Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/323847531

Doktrin Monroe: Bentuk Komunikasi Politik Amerika Serikat dalam


Menerapkan Politik Proteksi dan Isolasi di Benua Amerika (1823—1911)

Preprint · March 2018


DOI: 10.13140/RG.2.2.27817.90723

CITATIONS READS

0 3,165

3 authors, including:

Huda Shidqie
University of Indonesia
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Equal Pay Act View project

All content following this page was uploaded by Huda Shidqie on 19 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Huda/1406612786 (Ilmu Sejarah)
Sejarah Komunikasi Politik Amerika Serikat

Doktrin Monroe: Bentuk Komunikasi Politik Amerika Serikat dalam


Menerapkan Politik Proteksi dan Isolasi di Benua Amerika (1823—1911)

ABSTRAK

Amerika pada awal kemerdekaannya tumbuh sebagai negara yang cenderung lemah dan
belum memiliki posisi penting di mata dunia. Pasca kemerdekaannya pada tahun 1776, Amerika
melihat adanya bahaya yang mengancam keamanannya akibat Perang Napoleon yang
mengimpikan penguasaan utuh atas seluruh wilayah Eropa. Negara Rusia, Prusia, Inggris, dan
Austria sontak hadir menjadi The Great Powers; raksasa baru yang terbangun karena usikan
berdarah yang dilakukan oleh Napoleon. Berbagai pemberontakan di banyak negara berusaha
dipadamkan oleh The Great Powers, termasuk Italia dan Yunani. Melihat hal ini, Amerika
semakin gemetar; takut jika pada masanya akan ikut diberangus oleh negara-negara Eropa.

Dalam artikel jurnal ini, tulisan tidak hanya berfokus pada jalannya Doktrin Monroe di
wilayah Amerika. Tulisan ini akan memuat analisis komunikasi politik yang dijalankan oleh
Amerika Serikat dengan slogan America for the Americans. Unsur-unsur komunikasi politik yang
digunakan dalam pembahasan ini mencakup lima unsur utama, yaitu komunikator, komunikan,
pesan politik yang disampaikan oleh pihak Amerika Serikat, media propaganda, dampak serta
respon masyarakat terhadap pemberlakuan Doktrin Monroe. Penjelasan akan dimulai dengan
penuturan singkat mengenai Doktrin Monroe hingga kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
analisis yang dibagi ke dalam tujuh subbab.

Kata Kunci: Doktrin Monroe, America for Americans, James Monroe, Isolasi

I. Pendahuluan

Setelah Deklarasi Kemerdekaannnya pada 4 Juli 1776, Amerika berhasil


menjadi negara merdeka dengan segenap konstitusi sebagai dasar negara dan
presiden sebagai kepala negara tertinggi. Dengan begitu, berarti Amerika telah
lepas seratus persen dari Inggris hingga pengakuan kedaulatan tujuh tahun
mendatang.. Pada tahun 1783, akhirnya Inggris mengakui kemerdekaan Amerika
Serikat melalui Perjanjian Paris yang berisi tentang pengakuan Inggris terhadap
kemerdekaan Amerika beserta kedaulatan ketiga belas koloni di Amerika.

