Sejarah Perang Dunia I: Latar Belakang, Kronologis, Penyebab, Akibat| Perang dunia
adalah perang yang melibatkan banyak negara di dunia. Perang Dunia I (1) melibatkan negara-
negara Eropa. Oleh karena itu, ada yang berpendapat bahwa Perang Dunia I merupakan perang
saudara antarbangsa Eropa. Ada juga yang berpendapat bahwa Perang Dunia I merupakan
perang dunia sebab negara-negara di kawasan Asia, seperti Jepang dan Cina; negara-negara di
kawasan Amerika, seperti Amerika Serikat (AS) dan Kanada; negara Australia dan Selandia
Baru ikut serta berperang.
Pada pertengahan abad ke -19, negara-negara di Eropa mengalami Revolusi Industri. Negara-
negara, seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Belanda dan Belgia saling berlomba memajukan
industrinya. Hal itu, dilakukan dengan cara mencari daerah baru sebagai tempat penjualan hasil
produksinya. Selain itu, supaya produksinya tetap terjamin, diperlukan ketersediaan bahan baku.
Keinginan mencari sumber bahan baku dan daerah pemasaran hasil industri menyebabkan
negara-negara Eropa berusaha menduduki dan menguasai daerah lain. Hal itu mendorong adanya
Imperialisme modern. Untuk menghadapi kemungkinan terjadinya serangan lawan, negara-
negara Barat memperkuat pertahanan dan persenjataan, seperti yang dilakukan Prancis dan
Jerman. Selain itu, negara-negara tersebut membentuk pula persekutuan militer sebagai usaha
bersama dalam menghadapi musuh.
1. Penyebab Tidak Langsung Terjadinya Perang Dunia I - Faktor-faktor tidak langsung yang
menyebabkan terjadinya Perang Dunia I adalah sebagai berikut...
a. Terjadi Pertentangan di Antara Negara-Negara Eropa
Pertentangan yang terjadi di antara negara-negara Eropa itu, antara lain sebagai berikut..
1). Pertentangan Jerman dengan Prancis
Pertentangan Jerman dengan Prancis sudah berlangsung sejak lama. Terakhir, Prancis
mendendam Jerman karena kekalahan perangnya pada tahun 1871. Akibat kejadian tersebut,
timbullah keinginan Prancis untuk membalas kekalahan terhadap Jerman.
2). Pertentangan Jerman dengan Inggris
Pertentangan Jerman dengan Inggris disebabkan persaingan dalam bidang industri, imperialisme
modern, dan Angkatan Laut. Untuk melindungi industrinya, Inggris memberi tanda pada barang
impor Jerman dengan tulisan "Made in Germany". Hal ini dirasakan oleh Jerman sangat
merugikan. Persoalan perebutan daerah untuk keperluan imperialisme modern yang terjadi di
Afrika dan Timur jauh juga menambah pertikaian kedua negara tersebut.
3). Pertentangan Jerman dengan Rusia
Pertentangan Jerman dengan Rusia disebabkan Jerman tidak mau lagi memberikan pinjaman
uang untuk pembangunan industri Rusia. Akibatnya, Rusia memihak Prancis sebagai lawan
utama Jerman. Jerman juga membantu Turki dalam pembangunan jalan kereta api di Bagdad,
padahal Turki merupakan musuh besar Rusia sebab menghalangi Politik Air Hangat-nya ke Laut
Tengah.
4). Persaingan antara Austria dan Rusia dalam Merebut Balkan
Menjelang abad ke-19, kedudukan bangsa Turki sebagai penguasa wilayah Balkan makin
mundur. Merosotnya kekuasaan Turki menyebabkan bangsa-bangsa di Balkan bangkit
membebaskan diri dari kekuasaan Turki.
Bangsa Yunani dibawah pimpinan Alexander Ispilanti mengangkat senjata demi kemerdekaan
bangsanya dari kekuasaan Turki. Oleh karena itu, berdirilah negara Yunani yang merdeka pada
tahun 1829.
Bangsa Serbia ingin mendirikan negara Serbia Raya yang merupakan gabungan bangsa-bangsa
Slavia di Balkan, sedangkan Kerajaan Austria ingin menggantikan kedudukan Turki di Balkan.
Hal itu menyebabkan timbulnya pertentangan antara Austria dan negara-negara Balka,
khususnya Serbia yang ingin membentuk Negara Serbia Raya.
Rusia juga ingin menguasai Balkan supaya memiliki daerah perairan Laut Tengah. Hal itu
menyebabkan timbulnya pertentangan dengan Rusia, Austria, dan Turki. Jadi, persoalan di
Balkan menjelang Perang Dunia I adalah sebagai berikut...
a). Kekuasaan Tukir makin merosot sehingga tidak mampu mempertahankan jajahannya di
Balkan.
b). Negara Austria yang berbatasan dengan wilayah Balkan ingin menggantikan kekuasaan Turki
di Balkan.
c). Rusia yang ingin mendapat pelabuhan di tepi Laut Tengah juga ingin menguasai Balkan
d). Bekas daerah jajahan Turki di Balkan ingin mendirikan negara besar dibawah pimpinan
bangsa Serbia yang tidak disetujui oleh sebagian negara Balkan.
Meskipun sebelumnya bermusuhan, Inggris dan Prancis bersekutu dalam menghadapi Jerman.
Mereka tergabung dalam persekutuan Entene Codiale (1904). Begitu juga dengan Rusia, masuk
sebagai anggota persekutuan Enter Codiale karena bermusuhan dengan Jerman. Oleh karena itu,
terciptalah Triple Entente (1907) sebagai reaksi terhadap pembentukan Triple Aliance.
Anggotanya disebut Negara Sekutu (Allied Power).
Kronologis Perang Dunia I-Peristiwa pembunuhan Putra Mahkota Austria, Frans Ferdinand
oleh seorang Serbia pada tanggal 28 Juni 1914 memicu terjadinya perang antara Austria dan
Serbia. Adanya sistem persekutuan militer menyebabkan peperangan segera meluas ke berbagai
negara. Pada tanggal 1 Agustus 1914 Prancis juga menyatakan perang terhadap Jerman.
Selanjutnya, pada tanggal 4 Agustus 1914 Inggris menyatakan perang terhadap Jerman. Negara
yang terlibat perang segara meluas keluar Eropa, seperti Jepang, Cina, Amerika Serikat, Kanada,
Australia, dan Selandia Baru. Karena daerah peperangan yang luas hampir separuh dunia dan
juga banyaknya negara yang terlibat. Perang itu disebut Perang Dunia.
Negara yang terlibat dalam Perang Dunia I dibedakan menjadi dua blok yaitu Blok Sentral dan
Blok Sekutu.
1. Blok Sentral
Blok Sentral terdiri dari negara Jerman, Austria, Hongaria, Tukir, dan Bulgaria. Italia yang
sebelumnya menjadi anggota Triple Alliance akhirnya memihak Entente Codiale karena
menginginkan daerah Tirol Selatan, Istria, dan Dalmatia yang dikuasai Austria.
2. Blok Sekutu
Blok Sekutu terdiri dari negara Prancis, Rusia, Serbia, Belgia, dan Inggris beserta negara
dominionnya. Amerika Serikat baru pada tahun 1917 menyatakan perang setelah kapal
dagangnya ditenggelamkan Jerman. Keterlibatan Amerika Serikat sebagai negara besar yang
mendukung Blok Sekutu menjadi salah satu sebab kalahnya Blok Sentral. Jepang sebagai salah
satu negara di Asia ikut berperang melawan Jerman sebab menginginkan jajahan Jerman di
Timur Jauh. Anggota Blok Sekutu seluruhnya berjumlah 23 negara.
Perang Dunia I yang melibatkan banyak negara terbagi dalam beberapa medan pertempuran
antaralain sebagai berikut...
1. Medan Pertempuran Barat
Tentara Jerman berusaha menyerang Belgia dan Prancis. Mereka berhasil menduduki dan
menyerang Prancis dari sebelah utara. Mereka berhasil memasuki belakang garis pertahanan
Prancis sampai akhirnya mendekati Paris. Keadaan ini menyebabkan pemerintahan Prancis
berpindah ke Bordeaux.
Dalam pertempuran di dekat Sungai Marne pada bulan September 1914, tentara Jerman di bawah
pimpinan Jenderal Von Moltke berhasil ditahan tentara Prancis. Sesudah itu, perang yang tadinya
melaju dengan cepat berubah menjadi perang parit. Untuk jangka waktu tertentu, kedua belah
pihak bertahan dalam parit-parit pertahanan sehingga peperangan bersifat statis. Sesudah
Amerika Serikat ikut berperang di pihak Sekutu, peperangan di Medan pertempuran barat di
bawah komando Marsekal Foch mendapat kemajuan. Tentara Amerika Serikat di bawah
pimpinan Jenderal John J.Pershing dan Inggris di bawah pimpinan Jenderal Allenby berhasil
mendesak pertahanan Jerman di bawah pimpinan Luddendorf.
Usaha menahan bantuan Jerman ke Turki, pada tahun 1915 Angkatan Laut Inggris berusaha
menduduki Selat Dardanella, Laut Marmora, dan Selat Bosporus yang penting artinya untuk
strategi perang. Namun, usahanya dapat digagalkan Turki di bawah pimpinan Mustafa Kemal
Pasha. Pada tahun 1918 Inggris mundur ke Yunani dan berhasil mengalahkan Bulgaria.
Sementara itu, Turki akhirnya menyerah kepada Inggris yang memperoleh bantuan bangsa Arab
dan Yahudi.
Pada tahun 1917 tentara Jerman menggelamkan banyak kapal dagang Sekutu, khususnya yang
menuju Inggris. Kapal milik Amerika Serikat yang pada saat itu tidak terlibat perang juga
ditenggelamkan. Oleh karena itu, Amerika Serikat yang merasa dirugikan pada bulan April 1917
mengumumkan perang terhadap Jerman.
Sesudah berlangsung hampir empat tahun, Perang Dunia I berakhir dengan kekalahan di
pihak Blok Sentral. Kekalahan perang pihak Blok Sentral disebabkan oleh hal sebagai
berikut....
a. Jumlah anggota Blok Sekutu lebih banyak (23 negara) sehingga dari segi kekuatan pun lebih
kuat, apalagi dengan masuknya Amerika Serikat.
b. Ada perpecahan di pihak Blok Sentral. Italia yang semula ikut Blok Sentral, berbalik
memusuhinya sebab menginginkan daerah-daerah yang dikuasai Austria.
c. Terjadinya pemberontakan rakyat di negara anggota Blok Sentral yang mulai bosan berperang
dan tidak mau lagi mendukung pemerintahannnya.
Pemberontakan itu dipimpin kaum sosialis komunis yang meniru gerakan di Rusia. Kaisar Frans
Josef dari Austria dan Kaisar Wilhelm II dari Jerman dipaksa turun takhta. Kekaisaran Jerman
diubah menjadi republik dan menyerah kepada Sekutu.
Perang Dunia I berakhir dengan dua perjanjian damai yang penting, yaitu Perjanjian Versailles
dan Perjanjian Sevres (kemudian diubah menjadi Perjanjian Lausanne). Perjanjian Versailles
dilakukan antara Jerman dan Sekutu. Perjanjian Sevres dilakukan antara Turki dan Sekutu.
Dalam perjanjian Versailes (1919) ditetapkan, antara lain sebagai berikut...
a. Jerman menyerahkan wilayah Elzas Lotharingen kepada Prancis dan wilayah Eupen Malmedi
kepada Belgia.
b. Wilayah Danzig dan sekitarnya menjadi kota merdeka dibawah perwalian LBB.
c. Wilayah Saar berada di bawah perwalian LBB selama 15 tahun, kemudian akan diadakan
plebisit, yaitu pemungutan suara umum di suatu daerah untuk menentukan status daerah tersebut.
d. Jerman kehilangan semua daerah jajahannya dan diserahkan kepada Inggris, Prancis, dan
Jepang.
e. Jerman membayar ganti rugi sebesar 132 miliar mark
f. Angkatan perang Jerman diperkecil
g. Kapal dagang Jerman diserahkan kepada Inggris sebagai ganti kerugian perang.
h. Wilayah Jerman di sebelah barat Sungai Rijn diduduki Sekutu sebagai jaminan selama 15
tahun.
Perang Dunia I yang berlangsung selama empat tahun memakan korban delapan juta orang tewas
dan luka-luka di medan pertempuran. Sebagian besar peperangan berlangsung di Eropa sehingga
seluruh Eropa mengalami kehancuran di segala sektor kehidupan. Pertanian terbengkalai dan
rusak sehingga persediaan bahan makanan sangat kurang dan banyak terjadi bencana kelaparan.
Perdagangan antarnegara terputus sehingga Eropa terancam kekurangan bahan mentah, bahan
baku, dan bahan makanan. Kehancuran sebagai akibat Perang Dunia I tidak hanya dirasakan oleh
pihak yang kalah perang, tetapi juga oleh negara pemenang perang.
Posisi Rusia dalam Perang Dunia I sangat tidak menguntungkan karena berjuang sendirian di
medan pertempuran timur melawan Jerman dan sekutunya. Untuk menghadapi peperangan itu,
Rusia terpaksa mengadakan mobilisasi umum, yaitu mengerahkan tenaga rakyat untuk bela
negara. Hal itu memperparah keadaan Rusia karena pertanian terbengkalai sehingga terjadi
kekurangan bahan makanan. Keadaan itu diperburuk lagi dengan kekalahan pasukan dan milisi
Rusia di hampir semua medan perang. Masalah itu mematangkan situasi yang mendorong
meletusnya Revolusi Komunis. Revolusi terjadi pada tahun 1917 dipimpin oleh Lenin.
Kehancuran yang lebih hebat dialami oleh Jerman dan sekutunya sebagai negara yang kalah
perang. Selama perang berlangsung, perekonomian Jerman mengalami kehancuran. Tingkat
inflasi membubung tinggi. Hasil keputusan Perjanjian Versailles pada tahun 1919 yang
mengakhiri peperangan terlampau berat bagi Jerman. Jerman telah kehilangan seluruh daerah
pusat industri, armada kapal dagang, dan daerah koloni, serta masih harus membayar pampasan
perang dalam jumlah besar.
Akibat kalah dalam Perang Dunia I, Kekaisaran Jerman dihapuskan dan diganti republik dengan
nama Republik Weimar. Republik baru itu harus menghadapi berbagai kesulitan akibat Perang
Dunia I. Di tengah kesulitan dan kesengsaraan hidup. Adolft Hitler mengembangkan Naziisme
yang meruakan ideologi Partai Buruh Jerman, National Sozialitische Deutsche Arbeiter Partei
(NSDAP) yang dapat juga disebut Partai Nazi.
Turki juga sangat menderita akibat Perang Dunia I. Turki tidak lagi menjadi negara beswar di
Timur Tengah sebab daerah jajahannya diambil oleh negara lain. Misalnya, Mesir, Palestina,
Yordania, Irak dan Siprus diambil oleh Inggris;Syria dan Libanon diambil oleh Prancis; Libia
diambil oleh Italia.
Kesengsaraan, kemusnahan, dan kekacauan akibat Perang Dunia I juga menimbulkan keinginan
bangsa-bangsa di dunia untuk menciptakan perdamaian. Menjelang akhir Perang Dunia I,
Presiden Woodrow Wilson (1856-1924) dari Amerika Serikat mengusulkan 14 pasal perdamaian
dunia. Konsep 14 pasal perdamaian tersebut menjadi pendorong terbentuknya Liga Bangsa-
Bangsa (League of Nations). Keinginan menciptakan perdamaian dunia mengakibatkan
dibentuknya Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1919 yang berkedudukan di Jenewa, Swiss.
Perang Dunia I yang meletus pada tahun 1914, pengaruhnya juga sampai di Indonesia. Sekalipun
pemerintah Belanda menyatakan netral, tetapi pemerintah Hindia Belanda memusatkan
perhatiannya pada pertahanan laut, dengan membangun pelabuhan-pelabuhan baru. Disadari pula
tidak mungkin mempertahankan wilayah yang demikian luas, tanpa mengikutsertakan penduduk
pribumi.
Gagasan untuk mengikutsertakan pribumi dalam milisi sebagai pasukan nonreguler terkenal
dengan sebutan Indie Weerbaar (Hindia yang berketahanan) lahir sebelum pecah perang dunia.
Gagasan ini mula-mula didukung oleh kalangan militer tetapi setelah pecah Perang Dunia I
gagasan itu ditinggalkan.
Budi Utomo sebagai organisasi Pergerakan Nasional menganjurkan agar kaum pribumi
membantu keamanan Tanah Air sendiri. Anjuran ini mendapat tanggapan yang berbeda dari
berbagai organisasi Pergerakan Nasional. Ada yang mendukung dan ada yang menolak. Pada
bulan Juli 1916 dibentuk Comite Indie Weerbaar yang didukung oleh organisasi Pergerakan
Nasional, namun demikian pemerintah Hindia Belanda tidak menyetujuinya. Dalam Perang
Dunia I juga muncul tuntutan kepada pemerintah kolonial untuk mengadapak pembaharuan
pemerintahan dan pembentukan lembaga perwakilan rakyat. Menanggapi tuntutan tersebut maka
bulan Desember 1916 undang-undang pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) disahkan oleh
Parlemen Hindia Belanda dan secara resmi membentuk Volksraad yang anggotanya dari wakil-
wakil organisasi-organisasi di Indonesia dan juga perwakilan orang-orang Belanda.
Dalam perjalannya, Volksraad tidak mampu menampung aspirasi para anggotanya. Perjuangan
mereka melalui dewan tersebut terasa kurang begitu diperhatikan oleh pemerintah kolonial
Hindia Belanda. Oleh karena itu, kepada pemerintah kolonial Belanda didesak untuk segera
mengganti Volksraad dengan parlemen pilihan rakuat. Untuk memperkuat tuntutannya, partai-
partai menggabungkan diri dalam organisasi Radikale Consentratie. Untuk meredakan situasi,
pada sidang Volksraad tanggal 18 November 1918, Gubernur Jenderal Hindia Belanda
menyampaikan pidato yang menjanjikan pembaharuan pemerintahan di Indonesia. Pidato
gubernur jenderal ini dikenal sebagai Janji November atau November Belofte. Akan tetapi,
setelah selesai Perang Dunia I pemerintah kolonial Hindia Belanda bersika lebih reaksioner.
Memasuki tahun 1920 kegiatan ekspor mulai menurun, dan setelah terjadi krisis ekonomi pada
tahun 1921. Akibatnya, kerugian besar diderita oleh perusahaan-perusahaan Barat yang
beroperasi di Indonesia. Untuk mengadakan imbangan dan mengejar neraca surplus
perdagangan, produksi barang ekspor seperti hasil perkebunan dan pertambangan diperbesar dan
diperluas.
Dengan demikian, pemerintah kolonial Belanda tetap mendapatkan keuntungan besar seperti
sebelum terjadi krisis. Untuk mengatasi biaya dan agar keuntungan tetap besar itu, pemerintah
kolonial melakukan cara penghematan dalam anggaran belanja terutama untuk gaji pegawai,
anggaran pendidikan, kesehatan, dan sosial yang semuanya langsung menyangkut kehidupan
rakyat Indonesia. Pemecatan secara besar-besaran terhadap buruh Indonesia diberbagai
perusahaan dan perkebunan menambah berat badan masyarakat Indonesia. Buruh-buruh yang
dipecat itu kembali ke desa masing-masing tanpa penghasilan lagi. Mereka kemudian hidup
menumpang pada sanak saudaranya yang sudah serba kekurangan di desa.
Kondisi ekonomi yang memburuk terus berlanjut dan mencapai puncaknya ketika terjadi krisis
besar dunia pada tahun 1929. Krisis tersebut juga berpengaruh langsung terhadap kehidupan
ekonomi di Indonesia. Krisis ekonomi tersebut berkecamuk di seluruh wilayah Indonesia baik di
kota maupun di desa dan merata dan dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat.
Tingkat kemakmuran rakyat pada tahun 1930-1933 sangat merosot. Berbagai harga bahan ekspor
seperti, karet, kopra, lada, kopi, kulit, dan hasil hutan, maupun harga hasil bumi yang dijual di
pasar dalam negeri seperti buah-buahan, bambu, beras, lada, dan bawang merosot hingga 60-
71%.
Kemunduran yang besar dalam industri gula merupakan pukulan hebat. Kerugian tidak hanya
dirasakan bagi perusahaan-perusahaan yang bersangkutan saja, tetapi juga bagi kemakmuran
rakyat. Uang yang diedarkan dalam bentuk upah buruh pada tahun 1929 berjumlah 102 juta,
tetapi dalam tahun 1934, jumlah tersebut berkurang menjadi 10 juta.
Krisis ekonomi dunia tahun 1929, menimpa Indonesia dengan amat hebat. Sebagai negeri
penghasil ekspor bahan makanan dan bahan mentah, Indonesia menderita lebih parah akibat
turunnya harga di pasaran dunia daripada negara-negara industri. Harga barang impor hasil
pabrik tidak turun sedemikian banyaknya sehingga Indonesia harus mengeluarkan barang ekspor
lebih banyak agar dapat memasukkan barang sebanyak seperti sebelum masa krisis.
Akibat dari krisis ekonomi, didaerah-daerah minus, seperti didaerah pegunungan kapur utara dan
daerah Gunung Kidul banyak terjadi bencana kelaparan. Demikian juga di daerah tambang
Umbilin (Sawah Lunto) nasip para buruh tambangnya lebih buruk lagi. Demikianlah keadaan
ekonomi Indonesia selama masa krisis yang terjadi antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Dari berbagai uraian saya bias ditarik sebuah garis lurus sebagai berikut
Tujuan Jepang menjadi Negara imperalisme adalah untuk menyamakan kedudukan
dengan Negara lain khususnya Negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Perancis.
Dengan melakukan ekspansionisme ke wilayah – wilayah yang memiliki potensi bahan-bahan
mentah untuk memenuhi kebutuhan industrialisasi di Jepang. Bangsa Jepang mengamankan
wilayah-wilayah yang mendukung proses industrialisasinya, baik wilayah yang memiliki sumber
daya alam maupun wilayah yang memiliki potensi sebagai pasar hasil industrinya khususnya
wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah. Dan adanya restriksi (pembatasan)
imigran jepang yang dilakukan oleh negara-negara barat, pengaruh ajaran Shinto tentang Hakko
I Chi-u (dunia sebagai keluarga).
Dari perkembangan yang bertahap itu Jepang mengalami perkembangan pada saat
pemerintahan Kaisar Meiji khususnya di bidang industri namun karena negara Jepang tidak
memiliki bahan yang cukup dari negaranya sendiri maka Jepang harus mengimpor dari negara
lain. Jepang mengalami kekacauan politik yang berdampak pada melemahnya perekonomian
negara. Hal ini mengakibatkan kewibawaan Rezim Tokugawa di mata bangsa Jepang semakin
melemah oleh karena itu melahirkan kesadaran nasional yang disimbolkan dengan munculnya
gerakan anti-orang asing pada tahun 1860an yang dipelopori oleh kaum bangsawan desa atau
kaum samurai rendahan (shishi).