Anda di halaman 1dari 10

1.

Revolusi Prancis (1789–1799

Revolusi Perancis adalah periode sosial radikal dan pergolakan politik yang memiliki dampak
besar terhadap sejarah Prancis dan lebih luas lagi terhadap Eropa secara keseluruhan. Monarko
absolut yang telah berabad-abad memerintah Prancis runtuh dalam waktu tiga tahun. Rakyat
Prancis mengalami transformasi sosial politik epik; feodalisme, aristokrasi, dan monarki mutlak
diruntuhkan oleh kelompok politik radikal sayap kiri. Ide-ide lama yang berhubungan dengan
tradisi dan hierarki monarki, aristokrat, dan Gereja Katolik digulingkan dan digantikan prinsip-
prinsip baru; Liberte, Egalite dan Fraternite (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan).

Penyebab Penyebab utama terjadinya Revolusi Perancis yaitu adanya ketidakpuasan terhadap
ancien regime. Ancien regime adalah suatu sistem aristokratik di Perancis di bawah
pemerintahan dinasti Valois dan Bourbon pada abad ke-14 sampai 18. Dari masalah tersebut
kemudian berimbas dengan adanya perekonomian yang tidak sehat, panen yang buruk, kenaikan
harga pangan, dan sistem transportasi yang tidak memadai, sehingga menimbulkan rasa benci
dari rakyat terhadap pemerintah. Kebencian terhadap pemerintah ini muncul seiring dengan
berkembangnya cita-cita Pencerahan. Pencerahan adalah suatu masa di sekitar abad ke-18 di
Eropa yang diketahui memiliki kepercayaan tradisional. Baca juga: Raja-Raja Kerajaan
Tarumanegara Dampak Revolusi Perancis memberikan banyak dampah terhadap pemerintah
Perancis sendiri maupun negara lain, salah satunya Indonesia. Dampak tersebut sebagai berikut:
Bidang Politik Setelah terjadinya Revolusi Perancis, sistem politik di Perancis jelas terlihat, di
mana kekuasaan absolut sangat dikecam oleh rakyat. Paham liberal pun juga muncul yang
kemudian menyebar hingga ke penjuru dunia, seperti Spanyol, Jerman, Rusia, Austria, dan Italia.
Bidang Sosial Pada bidang sosial dampak yang terjadi yaitu stratifikasi sosial di negara Perancis
telah dihapuskan, serta memberikan hak dan kewajiban yang sama terhadap seluruh rakyat.
Kemudian memberikan kebebasan dalam menentukan agama, pendidikan, dan pekerjaan. Bidang
Ekonomi Dihapusnya sistem gilde, yaitu sistem dalam peraturan perdagangan. Dengan
dihapusnya sistem gilde ini maka perdagangan dan industri dapat berkembang dengan cukup
baik di Perancis. Selain itu, kehidupan petani juga mengalami peningkatan, karena dihapusnya
pajak feodal. Petani juga diberikan hak untuk memiliki tanah. Baca juga: Sekaten: Asal Usul,
Prosesi, Tradisi, dan Pantangan Pengaruh terhadap Indonesia Salah satu wilayah yang terkena

1
dampak positif dari Revolusi Perancis yaitu Indonesia. Beberapa paham yang turut dijadikan
sebagai penggerak untuk mencari jalan kemerdekaan dan kebabasan Indonesia adalah sebagai
berikut: Paham Nasionalisme Paham nasionalisme muncul dan berkembang di daratan Eropa
yang kemudian menyebar dengan cepat hingga ke Asia dan Afrika, salah satunya Indonesia.
Salah satu organisasi Indonesia yang menganut paham ini adalah Budi Utomo.

2. Revolusi Amerika (1775-1783) 7

Revolusi Amerika merupakan perang kemerdekaan Amerika Serikat (AS) melawan Kerajaan
Britania Raya. Revolusi ini perlahan menjadi perang global bukan hanya antara Britania Raya
dengan AS saja melainkan peperangan yang melibatkan Prancis, Belanda, dan Spanyol. Perang
ini kemudian dimenangkan oleh AS dengan bantuan Prancis. Perang ini merupakan akibat dari
Revolusi Amerika Serikat. Para kolonis bangkit karena Undang-Undang Stempel 1765 yang
dikeluarkan Parlemen Britania Raya tidak konstitusional. Parlemen Britania menegaskan bahwa
mereka punya hak untuk memberlakukan pajak pada para kolonis.
Latar Belakang Terjadi Revolusi Amerika

Dalam buku Sejarah Revolusi-Revolusi Besar Dunia yang disusun oleh Yuliani (2020),
disebutkan bahwa penduduk asli Amerika adalah suku bangsa Maya di Amerika Tengah, Aztecs
di México, Inka di Perú, Chibcha di Kolombia, Sioux-Apache-Cheyenne di Amerika Utara.

Sekitar tahun 981 M, bangsa Noor dari Norwegia atau dikenal dengan sebutan Viking menjadi
orang kulit putih pertama yang datang dan mendiami benua Amerika. Awal mula kronologi
revolusi Amerika adalah ketika di tahun 1492, Christopher Columbus yang sering kita kenal
sebagai penemu benua Amerika, sampai di Kepulauan Bahama, Kuba, dan Santo Domingo.

Columbus mengira ia sampai di India sehingga penduduk pulau tersebut disebut sebagai Indian.
Setelah kedatangannya, banyak orang Spanyol hingga Portugis berdatangan ke Amerika. Bahkan
Mexico berhasil mengambil Amerika Tengah dan Spanyol menjajah Amerika Selatan.

2
Hanya Amerika Utara yang belum diduduki koloni negara manapun. Oleh karenanya, di abad ke-
17, terjadi perebutan Amerika Utara oleh Perancis, Inggris, dan Belanda. Kedatangan koloni
Eropa memicu berbagai polemik dan menjadi penyebab terjadinya revolusi Amerika.

Penyebab Revolusi Amerika Koloni Inggris berhasil menduduki sepanjang pantai Timur
Amerika Utara, bersama negara Eropa lainnya koloni-koloni mulai berebut untuk menguasai
wilayah Amerika. Berikut penyebab terjadinya revolusi Amerika.

Perang Tujuh Tahun Perebutan kekuasaan antara koloni Inggris dan Perancis berujung pada
perang. Hal ini didasari pada pelanggaran yang dilakukan Inggris untuk memperluas
kekuasaannya ke wilayah jajahan Perancis. Terjadilah perang selama tujuh tahun yaitu pada
1756 - 1763 yang berakhir dengan kemenangan Inggris.

Pemberlakuan Pajak yang Membebani Rakyat Kerajaan Inggris memberlakukan pajak kepada
penduduk Amerika. Pemberlakuan ini terjadi karena Inggris butuh mengisi kas negara yang
kosong setelah menyelesaikan perang selama 7 tahun melawan Perancis.

Pajak yang berlaku misalnya pajak teh dan pajak gula. Rakyat Amerika terbebani, ditambah
tidak ada perwakilan di parlemen Inggris. Hal ini memicu perlawanan mereka yang mulai pada
tahun 1765. Munculnya Pemahaman Kebebasan

Tekanan koloni Amerika dari segi ekonomi, sosial, politik, bahkan agama yang diterapkan
Inggris menciptakan koloni baru yang didirikan oleh penduduk pelarian.

Mereka bertujuan untuk memerdekakan dan membentuk dunia baru yang terbebas dari Inggris.
Peristiwa ini berawal dari pengaruh paham liberalisme yang dibawa John Locke.

The Boston Tea Party Puncak revolusi Amerika terjadi karena dipicu peristiwa The Boston Tea
Party pada 16 Desember 1773. Akibat kekecewaan orang-orang Amerika, mereka serempak
membuang muatan teh ke laut hingga membuat pemerintah Inggris marah dan terjadilah
pertempuran sebagai awal revolusi Amerika.