1
Amerika yang notabene merupakan negara yang baru menginjak usia remaja
harus berhati-hati dalam menerapkan kebijakan politik luar negerinya. Jika
mengacu pada konteks dunia pada saat itu, keadaan politik Eropa sedang
memburuk pasca Perang Napoleon. Napoleon yang ingin menjadikan seluruh
wilayah Eropa berada di bawah kekuasaannya turut menjadikan negara-negara di
kawasan Eropa lemah dan terpuruk. The Quadruple Alliance, yaitu Austria,
Prusia, Rusia, dan Inggris berusaha untuk mengembalikan keadaan Eropa menjadi
seperti semula. Mereka khawatir akan adanya ancaman revolusi di berbagai
belahan Eropa yang semakin melumpuhkan keadaan Eropa. Dengan mengacu
pada Kongres Tropau pada tahun 1820, mereka sepakat untuk memadamkan
kegiatan pemberontakan di berbagai wilayah. Langkah konkret yang dilakukan
oleh kawanan The Quadruple Alliance yang disebut juga the Great Powers adalah
penekanan serangkaian pemberontakan di Italia oleh Austria dan penekanan
terhadap pemberontakan di Spanyol oleh Prancis –dalam hal ini, Prancis masuk ke
dalam aliansi Quintuple Alliance yang terbentuk tiga tahun setelah The Quadruple
Alliance. Selain itu, orang-orang Eropa juga mendukung usaha Turki untuk
memadamkan pemberontakan di Yunani.1

Berbagai penekanan terhadap pemberontakan di berbagai wilayah Eropa


tersebut turut memberikan rasa cemas bagi Amerika. Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat, John Quincy Adams, khawatir jika penekanan terhadap
pemberontakan serupa juga terjadi di kawasan Amerika mengingat wilayah
Amerika Latin merupakan daerah yang baru merdeka dan sedang gencar-
gencarnya melakukan pemberontakan terhadap kolonialisasi Spanyol. Para elite
politik Amerika tidak ingin adanya campur tangan Eropa terhadap kehidupan
pemerintahan Amerika Serikat. Dengan demikian, para elite politik tersebut
segera menekan Kongres untuk mengarahkan politik luar negeri Amerika Serikat
agar tidak terlibat dalam konflik negara-negara Eropa. John Quincy Adam,
sebagaimana kutipannya yang tercatat,

1
Mark T. Gilderhus. 2006. The Monroe Doctrine: Meanings and Implications.
http://www.jstor.org/stable/27552742 Diakses pada tanggal 20 Mei 2017 pukul 19.20 WIB

2
“The ground that I wish to take is that of earnest remonstrance against the
interference of the European powers by force in South America, but to
disclaim all interference on our part with Europe; to make an American
cause, and adhere inflexibly to that”. –John Quincy Adams, America‟s
Secretary of State.2

Dalam pernyataannya tersebut, Adams menekankan dengan tegas mengenai


campur-tangan kekuatan Eropa di wilayah Amerika Selatan. Amerika tidak boleh
lagi menjadi negara yang ―fleksibel‖, sebaliknya harus berhati-hati terhadap
ancaman pendudukan kembali pihak kolonial.

Sebagai respon dari gentingnya keadaan di kawasan Eropa, James Monroe


sebagai Presiden Amerika Serikat pada masa itu mengambil tindakan nyata untuk
menyelamatkan Amerika dari ancaman pendudukan kembali negara-negara Eropa
atas wilayah Amerika Selatan. Ambisi Rusia untuk meluaskan wilayah
teriroialnya hingga pesisir barat laut Amerika turut menambah rasa khawatir
Amerika. Dengan demikian, pada tanggal 2 Desember 1823, James Monroe
mengumumkan amanat di hadapan Kongres yang kemudian disebut dengan
Monroe Doctrine atau Doktrin Monroe. Isi dari Doktrin Monroe tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Wilayah sebelah barat Amerika tidak lagi terbuka untuk kolonialisasi.


2. Sistem politik Amerika berbeda dengan sistem politik Eropa
3. Jika terjadi gangguan keamanan di wilayah belahan barat, Amerika
Serikat akan menganggapnya sebagai ancaman pula bagi
keamanannya.
4. Amerika Serikat tidak akan mencampuri dan berpartisipasi dalam
urusan Perang Eropa. Amerika juga tidak akan mengganggu koloni-
koloni yang ada di Western Hemisphere.3

2
Monroe Doctrine. 2016. https://www.britannica.com/event/Monroe-Doctrine Diakses
pada tanggal 22 Mei 2017. Pukul 23.13 WIB
3
Monroe Donctrine. 2017. http://www.u-s-history.com/pages/h255.html . Diakses pada
tanggal 22 Mei 2017. Pukul 23.45 WIB.

