampaikan
Pesan politik secara jelas disampaikan melalui slogan “America for the
Americans” (benua Amerika untuk orang-orang Amerika). Melalui slogan
tersebut, Amerika Serikat menyatakan bahwa Amerika Utara dan Amerika Selatan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Melalui isi dari Doktrin
Monroe yang menerapkan politik isolasi, Amerika juga mengemukakan bahwa
gangguan hal apapun yang berkaitan dengan Amerika –meskipun terjadi pada
Amerika Selatan yang baru saja merdeka, akan menjadi masalah keamanan bagi
seluruh Amerika. Dengan diberlakukannya politik isolasi ini, Amerika melalui
Doktrin Monroe berupaya untuk ―menyelamatkan‖ negaranya yang masih muda
dari pergolakan-pergolakan negara di dunia, khususnya di wilayah Eropa.
Wilayah Amerika Selatan yang baru saja memerdekakan dirinya dari Spanyol
belum mencapai stabilitas yang mumpuni untuk berdiri sendiri sebagai suatu
negara tanpa bantuan negara lain. Jika posisi lemah Amerika Selatan tergoncang
hebat karena masalah perpolitikan pasca Perang Napoleon, wilayah Amerika
Selatan akan otomatis dapat diduduki kembali oleh negara-negara Eropa. Apabila
hal itu terjadi, bukan mustahil Amerika Utara juga akan diporak-poranda oleh The
Great Powers yang berisi empat negara besar tersebut.
Slogan ―America for the Americans” juga merupakan awal dari gerakan Pan-
Amerikanisme yang menyatukan seluruh negara-negara Amerika, baik Utara
maupun Selatan agar berada pada satu titik kebangsaan yang sama, yaitu bangsa
Amerikadi benua Amerika. Selain menyatukan semua negara-negara di kawasan
Amerika Utara dan Amerika Selatan, Amerika juga memiliki kepentingan
ekonomi dan perdagangan antarnegara di kawasan Amerika. Pada saat Amerika
Latin dikuasi oleh pihak kolonial, akses perdagangan antarnegara di Amerika
menjadi terbatas. Sistem kolonialisme pada masa tersebut membentuk jalur
perdagangan yang sifatnya proteksi, artinya hanya negara-negara tertentu saja
yang dapat singgah dan berlabuh di pelabuhan yang dikuasai oleh Inggris, Prancis
dan Spanyol. Perubahan politik tersebut telah menguntungkan Amerika di satu
pihak karena kala-kapal dagang Amerika dapat singgah di pelabuhan-pelabuhan
6
bekas jajahan Spanyol dengan memberlakukan perdagangan bebas antarnegara.4
Sebelum adanya Doktrin Monroe tersebut, jalur perdagangan Amerika Serikat di
wilayah Karibia, Amerika Serikat, dan jalur trans Atlantik diblokade oleh Inggris.
Potensi ekonomi dan perdagangan juga tercium oleh Menteri Luar Negeru John
Quincy Adams. Ia melihat peluang perluasan perdagangan di kawasan Amerika
Selatan serta keinginannya untuk mendominasi penuh ekonomi dan politik
Amerika Selatan.
V. Media Propaganda
Berikut surat kabar dan poster propaganda yang terbit pada masa
diberlakukannya Doktrin Monroe:
1.
Penjelasan:
Gambar 5.1
James Monroe, The Monroe Doctrine from the President‟s Annual Message to
Congress, Washington Republican Extra, 2 Desember 1823. (Gilder Lehrman
Collection) https://www.gilderlehrman.org/history-by-era/age-
jackson/resources/monroe-doctrine-1823
4
Pusparida Syahda. 2016. Tinjauan Historis Mengenai Kepentingan Ekonomi dalam
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Era Isolasionis. Hlm. 7.
7
2.
Penjelasan:
Gambar 5.2
3. Penjelasan:
4.
Gambar 5.4
8
Penjelasan:
VI. Timbal-balik/Feedback
Berbeda halnya dengan dunia internasional yang menunjukkan sikap tak acuh
terhadap Doktrin Monroe. Amerika dipandang oleh dunia internasional sebagai
negara yang belum kuat dan mapan seperti halnya negara-negara Eropa yang
kekuatan ekonomi, politik, dan militernya sudah bisa diperhitungkan. Akan tetapi,
anggapan lemahnya Amerika tidak berlangsung lama. Kekuatan dalam negeri
Amerika berkembang, baik dari segi ekonomi maupun militer. Sejalan dengan hal
itu, Doktrin Monroe juga turut berkembang. Doktrin Monroe pada akhirnya
dijadikan sebagai dasar dalam menjalankan Politik Luar Negeri Amerika Serikat.
Pendapat lain juga datang dari seorang jurnalis New York, L. O’Sullivan yang
dikenal dengan wacana Manifest Destiny. Sullivan melalui tulisannya mengkritik
Amerika Serikat dengan mengatakan bahwa sudah seharusnya Amerika beranjak
5
Op.Cit., Hlm 8
9
dari zona nyaman dan bersikap lebih terbuka dengan dunia luar. Amerika juga
dituntut agarbersikap lebih aktif demi memperluas kawasannya.
VII. Kesimpulan
10
bisa ditakuti dari negara yang baru merdeka tersebut. Eropa masih jumawa dengan
kemapanan ekonomi, militer, dan politiknya. Alhasil, Amerika bangkit dan
menjadi superpower dunia pada Perang Dunia II. Doktrin Monroe dijadikan
landasan politik luar negeri bagi Presiden Amerika selanjutnya.
Artikel jurnal:
Sumber Internet:
11
Monroe Doctrine. http://www.u-s-history.com/pages/h255.html. Diakses pada 23
Mei 2017. Pukul 23.45 WIB
12