C. Akhir dari Revolusi Amerika

Thomas Jefferson sebagai pemimpin rakyat koloni di Amerika mengadakan kongres yang
dihadiri negara-negara bagian pada tahun 1776. Ia mengumumkan deklarasi kemerdekaan atau
pernyataan merdeka sekaligus protes kepada pemerintah Inggris.
Tak tinggal diam, pemerintah Inggris menyikapinya dengan keras sehingga terjadi perang
kemerdekaan Amerika Serikat pada tahun 1776 - 1783. Rakyat koloni Amerika dipimpin George
Washington berhasil mengalahkan pasukan Inggris pada pertempuran di Lexington.
3
Pasukan Amerika juga dibantu oleh Perancis dan Belanda yang mengirimkan sejumlah pasukan
dan senjata. Akhirnya di tahun 1781 Inggris menyerang dan tahun 1783 Amerika dan Inggris
menyepakati perjanjian Versailles tentang pengakuan kemerdekaan Amerika Serikat.

D. Dampak Revolusi Amerika pada Dunia

Revolusi Amerika berpengaruh besar di dunia terutama terkait penerapan hak asasi manusia dan
demokrasi. Pasalnya, peristiwa ini merupakan peperangan untuk mempertahankan kebebasan,
kemerdekaan, dan penghormatan terkait hak asasi manusia.

Tokoh yang memperjuangkan hak asasi manusia adalah Abraham Lincoln sebagai Presiden
Amerika Serikat yang menentang perbudakan.

Selain itu, di Indonesia sendiri Revolusi Amerika berpengaruh pada pergerakan nasional dan
munculnya paham terkait hak segala bangsa untuk merdeka dan berdaulat.

3. Revolusi China (1911-1912)

Revolusi China 1911 adalah revolusi yang berhasil menggulingkan dinasti kekaisaran terakhir
China (Dinasti Qing) dan berdirinya Republik China pimpinan Dr. Sun Yat Sen. Sun Yat Sen
merupakan tokoh revolusioner yang memiliki cita-cita idealis menasionalisasikan demokrasi
untuk masa depan China. Langkah Sun Yat Sen mempengaruhi masyarakat China membuahkan
hasil dengan terbentuknya organisasi revolusioner China di Amerika Serikat. Terjadi
penyerangan pertama ke Dinasti Qing dan kemudian berhasil menumbangkan kekuasaan Dinasti
Qing dan menjadikan Sun Yat Sen sebagai Presiden pertama Republik China.

4
Latar Belakang Revolusi Tiongkok
Latar belakang terjadinya Revolusi Tiongkok disebabkan dari faktor internal Negara Tiongkok
dan faktor eksternal. Ini dia penyebab-penyebabnya:

Perlawanan atas dominasi asing

A. Perang Candu I dan II

Kedatangan bangsa-bangsa Barat mulanya diawali dengan perdagangan. Kamu ingat apa yang
diperjualbelikan di Indonesia? Yap, bener banget, rempah. Keadaan ini berbeda dengan
Tiongkok, karena yang menjadi komoditi adalah opium! Komoditas ini dipilih karena
mendatangkan keuntungan yang besar bagi Inggris. Sebetulnya, mengonsumsi bahan ini telah
dilarang oleh Kaisar karena menimbulkan dampak yang buruk. Meski begitu, pihak Inggris tetap
memaksa untuk memperjualbelikan komoditas ini. Duh, kok maksa, sih… Akhirnya, Kaisar
memutuskan untuk menghentikan perdagangan tidak sehat itu.

Akibat larangan tersebut, Inggris memberi perlawanan dengan mengirim armada angkatan laut
dan berhasil menguasai kota pelabuhan Hongkong, Kanton, Xiamen, Ningbo, Fuzhou, dan
Shanghai. Tiongkok-pun terpaksa mengakui keunggulan Inggris dengan menandatangani
Perjanjian Nanking pada 1842.

Ternyata perangnya tidak berhenti sampai di situ. Pada 1856-1860 terjadi Perang Candu II antara
Dinasti Qing dengan Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis. Penyebabnya karena bangsa barat
berambisi untuk memperluas wilayah kekuasaan ke Tiongkok. Penyebab lainnya adalah karena
Tiongkok menghentikan kapal The Arrow milik Inggris. Untuk mengakhiri perang, muncullah
perjanjian Treaty of Nanjing pada Juni 1858.

B. Invasi Jepang

Tahukah kamu kalau Tiongkok dan Jepang terlibat dalam perang selama setahun? Tepatnya
1894-1895, perang ini disebabkan karena Pemberontakan Donghak. Perlu jadi catatan,
pemberontakan ini terjadi di Korea, bukan Tiongkok, Squad.

Pemberontakan dilakukan oleh petani-petani Korea yang marah dan pengikut agama Donghak,
suatu agama panteisme yang dipandang sebagai ideologi politik. Mereka marah karena dibuat
hukum palsu bagi mereka untuk membangun waduk, padahal tujuannya hanya untuk
mendapatkan pajak. Akhirnya, para petani mengamuk dan pemerintah Korea yang ketakutan
meminta bantuan pada Dinasti Qing (Tiongkok).

Setelah Tiongkok mengirimkan bantuan, Jepang marah karena posisi Jepang saat itu sedang
menguasai Semenanjung Korea. Tiongkok dianggap tidak menghormati Jepang karena mengirim
bantuan untuk Korea tanpa meminta izin Jepang. Akhirnya perang tidak bisa dihindari. Tiongkok
mengalami kekalahan dalam perang ini dan harus menandatangani Perjanjian Shimonoseki pada

5
19 Maret 1895. Akibatnya, Tiongkok harus menyerahkan Pulau Formosa (Taiwan) kepada
Jepang.

Masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan liberalisme memunculkan kaum


terpelajar. Salah satunya adalah dr. Sun Yat-Sen (1866-1925).

Perlawanan dari Dalam


Selain menghadapi perlawanan atas dominasi asing, Tiongkok harus menghadapi perlawanan
dari dalam, yaitu rakyatnya sendiri. Di antaranya adalah:

- pemberontakan Taiping (1850-1864), merupakan perang saudara di Tiongkok yang


berlangsung dari tahun 1850 hingga 1864. Terjadi antara Dinasti Qing yang dipimpin oleh suku
Manchu dan gerakan milenarianisme Kristen dari Kerajaan Surgawi Perdamaian. 

- Pemberontakan Nian (1853-1868), merupakan pemberontakan senjata. Meski gagal


menjatuhkan Dinasti Qing, pemberontakan ini menyebabkan kekacauan dalam berbagai aspek.

- Pemberontakan Panthay (1855-1873), adalah gerakan separatis yang terdiri dari suku Hui
dan Muslim Tiongkok yang menentang Dinasti Qing di Yunnan barat daya. Gerakan ini muncul
sebagai bagian dari gelombang ketidakpuasan etnis.

- Gerakan Boxer (1900-1901), merupakan pemberontakan terhadap kekuasaan asing di sektor


perdagangan, politik, agama, dan teknologi. Boxer memulai aksinya sebagai gerakan antiasing,
antiimperialis, dan merupakan pergerakan berdasarkan petani di Tiongkok utara. Mereka
menyerang orang asing yang membangun jalur kereta api dan melanggar Feng Shui, dan juga
orang Kristen yang dianggap bertanggung jawab untuk dominasi asing di Tiongkok.

Proses Terjadinya Revolusi Tiongkok


Proses Revolusi Tiongkok terjadi pada 11 Oktober 1911 dipimpin oleh dr. Sun Yat-Sen dan
berhasil meruntuhkan Dinasti Qing. Revolusi ini terjadi sebab rakyat kecewa dengan
kepemimpinan Dinasti Qing, seperti kekalahan perang atas bangsa Barat, ketidakcakapan kaisar-
kaisar dalam memimpin, serta penderitaan rakyat yang semakin berat menyebabkan revolusi tak
terhindarkan lagi.

Pada 1 Januari 1912, dr. Sun Yat-Sen diangkat sebagai presiden dan Republik Tiongkok
dianggap mulai berdiri pada tanggal tersebut. dr. Sun Yat-Sen mengundurkan diri dan
mendirikan partai Kuo Min Tang lalu digantikan oleh Yuan Shih Kai pada 12 Februari 1912.
Masa pemerintahan Yuan Shih Kai tak berlangsung lama karena tahun 1916 ia meninggal dunia.

Pemerintah kembali dipimpin oleh dr. Sun Yat-Sen, namun hanya sampai tahun 1924.
Kedudukannya digantikan Chiang Kai Shek dan berhasil mempersatukan Tiongkok bagian utara
dan selatan. Sayangnya, masa pemerintahannya harus menghadapi perlawanan dari Mao Zedong
yang berpaham komunis. Mao Zedong berhasil memenangkan perlawanan sehingga pada 1949 ia

6
mendirikan Republik Rakyat Tiongkok yang berpaham komunis sedangkan Chiang Kai Shek
mendirikan negara Taiwan. Akibatnya, paham komunis semakin berkembang, terutama di Asia.

4. Revolusi Kuba (1953-1959)

Revolusi Kuba merupakan pemberontakan bersenjata yang berujung pada kejatuhan


diktator Fulgensio Batista pada 1 Januari 1959 oleh gerakan yang dinamakan Movimiento
26 de Julio pimpinan Fidel Castro. Pada 1944, Batista menjadi Presiden Kuba
menggantikan Gerardo Machado. Pada 1952, ia kembali mendapatkan kekuasaan setelah
melancarkan kudeta. Penentangan mulai meruyak, salah satunya adalah pimpinan
terpenting gerakan anti-Batista, seorang pengacara bernama Fidel Castro dan Santiago de
Cuba. Gerakan yang dipelopori Castro dan dibantu tokoh Revolusioner Che Guevara
berujung pada meletusnnya Revolusi Kuba dan berakhirnya kekuasaan Batista.
Latar belakang
Sejak kemerdekaannya pada tanggal 1 Januari 1899 atas kemenangan Amerika serikat terhadap
Spanyol dalam perang Spanyol-Amerika, konstitusi Kuba berada dibawah kendali militer
Amerika Serikat hingga tanggal 20 Mei 1902. Pada tahun yang sama, Tomas Estrada Palma
dilantik sebagai presiden pertama untuk republik baru di Kuba.[2] Tahun 1905 terpilih lagi namun
dicurigai melakukan praktik kecurangan sehingga memicu terjadinya Revolusi Juli 1906.
September 1906 Estrada mengundurkan diri dan diganti oleh sekretaris perang dari angkatan
militer Amerika Serikat, William Howard Taft sebagai presiden sementara di bawah bendera
Kuba. Sejumlah masalah sosial mulai teratasi dan pemberontakan dapat segera dibubarkan.
Hingga tahun 1909 tentara Amerika ditarik kembali dari Kuba dan pemerintahan diganti dengan
presiden yang sah. Semenjak tahun 1909 - 1925, Kuba dipimpin oleh sejumlah presiden yang
lemah dan korup. Presiden yang menjabat pada era tersebut adalah José Miguel Gómez (1909–
1913), Mario García Menocal (1913–1921), dan Alfredo Zayas y Alfonso (1921–1925).[1] Di
masa pemerintahan Gomez terjadi tindak kekerasan menyangkut agama dan ras yang
menimbulkan ribuan orang tewas. Tuduhan korupsi di kalangan pemerintah semakin meningkat

7
termasuk juga tuduhan praktik nepotisme. Krisis keuangan juga pernah melanda Kuba pada
tahun 1920 di masa pemerintahan presiden Garcia Menocal.

Hingga pada tahun 1925, Geraldo Machado terpilih sebagai presiden Kuba. Ia menjanjikan
reformasi namun hanya terjadi di periode pertama pemerintahannya. Pada periode selanjutnya
atas desakan memperpanjang masa jabatannya pada kongres, ia dikenal sebagai presiden diktator
pertama Kuba yang korup.[3] Ia memiliki izin untuk menangguhkan kebebasan berpendapat dan
memberlakukan darurat militer. Pada tahun 1933, diktator lalim Gerardo Machado dijungkirkan
oleh kudeta yang dilakukan oleh Fulgencio Batista y Zaldivar. Pada tahun 1944, Fulgencio
Batista memerintahkan untuk melegitimasi kekuasaannya melalui pemilu demokratis, tetapi
kalah. Pada tahun 1952, ia kembali mendapatkan kekuasaan setelah melancarkan kudeta.
Penentangan mulai meruyak, salah satunya adalah pimpinan terpenting gerakan anti-Batista,
seorang pengacara bernama Fidel Castro dari Santiago de Cuba.

Pra-1956
Artikel utama: Barak Moncada

Pada tanggal 26 Juli 1953, kelompok pemberontak yang beranggotakan 160 orang menyerang
Barak Moncada di Santiago de Cuba. Kelompok ini memiliki komposisi anggota yang terdiri
atas berbagai kalangan pelajar, mahasiswa, buruh, hingga pengusaha.[4] Mahasiswa yang masuk
dalam gerakan 26 Juli adalah yang pernah terlibat dalam gerakan mahasiswa dan partai ortodoxo
yang didirikan pada tahun 1947 oleh Eduardo Chib untuk menghidupkan gerakan reformasi
1933. Tujuan dari aksi di Barak Moncada adalah merebut barak kembali dan menyerukan kepada
penduduk setempat untuk melakukan pemberontakan. Namun upaya aksi tersebut berhasil
digagalkan, banyak di antara mereka yang terbunuh. 61 orang dari 161 relawan pemberontak
menjadi korban. Sementara yang tetap hidup, seperti Fidel Castro dan saudaranya Raul Castro
segera ditangkap ditempat setelahnya.[5]

Dalam pengadilan yang sarat muatan politik, mereka dijatuhi hukuman penjara. Castro divonis
15 tahun di Isla de Pinos. Dari dalam penjara Fidel Castro melakukan pembelaan untuk dirinya.
Ia menyuarakan gagasannya yang dikenal dengan istilah lima "ketetapan revolusioner" yang
disampaikan kepada para pejuang Moncada agar dapat diterapkan, yaitu: restorasi dan
implementasi konstitusi 1940, memberikan hak reformasi agraria kepada pemilik tanah yang sah,
kewajiban pengusaha untuk membagi pendapatan mereka kepada para buruh, menjamin pasar
bagi petani gula skala kecil, dan pengambilan kembali kuasa atas semua perusahaan yang didapat
dari hasil penipuan dan korupsi.[6]

Setelah pemilu tahun 1955, Fidel Castro dan saudaranya menerima amnesti. Batista
membebaskan semua tahanan politik, termasuk para penyerbu Barak Moncada. Kemudian Castro
bersaudara mengungsi ke Meksiko dan bergabung dengan orang-orang Kuba yang siap
membebaskan negerinya. Selama masa itu, Castro juga bertemu dr. Che Guevara dari Argentina,
yang bergabung dengan angkatan mereka. Pada tanggal 2 Desember 1956 mereka meninggalkan
Meksiko bersama 82 pemberontak lainnya berjumlah 82 orang kembali ke Kuba menumpang
kapal Granma dan tiba di pantai pesisir timur.[7] Kedatangan mereka disambut dengan perang
saudara. Semuanya terbunuh dalam pertempuran pertama begitu mendarat di daerah yang kini

8
menjadi Provinsi Granma, kecuali 12 orang. Castro Bersaudara dan Guevara termasuk orang-
orang yang selamat.

5. Revolusi Indonesia

Revolusi Indonesia adalah masa setelah kemerdekaan ketika Republik Indonesia masih
berkonflik dengan Kerajaan Belanda. Peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi kemerdekaan
Indonesia, 17 Agustus 1945, hingga pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh pihak Belanda pada
29 Desember 1949. Revolusi ini berujung pada berakhirnya pemerintah kolonial Hindia Belanda
yang mengakibatkan perubahan struktur sosial di Indonesia.

Latar Belakang Pergerakan nasionalis untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, seperti Budi
Utomo, Partai Nasional Indonesia, Sarekat Islam, dan Partai Komunis Indonesia bertumbuh
cepat di abad 20. Gerakan nasionalis tersebut memprakarsai strategi kerja sama dengan
mengirim wakil mereka ke Volksraad (Dewan Rakyat) dengan harapan Indonesia akan diberikan
hak memerintah sendiri tanpa ada campur tangan dari Belanda. Sedangkan gerakan nasionalis
yang dipimpin oleh Soekarno, Moh. Hatta, dan dua orang mahasiswa nasionalis memilih cara
nonkooperatif. Mereka menuntut kebebasan Indonesia dari Belanda. Sekutu termasuk Belanda
membentuk suatu badan komando militer bernama Allied Forces for Netherland Indies (AFNEI)
untuk kembali merebut kekuasaan di Indonesia. Mengetahui hal tersebut, Tanah Air tentu tidak
tinggal diam, masyarakat mulai bergerak untuk melakukan perlawanan yang berujung terjadi
perjuangan Revolusi Indonesia.

Upaya Diplomasi 10 - 15 November 1945 Terjadi Perundingan Linggarjati 21 Juli 1947 Belanda
meluncurkan serangan militer pada tengah malam 20 Juli 1947, sebagai bentuk Agresi Militer
Belanda I. Tujuan utama agresi ini adalah untuk menghancurkan kekuatan republikan. Wilayah
yang diserang adalah Jawa dan Sumatera. Aksi militer ini kemudian dianggap melanggar
perjanjian Linggarjati, di mana dalam perjanjian disebutkan bahwa Indonesia dan Belanda akan
bekerja sama membentuk Negara RIS. 17 Januari 1948 Terjadi Perundingan Renville, namun
Belanda kembali berkhianat dengan baku tembak terhadap Indonesia yang terjadi antara

9
Karawang dan Bekasi. 19 Desember 1948 Agresi Militer Belanda II dilakukan, di mana Belanda
memperluas daerah serangan mereka, sampai ke Yogyakarta yang saat itu menjadi Ibukota. 14
April 1949 Terjadi Perundingan Roem-Royen untuk menyelesaikan konflik di awal
kemerdekaan. 23 Agustus - 2 November 1949 Diadakan Konferensi Meja Bundar yang
menghasilkan Belanda bersedia mengakui kedaulatan Indonesia. Baca juga: Sejarah Perumusan
Pancasila: Pembentukan BPUPKI Konflik Pemberontakan Komunis Pada 18 September 1948,
Republik Soviet Indonesia diproklamasikan di Indonesia oleh anggota PKI yang berniat
melakukan pembangkangan atas kepemimpinan Moh. Hatta. Pertempuran terjadi antara TNI dan
PKI. Kemenangan pun diraih oleh TNI, di mana pemimpin PKI, Musso, berhasil ditangkap dan
dibunuh di tempat. Pemberontakan Darul Islam Pemerintah berniat untuk membubarkan
Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Sang pemimpin, Kahar Muzakkar, menuntut agar
KGSS dan kesatuan gerilya lainnya digabungkan dalam satu brigade yang disebut Brigade
Hasanuddin di bawah pimpinannya. Namun, tuntutannya tersebut ditolak, karena dianggap tidak
memenuhi syarat untuk dinas militer. Saat akan dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara
dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar bersama kelompoknya melarikan diri ke hutan dengan
membawa senjata lengkap. Ia kemudian mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam
Indonesia dan menyatakan menjadi bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada 7 Agustus 1953. Baca
juga: Gerakan Permesta: Latar Belakang, Tuntutan, dan Penumpasan Dampak Meskipun tidak
ada data akurat yang menunjukkan berapa banyak nyawa penduduk Indonesia yang melayang
dalam gerakan Revolusi Indonesia, diperkirakan terdapat 45.000-100.000 jiwa. Untuk rakyat
sipil diperkirakan penduduk yang meninggal, yaitu 25.000-100.000 jiwa. Sedangkan untuk
Belanda, lebih dari 5000 tentaranya kehilangan nyawa mereka di Indonesia. Gerakan Revolusi
Nasional Indonesia ini sendiri memberikan efek langsung terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan
budaya terhadap Indonesia. Di antaranya yaitu, kekurangan bahan makanan dan bahan bakar.

10

Anda mungkin juga menyukai