3
Dalam pernyataan yang disusunnya bersama John Quincy Adams, Monroe
menyatakan bahwa Amerika tidak boleh dijajah oleh negara-negara Eropa yang
berusaha merebut kembali dan memperluas wilayah koloninya. Campur tangan
Eropa terhadap masalah-masalah di benua Amerika disebut Monroe sebagai
tindakan agresi yang harus ditangani pula oleh Amerika Serikat.

Gambar 1.1 Monroe Doctrine Document (1823).


https://www.ourdocuments.gov/doc.php?doc=23&page=pdf

Selain berisi tentang sikap tegas Amerika terhadap kolonialisasi dan campur
tangan Eropa atas Amerika, Monroe juga mengemukakan sikap solidaritasnya
terhadap wilayah Amerika Latin yang baru merdeka. Dengan ditetapkannya
Doktrin Monroe tersebut, dapat dikatakan bahwa Amerika telah menerapkan
politik isolasionisnya terhadap bangsa dan negara lain. Amerika ―mengurung diri‖
dalam wilayahnya dalam waktu yang lama, tepatnya hingga awal Perang Dunia I,
yaitu saat Amerika berhasil menduduki Filipina.

Pada bab selanjutnya, akan dikemukakan mengenai komunikator politik,


komunikan, pesan yang disampaikan, media dan propaganda, serta dampak dari
politik isolasionis Doktrin Monroe.

II. Komunikator Politik

Mengenai pembacaan Doktrin Monroe pada 2 Desember 1983, James Monroe


dan John Quincy Adams merupakan dua komunikator politik di balik perumusan

4
Doktrin Monroe tersebut. John Quincy Adams sebagai Menteri Luar Negeri
Amerika Serikat pada saat itu cukup vokal dan tanggap dalam membaca situasi
politik luar negeri dunia di awal abad ke-19 tersebut. Perumusan naskah Doktrin
Monroe yang dibcakan oleh James Monroe juga melibatkan John Quincy Adams.
Dapat dilihat di sini bahwa komunikator politik berasal dari kalangan terpelajar
dan elite politik, yaitu Presiden dan Menteri Luar Negerinya. Kalangan terpelajar
pada masa tersebut diyakini dapat membaca situasi dengan cermat untuk
menentukan nasib politik luar negeri Amerika dalam menghadapi pergolakan
Eropa akibat Perang Napoleon.

Gambar 2.1 “James Monroe and John Quincy Adams Campaign”.


https://www.comc.com/Cards/Baseball/2008/Topps_Historical_Campaign_Match-Ups/HCM-
1820/James_Monroe_John_Quincy_Adams/4038239

III. Komunikan

Komunikan atau sasaran tujuan Doktrin Monroe adalah bagi seluruh negara di
dunia, khususnya negara-negara Eropa. Yang dimaksud dengan negara-negara di
dunia adalah terkait dengan politik isolasionisnya yang memutus hubungan
campur tangan dengan seluruh negara. Mengenai negara-negara Eropa, Amerika
berusaha menghindari konflik dan peperangan yang berkepanjangan untuk
melindungi diri dan rakyatnya dari pendudukan kembali Eropa atas wilayah
Amerika.

5
IV. Pesan yang Disampaikan

Pesan politik secara jelas disampaikan melalui slogan “America for the
Americans” (benua Amerika untuk orang-orang Amerika). Melalui slogan
tersebut, Amerika Serikat menyatakan bahwa Amerika Utara dan Amerika Selatan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Melalui isi dari Doktrin
Monroe yang menerapkan politik isolasi, Amerika juga mengemukakan bahwa
gangguan hal apapun yang berkaitan dengan Amerika –meskipun terjadi pada
Amerika Selatan yang baru saja merdeka, akan menjadi masalah keamanan bagi
seluruh Amerika. Dengan diberlakukannya politik isolasi ini, Amerika melalui
Doktrin Monroe berupaya untuk ―menyelamatkan‖ negaranya yang masih muda
dari pergolakan-pergolakan negara di dunia, khususnya di wilayah Eropa.
Wilayah Amerika Selatan yang baru saja memerdekakan dirinya dari Spanyol
belum mencapai stabilitas yang mumpuni untuk berdiri sendiri sebagai suatu
negara tanpa bantuan negara lain. Jika posisi lemah Amerika Selatan tergoncang
hebat karena masalah perpolitikan pasca Perang Napoleon, wilayah Amerika
Selatan akan otomatis dapat diduduki kembali oleh negara-negara Eropa. Apabila
hal itu terjadi, bukan mustahil Amerika Utara juga akan diporak-poranda oleh The
Great Powers yang berisi empat negara besar tersebut.

Slogan ―America for the Americans” juga merupakan awal dari gerakan Pan-
Amerikanisme yang menyatukan seluruh negara-negara Amerika, baik Utara
maupun Selatan agar berada pada satu titik kebangsaan yang sama, yaitu bangsa
Amerikadi benua Amerika. Selain menyatukan semua negara-negara di kawasan
Amerika Utara dan Amerika Selatan, Amerika juga memiliki kepentingan
ekonomi dan perdagangan antarnegara di kawasan Amerika. Pada saat Amerika
Latin dikuasi oleh pihak kolonial, akses perdagangan antarnegara di Amerika
menjadi terbatas. Sistem kolonialisme pada masa tersebut membentuk jalur
perdagangan yang sifatnya proteksi, artinya hanya negara-negara tertentu saja
yang dapat singgah dan berlabuh di pelabuhan yang dikuasai oleh Inggris, Prancis
dan Spanyol. Perubahan politik tersebut telah menguntungkan Amerika di satu
pihak karena kala-kapal dagang Amerika dapat singgah di pelabuhan-pelabuhan

6
bekas jajahan Spanyol dengan memberlakukan perdagangan bebas antarnegara.4
Sebelum adanya Doktrin Monroe tersebut, jalur perdagangan Amerika Serikat di
wilayah Karibia, Amerika Serikat, dan jalur trans Atlantik diblokade oleh Inggris.
Potensi ekonomi dan perdagangan juga tercium oleh Menteri Luar Negeru John
Quincy Adams. Ia melihat peluang perluasan perdagangan di kawasan Amerika
Selatan serta keinginannya untuk mendominasi penuh ekonomi dan politik
Amerika Selatan.

V. Media Propaganda

Untuk menyebarkan pengaruhnya, Doktrin Monroe menggunakan propaganda


melalui poster-poster dan surat kabar. Pada subbab ini, akan dijelaskan lebih jelas
menggunakan gambar dengan eksplanasi/interpretasi dari poster-poster dan koran
propaganda Doktrin Monroe.

Berikut surat kabar dan poster propaganda yang terbit pada masa
diberlakukannya Doktrin Monroe:

1.
Penjelasan:

Dalam surat kabar ini dituliskan


secara utuh transkip pesan Presiden
James Monroe terkait Politik Isolasionis
yang dijalankah Amerika melalui
Doktrin Monroe.

Penolakan atas campur tangan


Eropa terhadap Amerika juga tertulis
lengkap di surat kabar ini.

Gambar 5.1

James Monroe, The Monroe Doctrine from the President‟s Annual Message to
Congress, Washington Republican Extra, 2 Desember 1823. (Gilder Lehrman
Collection) https://www.gilderlehrman.org/history-by-era/age-
jackson/resources/monroe-doctrine-1823
4
Pusparida Syahda. 2016. Tinjauan Historis Mengenai Kepentingan Ekonomi dalam
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Era Isolasionis. Hlm. 7.

7
2.
Penjelasan:

Gambar ini menjelaskan


bagaimana Doktrin Monroe memberi
garis batas yang jelas dan melarang
orang-orang asing yang ingin masuk ke
wilayah Amerika.

Gambar 5.2

The Monroe Doctrine


https://www.fineartamerica.com

3. Penjelasan:

Dalam poster ini, Monroe


diilustrasikan sedang menapaki peta
wilayah Amerika, baik utara maupun
selatan dengan tulisan „Hands off!”
atau ―jangan ganggu‖. Pernyataan ini
dialamatkan khususnya kepada negara-
negara Eropa.
Gambar 5.3

The Monroe Doctrine


https://www.fineartamerica.com

4.

Gambar 5.4

The Monroe Doctrine


http://cartoonsmix.com/cartoo
ns/roosevelt-monroe-doctrine-
political-cartoon.htmlm

8
Penjelasan:

Dalam gambar tersebut, batas wilayah Amerika diilustrasikan


menggunakan pagar yang bertuliskan “Monroe Doctrine”. Pihak-pihak yang
berusaha melewati pagar tersebut (negara-negara non-Amerika) akan dihadapkan
pada satuan militer Amerika yang tidak segan-segan akan memukul mundur pihaj-
pihak asing tersebut.

VI. Timbal-balik/Feedback

Sesaat setelah Doktrin Monroe diproklamirkan, terdapat berbagai macam


respon masyarakat dan dunia internasional. Masyarakat khususnya yang berada di
wilayah Amerika Latin sangat menghargai adanya Doktrin Monroe tersebut.
Menurut beberapa Kepala Negara Amerika Latin, seperti Simon Bolivar,
Santander, Rivadavia, dan Viktoria, Doktrin Monroe merupakan sebuah
penyemangat baru untuk mendapatkan kemerdekaan seratus persen dari Spanyol.5
Bantuan secara langsung Amerika atas negara-negara Amerika Latin yang terjajah
Spanyol belum mampu dilakukan Amerika karena kondisi Amerika Serikat yang
masih lemah dan belum memiliki kekuatan militer dan politik yang tangguh.
Dalam konteks zamannya, Amerika muncul sebagai anak remaja yang masih
meraba-raba dalam menjalankan politiknya.

Berbeda halnya dengan dunia internasional yang menunjukkan sikap tak acuh
terhadap Doktrin Monroe. Amerika dipandang oleh dunia internasional sebagai
negara yang belum kuat dan mapan seperti halnya negara-negara Eropa yang
kekuatan ekonomi, politik, dan militernya sudah bisa diperhitungkan. Akan tetapi,
anggapan lemahnya Amerika tidak berlangsung lama. Kekuatan dalam negeri
Amerika berkembang, baik dari segi ekonomi maupun militer. Sejalan dengan hal
itu, Doktrin Monroe juga turut berkembang. Doktrin Monroe pada akhirnya
dijadikan sebagai dasar dalam menjalankan Politik Luar Negeri Amerika Serikat.

Pendapat lain juga datang dari seorang jurnalis New York, L. O’Sullivan yang
dikenal dengan wacana Manifest Destiny. Sullivan melalui tulisannya mengkritik
Amerika Serikat dengan mengatakan bahwa sudah seharusnya Amerika beranjak

5
Op.Cit., Hlm 8

9
dari zona nyaman dan bersikap lebih terbuka dengan dunia luar. Amerika juga
dituntut agarbersikap lebih aktif demi memperluas kawasannya.

VII. Kesimpulan

Demi menjalankan kebijakan proteksi untuk seluruh wilayah Amerika


Utara dan Selatan, Amerika mengumumkan Doktrin Monroe sebagai azas Pan-
Amerikanisme. Beberapa sumber menyebutkan bahwa politik isolasi yang
dijalankan oleh Amerika semata-mata untuk melindungi wilayah Amerika yang
masih ―muda‖ dari cengkraman negara-negara Eropa yang semakin membuas di
akhir Perang Napoleon. Tidak hanya James Monroe, John Quincy Adams selaku
Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan Monroe turut andil dan berperan
aktif dalam perumusan Doktrin Monroe. Wilayah Amerika Selatan –bekas jajahan
Spanyol, merasa bangga sekaligus senang mengenai kebijakan tersebut.
Setidaknya, Amerika Selatan merasa dijadikan ―anak kandung‖ Amerika.
Amerika dalam konteks Doktrin Monroe terlihat seperti ibu yang melindungi
keamanan anak-anaknya; Amerika Utara dan Selatan.

Akan tetapi, peran dan tujuan Amerika dalam melaksanakan kebijakan


proteksi dan isolasi tidak semata-mata hanya untuk melindungi seluruh wilayah di
benua Amerika saja. Terdapat intrik dan kepentingan ekonomi yang diam-diam
dimaksudkan oleh Amerika. Sempat terhalang jalur perdagannya oleh Inggris saat
ingin melintasi Karibia, Amerika setelah ada Doktrin Monroe tidak lagi
mengalami hal serupa. Perdagangan bebas ke seluruh wilayah Amerika menjadi
―bonus berlimpah‖ bagi Amerika Serikat. Tidak ada lagi pihak-pihak yang
melarangnya untuk berlabuh dan memblokade kepentingan ekonominya. Amerika
Serikat bebas keluar-masuk pasar terbuka dan bebas antarnegara Amerika.
Rupanya, Menteri Luar Negeri John Quincy Adams sudah mencium ―bonus‖
tersebut sebelumnya. Bahkan ia menargetkan penguasaan kendali oleh Amerika
Serikat atas negara-negara di bagian utara dan selatan.

Bagaimanapun, apa yang diusahakan oleh James Monroe melalui Doktrin


Monroe mendapat berbagai tanggapan dari banyak pihak. Dunia internasional,
misalnya, tidak peduli dengan penerapan Doktrin Monroe. Belum ada hal yang

10
bisa ditakuti dari negara yang baru merdeka tersebut. Eropa masih jumawa dengan
kemapanan ekonomi, militer, dan politiknya. Alhasil, Amerika bangkit dan
menjadi superpower dunia pada Perang Dunia II. Doktrin Monroe dijadikan
landasan politik luar negeri bagi Presiden Amerika selanjutnya.

VIII. Daftar Pustaka

Artikel jurnal:

Gilderhus, Mark T. 2016. The Monroe Doctrine: Meanings and Implications.


Dalam jurnal Presidential Studies Quarterly, Vol. 36. No.1, presidential
Doctrines (Mar, 2016) pp. 5—16

Schuman, Frederick L. 1932. American Foreign Policy. Dalam jurnal American


Jornal of Sociology, Vol. 37, No. 6 (May, 1932), pp. 003—000

Marsudi. 2003. Doktrin Monroe dan Maknanya bagi Perkembangan Sejarah


Amerika. Dalam jurnal Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Vol. 9
No. 2 (September 2003).

Syahdan, Pusparinda. Tinjauan Historis Mengenai Kepentingan Ekonomi dalam


Politik Luar Negeri Amerika Serikat Era Isolasionis. Dalam jurnal
Universitas Hasanuddin.

Sumber Internet:

Monroe Doctrine: American History. https://www.britannica.com/event/Monroe-


Doctrine. Diakses pada 23 Mei 2017. Pukul 23.13 WIB

Monroe Doctrine Primary Document.


https://www.ourdocuments.gov/doc.php?doc=23&page=pdf. Diakses pada
21 Mei 2017. Pukul 16.12 WIB

11
Monroe Doctrine. http://www.u-s-history.com/pages/h255.html. Diakses pada 23
Mei 2017. Pukul 23.45 WIB

12

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai