Sebab khusus meletusnya Revolusi Amerika ialah adanya peristiwa yang dikenal dengan
nama The Boston Tea Party pada tahun 1773. The Boston Tea Party adalah sebuah bentuk protes
masyarakat Boston yang menolak cukai teh yang dilakukan koloni Inggris karna mereka mulai
menghapus semua bentuk cukai undang- undang kecuali cukai teh yang merupakan barang
mewah bagi koloni, dan hanya dikonsumsi oleh sekelompok kecil orang sebagai akibat dari
pergolakan perlawanan terhadap Undang-Undang Townshend yang dianggap merugikan pihak
pedagang koloni. Hal ini merupakan awal dari dimulainya embargo kolonial terhadap "teh inggris"
dan akan terus berlanjut, hingga sampai pada peristiwa yang memicu terjadinya coercive act, yaitu
peristiwa Boston Tea Party. Insiden ini terjadi karena East India Company (EIC) memiliki persedian
teh dalam jumlah besar yang tidak bisa dijual di Inggris sehingga membuat perusahaan tersebut
hampir bangkrut.
2. REVOLUSI AMERIKA
Revolusi Amerika terjadi pada 1765 hingga 1783. Ditandai dengan adanya gerakan rakyat
koloni Inggris di Amerika Utara. Mereka menentang kerajaan Inggris yang dianggap ikut campur
dalam urusan negara koloni. Revolusi Amerika menjadi peristwa perlawanan rakyat koloni Amerika
terhadap pemerintah kolonial Inggris yang ada di Amerika. Pada Revolusi Amerika, perubahan
mendasarnya ada di aspek tatanan negara. Lebih tepatnya, ingin membuat wilayah Amerika Serikat
yang dulunya merupakan jajahan Inggris menjadi sebuah negara merdeka. Berita tentang
Columbus dan temuannya kemudian tersebar ke seluruh Eropa. Hal ini membuat kerajaan-kerajaan
seperti Spanyol, Inggris, dan Prancis bersaing untuk menguasai Amerika.
a.) Koloni Inggris di Amerika Bagian Utara.
Bentangan wilayah Amerika Utara yang luas menghadirkan satu hal yang dibutuhkan untuk
mengeksplorasi daerah tersebut. Negara-negara Eropa kemudian mengizinkan warga negaranya untuk
bermigrasi menuju Amerika. Peluang ini ternyata disambut baik oleh warga Eropa untuk memulai kehidupan baru
di Amerika. Antusiasme tersebut cukup beralasan yakni terkait Faktor ekonomi, untuk mencari peruntungan
ekonomi yang lebih baik dari negara asalnya. Faktor politik, agar meningkatkan taraf kehidupan yang
sebelumnya mengalami penindasan politik di negara asalnya. Faktor agama, agar mendapat kebebasan
menjalankan ibadah atau beragama di Amerika. Salah satu negara Eropa yang banyak mengirimkan warganya
dan membentuk koloni ialah Inggris. Kolonisasi Inggris mulai intensif dilakukan pada periode berkuasa Raja
James I yang bertahta pada tahun 1603-1625.
b.) Perang Tujuh Tahun (1756-1763)
Pada periode akhir abad ke-17, Prancis dan Inggris bersaing untuk menjadi penguasa terkuat di Amerika.
Hubungan antar kedua negara memang bersitegang, mengingat Inggris dan Prancis, pernah saling berperang
pada tahun 1702-1713 dan 1744-1748. Perang kemudian berakhir dengan perjanjian damai Aix-la-Chapelle pada
tahun 1748. Namun, meskipun sudah berdamai, hubungan ini kembali renggang akibat perebutan kekuasaan.
Benua Amerika, yang dianggap sebagai dunia baru dan akhirnya menjadi wilayah koloni bangsa Eropa, semakin
padat penduduk dengan bertambahnya jumlah imigran. Hal ini mengakibatkan terbatasnya sumber daya alam
yang tidak tersebar merata di masing-masing koloni. Kepentingan Inggris untuk melakukan perluasan wilayah
membuat perjanjian damai delapan tahun silam menjadi batal. Inggris menyatakan perang untuk merebut wilayah
barat Amerika yang dikuasai Prancis, yakni hamparan tanah luas dan kekayaan tambang yang melimpah.
Hal inilah yang kemudian menjadi awal dari perebutan kekuasaan di masing-masing
wilayah antara bangsa Eropa satu dengan lainnya. Puncaknya ialah Perang Tujuh Tahun yang
terjadi antara Inggris dan Prancis pada tahun 1756-1763. Terlepas untuk merebut hegemoni
kekuasaan di Amerika, Perang Tujuh Tahun tak hanya melibatkan Inggris dan Prancis, tetapi
banyak negara lain ikut memberikan pengaruh dalam medan pertempuran. Inggris mendapat
dukungan dari negara Prussia (Jerman) dan Portugis, sementara Prancis dibantu oleh Austria dan
Spanyol.Selama berlangsung, Prancis dan Austria mendominasi peperangan dan diperkirakan
akan memenangkan peperangan. Tetapi, sebuah titik balik terjadi ketika pasukan Prussia bersama
Inggris berhasil memenangkan pertempuran di Rossbach. Kemenangan ini menjadi peningkat
moral untuk pasukan Inggris yang akhirnya berhasil menguasai jalannya peperangan.
Perang lainnya yang dimenangkan yakni di wilayah Plassey, India, di Quebec, Kanada,
berlanjut di Minden, Jerman pada tahun 1759, dan pada tahun 1760 berhasil merebut Montreal,
Kanada. Tahun 1763, Inggris akhirnya memenangi perang melawan Prancis. Eh, tapi kamu tahu
gak kenapa namanya Perang Tujuh Tahun? Benar sekali, karena peperangan ini berlangsung
sepanjang 7 tahun. Akhirnya, Inggris berhasil mendapatkan seluruh wilayah jajahan Prancis dan
sebagian wilayah jajahan Spanyol di Amerika. Tapi, dengan terlibat peperangan, pastinya Inggris
juga menghabiskan banyak biaya yang membuat terkurasnya kas pemerintahan.
c.) Kebijakan Pajak di 13 Koloni
Walaupun Inggris telah memenangkan perang, namun tetap saja perang itu menguras
keuangan Inggris. Untuk kembali menstabilkan ekonominya, Inggris memberlakukan kebijakan
untuk menarik pajak dari rakyat di 13 Koloni. Masyarakat koloni terkenal sebagai pengusaha,
pedagang, dan tuan tanah perkebunan. Belum lagi, mereka baru saja mendapat tambahan tanah
dan harta setelah Inggris menang perang melawan Prancis. Salah satu kebijakan pajak yang
diberlakukan adalah Townshend Act. Aturan ini mengharuskan koloni Amerika untuk membayar
pajak pada produk-produk impor dari Inggris seperti cat, kertas, kaca, dan teh.
Lantas apa masalahnya? Masalahnya, rakyat 13 Koloni merasa kalau pajak tersebut terlalu
tinggi. Belum lagi, rakyat koloni merasa itu hanya peraturan sepihak karena di parlemen Inggris
tidak ada perwakilan rakyat koloni yang dapat memberikan suara dan saran yang mewakili rakyat
koloni. Karena merasa dirugikan, akhirnya rakyat koloni Amerika mulai melakukan protes pada
tahun. Pada 1770, karena tidak menyukai kebijakan pajak tersebut, rakyat koloni mulai
menyerukan untuk memboikot semua produk impor dari Inggris. Dampaknya, barang-barang tidak
laku, pemasukan Inggris menurun, dan Kerajaan Inggris jadi menjadi kesal.
d.) Peristiwa The Boston Tea Party
Pada 16 Desember 1773, terjadilah peristiwa paling iconic atau terkenal dalam sejarah
revolusi Amerika yang disebut dengan The Boston Tea Party. Singkatnya, peristiwa ini merupakan
peristiwa protes dari warga koloni terhadap kesewenang-wenangan Inggris, termasuk tentang pajak
teh. Hal ini dilakukan agar mereka tidak perlu membeli dan membayar pajak dari teh tersebut
apabila telah mendarat dari pelabuhan Boston. Peristiwa ini dimulai dari berlabuhnya tiga kapal
milik East India Company yang bermuatan teh di pelabuhan Boston, Massachusetts. Pada saat itu,
sebuah kelompok dari rakyat koloni bernama Sons of Liberty menyamar menjadi para pekerja
Indian. Mereka menyelinap masuk ke kapal, lalu membuang seluruh muatan teh ke laut. Lalu yang
terjadi selanjutnya, tentu saja Kerajaan Inggris marah besar dan mengeluarkan kebijakan
bernama Intolerable Act pada tahun 1774.
Kebijakan ini menghasilkan empat hal yang harus dipatuhi 13 Koloni, yakni Pelabuhan
Boston ditutup, hingga seluruhteh yang dibuang dibayar kembali. Majelis umum dibubarkan,
kekuasaan dialihkan pada Gubernur Militer InggrisJika pejabat Kerajaan Inggris (non koloni)
melanggar hukum, mereka tidak dapat diadili di pengadilan wilayah Kota Massachusetts.
Bangunan kosong yang dimiliki rakyat koloni, bisa diberikan untuk menampung tentara Kerajaan
Inggris. Masyarakat koloni bereaksi dan menentang dengan membuat pemerintahannya sendiri.
Mereka menyatakan bukan lagi bagian dari Inggris. Hingga akhirnya, pecah perang skala besar.
Berikut peristiwa penting yang terjadi sepanjang perang Revolusi Amerika: