Anda di halaman 1dari 13

“TEORI DALAM SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI, CABANG SOSIOLOGI DAN

ANTROPOLPOGI, PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA, PROSES TERJADINYA


PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA, TEORI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA, DAN
DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP PENDIDIKAN”

A.TEORI-TEORI SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI


1.Teori-teori sosiologi
1.Teori Fungsionalisme Struktural (Emile Durkheim, Talcott Parsons)
Teori fungsionalisme struktural menganggap stratifikasi sosial atau hierarki sebagai
sebuah keniscayaan. Setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang terstratifikasi dan
semuanya berfungsi sesuai kebutuhan sistem sosial. Singkatnya, stratifikasi merupakan
kebutuhan dari sebuah sistem. Perlu digarisbawahi bahwa stratifikasi bukan tentang
seseorang yang menempati ’jabatan’ tertentu, tapi tentang posisi sosial dalam sebuah sistem.
Setiap posisi bisa diibaratkan organ tubuh, maka ada jantung, hati, ginjal, dan sebagainya.
Semua organ bekerja memenuhi kebutuhan fungsional bagi tubuh. Jika salah satu posisi
sosial tidak berfungsi, sistem sosial akan kacau. Masyarakat mengalami disorganisasi.
2.Teori Konflik (Karl Marx, Randal Collins)
Teori konflik berkembang sebagai reaksi teori fungsionalisme struktural. Teori
konflik memiliki akar tradisi dari Marxian. Teori konflik melihat relasi sosial dalam sebuah
sistem sosial sebagai pertentangan kepentingan. Masing-masing kelompok atau kelas
memiliki kepentingan yang berbeda. Perbedaan kepentingan ini ada karena beberapa sebab:
Pertama, manusia memiliki pandangan subjektif terhadap dunia. Kedua, hubungan sosial
adalah hubungan saling memengaruhi atau orang mempunyai efek pengaruh terhadap orang
lain. Ketiga, efek pengaruh tersebut merupakan potensi konflik interpersonal. Dengan
demikian stratifikasi sosial berisi relasi yang sifatnya konfliktual.
3.Teori Pertukaran (Georg Homans, Peter Blau)
Teori pertukaran merupakan teori perilaku sosial (behavioral). Teori ini mengangap
perilaku manusia (aktor) membentuk pola hubungan antara lingkungan terhadap aktor.
Perilaku manusia disambut reaksi dari lingkungan yang kemudian memengaruhi balik
perilaku setelahnya. Jadi, hubungannya adalah dari aktor ke lingkungan, balik lagi ke aktor.
Lingkungan, baik sosial atau fisik dimana perilaku aktor eksis, memengaruhi balik perilaku
aktor. Reaksi lingkungan bisa positif, negatif, atau netral. Jika positif, aktor cenderung akan
mengulangi perilakunya di masa depan pada situasi sosial yang serupa. Jika negatif, aktor
cenderung akan mengubah perilakunya. Contoh sederhana adalah siswa yang datang ke
sekolah pakai seragam. Reaksi lingkungan menerima, apalagi diperkuat oleh aturan. Maka
siswa tersebut cenderung berpakaian seragam lagi keesokan harinya.
4.Teori Dramaturgi (Erving Goffman)
Teori dramaturgi sebagai teori sosiologi memahami dunia sosial melalui interaksi
sosial. Dalam proses interaksi sosial, konsep diri (the self) dibentuk melalui interaksi sengan
orang lain dalam situasi sosial tertentu. Pendekatan dramaturgis membagi dunia menjadi dua:
depan panggung dan belakang panggung. Interaksi sosial kebanyakan terjadi di depan
panggung. Diri bukan dimiliki oleh aktor, melainkan produk dari interaksi dramaturgis antara
aktor dan audiens. Audiens bisa berupa lawan bicara, orang sekitar, atau dunia sosial secara
lebih luas. Ketika berinteraksi di depan panggung, aktor mengatuamakan tampilan dirinya
sedemikian rupa agar diterima oleh audiens. Pengaturan ini disebut manajemen impresi, yaitu
menciptakan kesan agar diterima secara sosial. Dalam interaksi sosial di kehidupan sehari-
hari, aktor senantiasa menampilkan dirinya. Diri di luar manajemen impresi akan tampak
ketika aktor berada di belakang panggung.
5.Teori Interaksionalisme Simbolik (Herbert Blumer)
Prinsip dasar teori interaksionisme simbolik adalah manusia memiliki kapasitas untuk
berpikir dan pemikirannya dibentuk oleh interaksi sosial. Dalam proses interaksi, manusia
mempelajari makna dan simbol-simbol yang mengarahkannya pada kapasitas menjadi
berbeda dengan lainnya. Makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak dan
berinteraksi secara berbeda, misalnya cara orang memaknai kesuksesan berbeda-beda atau
perbedaan bahasa yang digunakan setiap suku juga berbeda. Manusia mampu memodifikasi
atau mengubah makna yang mereka gunakan dalam proses interaksi sesuai interpretasi atas
situasi sosial. Mengubah makna dan simbol dilakukan dengan pertimbangan untung rugi,
kemudian memilih salah satunya. Perbedaan pola tindakan dan interaksi menciptakan
perbedaan kelompok dalam masyarakat.
6.Teori Marxian (Karl Marx)
Merupakan sebutan bagi beberapa penjelasan teoritis yang terispirasi dari Karl Marx.
Misalnya, konsep Marx tentang alienasi yang digunakan untuk menjelaskan kondisi manusia
modern dibawah sistem ekonomi kapitalistik. Maka, kita bisa menyebut bahwa konsep
alienasi merupakan teori marxian. Penekanan pada terori marxian adalah asumsi-asumsi lama
seperti pertentangan dua kelas besar, borjuis dan proletar, menginspirasi penjelasan terhadap
fenomena-fenomena modern. Sebagai konsekuensinya, teori marxian selalu dipertanyakan
relevansi keabsahannya dalam menjelaskan fenomena sosial yang lebih kontemporer. Teori
konflik yang dicetuskan Marx merupakan poros utama teori marxian.
7.Teori Neomarxian (Georg Lukacs, The Frankfurt School)
Teori neomarxian merupakan reaksi, kritik dan refleksi dari ide-ide atau konsep yang
datang dari teori marxian. Refleksi ide-ide tersebut tidak tunggal melainkan bervariasi
sehingga teori neomarxian memiliki beragam variasi. Beberapa varian dari teori neomarxian
antara lain: teori kritis, marxisme berorientasi historis, sosiologi ekonomi, dan ekonomi
deterministik. Teori neomarxian tidak sekadar menolak asumsi-asumsi dasar pada teori
marxian, melainkan juga menjadikannya pijakan untuk memperluas dan mengembangkan
konsep-konsep barunya. Sebagai contoh, konsep tentang komoditas yang dalam teori marxian
diletakkan sebagai pusat masalah struktural dalam masyarakat ekonomi kapitalis,
memproduksi fetisisme komoditas dalam institusi ekonomi. Teori neomarxian
mengembangkan konsep fetisisme komoditas agar bisa diaplikasikan di semua elemen,
termasuk negara dan hukum yang dapat dilihat sebagai produk komoditas
8.Teori strukturaslisme (Karl Marx, Sigmund Freud, Claude Levi Strauss)
Teori strukturalisme menekankan pada pentingnya struktur dalam memengaruhi atau
bahkan menentukan tindakan manusia. Stuktur merupakan elemen tak kasat mata yang
mengatur tindakan seseorang. Terdapat perdebatan mengenai dimana sebenarnya struktur
berada. Struktur bisa berada di tempat yang dalam seperti pada pemikiran manusia. Ada pula
yang mengatakan, struktur berada di luar individu seperti struktur sosial berupa norma dan
nilai. Pendapat lain mengatakan struktur terdapat dalam bahasa seperti pada studi-studi
linguistik. Tidak menutup kemungkinan pula struktur berada dalam relasi antara individu
dengan struktur sosial. Teori strukturalisme meletakkan struktur sebagai faktor determinan
dari tindakan sosial..
9.Teori Postrukturalisme (Michel Foucault)
Teori poststrukturalisme merupakan reaksi dari teori strukturalisme. Saat teori
strukturalisme berkembang dalam disiplin sosiologi, teori poststrukturalisme muncul dari luar
disiplin sosiologi. Teori poststrukturalisme menerima pentingnya struktur tetapi melampaui
penjelasan bahwa tindakan sosial dipengaruhi oleh struktur sosial. Teori poststrukturalisme
menjelaskan lebih jauh bahwa diatas struktur terdapat relasi kuasa yang berhubungn dengan
pengetahuan. Ada pendapat bahwa asumsi ini menjadi pijakan lahirnya postmodernisme,
meskipun sebenarnya sangat sulit menarik garis besar dan menjelaskan relasi antara
keduanya.
10.Teori Modernisasi (Jurgen Habermas, Anthony Giddens, Zygmun Baumann)
Teori modernisme selalu berorientasi pada kemajuan dan apapun yang mendapat label
kemajuan atau progres selalu dianggap lebih baik. Sebagai contoh, pembangunan
infrastruktur sebagai proses modernisasi cenderung dilihat sebagai periode historis yang lebih
baik dibanding sebelumnya. Kondisi kekinian yang mengalami proses pembaruan senantiasa
berada dalam tahap kemajuan. Teori modernisme percaya pada perkembangan sejarah yang
linier, dari primitif menuju modern, dari keterbelakangan menuju kemajuan. Pada poin ini,
terdapat pengaruh positivisme pada teori modernisme. Modernisme membawa peradaban
umat manusia pada era modern yang saat ini sering disebut oleh para ilmuwan sebagai era
modernisme tingkat lanjut,modernitas sebagai projek yang belum kelar, masyarakat resiko,
dan lain sebagainya.
11.Teori Postmodernisasi (Jean Francois Lyotard, Jean Boudrillard, Fredric Jameson)
Munculnya teori postmodernisme secara simbolik menandai akhir dari modernisme,
bagitu setidaknya pendapat para pendukung postmodernisme. Teori postmodernisme tidak
hanya muncul sebagai kritik, tetapi juga menyudahi, mendeklarasikan era baru yang belum
pernah ada sebelumnya. Terdapat perbedaan pendapat apakah era baru ini keberlanjutan dari
modernitas atau era yang benar-benar baru. Teori postmodernisme sering diebut pula sebuah
gerakan intelektual radikal karena membongkar topeng-topeng kepalsuan modernisme.
Misalnya, modernisme mengatakan kemajuan adalah penanda peradaban yang lebih baik.
Postmodernisme menolak pandangan seperti itu. Teori postmodernisme meletakkan
ketidakpercayaan mada metanarasi modernisme.
12.Teori Kritis (Max Horkheimer, Theodor Adorno, Herbert Marcuse)
Teori kritis dicetuskan olek kelompok intelektual neomarxist yang belakangan dikenal
dengan nama The Frankfurt School. Ide-ide teori kritis dipengaruhi oleh Karl Marx, namun
sekaligus mengkritik balik fondasi teori marxisme yang menurutnya tak pernah memuaskan.
Teori kritis mengritik determinisme ekonomi, positivisme, modernisme, dan bahkan
sosiologi. Teori kritis juga mengklaim melakukan autokritik sebagai bagian dari
operasionalisasi teorinya. Terhadap marxisme, menurut teori kritik, teori marxian mendistorsi
ide-ide orisinal Karl Marx karena menginterpretasi dengan cara yang mekanistis. Teori
sosiologi marxian mereduksi analisis sosial kedalam penjelasan yang sifatnya ekonomistik
dan mengabaikan aspek lain dalam hidup yang tidak kalah penting yaitu kultural.
13.Teori Kontruksi Sosial (Peter L. Berger, Thomas Luckmann)
Teori konstruksi sosial melihat realitas dalam sistem sosial diciptakan melalui
interaksi timbal balik yang menghasilkan sistem nilai dan keyakinan. Sistem nilai dan
keyakinan tersebut dipraktikkan dan diperankan berulang-ulang oleh aktor sosial sehingga
melekat dalam sistem yang kemudian dianggap sebagai realitas. Realitas tersebut masuk
kedalam individu-individu melalui proses internalisasi, dipraktikkan berulang melalui proses
yang disebut eksternalisasi hingga melekat dalam institusi sistem sosial. Proses
institusionalisasi membawa pengetahuan dan konsepsi manusia tentang realitas melekat
dalam struktur masyarakat yang telah diciptakan. Realitas tersebut dianggap sudah demikian
adanya padahal diciptakan. Oleh karena itu, teori konstruksi sosial melihat realitas disebut
sebagai produk dari konstruksi sosial.
14.Teori Feminisme (Harriet Martineau)
Teori feminisme merupakan generalisasi sistem ide tentang kehidupan sosial dan
pengalaman manusia yang dikembangkan dari perspektif perempuan. Perspektif perempuan
dalam teori feminisme merupakan pusat dalam mendeskripsikan dunia sosial. Sebagai pusat,
situasi dan pengalaman sosial yang ditangkap selalu merujuk pada sudut pandang perempuan.
Pekembangan teori feminis yang berangkat dari perlunya melihat perspektif perempuan
didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan tentang dunia yang berkembang selama ini
cenderung memarjinalkan perspektif perempuan. Pemosisian subordinat perempuan dalam
diskursus sosial, budaya, politik, ekonomi, dan filsafat mengakibatkan terpinggirkannya
perempuan dalam praktik. Akhirnya, muncul dominasi, hegemoni, diskriminasi terhadap
kaum perempuan. Teori feminisme sebagai teori sosiologi menantang sistem dominasi yang
memarjinalkan kaum perempuan.
15.Teori Globalisasi (Antonio Negri, Michael Hardt)
Teori globalisasi menekankan pentingnya melihat relasi timbal balik atara lokal dan
global dalam menganalisis fenomena sosial. Secara garis besar, globalisasi dapat
dikategorikan ke dalam tiga dimensi teori: ekonomi, politik dan kultural. Dimensi ekonomi
mengkaji fenomena ekonomi pasar global di era neoliberalisme serta perlawanannya dari
perspektif marxian. Dimensi politik globalisasi melihat peran negara bangsa di era
globalisasi. Dimensi kultural mengkaji implikasi kultural globalisasi pada tataran lokal dan
sebaliknya. Dalam sosiologi, dimensi kultural teori sosiologi globalisasi melahirkan beberapa
konsep utama, seperti penyatuan, penyebaran atau hybrid, dan pembedaan kultur antar
masyarakat atau negara bangsa.
16.Teori Pembangunan (W. W. Rostow)
Teori pembangunan mengusung ideologi developmentalisme. Konteks teori ini berada
pada tataran negara atau regional. Asumsi dasar yang dibangun adalah kemajuan suatu negara
sangat tergantung pada investasi yang diorientasikan untuk memajukan ekonomi suatu
negara. Faktor ekonomi menjadi pemimpin untuk menciptakan stabilitas sosial dan politik
hingga tercapai kemajuan kehidupan masyarakat yang ideal. Pertumbuhan ekonomi terletak
di jantung teori pembangunan. Tipikalnya, teori ini diusung oleh negara-negara maju untuk
diterapkan di negara-negara berkembang. Secara eksplisit negara maju menghendaki
dibukanya pintu investasi di negara-negara berkembang dengan tujuan agar negara
berkembang dapat mengejar ketertinggalan. Pertumbuhan ekonomi, sekali lagi, menjadi
kuncinya.
17.Teori Ketergantungan (Andre Gunder Frank)
Teori ketergantungan merupakan reaksi dari teori pembangunan atau ideologi
developmentalisme yang diusung oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan
negara-negara di Eropa Barat. Teori ketergantungan lahir di Amerika Latin, musuh Amerika
Serikat saat perang dingin. Asumsi dasar teori ketergantungan adalah bahwa investasi dan
segala bantuan atau pinjaman finansial yang digelontorkan oleh negara maju, alih-alih
menciptakan kemajuan, justru menciptakan ketergantungan negara-negara berkembang.
Konsekuensinya, negara berkembang tidak akan pernah berdaulat, melainkan berada di
pinggiran, di dunia ketiga. Kekuasaan negara maju atas negara berkembang dipandang oleh
teori ketergantungan sebagai bentuk kolonialisme dan imperialisme baru. Sama dengan teori
pembangunan, teori ketergantungan selalu berada pada konteks negara atau regional.
18.Teori konsumsi
Teori konsumsi muncul pada era Revolusi Industri namun tidak berkembang secara
signifikan dalam disiplin sosiologi. Baru pada kelahiran postmodernisme, teori konsumsi
menjadi populer. Teori postmodernisme sering melihat masyarakat kontemporer sebagai
masyarakat konsumsi. Berkembangnya teori konsumsi berimplikasi pada menurunnya
analisis sosial pada aspek produksi dalam melihat kelas, kultur, dan fenomena sosial. Kelas
sosial, dalam perspektif teori sosiologi konsumsi tidak lagi ditentukan oleh moda produksi,
proses produksi, kepemilikan alat produksi, melainkan oleh moda konsumsi dan gaya hidup.
Memasuki era digital, teori konsumsi semakin mendapat panggung, seperti munculnya
konsep Prosumer dimana perilaku manusia seakan tak henti dalam dalam proses produksi dan
konsumsi.
19.Teori Jejaring Aktor (Manuel Castells)
Teori jejaring aktor merupakan salah satu varian dari teori sosiologi jaringan yang
lebih luas. Teori ini relatif baru dalam sosiologi. Teori jejaring aktor melihat peran jejaring
atau network dalam memengaruhi tindakan sosial. Individu hanyalah bagian dari jejaring
sosial yang lebih luas. Perlu digarisbawahi, teori ini tidak hanya membicarakan agensi
individu, melainkan juga struktur jaringan yang sering kali bukan manusia. Internet dan
kecerdasan artifisial melibatkan peran mesin yang signifikan. Melaui pendekatan teori
jejaring aktor, agensi individu menjadi komponen kecil yang terkoneksi satu sama lain.
Manusia masuk pada dunia postsosial, posthuman karena jejaring berperan lebih signifikan
dalam menentukan tindakan sosial. Perkembangan teori jejaring aktor sebagai teori sosiologi
menciptakan beberapa konsepsi baru di era kontemporer, seperti masyarakat jejaring, jejaring
sosial dan sebagainya.
20.Teori Sistem (Niklas Luhman)
Teori sistem sebagai teori sosiologi mengatakan semua dimensi kehidupan merupakan
sebuah sistem, dari sel biologis, ekonomi pasar, sampai kehidupan sosial secara keseluruhan.
Apa yang membuat sistem bekerja adalah nilai yang diproduksi oleh elemennya. Misalnya,
sebuah sistem ekonomi pasar, memiliki elemen dasar yaitu uang. Uang menjadi bernilai
dalam sebuah sistem ekonomi pasar karena sistem memproduksi nilai. Sulit membayangkan
bahwa uang bernilai pada dirinya sendiri karena uang tanpa sistem hanyalah secarik kertas.
2.Teori-teori antropologi:
1.Teori Evolusionisme Deterministik
Teori Evolusionisme Deterministik dapat dikatakan sebagai teori tertua di deretan
teori antropologi. Teori ini dikembangkan oleh Lewis Henry Morgan dan Edward Burnet
Tylor. Teori ini muncul dari anggapan adanya hukum universal yang mengendalikan
perkembangan semua kebudayaan manusia. Berdasarkan teori ini setiap kebudayaan
mengalami fase-fase atau evolusi. Lewis Henry Morgan (1818-1881) menggambarkan proses
evolusi masyarakat dan kebudayaan dengan delapan tahap evolusi universal yang dituangkan
dalam karyanya dengan judul Ancient Society. Delapan tingkat evolusi tersebut adalah zaman
liar, zaman liar madya, zaman liar muda, zaman barbar tua, zaman barbar madya, zaman
barbar muda, zaman peradaban purba dan zaman peradaban masa kini.
2.Teori Partikularisme
Teori partikularisme muncul setelah berakhirnya masa teori evolusionisme. Pemikiran
baru ini dipelopori oleh Franz Boas (1858-1942) yang menentang teori evolusionisme. Teori
ini disebut juga sebagai partikularisme historic. Boas tidak setuju dengan teori evolusi
tentang adanya hukum universal yang menguasai kebudayaan. Boas berpendapat meskipun
hanya satu unsur, kebudayaan tetap harus dipelajari dalam konteks masyarakat di mana unsur
tersebut berada. Teori partikularisme berpandangan bahwa perkembangan tiap kebudayaan
mempunyai kekhasan sendiri-sendiri dan tidak dapat digeneralisasikan ke dalam aturan atau
hukum yang universal.
3.Teori Fungsionalisme
Teori fungsionalisme dikembangkan oleh Bronislaw Malinowski (1884-1942). Teori
ini beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan adalah bagian-bagian yang berguna bagi
masyarakat di mana unsur-unsur tersebut berada. Pandangan fungsionalis menekankan bahwa
setiap pola perilaku, kepercayaan dan sikap yang menjadi bagian dari kebudayaan suatu
masyarakat, memiliki peran mendasar di dalam kebudayaan yang bersangkutan.
B.CABANG CABANG SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

