Anda di halaman 1dari 18

1.

PENGUASAAN WILAYAH DAN IMPERIALISME PADA ABAD 21

Ditengah berkembangnya arus globalisasi, teknologi komunikasi dan informasi telah


mengakibatkan pesatnya pertumbuhan di hampir segala sektor baik industri, ekonomi,
perdagangan, pendidikan, politik dan kebudayaan. Perkembangan ekonomi, perdagangan dan
kebudayaan yang menerima dampak signifikan dengan majunya arus globalisasi. Globalisasi
telah mengakibatkan sekat antar Negara seolah hilang. Majunya perekenomian telah mendorong
Negara-negara besar untuk lebih meningkatkan produktivitas mereka dengan mengembangkan
Perdagangan Bebas. Negara-negara yang sedang berkembang pun turut ambil bagian dalam
perdagangan bebas ini.
Perdagangan bebas dan Globalisasi secara sadar maupun tidak sadar telah mengaburkan
kedaulatan suatu Negara dibidang ekonomi, Politik dan Budaya. Produk asing bebas masuk
tanpa harus dikenakan bea cukai, berpotensi mengancam eksistensi produk lokal. Globalisasi
memungkinkan masuknya Budaya Luar secara membabi buta yang berpotensi mengancam atau
bahkan menyingkirkan Khasanah Budaya lokal. Kondisi ini tentu akan meningkatkan persaingan
antar Negara dalam hal Ekonomi dan menimbulkan benturan kebudayaan. Pada persaingan ini,
tentu Negara-negara dengan Kekuatan Ekonomi yang kuat lah yang akan menentukan jalannya
persaingan ini. Negara-negara tersebut ialah Negara-negara Eropa dan Amerika tentunya.
Perdagangan Bebas dan Globalisasi telah menjadi alat bagi Bangsa Barat untuk
menanamkan pengaruh mereka dibidang Ekonomi, Politik dan Budaya terhadap seluruh Negara
terutama Negara-negara yang sedang berkembang. Penanaman pengaruh tersebut bertujuan
untuk menguasai Negara-negara yang mereka pandang penting bagi Negara mereka. Penguasaan
inilah yang sering disebut sebagai Imperialisme Modern (Neo Imperialisme).
Sekilas Sejarah dan Arti Imperialisme
Imperialisme berasal dari bahasa Latin, Imperium yang berarti perintah. Kemudian berubah
menjadi arti hak memerintah atau kekuasaan perintah (Soeratman,2012:13). Imperium disini juga
dapat diartikan sebagai bentuk pemerintahan dibawah seorang Kaisar, sehingga kita banyak
mendengar tentang Imperium Romanum, Imperium Ottoman dan lain-lain. Pada dasarnya
Prakterk Imperialisem sudah ada sejak zaman kuno. Kerajaan Mesir, Babylonia, Persia, dan
Roma merupakan para Imperialis Kuno. Imperialis kuno tersebut banyak melakukan perluasan
daerah/ekspansi, mencampuri urusan negeri lain, menguasai Politik dan ekonomi bangsa lain.
Istilah imperialisme sendiri dipakai pertama kali di Inggris pada masa antara tahun 1870-1885.
Pada masa itu arti Imperialisme ialah suatu usaha untuk memperoleh hubungan lebih erat antara
Kerajaan Inggris sebagai Negara induk dengan daerah jajahan.
Secara umum, Pengertian Imperialisme Kuno ialah suatu kecendrungan dari suatu Negara untuk
melakukan ekspansi yang tak terkendalikan ke luar batas-batas negerinya, menciptakan,
mengatur dan mempertahankan batas-batas Negara yang terdiri dari kumpulan berbagai macam
kesatuan nasional dan diatur oleh suatu pemerintahan pusat (Soeratman,2012:16). Pada dasarnya
Imperialisme Kuno lebih besar Didorong oleh kepentingan Politik. Sedangkan imperialisme
Modern lebih didorong oleh kepentingan Ekonomi dan Kebudayaan. Selain itu, Imperialisme
Kuno Cenderung menggunakan tindakan Represif untuk mencengkram politik suatu Negara dan
merebutnya dengan cara kekerasan atau Military Action, sedangkan Imperialisme Modern
menguasai suatu Negara dengan cara yang lebih halus dan tidak terlalu mencolok yaitu melalui
Ekonomi dan Kebudayaan.
Cikal Bakal Imperialisme Modern (Neo Imperialisme)
Benih Imperialisme Modern berawal dari Negara-negara Eropa. Imperialisme Modern
berkembang sebagai akibat dari berkembang nya Industri di hampir seluruh Negara Eropa pada
kurun waktu abad ke 19. Berkembangnya Industri di Negara-negara Eropa telah menyebabkan
timbulnya persaingan ekonomi yang semakin besar (Perry,2013:190). Persaingan ini berupa
pencarian bahan mentah di daerah baru, menguasai daerah baru sebagai tempat pemasaran
komoditi dan sebagai tempat penanaman Modal. Pada kurun waktu abad ke 19 hingga dekade
awal abad 20 Imperialisme yang diterapkan masih memiliki unsure dari Imperialisme Kuno yaitu
penggunaan kekerasan atau kekuatan Militer. Imperialisme baru mendapatkan bentuknya yang
sempurna pada pertengahan abad 20 dan awal abad 21 dengan Amerika Serikat sebagai
Imperialis Baru.

Amerika Sebagai Imperium Abad 21


Amerika sebagai Imperium abad 21 dimulai sejak runtuhnya Uni Soviet dan berakhirnya Perang
Dingin. Keruntuhan Uni Soviet seolah menunjukkan kepada Dunia bahwa Amerika lah yang
akan memegang supremasi dunia. Eropa tidak lagi diperhitungkan, karena faktanya Eropa sendiri
telah berhutang kepada amerika. Pasca perang Dunia ke II berakhir tahun 1945, Perekonomian
Eropa hancur dan Amerika menggelontorkan dana Miliaran Dollar untuk menyelamatkan
Perekonomian Eropa. Bantuan ini ada kaitannya dengan Containment Policy (Politik
Pembendungan) terhadapa Ekspansi Komunis.
Berbagai Paket kebijakan Ekonomi dikeluarkan untuk Membantu Eropa seperti Doctrin Truman
dan Marshall Plan. Selama perang Dunia ke II, Amerika banyak memberikan bantuan Dana dan
senjata. Dengan hal ini, maka secara tak langsung Eropa berada dibawah pengaruh Kekuasaan
Amerika. Amerika sebagai Imperium abad 21 mulai memiliki bentuk nya yang jelas pada tahun
1997 dengan dibentuknya PNAC Project For the New American Century (Yuliantoro.2005:92)
PNAC bertugas untuk memperbaharui Politik Luar negeri Amerika Pasca Perang Dingin. Politik
luar negeri yang diperbaharui ini bertujuan untuk mempertahankan dan memajukan supremasi
Amerika di segala bidang dengan segala cara dengan sebuah Imperium Amerika yang baru
menjadi tujuan Utamanya. Keinginan untuk membentuk Imperium Amerika didukung oleh Fakta
Supremasi Amerika di bidang Budaya, Ekonomi, Militer, Teknologi, dan Politik.
Di bidang Budaya Amerika menggunakan Globalisasi sebagai sarana untuk mengembangkan
Supremasinya. Berkembang nya berbagai Media Sosial dan kemajuan dibidang Teknologi
informasi telah memudahkan Amerika untuk memperkuat Supremasinya di bidang Budaya. Di
bidang ekonomi, Amerika menggunakan isu perdagangan bebas dan Investasi sebagai alat untuk
memperkuat supremasinya. Perlu diketahui bahwa Amerika adalah Negara Kapitalis yang
memiliki modal besar. Tujuan utama dari Investasi Amerika ialah Negara-negara berkembang
yang akan Sumber Daya Alam, seperti Indonesia. Di bidang Militer, Amerika berusaha untuk
terus meningkatkan kehadiran militer nya di perairan internasional guna menjamin keamanan
akses perdagangan Dunia, membuka pangkalan Militer di beberapa Negara dan memperkuat
kerjasama di bidang Militer dengan Negara-negara sekutu (NATO). Di bidang Politik, Amerika
menggunakan isu-isu jaringan Terorisme dunia untuk memperkuat hegemoni Politiknya. Pasca
kejadian 11 September, Presiden Bush dalam menghadapi jaringan terorisme dunia menerapkan
penggunaan kekuatan Amerika secara unilateral dan bersifat mencegah terlebih dahulu
(Preemptive), bahkan preventif (Amerika dan Dunia,2005:433). Hal ini memungkinkan Amerika
untuk memainkan perannya secara intens ditingkat Global dalam memerangi terorisme. Hal ini
juga memungkinkan Amerika untuk menggunakan kekuatan, menentukan ancaman guna
tercapainya tujuan tersebut. Sejalan dengan Pidato Presiden Bush pada tanggal 29 januari 2002
“We Will do what is Necessary to ensure our nation’s security”.
Dimanakah kita ??
Pertanyaan ini seyogyanya perlu kita renungkan kembali. Dimanakah Posisi kita ?? ditengah
gencarnya arus Globalisasi, ditengah derasnya budaya barat yang menggusur budaya lokal, di
tengah gencarnya Investasi Asing yang akan menguasai perekonomian kita, dimanakah kita??.
Para pemuda kita terlelap dalam gemerlap modernisme. Bahkan sangat sedikit dari kaum muda
kita yang mengerti tentang budaya lokal. Penduduk kita dewasa ini merasa lebih bangga saat bisa
mencicipi sepiring Mc Donald dibandingkan dengan mencicipi kerak telor. Imperialisme
Amerika telah menampakkan wujud nyatanya dalam bidang Budaya. Fashion, Style, Music,
Tarian dan Perfilman Amerika telah mendunia bahkan mampu menggusur eksistensi Budaya
lokal. Masuknya Kebudayaan-kebudayaan tersebut tak jarang menimbulkan gesekan bahkan
pertentangan dari para golongan tradisionalist yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai
tradisional. Perlu diingat, Samuel P. Huntington menyatakan bahwa Konflik masa depan dalam
politik Global bukanlah Ideologi dan Ekonomi, Melainkan Benturan Peradaban dan Gesekan
Budaya adalah Faktor utamanya. Siapkah kita mengahadapinya ? Sangat disayangkan
pemerintah kita justru membuka Investasi Asing secara besar-besaran bukannya meningkatkan
kemandirian Negara, kita justru menelanjangi diri sendiri, seolah seperti menjual diri. Dahulu
kita berjuang mengusir penjajah, tapi sekarang kita justru mengundang sebuah penjajah baru,
Neo Imperialisme Amerika.

2.KOLONIALISME DAN IMPERIALISME SEBELUM PD 1 DAN PD 2

Sejarah Perang Dunia I: Latar Belakang, Kronologis, Penyebab, Akibat| Perang dunia
adalah perang yang melibatkan banyak negara di dunia. Perang Dunia I (1) melibatkan negara-
negara Eropa. Oleh karena itu, ada yang berpendapat bahwa Perang Dunia I merupakan perang
saudara antarbangsa Eropa. Ada juga yang berpendapat bahwa Perang Dunia I merupakan
perang dunia sebab negara-negara di kawasan Asia, seperti Jepang dan Cina; negara-negara di
kawasan Amerika, seperti Amerika Serikat (AS) dan Kanada; negara Australia dan Selandia
Baru ikut serta berperang.

Pada pertengahan abad ke -19, negara-negara di Eropa mengalami Revolusi Industri. Negara-
negara, seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Belanda dan Belgia saling berlomba memajukan
industrinya. Hal itu, dilakukan dengan cara mencari daerah baru sebagai tempat penjualan hasil
produksinya. Selain itu, supaya produksinya tetap terjamin, diperlukan ketersediaan bahan baku.
Keinginan mencari sumber bahan baku dan daerah pemasaran hasil industri menyebabkan
negara-negara Eropa berusaha menduduki dan menguasai daerah lain. Hal itu mendorong adanya
Imperialisme modern. Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya serangan lawan, negara-
negara Barat memperkuat pertahanan dan persenjataan, seperti yang dilakukan Prancis dan
Jerman. Selain itu, negara-negara tersebut membentuk pula persekutuan militer sebagai usaha
bersama dalam menghadapi musuh.

Penyebab Terjadinya Perang Dunia I

1. Penyebab Tidak Langsung Terjadinya Perang Dunia I - Faktor-faktor tidak langsung yang
menyebabkan terjadinya Perang Dunia I adalah sebagai berikut...
a. Terjadi Pertentangan di Antara Negara-Negara Eropa
Pertentangan yang terjadi di antara negara-negara Eropa itu, antara lain sebagai berikut..
1). Pertentangan Jerman dengan Prancis
Pertentangan Jerman dengan Prancis sudah berlangsung sejak lama. Terakhir, Prancis
mendendam Jerman karena kekalahan perangnya pada tahun 1871. Akibat kejadian tersebut,
timbullah keinginan Prancis untuk membalas kekalahan terhadap Jerman.
2). Pertentangan Jerman dengan Inggris
Pertentangan Jerman dengan Inggris disebabkan persaingan dalam bidang industri, imperialisme
modern, dan Angkatan Laut. Untuk melindungi industrinya, Inggris memberi tanda pada barang
impor Jerman dengan tulisan "Made in Germany". Hal ini dirasakan oleh Jerman sangat
merugikan. Persoalan perebutan daerah untuk keperluan imperialisme modern yang terjadi di
Afrika dan Timur jauh juga menambah pertikaian kedua negara tersebut.
3). Pertentangan Jerman dengan Rusia
Pertentangan Jerman dengan Rusia disebabkan Jerman tidak mau lagi memberikan pinjaman
uang untuk pembangunan industri Rusia. Akibatnya, Rusia memihak Prancis sebagai lawan
utama Jerman. Jerman juga membantu Turki dalam pembangunan jalan kereta api di Bagdad,
padahal Turki merupakan musuh besar Rusia sebab menghalangi Politik Air Hangat-nya ke Laut
Tengah.
4). Persaingan antara Austria dan Rusia dalam Merebut Balkan
Menjelang abad ke-19, kedudukan bangsa Turki sebagai penguasa wilayah Balkan makin
mundur. Merosotnya kekuasaan Turki menyebabkan bangsa-bangsa di Balkan bangkit
membebaskan diri dari kekuasaan Turki.

Bangsa Yunani dibawah pimpinan Alexander Ispilanti mengangkat senjata demi kemerdekaan
bangsanya dari kekuasaan Turki. Oleh karena itu, berdirilah negara Yunani yang merdeka pada
tahun 1829.

Bangsa Serbia ingin mendirikan negara Serbia Raya yang merupakan gabungan bangsa-bangsa
Slavia di Balkan, sedangkan Kerajaan Austria ingin menggantikan kedudukan Turki di Balkan.
Hal itu menyebabkan timbulnya pertentangan antara Austria dan negara-negara Balka,
khususnya Serbia yang ingin membentuk Negara Serbia Raya.

Rusia juga ingin menguasai Balkan supaya memiliki daerah perairan Laut Tengah. Hal itu
menyebabkan timbulnya pertentangan dengan Rusia, Austria, dan Turki. Jadi, persoalan di
Balkan menjelang Perang Dunia I adalah sebagai berikut...
a). Kekuasaan Tukir makin merosot sehingga tidak mampu mempertahankan jajahannya di
Balkan.
b). Negara Austria yang berbatasan dengan wilayah Balkan ingin menggantikan kekuasaan Turki
di Balkan.
c). Rusia yang ingin mendapat pelabuhan di tepi Laut Tengah juga ingin menguasai Balkan
d). Bekas daerah jajahan Turki di Balkan ingin mendirikan negara besar dibawah pimpinan
bangsa Serbia yang tidak disetujui oleh sebagian negara Balkan.

b. Timbulnya Persekutuan Militer


Beberapa negara Eropa berusaha mencari kawan karena taku ancaman dari negara saingannya.
usaha mencari kawan menyebabkan timbulnya persekutuan militer yang bertujuan menghadapi
ancaman atau serangan dari bangsa lain secara bersama-sama.
Semula Jerman bersekutu dengan Austria untuk mengadapi Rusia (1878). Selanjutnya, pada
tahun 1882 Italia masuk ke dalam persekutuan Jerman-Austria-Hongaria agar kedudukannya
terhadap Prancis kuat, Oleh karena itu, terbentuklah Triple Al-Aliance. Ketiganya disebut negara
Sentral sebab letaknya di tengah Eropa.

Meskipun sebelumnya bermusuhan, Inggris dan Prancis bersekutu dalam menghadapi Jerman.
Mereka tergabung dalam persekutuan Entene Codiale (1904). Begitu juga dengan Rusia, masuk
sebagai anggota persekutuan Enter Codiale karena bermusuhan dengan Jerman. Oleh karena itu,
terciptalah Triple Entente (1907) sebagai reaksi terhadap pembentukan Triple Aliance.
Anggotanya disebut Negara Sekutu (Allied Power).

c. Timbulnya Perolombaan Senjata


Untuk mengadapi serangan mendadak dari lawan, setiap negara berusaha mempersenjatai diri.
Kaum industrialis menciptakan senjata modern dan dijual kepada negara yang bermusuhan.
Saling curiga akibat perlombaan dalam persenjataan menyebabkan keadaan Eropa tegang dan
panas.
2. Penyebab Langsung Terjadinya Perang Dunia I
Latihan perang yang dilakukan Austria di Sarajevo dianggap Serbia sebagai pameran kekuatan.
Putra Mahkota Austria, Erans Ferdinand pada saat mengunjungi latihan tersebut dibunuh oleh
pemuda Serbia bernama Princip. Pada tanggal 28 Juni 1941 Austria menuntut Serbia untuk
menyerahkan pembunuhnya dalam tempo satu bulan. Namun, permintaan tersebut tidak
dihiraukan oleh Serbia yang mendapat dukungan Rusia. Untuk itu Austria menyatakan perang
terhadap Serbia. Peristiwa terbunuhnya Frans Ferdinand merupakan sebab khusus terjadinya
Perang Dunia I.

Kronologis Perang Dunia I

Kronologis Perang Dunia I-Peristiwa pembunuhan Putra Mahkota Austria, Frans Ferdinand
oleh seorang Serbia pada tanggal 28 Juni 1914 memicu terjadinya perang antara Austria dan
Serbia. Adanya sistem persekutuan militer menyebabkan peperangan segera meluas ke berbagai
negara. Pada tanggal 1 Agustus 1914 Prancis juga menyatakan perang terhadap Jerman.
Selanjutnya, pada tanggal 4 Agustus 1914 Inggris menyatakan perang terhadap Jerman. Negara
yang terlibat perang segara meluas keluar Eropa, seperti Jepang, Cina, Amerika Serikat, Kanada,
Australia, dan Selandia Baru. Karena daerah peperangan yang luas hampir separuh dunia dan
juga banyaknya negara yang terlibat. Perang itu disebut Perang Dunia.

Negara yang terlibat dalam Perang Dunia I dibedakan menjadi dua blok yaitu Blok Sentral dan
Blok Sekutu.
1. Blok Sentral
Blok Sentral terdiri dari negara Jerman, Austria, Hongaria, Tukir, dan Bulgaria. Italia yang
sebelumnya menjadi anggota Triple Alliance akhirnya memihak Entente Codiale karena
menginginkan daerah Tirol Selatan, Istria, dan Dalmatia yang dikuasai Austria.
2. Blok Sekutu
Blok Sekutu terdiri dari negara Prancis, Rusia, Serbia, Belgia, dan Inggris beserta negara
dominionnya. Amerika Serikat baru pada tahun 1917 menyatakan perang setelah kapal
dagangnya ditenggelamkan Jerman. Keterlibatan Amerika Serikat sebagai negara besar yang
mendukung Blok Sekutu menjadi salah satu sebab kalahnya Blok Sentral. Jepang sebagai salah
satu negara di Asia ikut berperang melawan Jerman sebab menginginkan jajahan Jerman di
Timur Jauh. Anggota Blok Sekutu seluruhnya berjumlah 23 negara.

Perang Dunia I yang melibatkan banyak negara terbagi dalam beberapa medan pertempuran
antaralain sebagai berikut...
1. Medan Pertempuran Barat
Tentara Jerman berusaha menyerang Belgia dan Prancis. Mereka berhasil menduduki dan
menyerang Prancis dari sebelah utara. Mereka berhasil memasuki belakang garis pertahanan
Prancis sampai akhirnya mendekati Paris. Keadaan ini menyebabkan pemerintahan Prancis
berpindah ke Bordeaux.

Dalam pertempuran di dekat Sungai Marne pada bulan September 1914, tentara Jerman di bawah
pimpinan Jenderal Von Moltke berhasil ditahan tentara Prancis. Sesudah itu, perang yang tadinya
melaju dengan cepat berubah menjadi perang parit. Untuk jangka waktu tertentu, kedua belah
pihak bertahan dalam parit-parit pertahanan sehingga peperangan bersifat statis. Sesudah
Amerika Serikat ikut berperang di pihak Sekutu, peperangan di Medan pertempuran barat di
bawah komando Marsekal Foch mendapat kemajuan. Tentara Amerika Serikat di bawah
pimpinan Jenderal John J.Pershing dan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Allenby berhasil
mendesak pertahanan Jerman di bawah pimpinan Luddendorf.

2. Medan Pertempuran Timur


Pada saat tentara Jerman menyerbu Belgia, tanggal 17 Agustus 1914 tentara Rusia dengan
kekuatan 200.000 orang menyerbu wilayah timur Jerman. Semula tentara Rusia di bawah
pimpinan Jenderal Brusilov berhasil mendesak Jerman. Akan tetapi, setelah Jerman dapat
memantapkan diri dalam perang parit di Prancis, sebagian pasukannya dikerahkan ke medan
pertempuran timur. Akibatnya, serangan tentara Rusia ini dapat dihancurkan oleh tentara Jerman
dibawah pimpinan Jenderal Hindenburg dan Ludenddorff di daerah Tannenberg. Italia yang
memihak Sekutu melakukan serbuan dari selatan ke arah pihak Sentral. Oleh karena itu, Jerman
menghadapi tiga serangan sekaligus, yaitu arah medan pertempuran barat, timur, dan selatan.
Meskipun tidak begitu kuat, berkat bantuan Sekutu, Italia berhasil menahan serangan tentara
Austria-Hongaria.
Turki bersekutu dengan Jerman menghadapi tentara Rusia dalam pertempuran di Kaukasus dan
di sekitar Laut Kaspia. Turki berusaha mengusir tentara Inggris dari Syria dan Mesir dengan
serbuan yang besar. Namun, serbuan itu dapat ditahan Inggris. Angkatan Laut Inggris masih
tetap menguasai lautan dan mendaratkan pasukannya di Teluk Persia untuk menyerang Turki
dari belakang. Akibat serbuah Inggris, pertahanan Turki menjadi Kacau-balau.

Usaha menahan bantuan Jerman ke Turki, pada tahun 1915 Angkatan Laut Inggris berusaha
menduduki Selat Dardanella, Laut Marmora, dan Selat Bosporus yang penting artinya untuk
strategi perang. Namun, usahanya dapat digagalkan Turki di bawah pimpinan Mustafa Kemal
Pasha. Pada tahun 1918 Inggris mundur ke Yunani dan berhasil mengalahkan Bulgaria.
Sementara itu, Turki akhirnya menyerah kepada Inggris yang memperoleh bantuan bangsa Arab
dan Yahudi.

3. Medan Pertempuran Laut


Laut merupakan medan pertempuran yang banyak menimbulkan korban. Inggris sebagai negara
maritim di bawah pimpinan Laksamana John Jellicoe mengakan blokade terhadap Jerman.
Untuk menerobos blokade laut yang dilakukan Inggris, Jerman mengumumkan perang kapal
selam tidak terbatas. Jerman menyatakan bahwa Semua kapal yang memasuki Inggris akan
ditenggelamkan. Akibatnya, banyak kapal Inggris yang ditenggelamkan. Hubungan Jerman
dengan jajahannya di Asia dan Afrtika terputus. Oleh karena itu, beberapa jajahan Jerman dapat
ditaklukkan Sekutu. Jepang yang memihak Sekutu berhasil merebut jajahan Jerman di Pasifik
dan Asia Timur. Kapal perang Jerman di Asia Timur yang berlayar menuju Lautan Atlantik
akhirnya dihancurkan oleh Angkatan Laut Inggris dan sekutunya.

Pada tahun 1917 tentara Jerman menggelamkan banyak kapal dagang Sekutu, khususnya yang
menuju Inggris. Kapal milik Amerika Serikat yang pada saat itu tidak terlibat perang juga
ditenggelamkan. Oleh karena itu, Amerika Serikat yang merasa dirugikan pada bulan April 1917
mengumumkan perang terhadap Jerman.

Sesudah berlangsung hampir empat tahun, Perang Dunia I berakhir dengan kekalahan di
pihak Blok Sentral. Kekalahan perang pihak Blok Sentral disebabkan oleh hal sebagai
berikut....

a. Jumlah anggota Blok Sekutu lebih banyak (23 negara) sehingga dari segi kekuatan pun lebih
kuat, apalagi dengan masuknya Amerika Serikat.
b. Ada perpecahan di pihak Blok Sentral. Italia yang semula ikut Blok Sentral, berbalik
memusuhinya sebab menginginkan daerah-daerah yang dikuasai Austria.
c. Terjadinya pemberontakan rakyat di negara anggota Blok Sentral yang mulai bosan berperang
dan tidak mau lagi mendukung pemerintahannnya.

Pemberontakan itu dipimpin kaum sosialis komunis yang meniru gerakan di Rusia. Kaisar Frans
Josef dari Austria dan Kaisar Wilhelm II dari Jerman dipaksa turun takhta. Kekaisaran Jerman
diubah menjadi republik dan menyerah kepada Sekutu.

Perang Dunia I berakhir dengan dua perjanjian damai yang penting, yaitu Perjanjian Versailles
dan Perjanjian Sevres (kemudian diubah menjadi Perjanjian Lausanne). Perjanjian Versailles
dilakukan antara Jerman dan Sekutu. Perjanjian Sevres dilakukan antara Turki dan Sekutu.
Dalam perjanjian Versailes (1919) ditetapkan, antara lain sebagai berikut...
a. Jerman menyerahkan wilayah Elzas Lotharingen kepada Prancis dan wilayah Eupen Malmedi
kepada Belgia.
b. Wilayah Danzig dan sekitarnya menjadi kota merdeka dibawah perwalian LBB.
c. Wilayah Saar berada di bawah perwalian LBB selama 15 tahun, kemudian akan diadakan
plebisit, yaitu pemungutan suara umum di suatu daerah untuk menentukan status daerah tersebut.

d. Jerman kehilangan semua daerah jajahannya dan diserahkan kepada Inggris, Prancis, dan
Jepang.
e. Jerman membayar ganti rugi sebesar 132 miliar mark
f. Angkatan perang Jerman diperkecil
g. Kapal dagang Jerman diserahkan kepada Inggris sebagai ganti kerugian perang.
h. Wilayah Jerman di sebelah barat Sungai Rijn diduduki Sekutu sebagai jaminan selama 15
tahun.

Akibat Perang Dunia di Berbagai Negara Kawasan

Perang Dunia I yang berlangsung selama empat tahun memakan korban delapan juta orang tewas
dan luka-luka di medan pertempuran. Sebagian besar peperangan berlangsung di Eropa sehingga
seluruh Eropa mengalami kehancuran di segala sektor kehidupan. Pertanian terbengkalai dan
rusak sehingga persediaan bahan makanan sangat kurang dan banyak terjadi bencana kelaparan.
Perdagangan antarnegara terputus sehingga Eropa terancam kekurangan bahan mentah, bahan
baku, dan bahan makanan. Kehancuran sebagai akibat Perang Dunia I tidak hanya dirasakan oleh
pihak yang kalah perang, tetapi juga oleh negara pemenang perang.
Posisi Rusia dalam Perang Dunia I sangat tidak menguntungkan karena berjuang sendirian di
medan pertempuran timur melawan Jerman dan sekutunya. Untuk menghadapi peperangan itu,
Rusia terpaksa mengadakan mobilisasi umum, yaitu mengerahkan tenaga rakyat untuk bela
negara. Hal itu memperparah keadaan Rusia karena pertanian terbengkalai sehingga terjadi
kekurangan bahan makanan. Keadaan itu diperburuk lagi dengan kekalahan pasukan dan milisi
Rusia di hampir semua medan perang. Masalah itu mematangkan situasi yang mendorong
meletusnya Revolusi Komunis. Revolusi terjadi pada tahun 1917 dipimpin oleh Lenin.

Kehancuran yang lebih hebat dialami oleh Jerman dan sekutunya sebagai negara yang kalah
perang. Selama perang berlangsung, perekonomian Jerman mengalami kehancuran. Tingkat
inflasi membubung tinggi. Hasil keputusan Perjanjian Versailles pada tahun 1919 yang
mengakhiri peperangan terlampau berat bagi Jerman. Jerman telah kehilangan seluruh daerah
pusat industri, armada kapal dagang, dan daerah koloni, serta masih harus membayar pampasan
perang dalam jumlah besar.

Akibat kalah dalam Perang Dunia I, Kekaisaran Jerman dihapuskan dan diganti republik dengan
nama Republik Weimar. Republik baru itu harus menghadapi berbagai kesulitan akibat Perang
Dunia I. Di tengah kesulitan dan kesengsaraan hidup. Adolft Hitler mengembangkan Naziisme
yang meruakan ideologi Partai Buruh Jerman, National Sozialitische Deutsche Arbeiter Partei
(NSDAP) yang dapat juga disebut Partai Nazi.
Turki juga sangat menderita akibat Perang Dunia I. Turki tidak lagi menjadi negara beswar di
Timur Tengah sebab daerah jajahannya diambil oleh negara lain. Misalnya, Mesir, Palestina,
Yordania, Irak dan Siprus diambil oleh Inggris;Syria dan Libanon diambil oleh Prancis; Libia
diambil oleh Italia.

Perang Dunia I juga memunculkan negara-negara baru, seperti Finlandia, Polandia,


Cekoslowakia, Yugoslavia, Hongaria, Mesir, Arab Saudi, Suriah, Lebanon, dan Yordania.

Kesengsaraan, kemusnahan, dan kekacauan akibat Perang Dunia I juga menimbulkan keinginan
bangsa-bangsa di dunia untuk menciptakan perdamaian. Menjelang akhir Perang Dunia I,
Presiden Woodrow Wilson (1856-1924) dari Amerika Serikat mengusulkan 14 pasal perdamaian
dunia. Konsep 14 pasal perdamaian tersebut menjadi pendorong terbentuknya Liga Bangsa-
Bangsa (League of Nations). Keinginan menciptakan perdamaian dunia mengakibatkan
dibentuknya Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1919 yang berkedudukan di Jenewa, Swiss.

Pengaruh Perang Dunia I Terhadap Kehidupan Politik di Indonesia

Perang Dunia I yang meletus pada tahun 1914, pengaruhnya juga sampai di Indonesia. Sekalipun
pemerintah Belanda menyatakan netral, tetapi pemerintah Hindia Belanda memusatkan
perhatiannya pada pertahanan laut, dengan membangun pelabuhan-pelabuhan baru. Disadari pula
tidak mungkin mempertahankan wilayah yang demikian luas, tanpa mengikutsertakan penduduk
pribumi.

Gagasan untuk mengikutsertakan pribumi dalam milisi sebagai pasukan nonreguler terkenal
dengan sebutan Indie Weerbaar (Hindia yang berketahanan) lahir sebelum pecah perang dunia.
Gagasan ini mula-mula didukung oleh kalangan militer tetapi setelah pecah Perang Dunia I
gagasan itu ditinggalkan.

Budi Utomo sebagai organisasi Pergerakan Nasional menganjurkan agar kaum pribumi
membantu keamanan Tanah Air sendiri. Anjuran ini mendapat tanggapan yang berbeda dari
berbagai organisasi Pergerakan Nasional. Ada yang mendukung dan ada yang menolak. Pada
bulan Juli 1916 dibentuk Comite Indie Weerbaar yang didukung oleh organisasi Pergerakan
Nasional, namun demikian pemerintah Hindia Belanda tidak menyetujuinya. Dalam Perang
Dunia I juga muncul tuntutan kepada pemerintah kolonial untuk mengadapak pembaharuan
pemerintahan dan pembentukan lembaga perwakilan rakyat. Menanggapi tuntutan tersebut maka
bulan Desember 1916 undang-undang pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) disahkan oleh
Parlemen Hindia Belanda dan secara resmi membentuk Volksraad yang anggotanya dari wakil-
wakil organisasi-organisasi di Indonesia dan juga perwakilan orang-orang Belanda.

Dalam perjalannya, Volksraad tidak mampu menampung aspirasi para anggotanya. Perjuangan
mereka melalui dewan tersebut terasa kurang begitu diperhatikan oleh pemerintah kolonial
Hindia Belanda. Oleh karena itu, kepada pemerintah kolonial Belanda didesak untuk segera
mengganti Volksraad dengan parlemen pilihan rakuat. Untuk memperkuat tuntutannya, partai-
partai menggabungkan diri dalam organisasi Radikale Consentratie. Untuk meredakan situasi,
pada sidang Volksraad tanggal 18 November 1918, Gubernur Jenderal Hindia Belanda
menyampaikan pidato yang menjanjikan pembaharuan pemerintahan di Indonesia. Pidato
gubernur jenderal ini dikenal sebagai Janji November atau November Belofte. Akan tetapi,
setelah selesai Perang Dunia I pemerintah kolonial Hindia Belanda bersika lebih reaksioner.

Berakhirnya Perang Dunia I menimbulkan perasaan antikolonialisme dan antimperialisme pada


bangsa-bangsa terjajah di Asia dan Afrika makin menonjol, lebih-lebih setelah adanya seruan
Presiden Amerika Serikat, Wooldrow Wilson tentang hak menentukan nasib sendiri bagi setiap
bangsa. Partai-partai politik di Indonesia dan perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda juga
terpengaruh oleh situasi demikian. Kemantangan dalam perjuangan dan sikap keras yang diambil
pemerintah kolonial Hindia Belanda menyebabkan sikap moderat makin ditinggalkan dan sikap
radikal mkin menonjol. Sikap radikal ini ditandai oleh taktik nonkooperatif dari pihak partai-
partai politik. Artinya, dalam memperjuangkan cita-citanya mereka tidak mau bekerja sama
dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda terutama di bidang politik. Semua hal yang
diperlukan untuk mencapai cita-cita itu akan diusahakan sendiri, antara lain dengan
memperkukuh persatuan nasional, memajukan pendidikan, dan meningkatkan kegiatan-kegiatan
sosial untuk mensejahterakan rakyat. Mereka juga tidak mau memasuki dewan-dewan
perwakilan yang dibentuk oleh pemerintah kolonial baik di pusat maupun di daerah.

Pengaruh atau Kondisi Ekonomi di Berbagai Daerah di Indonesia pada Masa


antara Perang

Perang Dunia I mengakibatkan kehancuran ekonomi diberbagai negara-negara di Eropa dan


kegoncangan perekonomian di dunia pada umumnya. Berakhirnya Perang Dunia I menyebabkan
dunia mengalami depresi ekonomi termasuk pula di Indonesia. Di berbagai daerah banyak terjadi
penjatahan beras terutama di kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Di sisi
lain, upah buruh tidak mengalami perbaikan. Akibatnya, kehidupan rakyat dan kaum buruh
sangat sulit.

Memasuki tahun 1920 kegiatan ekspor mulai menurun, dan setelah terjadi krisis ekonomi pada
tahun 1921. Akibatnya, kerugian besar diderita oleh perusahaan-perusahaan Barat yang
beroperasi di Indonesia. Untuk mengadakan imbangan dan mengejar neraca surplus
perdagangan, produksi barang ekspor seperti hasil perkebunan dan pertambangan diperbesar dan
diperluas.

Dengan demikian, pemerintah kolonial Belanda tetap mendapatkan keuntungan besar seperti
sebelum terjadi krisis. Untuk mengatasi biaya dan agar keuntungan tetap besar itu, pemerintah
kolonial melakukan cara penghematan dalam anggaran belanja terutama untuk gaji pegawai,
anggaran pendidikan, kesehatan, dan sosial yang semuanya langsung menyangkut kehidupan
rakyat Indonesia. Pemecatan secara besar-besaran terhadap buruh Indonesia diberbagai
perusahaan dan perkebunan menambah berat badan masyarakat Indonesia. Buruh-buruh yang
dipecat itu kembali ke desa masing-masing tanpa penghasilan lagi. Mereka kemudian hidup
menumpang pada sanak saudaranya yang sudah serba kekurangan di desa.

Kondisi ekonomi yang memburuk terus berlanjut dan mencapai puncaknya ketika terjadi krisis
besar dunia pada tahun 1929. Krisis tersebut juga berpengaruh langsung terhadap kehidupan
ekonomi di Indonesia. Krisis ekonomi tersebut berkecamuk di seluruh wilayah Indonesia baik di
kota maupun di desa dan merata dan dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat.
Tingkat kemakmuran rakyat pada tahun 1930-1933 sangat merosot. Berbagai harga bahan ekspor
seperti, karet, kopra, lada, kopi, kulit, dan hasil hutan, maupun harga hasil bumi yang dijual di
pasar dalam negeri seperti buah-buahan, bambu, beras, lada, dan bawang merosot hingga 60-
71%.

Kemunduran yang besar dalam industri gula merupakan pukulan hebat. Kerugian tidak hanya
dirasakan bagi perusahaan-perusahaan yang bersangkutan saja, tetapi juga bagi kemakmuran
rakyat. Uang yang diedarkan dalam bentuk upah buruh pada tahun 1929 berjumlah 102 juta,
tetapi dalam tahun 1934, jumlah tersebut berkurang menjadi 10 juta.

Krisis ekonomi dunia tahun 1929, menimpa Indonesia dengan amat hebat. Sebagai negeri
penghasil ekspor bahan makanan dan bahan mentah, Indonesia menderita lebih parah akibat
turunnya harga di pasaran dunia daripada negara-negara industri. Harga barang impor hasil
pabrik tidak turun sedemikian banyaknya sehingga Indonesia harus mengeluarkan barang ekspor
lebih banyak agar dapat memasukkan barang sebanyak seperti sebelum masa krisis.

Pengurangan jumlah tengara buruh berkebunan dan pertambangan menciptakan banyak


pengangguran di Pulau Jawa dan daerah-daerah Indonesia lainnya. Hal ini mengakibatkan
peningkatan kerusuhan dan kejahatan di berbagai daerah karena didorong oleh keadaan ekonomi
yang sangat sulit.

Akibat dari krisis ekonomi, didaerah-daerah minus, seperti didaerah pegunungan kapur utara dan
daerah Gunung Kidul banyak terjadi bencana kelaparan. Demikian juga di daerah tambang
Umbilin (Sawah Lunto) nasip para buruh tambangnya lebih buruk lagi. Demikianlah keadaan
ekonomi Indonesia selama masa krisis yang terjadi antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Jepang Negara Imperialisme dan Penyebab Jepang Menduduki Indonesia

1. Jepang Sebagai negara Imperalisme


Jepang menjadi negara imperialisme atau negara yang melakukan ekspansisionis di latar
belakangi beberapa penyebab, antara lain:
1. Adanya perkembangan Jepang dalam segala bidang mengakibatkan berlipat gandanya
pertambahan penduduk
2. Adanya perkembangan industri yang begitu pesat, butuh daerah pasaran dan bahan mentah demi
kelangsungan proses industrialisasi
3. Adanya restriksi (pembatasan) imigran jepang yang dilakukan oleh negara-negara barat
4. Pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko I Chi-u (dunia sebagai keluarga)
5. Ingin menjadi negara besar yang sejajar dengan negara – negara besar seperti Amerika Serikat,
Inggris, Jerman, Perancis.
Walaupun Jepang terdiri atas ribuan pulau, namun luasnya tidak besar dan miskin akan
bahan tambang dan hanya sebagian kecil yang dapat di usahakan sebagai pertanian yang hasilnya
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Berbeda dengan Indonesia ya memmpunyai
banyak pulau, saking banyaknya susah untuk diapalin. Padahal kalo disbanding jepang kita
banyak lahan untuk ditanami berbagai komoditi baik itu untuk kebutuhan sehari hari seperti padi
dan sebgainya juga bahan hutan , kayu kayu yang ada dikalimantan dan papua itu gede gede loh.
Bahkan kita mempunytai banyak bahan tyambang misalnya batu bara di Kalimantan, emas di
jaya pura terus minyak bumi di porong sido arjo, namun sayangnya kekayaan alam kita dikeruk
oleh bangsa lain dan ita hanya mengais ngais dari sisa sisa mereka aja. Kembali ke topic, Selain
itu pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan sulit untuk mencari lapangan pekerjaan
yang dapat memberi kehidupan yang baik. Terlihat dari letak geografis Jepang yaitu negara yang
memiliki luas 381.269 km dan terdiri empat pulau besar yaitu besar yaitu : pulau Honshu,Pulau
Shikoku, Kyushu, Hokkaido, terletak diantara 30-50 , jauh bgt ma Indonesia ya ……
Latar belakang Jepang sebagai negara imperialisme, di lihat dari sejarah Jepang Sebelum
Perang Dunia II penduduk Jepang sangat padat, sedangkan hasil bahan pangan sedikit dan dalam
mengatasi masalah itu Jepang berusaha di bidang perdagangan, industri serta membatasi laju
pertumbuhan penduduk. Jepang berjiwa militeris dan ekspansionis sejak pemerintahan wangsa
Fujiwara(858-1069) Jepang aristokratis. Kekuasaan tertinggi di tangan para bangsawan.
Masa pemerintahan wangsa Fujiwara berakhir tahun 1192 akibat adanya perang antara
kaum bangsawan.
kekuatan paling atas pada masyarakat Jepang adalah Tenno serta keluarganya yang
tinggal di istana di Kyoto. Tenno tidak memerintah rakyat langsung tapi hanya boneka saja.
Dibawah Tenno adalah Shogun (kayak merk motor ya) yang memegang kekuasaan tertinggi di
Jepang yang tinggal di istana kemiliteran di Yedo beserta keluarga. Dibawah Shogun ialah
Daimyo yaitu bangsawan yamg mempunyai kedaulatan besar, berhak memungut pajak, berhak
menjalankan peradilan dan hak-hak sipil. Di bawah Daimyo adalah Samurai yaitu petani,
pedagang, seniman. Bangsa Jepang mulai merantau ke Asia Tenggara dan bekerjasama dengan
bangsa Eropa yang datang ke negara timur untuk berdagang dan nenyebarkan agama nasrani. Hal
ini membawa perubahan untuk perdagangan Jepang yang semakin pesat bagi pedagang
sedangkan kedudukan kaum tani semakin lemah sehingga menyebabkan pemberontakan. Akhir
zaman Muromachi di warnai perang saudara sehingga muncul tiga orang yang kuat
menghentikan peperangan yaitu Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, Togugawa Ieyashu.
Pemerintahan Togugawa perdagangan semakin maju dan penyebaran agama nasrani semakin
intensif namun menyebabkan konflik agama dan budaya sehingga di adakan peraturan yang
melarang tersebarnya agama nasrani dan menutup bangsa asing masuk ke Jepang hanya Belanda
dan Cina yang boleh masuk tapi di batasi pada Pulau Desima dan Nagasaki sehingga terbentuk
pola masyarakat tertutup. Tingk Amerika Serikat Millard Fillmore pada Shogun.
Bulan Maret 1856 Shogun Togugawa menandatangani perjanjian Kanagawa yang berisi,
Jepang mengizinkan pembukaan pelabuhan Shimoda dan Hakodata bagi kapal- kapal asing.
Para pedagang menjadi kaya namun bangsawan dan samurai banyak yang jatuh miskin.
Setelah dua setengah abad Jepang menutup dari bangsa asing akhirnya membuka diri dari bangsa
asing lagi, dan pada tahun 1853 kapal Komodor Matthew C. Perry pimpinan komando skuadron
Amerika Serikat di kawasan Hindia Timur muncul dan mendekat pada teluk Yedo dan
membujuk pemerintah Jepang agar di perkenankan berlabuh dan menyampaikan pesan Presiden
Persetujuan tersebut tidak pada seluruh bangsa Jepang sehingga menimbulkan kekacauan
ekonomi rakyat kecil semakin miskin dan kekacauan tersebut di manfaatkan oleh bangsa luar
kota untuk melakukan perebutan kekuasaan terhadap para bangsawan kota yang memegang
kendali pemerintahan yang di kenal dari klan Choshu dan Satsuma kedua klan tersebut
bergabung dan bekerjasama dengan Tenno sehingga kedudukan Shogun tersudut.
Tahun 1867 Shogun Tokugawa menyerahkan kekuasaan pemerintahan Jepang kepada
Tenno dan diganti oleh Tenno Mutsuhito yang terkenal Kaisar Meiji. Meiji tidak terpengaruh
terhadap desakan agar Jepang mengusir orang- orang asing yang datang Kaisar Meiji tetap
melaksanakan politik terbuka untuk bangsa asing yang datang dengan kesadaran bahwa bangsa
barat lebih unggul di segala bidang sehingga Dia mengarahkan pandangan ke dunia barat.
Restorasi Meiji berupaya untuk menjadikan Jepang sebagai negara modern dengan
meninggalkan gaya hidup feodalistik.
Nah di masa meiji ini jepang mengalami kemajuan antara lain yaitu:
a. Bidang politik yaitu rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh dari seluruh bangsa Jepang.
b. Bidang pendidikan yaitu tahun 1871 di bentuk kementrian yang mengurus pendidikan.Dalam
bidang pendidikan Jepang banyak mencontoh pendidikan bangsa barat seperti administrasi
Jepang meniru cara yang di gunakan oleh bangsa Prancis.
c. Bidang perekonomian yaitu perekonomian yang feodal diganti dengan perekonomian model
kapitalis,didirikan industri berat khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan militer.
d. Bidang spiritual yaitu rakyat di beri kebebasan memeluk agama dan agama nasrani di ijinkan
untuk berkembang, rasa nasionalisme di pupuk.
e. Bidang kemiliteran yaitu pendidikan militer di tingkatkan dan yang di didik tidak hanya para
samurai tetapi juga anak-anak petani, pedagang,di buat kapal-kapal di berbagai kalangan.
Pada pemerintahan Kaisar Meiji terjadi dua kali perang yaitu dengan Cina ( 1894-1895)
dan Uni Soviet ( 1904-1905) dan mengadakan persekutuan dengan Inggris juga menaklukan
Korea ( 1910).
Dari perkembangan yang bertahap itu Jepang mengalami perkembangan pada saat
pemerintahan Kaisar Meiji khususnya di bidang industri namun karena negara Jepang tidak
memiliki bahan yang cukup dari negaranya sendiri maka Jepang harus mengimpor dari negara
lain. (Indonesia mesti)
Pemerintah Jepang memang tidak dapat menolak kepentingan Amerika Serikat dan
Inggris karena secara ekonomi mereka masih sangat bergantung pada kedua negara tersebut.
Lambat laun, seiring dengan semakin menebalnya nasionalisme pada diri bangsa Jepang,
berbagai kebijakan tersebut oleh sebagian masyarakat Jepang dianggap sebagai upaya
mengerdilkan kembali bangsanya dalam pergaulan internasional. Untuk melepaskan
ketergantungan ekonomi kepada negara-negara Barat seperti yang dilakukan oleh gandi satya
graha, bangsa Jepang berusaha untuk menguasai wilayah-wilayah yang dipandang memiliki
sumber daya alam vital, seperti minyak bumi.
Sejak Perang Dunia I Jepang sudah tertarik pada Indonesia (tu kan bener Indonesia) yang
terlihat kaya dari segi ekonomi, strategis, dan politik. Berkaitan dengan ini, Angkatan Laut
Jepang memandang wilayah Selatan, khususnya Indonesia, sebagai daerah yang harus dikuasai
oleh Jepang. Bagi Jepang Indonesia sangat berharga juga kaya akan bahan – bahan mentah untuk
keperluan industri Jepang seperti minyak, karet, timal, nikel, bauksit, mangan dan lain – lain.
Pandangan Angkatan Laut Jepang terhadap Indonesia Bangsa Jepang perlu mengamankan
wilayah-wilayah yang mendukung proses industrialisasinya, baik wilayah yang memiliki sumber
daya alam maupun wilayah yang memiliki potensi sebagai pasar hasil industrinya. Dengan
perkataan lain, ekspansi yang dilakukan Jepang ke Indonesia tidak dapat dilepaskan dari upaya
Pemerintah Jepang untuk memperluas ruang penghidupannya (lebensraum), baik secara politik
maupun ekonomi.
Selain itu penduduk Indonesia yang padat bagi Jepang baik untuk pemasaran barang –
barang hasil industrinya. Untuk melancarkan pemasarannya barang – barang hasil produksinya
Jepang mengirim orang – orang Jepang ke Indonesia dan orang – orang tersebut sebagai
penyalur. Jepang juga sebagai pengumpul bahan-bahan mentah yang akan di kirim ke Jepang
seperti kopra (daging kelapa yang di keringkan) dan lain-lain. Selain itu juga sebagai mata-mata
untuk mencari informasi bagi kepentingan Jepang. Hubungan Jepang dengan Amerika Serikat
saat itu mulai renggang karena Amerika Serikat curiga akan tingkah laku Jepang di Timur jauh
yang agresif dan ekspansionistis. Penguasaan terhadap wilayah ini akan menjamin hidup bangsa
Jepang yang memang tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah. Dalam perkembangan
selanjutnya, orang-orang Belanda ini menjadi perantara bagi orang-orang asing yang ingin
melakukan perdagangan dengan bangsa jepang. Kenyataan tersebut oleh Amerika Serikat
dipandang sebagai sesuatu yang tidak konsisten dan akan menjadi penghalang bagi kepentingan
negaranya di Cina. (perang aja sana hahahahah )
Pertumbuhan Jepang sebagai negara Imperialis Sampai dengan pertengahan abad ke-19,
Jepang masih merupakan sebuah negara tradisional yang memperlihatkan ciri-ciri kehidupan
feodalistik. Keadaan ini disebabkan oleh penerapan kebijakan politik isolasi diri oleh Rezim
Tokugawa yang berkuasa di Jepang sejak tahun 1603. Dengan kebijakan feodalistik bangsa
Jepang tidak mau membuka negaranya bagi negara-negara asing karena merasa khawatir
kebudayaan mereka akan terpengaruh oleh kebudayaan Barat namun Rezim Tokugawa masih
mengizinkan orang-orang Belanda.
Jepang mengalami kekacauan politik yang berdampak pada melemahnya perekonomian
negara. Hal ini mengakibatkan kewibawaan Rezim Tokugawa di mata bangsa Jepang semakin
melemah oleh karena itu melahirkan kesadaran nasional yang disimbolkan dengan munculnya
gerakan anti-orang asing pada tahun 1860an yang dipelopori oleh kaum bangsawan desa atau
kaum samurai rendahan (shishi). Gerakan ini memperlihatkan semangat patriotisme dalam
pengertian sonnojoi yang bermakna ‘muliakan kaisar dengan cara mengusir orang-orang biadab’.
Kekacauan politik tersebut bermuara pada peristiwa perebutan kekuasaan. Penguasaan atas
beberapa wilayah Cina tersebut menandai dimulainya era baru Jepang sebagai negara
imperialis.Kemenangan tersebut membawa dampak yang besar bagi bangsa Jepang untuk
menjadi yang termaju di antara bangsa Asia lainnya.
Pada masa Perang Dunia Pertama, bangsa Jepang bergabung dengan negara-negara Barat
untuk memerangi kekuatan militer Jerman dan Turki. Setelah peperangan ini berakhir pada tahun
1919, Liga Bangsa-Bangsa (LBB) menyerahkan seluruh jajahan Jerman di Pasifik Selatan
kepada Pemerintah Jepang. Akan tetapi, pada sisi lain hasil-hasil ekspansi yang diperoleh
tersebut melahirkan ketidakpuasan di kalangan sebagian masyarakat Jepang. Reaksi Kaum
Pergerakan Indonesia Ketika Angkatan Laut Jepang mulai mengampanyekan rencana ekspansi
ke wilayah Selatan

Dari berbagai uraian saya bias ditarik sebuah garis lurus sebagai berikut
Tujuan Jepang menjadi Negara imperalisme adalah untuk menyamakan kedudukan
dengan Negara lain khususnya Negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis.
Dengan melakukan ekspansionisme ke wilayah – wilayah yang memiliki potensi bahan-bahan
mentah untuk memenuhi kebutuhan industrialisasi di Jepang. Bangsa Jepang mengamankan
wilayah-wilayah yang mendukung proses industrialisasinya, baik wilayah yang memiliki sumber
daya alam maupun wilayah yang memiliki potensi sebagai pasar hasil industrinya khususnya
wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah. Dan adanya restriksi (pembatasan)
imigran jepang yang dilakukan oleh negara-negara barat, pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko
I Chi-u (dunia sebagai keluarga).
Dari perkembangan yang bertahap itu Jepang mengalami perkembangan pada saat
pemerintahan Kaisar Meiji khususnya di bidang industri namun karena negara Jepang tidak
memiliki bahan yang cukup dari negaranya sendiri maka Jepang harus mengimpor dari negara
lain. Jepang mengalami kekacauan politik yang berdampak pada melemahnya perekonomian
negara. Hal ini mengakibatkan kewibawaan Rezim Tokugawa di mata bangsa Jepang semakin
melemah oleh karena itu melahirkan kesadaran nasional yang disimbolkan dengan munculnya
gerakan anti-orang asing pada tahun 1860an yang dipelopori oleh kaum bangsawan desa atau
kaum samurai rendahan (shishi).

Anda mungkin juga menyukai