Anda di halaman 1dari 3

1.

Imperialisme AS di Amerika Latin

Amerika Latin, setelah memperoleh kemerdekaannya dari pemerintahan Eropa,


menemui tantangan baru baik di ranah internal maupun eksternal. Pada awal 1820-an,
Spanyol berusaha merebut kembali kendali koloninya dengan bantuan negara-negara Eropa.
Meskipun Pangeran von Metternich dari Austria menawarkan dukungan kepada Spanyol,
Inggris dan Amerika Serikat menentang intervensi tersebut, mempertahankan kemerdekaan
Amerika Latin. Doktrin Monroe, yang diperkenalkan pada tahun 1823, menjadi tonggak
penting dalam menghadapi tantangan eksternal. Inggris dan Amerika Serikat, dengan alasan
masing-masing, menentang campur tangan kembali Spanyol di Amerika Latin. Inggris ingin
melindungi hubungan perdagangannya dengan negara-negara baru di Amerika Latin,
sementara Amerika Serikat telah mengakui kemerdekaan negara-negara tersebut sejak awal.

Pada tahun 1823, Inggris mengusulkan deklarasi bersama dengan Amerika Serikat
menentang intervensi Eropa di Amerika Latin. Namun, Presiden Amerika Serikat James
Monroe memutuskan untuk menyampaikan pernyataan secara independen. Pidato Monroe
yang dikenal sebagai "Doktrin Monroe" menyatakan dukungan kuat Amerika Serikat
terhadap Amerika Latin, dengan prinsip utama "Amerika bagi bangsa Amerika." Doktrin
Monroe, meskipun awalnya tidak didukung oleh kekuatan militer yang kuat, mendapatkan
keberhasilan karena dukungan Inggris. Inggris menyatakan kesiapannya untuk melibatkan
kekuatan angkatan laut besar guna mencegah intervensi Eropa di Amerika Latin. Dengan
demikian, doktrin ini berhasil menghilangkan ancaman penaklukan kembali oleh kekuatan
Eropa, memberikan rasa keamanan bagi bangsa-bangsa Amerika Latin.

Meskipun Amerika Serikat dan Inggris menentang intervensi Eropa, mereka tidak
melarang investasi asing di Amerika Latin. Selama abad ke-19, Amerika Serikat dan negara-
negara Eropa mengalihkan perhatian mereka ke Amerika Latin sebagai sumber bahan mentah
dan pasar barang manufaktur. Investasi asing, meskipun membantu mengembangkan
ekonomi Amerika Latin, juga menciptakan pengaruh politik dan ekonomi asing yang luas.

Hubungan antara Amerika Serikat dan Amerika Latin mulai rumit. AS sering kali
dianggap sebagai negara yang mengeksploitasi sumber daya alam Amerika Latin untuk
kepentingan ekonomi mereka sendiri, seperti minyak, logam, dan hasil pertanian. Doktrin
Monroe awalnya bersifat protektif, tetapi tindakan Amerika Serikat dalam Perang Spanyol-
Amerika Serikat (1898) dan pemberlakuan Platt Amendment di Cuba menimbulkan
kekhawatiran akan imperialisme Amerika Serikat di kawasan tersebut.

Pada awal abad ke-20, Roosevelt Corollary diperkenalkan, memberikan Amerika


Serikat hak untuk campur tangan dalam urusan dalam negeri Amerika Latin. Intervensi
militer Amerika Serikat untuk menjamin pembayaran utang dan melindungi investasinya
meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut. Amerika Serikat dalam memperoleh kontrol
atas Terusan Panama. Mendorong kemerdekaan Panama dari Colombia pada tahun 1903,
Amerika Serikat berhasil membangun terusan tersebut pada tahun 1914, memperkuat
posisinya dalam perdagangan internasional. Dengan demikian, imperialisme ekonomi,
intervensi militer, dan peran dominan Amerika Serikat menciptakan dinamika kompleks
dalam hubungan Amerika Latin, meninggalkan jejak sejarah yang memengaruhi kawasan
tersebut hingga saat ini.

2. Metode Perlawanan

Pada awal abad ke-20, negara-negara Amerika Latin berhadapan dengan tekanan yang
signifikan dari Amerika Serikat (AS), yang sering kali dianggap sebagai upaya dominasi
ekonomi dan politik. Dalam menghadapi tekanan ini, negara-negara tersebut
mengembangkan metode perlawanan yang mencakup diplomasi jalur ganda dan
pemberontakan bersenjata.

a. Diplomasi

Negara-negara Amerika Latin memilih jalur diplomasi yang cerdas sebagai tanggapan
terhadap tekanan AS. Upaya ini melibatkan kerjasama regional yang erat, membentuk aliansi
seperti Komunitas Negara-Negara Amerika Latin dan Karibia (CELAC) serta MERCOSUR.
Kerjasama ini bertujuan untuk memperkuat posisi negara-negara tersebut dalam negosiasi
dengan AS, menciptakan suatu front bersama untuk menentang dominasi ekonomi dan
politik. Selain itu, negara-negara Amerika Latin berupaya untuk mengurangi ketergantungan
ekonomi pada AS dengan mencari mitra dagang alternatif. Mereka mengembangkan
hubungan ekonomi dengan Eropa, Asia, dan negara-negara berkembang lainnya.
Diplomasi multilateral di forum internasional juga dijadikan sarana untuk
memperoleh dukungan internasional terhadap hak-hak kedaulatan dan menentang campur
tangan asing. Negosiasi diplomatik menjadi instrumen penting dalam usaha mencapai
kesepakatan yang menghormati kedaulatan dan kepentingan negara-negara Amerika Latin.
Melalui dialog, mereka berusaha mencari solusi damai untuk mengatasi ketegangan dengan
AS.

b. Pemberontakan Bersenjata

Di samping diplomasi, pemberontakan bersenjata muncul sebagai bentuk perlawanan


yang lebih tegas terhadap tekanan AS. Beberapa kelompok pemberontakan bersenjata, yang
merasa tidak diwakili atau teraniaya oleh pemerintahan yang bersahabat dengan AS, muncul
dengan tujuan untuk melawan dominasi tersebut. Gerilya bersenjata dan pemberontakan
dapat melibatkan perang gerilya di daerah perkotaan atau pedesaan. Gerakan ini seringkali
melibatkan mobilisasi rakyat untuk mendukung perlawanan bersenjata dan menciptakan
tekanan politik dan militer terhadap pemerintah yang didukung oleh AS.

Pemberontakan bersenjata juga menjadi bentuk perlawanan terhadap intervensi militer


langsung atau dukungan terhadap kudeta yang dilakukan oleh AS di Amerika Latin. Dengan
memanfaatkan taktik gerilya, kelompok perlawanan dapat memimpin serangan tanpa harus
menghadapi kekuatan militer yang lebih besar secara langsung. Dengan demikian, negara-
negara Amerika Latin berusaha menggabungkan diplomasi jalur ganda dan pemberontakan
bersenjata sebagai strategi perlawanan terhadap tekanan AS, menciptakan narasi perjuangan
untuk mempertahankan kedaulatan dan otonomi mereka.

Anda mungkin juga menyukai