1.Cabang-cabang sosiologi:

1.Sosiologi perkotaan,menjelaskan tentang gejala kota, masalahnya, dan teori teori sosiologi.

2Sosiologi pedesaan, menjelaskan tentang masyarakat pedesaan sebagai sistem sosial dalam
segala aspeknya serta masalah masalah yang dihadapi dalam pembangunan.

3.Sosiologi Industri,pemahaman akan konsep konsep dan teori teori yang berhubangan
dengan fakta industri dan permasalahannya.

4.Sosiologi keluarga, mempelajari pembentukan dan perkembangan keluarga, fungsi dan


struktur keluarga, serta permasalahan yang dihadapi keluarga dan penyelesaiannya.

5.Sosiologi pembangunan, menjelaskan tentang pengertian dan pembangunan, perubahan,


serta pengembangan hubungan sosiologi dan pembangunan.

6.Sosiologi kriminalitas,menjelaskan petensi dan.konsekuensi kriminal dalam berbagai


kegiatan dab lapisan masyarakat.
7.Sosiologi politik, tentang perkembangan sosiologi politik dan perilaku anggota masyarakat
dalam berpolitik.

8.Sosiologi lingkungan, membahas tentang kehidupan manusia sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari alam dan memahami prinsip-prinsip umum ekolologi.

9.Sosiologi hukum, mempelajari tentang fungsi sosiologi dalam penerapan hukum,


kesinambungan perubahan masyarakat dengan hukum, dan masalah pembangunan hukum.

10.Sosiologi pendidikan, merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan.

2.Cabang cabang antropologi

Antropologi memiliki beberapa cabang yaitu:

1.Antropologi biologi

Merupakan cabang ilmu antropologi yang mempelajari manusia dan primata bukan
manusia  dalam arti biologis, evolusi, dan demografi. Antropologi Biologi/Fisik
memfokuskan pada faktor biologis dan sosial yang mempengaruhi (atau yang menentukan)
evolusi manusia dan primata lainnya, yang menghasilkan, mempertahankan, atau merubah
variasi genetik dan fisiologisnya pada saat ini.

2.Antropologi Sosial dan Budaya

Antropologi Sosial merupakan cabang yang mempelajari hubungan antara orang-


orang atau kelompok. Sementara Antropologi Budaya merupakan cabang komparasi
bagaimana orang-orang bisa memahami dunia di sekitar mereka dengan cara yang berbeda-
beda dan antropologi sosial dan budaya dipakai untuk meneliti manusia yang masih hidup.

3.Antropologi Arkeologi

Arkeologi ini berkaitan dengan usaha mempelajari sisa-sisa fisik dari suatu budaya
masa lalu atau masa lampau.Manusia zaman dahulu meninggalkan petunjuk tentang cara
hidup mereka tidak hanya dalam kata-kata dan huruf saja tetapi juga dengan bentuk materi
fisik seperti bangunan, monumen, prasasti, ataupun juga pemakaman.Semua peninggalan-
peninggalan ini mengungkapkan informasi tentang keyakinan dan tradisi dari sebuah
peradaban.

C.PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DAN PROSES PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

1.Pengertian perubahan sosial budaya:

Perubahan sosial budaya adalah gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam
masyarakat melalui rangkaian perbedaan dalam sifat kebudayaan yang melakat dalam diri
seseorang. Sehingga hal ini setidaknya mencerminkan bahwa nilai budaya dan norma dalam
unsur budaya kadangkala mengalami pergeseran yang memberikan dampak negatif maupun
positif.

Entah disadari atau tidak disadari, perubahan sosial budaya pasti terjadi dalam
sekelompok masyarakat dan selalu terjadi sepanjang masa. Ternyata proses perubahan seperti
ini hal yang wajar dan sudah menjadi sifat serta hakikat manusia.

Karena perubahan sosial budaya cukup menarik, sampai-sampai ada cabang ilmu yang
mempelajari ilmu ini. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas sedikit tentang
pengertian, faktor, bentuk dan contoh perubahan sosial budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Langsung saja, berikut ulasannya.

2.Proses terjadinya perubahan sosial budaya:

Terjadinya perubahan sosial budaya sebagai melalui beberapa proses sosial dan
interaksi sosial yang menghasilkan akulturasi,asimilasi dan juga difusi. Ketiganya saling
berkaitan lantaran menjadi prasyarat yang harus dipahami dalam struktur sosial,tetapi yang
pasti terjadi dalam bentuk perubahan sosial yang dapat bisa dengan sangat cepat ada pula
dengan sangat lambat.

1.Akulturasi

Akulturasi berasal dari bahasa latin yaitu acculturate yang arti tumbuh dan berkembang
bersama.oleh karena itulah dalam tahapan ini terjadi perpaduan dua kebudayaan yang
menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli yang ada dalam budaya
tersebut.

kaitannya dengan proses perubahan sosial akulturasi budaya akan senantiasa dialami oleh
masyarakat apabila masyarakat tersebut muncul karena adanya kelompok sosial lain,sehingga
dengan adanya jenis kebudayaan yang berbeda tersebut kemudian saling berinteraksi satu
sama lain.

2.Asimilasi

Asimilasi adalah proses pembauran yang dialami oleh dua wujud budaya yang
berbeda,sehingga kondisi ini disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan yang berhasil
membentuk kebudayaan- kebudayaan baru dalam kehidupan masyarakat.

terjadinya asimilasi ini biasanya ditandai dengan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan
perbedaan antar individu atau kelompok. Usaha-usaha tersebut mempererat kesatuan
tindakan, sikap, dan perasaan dengan terus-menerus memperhatikan sikap dan juga tujuan
bersama.

3.Difusi
Difusi kebudayaan diartikan sebagai penyebaran unsur-unsur kebudayaan lain dari
satu lingkup kebudayaan lainnya.di mana proses yang dilakukan dengan difusi biasanya
dengan adanya imitasi atau meniru dari bentuk dari budaya yang lama.

Setidaknya difusi sendiri dapat dibagi dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Difusi intramasyarakat

Difusi intra masyarakat yang dikenal dalam bahasa Inggris interasociety difussion
yang artinya terjadi penyebaran kebudayaan antar individu atau antar kelompok dalam
masyarakat.

difusi intra masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengakuan


unsur baru yang memiliki banyak kegunaan, unsur kebudayaan yang baru masuk
sesuai dengan kebudayaan sebelumnya, serta peran lembaga sosial untuk menentukan
unsur kebudayaan baru yang sesuai.

2.Difuai masyarakat

Difusi antarmasyarakat dalam bahasa Inggris dikenal dengan inter society diffusion
artinya difusi antara masyarakatadalah terjadi penyebaran unsur kebudayaan baru dari
satu masyarakat kepada masyarakat lain.

Faktor yang mempengaruhi difusi antar masyarakat ini adalah terjadi bentuk kontak
sosial antara masyarakat, kemampuan menyosialisasikan manfaat penemuan baru, pengakuan
mengenai kegunaan penemuan baru,tidak adanya unsur kebudayaan lain yang mampu
menyaingi unsur kebudayaan baru,aktivitas penyebaran kebudayaan baru yang intensif, dan
paksaan untuk menerima unsur baru tersebut.

D.TEORI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

Kecenderungan untuk terjadinya perubahan sosial merupakan suatu gejala yang wajar
dalam kehidupan sosial. Perubahan sosial akan terus berlangsung dan perkembangannya
tidak akan berhenti. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang fenomena perubahan sosial
ini, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Teori Evolusi

Teori evolusi mungkin sering kita dengar dalam ilmu Biologi dan secara garis
besar, kalian juga pasti mengetahui inti dari teori ini. Penjelasan Teori Evolusi dalam
ilmu sosial juga tidak jauh berbeda. Teori evolusi menjelaskan bahwa perubahan
sosial terjadi secara lambat untuk waktu yang lama di dalam sistem masyarakat.

Menurut teori ini, perubahan sosial terjadi karena perubahan pada cara
pengorganisasian masyarakat, sistem kerja, pola pemikiran, dan perkembangan sosial.
Perubahan sosial dalam teori evolusi jarang menimbulkan konflik karena
perubahannya berlangsung lambat dan cenderung tidak disadari.misalnya peralihan
penggunaan bahan bakar minyak menuju bahan bakar gas.
Menurut SoerjonoSoekanto terdapat tiga teori utama dalam evolusi:

Teori Evolusi Uniliniear.

Teori ini menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan yang
sesuai dengan tahap-tahap tertentu. Perubahan ini membuat masyarakat berkembang
dari yang sederhana menjadi tahapan yang lebih kompleks.

Teori Evolusi Universal

Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahapan
tertentu yang tetap karena menurut teori ini kebudayaan manusia telah mengikuti
suatu garis evolusi tertentu.

Teori Evolusi Multiliniear

Teori ini menyatakan bahwa perubahan sosial dapat terjadi dalam beberapa cara,
tetapi cara tersebut akan mengarah ke arah yang sama, yaitu membentuk masyrakat
yang lebih baik.

2. Teori Fungsionalis

Teori Fungsionalis menyatakan bahwa ketidakpuasan masyarakat terhadap keadaan


sosial yang sedang berlaku merupakan penyebab utama terjadinya perubahan sosial.
Ketidakpuasan ini tidak dirasakan oleh semua anggota masyarakat, sebagian anggota
masyarakat tidak menginginkan perubahan.

Tapi, jika lebih banyak yang menginginkan perubahan, biasanya perubahan akan
terjadi, tetapi apabila hanya kelompok minoritas dengan kekuatan kecil yang
menginginkan perubahan, maka perubahan tersebut sulit untuk tercapai.

3. Teori Konflik

Teori ini sangat sepesial, teori konflik akan menjelaskan bahwa perubahan sosial
terbentuk karena adanya konflik dan ketegangan dalam masyarakat. Konflik ini
biasanya berupa pertentangan antar kelas penguasa dengan masyarakat yang tertindas.

Sehingga, masyarakat dalam kelas yang lebih rendah menginginkan adanya


perubahan dengan mengatasnamakan keadilan. Berdasarkan teori ini, jika memang
perubahan yang dikehendaki berhasil tercapai, maka pada akhirnya masyarakat yang
terbentuk akan hidup tanpa pembagian kelas.Contohnya Revolusi Perancis yang
terjadi pada abad ke-18.

4. Teori Siklus

Teori siklus menyatakan bahwa perubahan sosial ini bagaikan roda yang sedang
berputar, artinya perubahan zamam merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari
oleh manusia dan tidak dapat dikendalikan oleh siapapun.
Bagaimanapun seseorang berusahan untuk mencegah terjadinya perubahan
sosial mereka tidak akan mampu, karena perubahan sosial sudah seperti sifat alami
yang dimiliki setiap lingkungan masyarakat.Misalnya, apabila kehidupan masyarakat
mampu merespon tantangan kehidupan dan mampu menyesuaikan diri, maka
masyarakat tersebut akan mengalami perkembangan dan kemajuan.

E.DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP PENDIDIKAN

Implikasi dari perubahan suatu sistem budaya yang dianut dalam masyarakat
mengakibatkan terjadinya pengaruh yang signifikan terhadap nilai-nilai budaya dalam
penyelenggaraan pendidikan secara nasional.Sistem pendidikan harus memperhatikan nilai-
nilai budaya, Karena budaya yang ada akan datang menolong terjadinya pembudayaan dalam
proses pendidikan yang diselenggarakan.

Pendidikan merupakan sebuah bentuk dari perwujudan seni dan budaya manusia yang
terus berubah, berkembang dan sebagai suatu alternatif yang paling rasional dan
memungkinkan untuk melakukan suatu perubahan atau perkembangan. Sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada
struktur dan fungsi dalam sistem sosial,yang mana termasuk didalamnya adalah pendidikan,
sebab Pendidikan terhadap ada di dalam masyarakat,baik itu pendidikan formal,informal
maupun nonformal.

Pendidikan ada karena adanya suatu sistem masyarakat yang berperan di dalamnya,maka
pendidikan dan masyarakat itu memiliki hubungan yang sangat erat dan saling
ketergantungan.Oleh sebab itu Pendidikan merupakan suatu bantuan yang didalamnya
terdapat pengabdian masyarakat sehingga masyarakat itu semakin berkembang dan maju
dengan adanya pendidikan.sebab Pendidikan adalah sebuah proses pematangan dan
pendewasaan masyarakat.

Pada zaman sekarang ini ada perubahan sosial yang berjalan dengan lamban,juga akan
berdampak pada pendidikan, misalnya dengan bertambahnya jumlah penduduk yang cepat
maka perlu disediakan sekolah untuk menampung siswa tersebut, sehingga sarana
pendidikanpun sosial itu pula kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan guna menghadapi
pendidikan guna mempersiapkan masyarakat itu sendiri dalan menghadapi perkembangan
zaman itu .

Upaya bangsa Indonesia untuk memberantas kebodohan dengan mewajibkan pendidikan


dasar Sembilan tahun adalah upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi.Seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan
keterampilan yang nantinya dapat digunakan atau dipraktikkan dalam kehidupan nyata,Maja
perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan orientasi pendidikan juga akan terjadi.Seiring
dengan berubah nya pengetahuan dan keterampilan yang nantinya dapat digunakan atau
dipraktikkan dalam kehidupan nyata, maka perubahan sosial sebagai akibat dari perubahan
orientasi pendidikan juga akan terjadi.
Jika kata melihat perubahan sosial sebagai dampak diri berkembangnya teknologi adalah
dengan sangat mudahnya mengakses Internet bagi masyarakat yang tidak agamis dapat
digunakan untuk hal-hal yang negatif, kita juga menyaksikan banyak kecurangan-
kecurangan, ketidak jujursn,dan banyak perbuatan negatif yang bertentangan dengan norma
agama Islam sebagai dampak pada perubahan sosial karena nya sangat diperlukan sistem
pendidikan yang dapat mempersiapkan manusia ( masyarakat) untuk tidak melakukan
perbuatan tersebut.

Dampak lain dari terjadinya perubahan sosial terhadap pendidikan adalah dengan terus
dikembangkan kurikulum yang mampu manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu,
(quairient oriented),yaitu yang akan peningkatan kualitas pembelajaran unggul sehingga
menghasilkan output yang berkualitas.

Perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat sangat berpengaruh pada
pendidikan,namun tidak semua sosial Yang terjadi berdampak positif, tetapi ada juga
perubahan sosial yang menghasilkan akibat buruk bagi dunia pendidikan, berikut sisi positif
dan negatif dari suatu perubahan sosial terhadap pendidikan:

A.Dampak positif

Sisi positif dari sebuah perubahan sosial bagi pendidikan adalah dapat meningkatkan
taraf pendidikan dalam kehidupan masyarakat sehingga dapat menghasilkan manusia yang
siap menghadapi perubahan sosial tersebut.

B. Dampak negatif

Sedangkan dampak negative dari suatu teknologi yang begitu pesat yang membuat
banyak pengaruh budaya dari luar merasuk lada kehidupan dan cara hidup.Siaran televisi dan
akses internet yang sudah bisa dilakukan dimana saja, menjadi tantangan tersendiri bagi
dunia pendidikan untuk mengantisipasinya,jika tidak siap terhadap perubahan tersebut, maka
siapun akan tergusur,namun jika tidak maka para pegiat pendidikan,seiring dengan
perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat, pendidikan juga mengalami
perubahan.Hal yang lebih Kontrik dari pengaruh perubahan sosial terhadap pendidikan
adalah ketika perubahan sosial membawa kepada perbaikan ekonomi masyarakat dan
menuntut mereka akan memenuhi kebutuhan akan hasil teknologi seperti: komputer/
laptop,maka ketika seseorang anak yang bahannya tersedia lewat internet, maka secara
langsung dan jelas dampak dan pengaruh adanya perubahan sosial.

Dengan melihat perkembangan lembaga pendidikan yang berorientasi pada IPTEK


sebagai hasil dari burubahnya masyarakat, banyak visi sekolah yang mengendapkan orientasi
IPTEK .Karena disisi lain masyarakat juga menuntut lembaga pendidikan yang mengikuti
perkembangan dan mampu mempersiapkan anak mereka untuk menghadapi masa
depan.Jelaslah bahwa perubahan sosial yang terjadi sangat berdampak pada pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai