Anda di halaman 1dari 28

Globalisasi

dan
Pengentasan Kemiskinan
di
Vietnam
Oleh :
Jajang Nurjaman
1 ASPEK-ASPEK YANG TERKAIT DENGAN GLOBALISASI

- Terlepas dari segala macam penafsiran, globalisasi ditengarai


sebagai sebuah proses yang kompleks (Giddens, 2000: 38).
- Bahkan disadari atau tidak, globalisasi telah
mentransformasikan ruang dan waktu serta institusi-
institusi, baik sosial, budaya maupun ekonomi.
- Globalisasi adalah terminologi baru tetapi eksistensinya
telah ada sejak lama. Gejala globalisasi telah muncul pada
abad 19 sebagai rekaan demokrasi sosial gaya lama
(Giddens, 2000: 32-33).
- Jalur perdagangan internasional dan pasar dunia dikuasai dan
dimonopoli pedagang Eropa. Monopoli tidak hanya melalui
diplomasi tetapi diusahakan melalui kekerasan (peperangan)
dalam upaya menundukan dan dorongan hasrat untuk menguasai
kerajaan-kerajaan di Asia, Afrika, Amerika Latin kemudian daerah-
daerah tersebut dijadikan jajahan demi kepentingan perdagangan
(sumber bahan mentah dan pasar).
- Terkait globalisasi, terdapat perbedaan antara globalisasi abad 19
dengan abad 21 ini. Perbedaan terletak pada cara dan
pendekatan yang dipakai dalam penguasaan dan dalam hal
kecepatan serta cakupan. Di abad 21 penguasaan pasar dan
perdagangan tidak Iagi dengan menguasai secara fisik, seperti
abad 19, tetapi melalui pendekatan dengan menggunakan
instrumen politik, budaya dan teknologi.
Kerjasama pemasaran diorganisir dan bersdasarkan
kesepakatan politis dibentuk forum seperti AFTA,
NAFTA, APEC, WTO dan sebagainya. Melalui forum
tersebut dilakukan perjanjian mengenai hak dan
kewajiban masing-masing anggota dalam mewujudkan
ekspansi dan penguasaan pasar. Negara yang
mempunyai kekuatan lobi politis cenderung akan lebih
dapat mengambil peran utama.
2 DAMPAK BURUK GLOBALISASI TERHADAP NEGARA-NEGARA BERKEMBANG

1. Globalisasi dan Kemiskinan

- Sejak awal 1980-an, "stabilisasi ekonomi makro" dan


struktural Program penyesuaian yang diberlakukan oleh IMF
dan Bank Dunia untuk pengembangan negara sebagai syarat
untuk negosiasi ulang hutang eksternal mereka
menyebabkan pemiskinan ratusan juta orang.
- Hal tersebut tidak sesuai dengan semangat perjanjian
Bretton Woods, yang didasarkan pada "ekonomi
rekonstruksi ", dan stabilitas nilai tukar utama, struktural
program penyesuaian telah berkontribusi besar untuk
mengganggu kestabilan mata uang nasional dan merusak
ekonomi negara-negara berkembang.
- Daya beli negara-negara berkembang telah ambruk,
kelaparan telah meletus, kesehatan klinik dan sekolah telah
ditutup dan ratusan juta Anak-anak telah ditolak haknya
untuk pendidikan dasar, di beberapa wilayah negara
berkembang, merasakan dampak menyebarnya penyakit
menular termasuk tuberkulosis, malaria dan kolera.
- Sementara mandat Bank Dunia terdiri dari "memerangi
kemiskinan" dan melindungi lingkungan, dukungannya untuk
pembangkit listrik tenaga air berskala besar Dan proyek
agroindustri juga mempercepat proses deforestasi dan
penghancuran lingkungan alam, yang menyebabkan
dipaksanya pemindahan dan penggusuran beberapa juta
orang.
2. Geopolitik Global

- Setelah terjadinya perang dingin, restrukturisasi


ekonomi makro telah didukung kepentingan
geopolitik global termasuk kebijakan luar negeri
AS. penyesuaian struktural telah digunakan untuk
melemahkan ekonomi bekas blok Soviet dan
membongkar sistem perusahaan negara.
- Sejak akhir 1980-an, IMF World Bank "obat
ekonomi" telah diterapkan pada Eropa timur,
Yugoslavia dan bekas Uni Soviet dengan
konsekuensi yang dahsyat baik secara ekonomi
maupun sosial.
- Sementara mekanisme penegakannya berbeda, program
penyesuaian struktural sudah sejak tahun 1990-an telah
diterapkan juga dan dikembangkan di beberapa negara.
- Sedangkan terapi makro-ekonomi (di bawah yurisdiksi
Pemerintah nasional) cenderung kurang masif dibandingkan yang
dikenakan pada Selatan dan Timur, dasar teoritis dan
ideologisnya hampir serupa. Kepentingan keuangan global yang
sama dilayani.
- Kebijakan moneter diterapkan pada skala dunia dan proses
restrukturisasi ekonomi global Pemogokan juga di jantung
negara-negara kaya. Konsekuensinya adalah pengangguran, upah
rendah dan marginalisasi sektor besar populasi.
- Pengeluaran sosial dibatasi dan banyak pencapaian negara
kesejahteraan dicabut.
- Kebijakan negara telah mendorong Penghancuran usaha kecil
dan menengah. Rendahnya tingkat makanan konsumsi dan
kekurangan gizi juga memukul kaum miskin kota di berbagai
negara kaya. Menurut sebuah studi tercatat 30 juta orang di
Amerika diklasifikasikan kelaparan.
3. Polarisasi Sosial dan Konsentrasi Kekayaan

- Di Selatan, Timur dan Utara, kelompok sosial minoritas


mengakumulasi sejumlah besar kekayaan dengan mengorbankan
sebagian besar populasi. Perintah keuangan internasional baru-
baru ini memberi sumbangan pada kemiskinan manusia dan
penghancuran lingkungan alam.
- Hal tersebut menghasilkan sosial Apartheid, mendorong rasisme
dan pertikaian etnik, menyebabkan bias gender dan sering
memicu negara menjadi konfrontasi destruktif antara bangsa,
apalagi reformasi ini diterapkan secara bersamaan di lebih dari
150 negara.
- Dapat mendorong terjadinya "globalisasi Kemiskinan ", sebuah
proses yang merongrong penghidupan manusia dan
menghancurkan masyarakat sipil di negara-negara berkembang..
4. Penanganan Krisis Ekonomi Melalui IMF

- Di bawah yurisdiksi IMF, "menu" yang sama dari


penghematan anggaran, devaluasi, liberalisasi
perdagangan dan privatisasi diterapkan secara
bersamaan.
- Termasuk negara Vietnam masuk ke dalam 150
negara yang berhutang. Dampaknya Negara-negara
seperti Vietnam harus mengorbankan kedaulatan
ekonomi mereka terkait pengendalian kebijakan
fiskal dan moneter.
- Represi politik dengan kolusi para elit dunia ketiga
mendukung Sebuah proses paralel "represi
ekonomi".
- "Tata pemerintahan yang baik" dan diadakannya
pemilihan multi partai ditambahkan kondisi yang
dipaksakan oleh donor dan kreditur, namun
hakikatnya Reformasi ekonomi menghalangi
demokratisasi sesungguhnya.
- Struktural Penyesuaian mempromosikan institusi
palsu dan demokrasi parlementer palsu yang pada
gilirannya, mendukung proses restrukturisasi
ekonomi.
- Sepanjang perjalanan yang dihadapi negara-negara dunia
ketiga, mereka mengalami situasi yang serba sulit.
Kerusuhan anti-SAP dan pemberontakan populer ditekan
secara brutal: Caracas, 1989: Presiden Carlos Andres Perez,
dengan terang-terangan mencela IMF yang mempraktekkan
"totalitarianisme ekonomi yang membunuh.
- Tidak dengan peluru tapi dengan kelaparan ", menyatakan
keadaan darurat dan mengirim Unit reguler infanteri dan
marinir ke daerah kumuh (barrios de Ranchos) di perbukitan
yang menghadap ke ibukota.
- Kerusuhan anti-IMF Caracas dipicu karena kenaikan harga
roti sebesar 200 persen.
2. Genosida Ekonomi

- Penyesuaian struktural yang kondusif terhadap bentuk


"genosida ekonomi"yang dilakukan melalui manipulasi
terang-terangan dan disengaja melalui kekuatan pasar. Bila
dibandingkan dengan periode sejarah penjajahan (Kerja
paksa dan perbudakan), dampak sosialnya sangat
menghancurkan.
- Penyesuaian struktural Program berdampak langsung pada
penghidupan lebih dari empat miliar orang.
- Penerapan program penyesuaian struktural dalam jumlah
besar
- Negara debitur menikmati internasionalisasi makroekonomi
kebijakan di bawah kendali langsung IMF dan Bank Dunia.
Bertindak atas nama kepentingan finansial dan politik yang
kuat (misalnya Paris Dan London Clubs, G7).
- Bentuk baru dominasi ekonomi dan politik tersebut bisa
disebut sebuah bentuk "kolonialisme pasar", penguasaan
manusia dan pemerintah melalui interaksi kekuatan pasar
yang tampaknya "netral".
- Birokrasi internasional yang berbasis di Washington telah
dipercayakan oleh pihak internasional, Kreditor, dan
perusahaan multinasional dengan desain ekonomi global,
yang mempengaruhi mata pencaharian lebih dari 80 persen
dari populasi dunia.
6. Menghancurkan Ekonomi Nasional

- Restrukturisasi ekonomi dunia, di bawah bimbingan


Lembaga keuangan yang berbasis di Washington, semakin
menyangkal kedaulatan negara berkembang dan
kemungkinan membangun ekonomi nasional:
Internasionalisasi kebijakan makro ekonomi mengubah
negara menjadi Wilayah ekonomi terbuka dan ekonomi
nasional menjadi "cadangan" Tenaga kerja murah dan
sumber daya alam.
- Penerapan "obat ekonomi" IMF cenderung semakin
menekan harga komoditas dunia karena ia memaksa
masing-masing negara untuk secara bersamaan menjaga
ekonomi nasional mereka Menuju pasar dunia yang
menyusut.
- Inti sistem ekonomi global terletak pada struktur yang tidak
setara, perdagangan, produksi dan kredit yang
mendefinisikan peran dan posisi pengembangan Negara-
negara dalam ekonomi global.
- Kemudian berlangsung Sistem ekonomi dunia; Tentang
struktur kemiskinan global dan Ketidaksetaraan pendapatan
tersebut berbasis pada pergeseran jaman.
- Dimana populasi dunia akan mencapai lebih dari enam
miliar, dan lima miliar populasi tersebut akan hidup dalam
kemiskinan.
- Sedangkan negara-negara kaya (dengan sekitar 15 persen
dari populasi dunia) mengendalikan hampir 80 persen dari
total pendapatan dunia, kira-kira 60 persen populasi dunia
mewakili kelompok "negara rendah".
3 PENGENTASAN KEMISKINAN NEGARA VIETNAM

1. Upaya Pengentasan Pemerintah Vietnam

- Proses upaya pengentasan kemiskinan dalam era globalisasi


ekonomi ini tidak hanya menjadi penyebab dari semakin
lebarnya jurang ketimpangan, namun juga menimbulkan
berbagai hambatan karena prioritas dan fokus yang salah
sasaran.
- Sebut saja Vietnam, sebuah negara miskin dan pada awal
tahun 1990 an sempat bangkit, namun jatuh lagi pada krisis
finansial asia pada tahun 1998.
- Sampai dengan tahun 2010, Vietnam telah menjalani
berbagai macam strategi pengentasan kemiskinan, mulai
dari PRSP sampai dengan I-PRSP namun, kemiskinan dan
ketimpangan masih menjadi permasalahan utama negeri ini.
- Dalam tulisan ini, hubungan sebab akibat antara
globalisasi ekonomi dan penyebab kemiskinan di
Vietnam tidak dapat langsung ditarik garis lurus yang
linier, bahwa globalisasi ekonomi merupakan
penyebab utama kemiskinan di Vietnam.
- Argumen utama dalam tulisan ini adalah globalisasi
bukan satu-satunya penyebab kemiskinan di
Vietnam, namun globalisasi ekonomi di Vietnam
memperlebar jurang pemisah antara orang kaya dan
orang miskin serta semakin membatasi para
masyarakat dalam mendapatkan akses kebutuhan
dasarnya.
2. Vietnam dan Kemiskinan

- Salah satu definisi dari kemiskinan dan ketimpangan adalah


ketidakmampuan seorang dalam mendapatkan akses
terhadap basic needs serta perbedaan dalam
mendapatkannya.
- Deepa Narayan (2002) mengatakan bahwa, seorang individu
dapat dikategorikan sebagai seorang yang miskin apabila
individu tersebut tidak dapat mendapatkan akses terhadap
basic needs.
- Commins (2001) menyatakan bahwa, Vietnam dalam
sejarahnya telah mengalami widespread starvation pada
tahun 1986 karena proses pertanian yang mengalami
kegagalan dan tidak adanya suplai bantuan dari negara Uni
Soviet.
- Berkaca dari sejarah kemiskinan di Vietnam yang disebabkan
karena alam, yaitu gagal panen dan bantuan dana dari Uni
Soviet.
- Maka, globalisasi ekonomi yang belum masuk ke negara
Vietnam tidak dapat disalahkan sebagai penyebab utama
munculnya kelaparan dan kemiskinan di Vietnam.
- Negara Vietnam pada tahun 1986, menurut data World
Bank, pendapatan per kapita hanya $100 per tahun, dimana
nilai tersebut sangat rendah sekali.
- Penyebab rendahnya pendapatan tersebut dikarenakan oleh
banyaknya unskilled labor di Vietnam.
- Commins (2001) mengatakan, Vietnam merupakan negara
agrikultur yang mempekerjakan lebih dari 70% total tenaga
kerjanya dalam bidang pertanian, yang mana tidak
membutuhkan skill tertentu dan bergaji rendah.
- Kemiskinan di Vietnam tidak dikarenakan oleh globalnya
ekonomi atau adanya pasar bebas. Namun bencana
kelaparan dan kemiskinan pada tahun 1986 merupakan
proses natural dari bencana alam dan sistem ekonomi yang
sangat proteksionis.
- Laura Benson (2002), mengatakan bahwa Vietnam adalah
salah satu negara yang sangat tertutup dan central planning
dari pemerintah yang sangat kuat yang mengatur seluruh
proses pembangunan dan interaksi internasional.
- Pada tahun 1994, pemerintah Vietnam membuka proteksi
perdagangannya dengan kebijakan open market policy yang
tertuang dalam peraturan pemerintah tahun 1994 PRSP
(Poverty Reduction Strategic Paper), salah satu poin dari
kebijakan ini adalah mencaput trade barriers dan open
market policy.
3. Globalisasi Ekonomi dan Kemiskinan

- Tujuan utama pemerintah Vietnam melakukan open market policy


adalah untuk membantu proses restrukturisasi negara pasca bencana
kelaparan dan kemiskinan. Jadi agenda dari pemerintah Vietnam
membuka marketnya adalah pengurangan angka kemiskinan.
- Dalam poin yang tertuang dalam I-PRSP, pemerintah Vietnam
membuka negaranya untuk proses pembangunan dan restrukturisasi,
dimana tujuan utamanya adalah membuka Foreign Direct Investor dan
Internasional Aid.
- Selain itu bantuan berupa dana untuk pembangunan dari World Bank
dan IMF sangat besar sekali di Vietnam, total lebih dari $571 juta dana
yang dikeluarkan World Bank kepada Vietnam dalam kurun tahun
1998-2005.
- Commins (2001), mengatakan bahwa Vietnam pada awal tahun 1998
merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang
sangat tinggi dan masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan
ekstrim menurun dengan kisaran 37%.
- Memang benar apabila globalisasi ekonomi telah
berperan dalam pertumbuhan GDP dan menurunkan
angka kemiskinan ekstrim di negara Vietnam.
- Namun, globalisasi ekonomi yang dianut oleh negara
Vietnam ini mendapat permasalahan baru, yaitu
meningkatnya jurang ketimpangan dan kemiskinan
yang lebih kompleks di dalam masyarakat Vietnam.
- Lebih parah lagi, upaya pengurangan angka
kemiskinan dengan open market policy malah
menjerumuskan negara Vietnam dengan hutang dan
ketidakmerataan pembangunan serta pendapatan.
4. Upaya Salah Sasaran Dalam Penanggulangan Kemiskinan

Setidaknya ada tiga permasalahan pokok dalam kebijakan pemerintah Vietnam, dari upayanya
mengurangi angka kemiskinan:

- Pertama adalah totally free trade policy non barrier, pemerintah


Vietnam menggunakan kebijakan tersebut yang tertuang dalam I-PRSP
untuk melakukan restrukturisasi dan pengentasan kemiskinan pasca
bencana kelaparan pada tahun 1986.
- Pemerintah Vietnam melihat pasar dunia ketika situasi ekonomi dalam
negeri sedang hancur dan terpuruk, sehingga pemerintah Vietnam
melihat open market ini sebagai sebuah solusi yang mendapat
justifikasi dari situasi sosial ekonomi yang sedang porak poranda.
- Pemerintah Vietnam mencoba membuka lebar jalur perdagannya
dengan perdagangan bebas tanpa adanya intervensi, dengan tujuan
pemenuhan kebutuhan penduduk dan akses akan basic needs.
- Dampaknya adalah terjadi transformasi ekonomi dari agrikultur
menjadi manufaktur
- Kedua adalah permasalahan kebijakan pembangunan yang
salah sasaran dan kurang prioritas.
- Pemerintah Vietnam menetapkan transformasi agrikultur
menjadi manufaktur dimana lokasi industri manufaktur
terletak di perkotaan, sehingga tidak ayal apabila terjadi
urbanisasi besar-besaran dari desa ke kota untuk mendapat
pekerjaan.
- Masyarakat Vietnam banyak yang berpindah ke kota karena
kehidupan di desa tidak dapat mencukupi kehidupannya.
- Permasalahan sosial menjadi semakin kompleks ketika
banyak penduduk yang berpindah dari desa ke kota.
- Salah satunya adalah angka kriminalitas dan angka
pengangguran yang meningkat tajam, lebih jauh lagi
masalah kesehatan menjadi permasalahan baru yang hadir
dalam kota yang terlewat padat penduduk.
- Ketiga adalah kebijakan pemerintah Vietnam dalam
menerima bantuan luar negeri IMF dan World Bank yang
disesuaikan dengan kapasitas dan kapabilitas negara
Vietnam itu sendiri.
- Total utang Vietnam terhadap institusi ekonomi global
tersebut mencapai lebih dari $1 miliar pada tahun 2010.
- Utang dan efektifitas pembangunan dalam pemerintahan
Vietnam kurang berjalan serasi dan harmonis dalam proses
pengentasan kemiskinan ini.
- Kebijakan pemerintah Vietnam ini seperti menutup lubang
dan menggali lubang. Ditambah lagi alokasi dana yang
sangat besar tersebut tidak bisa teralokasi dengan baik
dalam proses pembangunan, karena fokus dari
pembangunannya sendiri salah sasaran.
Kesimpulan

Globalisasi dapat dikatakan sebagai pisau bermata dua, disisi lain memberi manfaat bahkan
keuntungan bagi negara-negara maju dan siap. Namun juga menjadi masalah bahkan ancaman
bagi negara-negara berkembang. Seperti yang dijelaskan dalam bab pembahasan, bagaimana
dampak globalisasi terhadap negara-negara berkembang, menjadi permasalahan sendiri.
Dampaknya dirasakan hampir ke seluruh sendi kehidupan bangsa, baik secara ekonomi, sosial,
politik, bahkan budaya.

Namun begitu, terkait fenomena kemiskinan, merujuk kepada kasus di Vietnam globalisasi
ekonomi bukanlah satu-satunya penyebab. kemiskinan terjadi karena adanya faktor alam dan
sistem ekonominya yang sangat tertutup. Globalisasi ekonomi dalam peranannya terhadap
kemiskinan dan ketimpangan di Vietnam adalah globalisasi ekonomi ini membatasi akses
masyarakat terhadap kebutuhan dasar (basic needs). Sehingga masyarakat yang masih miskin
dalam era globalisasi ekonomi ini akan sangat kesulitan mendapatkan akses karena akses
tersebut dikuasai oleh aktor ekonomi. Selain itu, globalisasi yang terjadi di Vietnam
menggambarkan bagaimana ketimpangan dan kebijakan salah sasaran itu terjadi. Sehingga,
ketika kapasitas dan kapabilitas para pengambil keputusan dan para masyarakat belum kuat,
maka globalisasi dapat menjadi bumerang yang malah merugikan diri sendiri.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai