Anda di halaman 1dari 56

KEGIATAN BELAJAR 1: KONDISI EKONOMI GLOBAL

PENGANTAR
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan
dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah
adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak
terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.
Sistem perekonomian ada beberapa macam. yang pertama Sistem
Perekonomian Kapitalisme, yang kedua Sistem Perekonomian
Sosialisme, yang ketiga Sistem Perekonomian komunisme, yang
keempat Sistem Ekonomi Merkantilisme, dan yang kelima Sistem
Perekonomian Fasisme.

TUJUAN:
1. Mengerti mengenai hubungan yang terjadi diantara peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam perekonomian.
2. Memahami persoalan global yang berimbas pada ekonomi
Indonesia
3. Dapat membantu memahami wujud perilaku ekonomi dalam
dunia nyata.

MATERI:
A. Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan
dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak
karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua
1
istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan
istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara
atau batas-batas negara.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
 Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan
internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa
semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal
dari budaya yang berbeda.
 Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda
menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan
perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).
 Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media
massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan
olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal
yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang
fashion, literatur, dan makanan.
 Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang
lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-
lain.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi
antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
a) Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di
berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menajdi
lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang
rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang
memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif.
Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.

2
b) Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses
untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi di semua
negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam
memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga
dalam memperluas jaringan jalan tol telah mema nfaatkan
sistem pembiayaan dengan pola BOT (Build Operate Transfer)
bersama mitrausaha dari mancanegara.
c) Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu
memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya,
seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja
yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar
yang biasa diperoleh dari negara berkembang karena upah lebih
murah. Dengan globalisasi maka perputaran tanaga kerja akan
semakin mudah dan bebas.
d) Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan
mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di
dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio,
media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin
maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan
dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC, celana
jeans levi’s, atau hamburger melanda pasar dimana-mana.
Akibatnya selera masyarakat dunia, baik yang berdomisili di
kota ataupun di desa- menuju pada selera global.
e) Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk
penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai
hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan
persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.

B. Penyebab Krisis Ekonomi Global


Di tengah dinamika ekonomi global yang terus-menerus
berubah dengan akselerasi yang semakin tinggi sebagaimana
digambarkan di atas, Indonesia mengalami terpaan badai krisis yang

3
intensitasnya telah sampai pada keadaan yang nyaris menuju
kebangkrutan ekonomi.
Krisis ekonomi – yang dipicu oleh krisis moneter – beberapa waktu
yang lalu, paling tidak telah memberikan indikasi yang kuat terhadap
tiga hal.
Pertama, kredibilitas pemerintah telah sampai pada titik nadir.
Penyebab utamanya adalah karena langkah-langkah yang ditempuh
pemerintah dalam merenspons krisis selama ini lebih bersifat “tambal-
sulam”, ad-hoc, dan cenderung menempuh jalan yang berputar-putar.
Selain itu, seluruh sumber daya yang dimiliki negeri ini dicurahkan
sepenuhnya untuk menyelamatkan sektor modern dari titik
kehancuran. Sementara itu, sektor tradisional, sektor informal, dan
ekonomi rakyat, yang juga memiliki eksistensi di negeri ini seakan-
akan dilupakan dari wacana penyelamatan perekonomian yang tengah
menggema.
Kedua, rezim Orde Baru yang selalu mengedepankan
pertumbuhan (growth) ekonomi telah menghasilkan crony capitalism
yang telah membuat struktur perekonomian menjadi sangat rapuh
terhadap gejolak-gejolak eksternal. Industri manufaktur yang sempat
dibanggakan itu ternyata sangat bergantung pada bahan baku impor
dan tak memiliki daya tahan. Sementara itu, akibat “dianak-tirikan”,
sektor pertanian pun juga tak kunjung mature sebagai penopang laju
industrialisasi. Yang saat itu terjadi adalah derap industrialisasi
melalui serangkaian kebijakan yang cenderung merugikan sektor
pertanian. Akibatnya, sektor pertanian tak mampu berkembang secara
sehat dalam merespons perubahan pola konsumsi masyarakat dan
memperkuat competitive advantage produk-produk ekspor Indonesia.
Salah satu faktor terpenting yang bisa menjelaskan
kecenderungan di atas adalah karena proses penyesuaian ekonomi dan
politik (economic and political adjustment) tidak berlangsung secara
mulus dan alamiah. Soeharto-style state-assisted capitalism nyata-
nyata telah merusak dan merapuhkan tatanan perekonomian. Memang
di satu sisi pertumbuhan ekonomi yang telah dihasilkan cukup tinggi,

4
namun mengakibatkan ekses yang ujung-ujungnya justru counter
productive bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Ketiga, rezim yang sangat korup telah membuat sendi-sendi
perekonomian mengalami kerapuhan. Secara umum, segala bentuk
korupsi akan mengakibatkan arah alokasi sumber daya perekonomian
menjurus pada kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan tidak
memberikan hasil optimum. Dalam kondisi seperti ini pertumbuhan
ekonomi memang sangat mungkin terus berlangsung, bahkan pada
intensitas yang relatif tinggi. Namun demikian, sampai pada batas
tertentu pasti akan mengakibatkan melemahnya basis pertumbuhan.
Selanjutnya, praktik-praktik korupsi secara perlahan C tapi
pasti C telah merusak tatanan ekonomi dan pembusukan politik yang
disebabkan oleh perilaku penguasa, elit politik, dan jajaran birokrasi.
Keadaan semakin parah ketika jajaran angkatan bersenjata dan aparat
penegak hukum pun ternyata juga turut terseret ke dalam jaringan
praktik-praktik korupsi itu.
Hancurnya kredibilitas pemerintah yang dibarengi dengan
tingginya ketidakpastian itu telah menyebabkan terkikisnya
kepercayaan (trust). Yang terjadi dewasa ini tidak hanya sekadar
pudarnya trust masyarakat terhadap pemerintah dan sebaliknya,
melainkan juga antara pihak luar negeri dengan pemerintah, serta di
antara sesama kelompok masyarakat. Yang terakhir disebutkan itu
tercermin dengan sangat jelas dari keberingasan massa terhadap
simbol-simbol kekuasaan serta kemewahan dan terhadap kelompok
etnis Cina, seperti yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998.
Sementara itu, krisis kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah dapat dilihat dari respons masyarakat yang kerap kali
berlawanan dengan tujuan kebijakan yang ditempuh pemerintah.
Misalnya, kebijakan pemerintah yang seharusnya berupaya
menggiring ekspektasi masyarakat ke arah kanan, justru telah
menimbulkan respons masyarakat menuju ke arah kiri, dan
sebaliknya. Faktor lainnya adalah semakin timpangnya distribusi
pendapatan dan kekayaan, sehingga mengakibatkan lunturnya
solidaritas sosial.
5
C. Definisi Ilmu Ekonomi.
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi
adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang
tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan
(scarcity).
Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang
berarti “keluarga, rumah tangga” dan (nomos), atau “peraturan, aturan,
hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah
tangga” atau “manajemen rumah tangga.” Sementara yang dimaksud
dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep
ekonomi dan data dalam bekerja.
Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dengan
beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs
makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi
positif (deskriptif) vs normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya.
Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen
keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan
dalam bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya
penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik,
kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan
karena pada dasarnyaekonomi seperti yang telah disebutkan di atas
adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia.
Ada sebuah peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan
metode ekonomi dalam konteks yang lebih luas. Fokus analisa
ekonomi adalah “pembuatan keputusan” dalam berbagai bidang
dimana orang dihadapi pada pilihan-pilihan. misalnya bidang
pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan
agama. Gary Beckerdari University of Chicago adalah seorang perintis
trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi
seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi
sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku
6
manusia. Pendapatnya ini terkadang digambarkan sebagaiekonomi
imperialis oleh beberapa kritikus.

D. Faktor-faktor dalam perekonomian dibedakan kepada empat


jenis, yaitu:
1) Tanah dan sumber alam, faktor produsi ini disediakan oleh
alam. Faktor produksi ini meliputi tanah, barang tambang,
hasil hutan dan sumber alam yang dapat dijadikan modal
seperti air yang dibendung untuk irigasi atau untuk pembangkit
tenaga listrik.
2) Tenaga kerja, faktor produksi ini bukan saja jumlah buruh
yang terdapat dalam perekonomian. Pengertian tenaga kerja
meliputi keahlian dan keterampilan. Dari segi keahlian dan
pendidikannya tenaga kerja dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu: tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil dan tenaga
kerja terdidik.
3) Modal, faktor produksi ini merupakan benda yang diciptakan
oleh manusia dan digunakan untuk memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan.
4) Keahlian keusahawanan, faktor produksi ini berbentuk
keahlian dan kemampuan pengusaha untuk mendirikan dan
mengembangkan berbagai kegiatan usaha. Kealian
keusahawanan meliputi kemahiran mengorganisasi ketiga
sumber atau faktor produksi tersebut secara efektif dan efisien
sehingga usahanya berhasil dan berkembang serta dapat
menyediakan barang dan jasa untuk masyarakat.

E. Macam – Macam Sistem Perekonomian


1) Sistem Perekonomian Kapitalisme,
Yaitu sistem ekonomi yang memberikan kebebasan secara penuh
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan menjual barang
dan sebagainya. Dalam sistem perekonomian kapitalis,semua
orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba yang
sebesar besarnya.
7
2) Sistem Perekonomian Sosialisme,
Yaitu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang
cukup besar kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan
ekonomi, tetapi dngan campur tangan pemerintah.Pemerintah
masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata kehidupan
perekonomian negara serta jenis jenis perekonomian yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3) Sistem Perekonomian komunisme,
Adalah sistem ekonomi dimana peran pemerintah sebagai
pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian.Setiap
orang tak boleh memiliki kekayaan pribadi..Sehingga nasib
seseorang bisa ditentukan oleh pemerintah.Semua unit bisnis.
mulai dari yang kecil hingga yng besar dimiliki oleh pemerintah
dengan tujuan Pemerataan Ekonomi dan kebersamaan.
4) Sistem Ekonomi Merkantilisme,
Yaitu suatu sistem politik ekonomi yang sangat mementingkan
perdagangan internasional dengan tujuan memperbanyak asset &
modal yang dimiliki negara.
5) Sistem Perekonomian Fasisme,
Yaitu paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan
memandang rendah bangsa lain, dengan kata lain, fasisme
merupakan sikap rasionalism yang berlebihan.

F. Macam - Macam Sistem Ekonomi.


1) Sistem Ekonomi Tradisional
Suatu sistem ekonomi yang masih menggunakan faktor-faktor
produksi dengan pola tradisional atau adat kebiasaan yang
tergantung pada faktor alam. Mtoivasi kegiatan ekonominya,
yaitu untuk memenuhi kebutuhan bersama.
2) Sistem Ekonomi Pasar
Sistem ekonomi pasar adalah suatu sisten ekonomi yang sebagian
besar barang-barang kapital baik yang buatan manusia maupun
buatan alam yang dimiliki swasta. Proses produksi, distribusi, dan

8
konsumsinya dilaksanakan dalam rangka mencari laba yang
sebesar-besarnya oleh pemilik.
3) Sistem Ekonomi Terpusat
Suatu sistem ekonomi yang seluruh kebijakan perekonomiannya
ditentukan oleh pemerintah. Motivasi kegiatan ekonomi nya
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan dan untuk kemakmuran negara.
4) Sistem Ekonomi Campuran
Sistem ekonomi hasil dari perpaduan dari sistem ekonmi pasar
dengan sistem ekonomi terpusat sehingga kelemahan-kelemahan
yang ada pada kedua sistem tersebut dapat diatasi. Pada sistem
ekonomi ini ada kebebasan bagi perseorangan dan swasta untuk
ikut dalam kegiatan ekonomi.
5) Sistem Ekonomi Indonesia
Sistem ekoomi Indonesia dikenal sebagai Demokrasi Ekonomi
adalah Sistem Ekonomi yang dijalankan oleh Indonesia. Pda
sistem ini, kegiatan produksi dilakukan oleh semua, untuk semua,
dan dibawah pimpinan atau kepemilikan oleh anggota-anggota
masyarakat. Motivasi kegiatan ekonominya dalah untuk
kemakmuran masyarakat dengan memenuhi kebutuhannya dan
mengembangkan keselarasan, keserasian serta keseimbangan
antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

G. Penguasa Perekomonian Dunia Saat Ini


Sistem perbankan dan keuangan dunia saat ini dikuasai oleh 13
dinasti keluarga terkaya dan paling berkuasa didunia. 13 dinasti
keluarga tersebut memiliki keturunan darah iluminati. Dari gambar
pyramida juga dijelaskan bahwa pengusa tersebut diantaranya IMF,
World Bank, Central Banks dengan kebijakan tax revenue dan interest
revenue, dan Bank International Settlemant. Tujuan utama dari
mereka adalah menjadi penguasa dunia dengan cara menjerat orang-
9
orang didunia dengan hutang hingga akhirnya mereka menjadi “Debt
Slave” atau budak hutang.
Pada saat deklarasi kemerdekaan Amerika, Raja George III
dari Inggris menetapkan bahwa seluruh rakyat Amerika harus
membayar tagihan, uang yang dipinjam, serta hutang dari kongres.
Dari pernyataan tersebut, dapat memberikan gambaran bahwa
bagaimana kerjasama Inggris dan Amerika dalam pembiayan revolusi
masa kemerdekaan Amerika. Dan hingga saat ini Amerika masih
membayar hutangnya kepada Inggris melalui IRS. Pecahnya perang
revolusi di Amerika disebabkan oleh pelarangan sistem mata uang
independen yang bebas bunga yang dicetak dan digunakan oleh
koloni. Sehingga memaksa negara koloni untuk meminjam uang dari
bank sentral Inggris yang dikenai bunga. Sistem inilah yang kemudian
diadopsi oleh Amerika.
Bank sentral tidaknya hanya bertugas untuk mengeluarkan
uang ke masyarakat, namun juga memberikan pinjaman kepada
pemerintah dan tetnu dengan bunga. Uang yang dicetak oleh bank
sentral akan ditambahkan hutang dari setiap pencetakannya. Sehingga
para pendiri negara Amerika pada akhirnya sempat menutup bank
sentral tersebut. Namun, dengan berbagai cara yang dilakukan oleh
penguasa bisnis seperti Rockefeller, Morgans, Rothschild, dan
Warbrungs akhirnya bank sentral kembali berdiri dan tentu dengan
dibantu oleh konspirasi didalamnya.
Kepada publik dikatakan bahwa Federal Reserve merupakan
sebuah alat pengatur kestabilan ekonomi. Namun, faktanya para
bankir internasional menjadikan Fed sebagai mesin pengeruk uang,
dimana mereka memberikan pinjaman kepada masyarakat sehingga
banyak diantara bank-bank peminjam yang akhirnya mengalami
kebangkrutan. Selain itu, bank sentral juga menbuat sebuah sistem
peminjaman yang baru yang disebut “pinjaman margin”. Namun,
sistem peminjaman tersebut hanya sebuah strategi yang dijalankan
oleh kelompok-kelompok tertentu yang ingin mendapatkan
keuntungan banyak, sehingga justru membuat kekacauan dalam
perekonomian masyarakat.
10
Selanjutnya setelah membuat masyarakat jatuh ke jurang
kemiskinan, para bankir juga ingin menghapus sistem penggunaan
standar emas. Sekali lagi, mereka segera membuat kebijakan dengan
membuat peraturan agar menyerahkan emas yang ada di masyarakat
kepada bank. Sehingga sistem uang yang selama ini dinilai dari emas,
sekarang hanya dinilai dari jumlah uang yang beredar. Selain itu,
dalam sebuah acara stasiun TV, secara terang-terangan menyatakan
bahwa Fed tidak berada dibawah presiden, kongres, ataupun hukum
yang terkait. Hal ini membuktikan bahwa negara telah dikuasai
sepenuhnya oleh Fed. Kebijakan kontroversial lainnya yang dilakukan
oleh Amerika adalah memberikan pajak pendapatan federal, yang
artinya setiap pendapatan yang diterima oleh warga harus dikenakan
pajak. Hal ini merupakan sebagai bentuk perbudakan terhadap rakyat
Amerika sendiri.
Kontrol perekonomian oleh Fed lainnya adalah kontrol melalui
Perang. Setidaknya terdapat 3 perang paling hebat didunia yang
menjadi ladang uang bagi para bankir Fed. Ketiga perang tersebut
adalah Perang Dunia I, Perang Dunia II, dan Perang Vietnam. Para
bankir sangat menyukai perang karena penghasilan uang yang didapat
bisa berlipat-lipat ganda. Dari semua perang yang terjadi, dipastikan
terdapat konspirasi didalamnya yang sebenarnya dilakukan secara
sengaja oleh kelompok-kelompok elit tertentu agar memulai
peperangan. Sehingga dengan terjadinya perang, maka supply uang ke
negara-negara yang sedang bertikai, baik pemerintah Amerika
maupun pihak musuh, akan mengalir deras dan dikeluarkan oleh Fed
beserta bunganya,
Kelompok-kelompok yang menguasai dunia tidak hanya
melakukan aksinya di Amerika. Secara tidak sadar, negara-negara
didunia telah didoktrin agar mengikuti pola hidup yang dijalankan
oleh para penguasa dunia. Tujuan utama dari para penguasa dunia
adalah menyatukan negara-negara didunia menjadi sebuah satu negara
didunia. Pada tahun 2005, Amerika Serikat membuat sebuah
perjanjian dengan Kanada dan Meksiko untuk membentuk sebuah
persekutuan yang disebut North American Union. Sekali lagi, sistem
11
tersebut dibentuk tanpa mempertimbangkan pendapat dari masyarakat
dan kongres di Amerika. Dimana, inti dari pembentukan tersebut
adalah menghilangkan batas kedaulatan dari setiap negara dan
menyatukan sistem mata uang yang disebut Amero.
Sistem tersebut merupakan sebuah awal dari strategi penguasa
dunia untuk mempersatukan dunia dibawah pengaruh mereka. Sistem
tersebut sudah digunakan oleh Eropa dengan sistem Uni Eropa.
Kedepan, pengaruh sistem tersebut ternyata juga akan disebarkan
kesulurh dunia seperti pembentukan Uni Amerika, Uni Eropa, Uni
Afrika, dan Uni Asia. Dengan jalan tersebut, mereka pada akhirnya
dapat menguasai dunia dengan sistem satu negara didunia. Hal ini
dilakukan dengan kerjasama dari berbagai pihak termasuk
pemberitaan di media massa. Selain itu, tujuan akhir dari segalanya
adalah pemasangan RFID chip bagi seluruh penduduk didunia. Alat
tersebut dijadikan kontrol bagi seluruh penduduk yang nantinya akan
ditanamkan berupa chip kedalam tubuh manusia. Sehingga jika tujuan
tersebut telah tercapai, maka seluruh penduduk didunia akan menjadi
budak bagi para penguasa dunia.
Dengan demikian, dari review yang telah dijelaskan diatas
dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi didunia saat ini telah
dirusak oleh pihak-pihak yang menguasai dunia. Pihak tersebut
menginginkan penguasaam atas dunia yang akhirnya menjadikan
seluruh negara disatukan menjadi satu. Terlepas dari pernyataan
tersebut, dalam realitanya ternyata sistem tersebut telah terjadi secara
perlahan. Sebuah strategi untuk mempersatukan negara-negara dunia
dapat dilihat dari bentuk-bentuk forum kerjasama antara negara seperti
WTO, PBB, Uni Eropa, dan lain-lain. Bahkan di Asia Tenggara
sendiri dapat dilihat dengan pembentukan forum ASEAN Community
2015. Dari keseluruhan fakta yang telah diungkapkan dalam video
tersebut mengingatkan kita bahwa penguasa ekonomi maupun dunia
saat ini telah memberikan pengaruh yang banyak bagi perkembangan
dunia dari zaman dulu hingga sampai sekarang.

H. Sistem Perekonomian Dunia


12
Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu
negara untuk menempatkan atau menggunakan sumber daya yang
dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara
tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan
sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem itu
mengatur faktor produksinya.
Berikut 3 contoh negara yang telah saya analisis mengenai
sistem perekonomian yang diterapkan nya .
1.Amerika
            Amerika pada saat ini menerapkan sistem ekonomi
Liberal.Ekonomi liberal adalah teori ekonomi yang diuraikan oleh
tokoh-tokoh penemu ekonomi klasik seperti Adam Smithatau French
Physiocrats.
Liberal yang dianut Amerika adalah dengan menekankan kerja
sama serta kolaborasi timbal balik dan usaha individu.Di Amerika
setiap individu diharapkan mampu bekerja sama,menciptakan peluang
baru dalam perekonomian di negara mereka. Ekonomi di Amerika
menjadi acuan ekonomi negara-negara lain,baik negara maju maupun
berkembang.Hal ini ditunjukan oleh mata uang Amerika yaitu dolar
yang posisinya meningkat atau lebih tinggi dari mata uang negara lain.
Akan tetapi untuk saat ini Amerika sedang mengalami krisis
ekonomi tanpa kita sadari.Ini bermula pada saat Amerika
membombardir Irak habis-habisan,akibatnya APBN di Amerika
tergilas.Sektor perumahan atau bisnis properti ,lembaga keuangan ikut
hancur.Kegagalan-kegagalan ini menjalar ke seluruh bidang
kehidupan di Amerika.Banyaknya pengganguran dan
kriminalitas.banyak anak-anak terlantar.Bahkan Negara lain pun
terkena dampak dari krisis di Amerika ini.
2.Rusia
            Rusia seperti Cina, telah melakukan perubahan sistem
ekonomi,dari sistem ekonomi terpusat menjadi sistem ekonomi
berbasis pasar.Proses perubahan ini terjadi sejak tahun 2000. Rusia
sangat selektif dalam memaknai nilai-nilai kapitalisme ke dalam

13
proses reformasi yang sedang dijalankan.Karena jika salah langkah
dalam penerapan system akan berdampak buruk bagi perekonomian
Rusia sendiri.
                Dalam menghadapi krisis globalisasi ekonomi saat ini,Rusia
berusaha agar tidak terjebak dalam kondisi saat ini. Rusia tidak ingin
menanggung konsekuensi dari globalisasi ekonomi yang
menimbulkan instabilitas,meskipun Rusia tetap mengikutinya.Rusia
memiliki kemandirian dalam menyusun konsep globalisasi yang
disesuaikan dengan karakteristik politik dan ekonominya. Rusia
memiliki tekad untuk membangun  perokonomian yang kokoh agar
dapat bertahan dalam menghadapi arus kompetisi ekonomi yang
semakin ketat yang terjadi di era globalisasi.
3. Vietnam
          Vietnam merupakan salah 1 negara yang menganut sistem
ekonomi Sosialis. Sistem ekonomi sosialis yaitu sistem ekonomi yang
seluruh kegiatan ekonominya direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi
oleh pemerintah secara terpusat.
            Ideal pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Vietnam Ekonomi
pasar telah membawa suatu perubahan dalam kualifikasi sumber daya
manusia di Vietnam terutama dalam perdagangan dan profesi yang
lebih bermutu.
            Dalam sektor industry tahun 2000 Pemerintah Vietnam
melaksanakan berbagai langkah dengan mendukung produksi
terutama industri yang memiliki keunggulan bersaing, seperti minyak
mentah, garmen, dan sepatu kulit. Langkah-langkah pendukungnya
termasuk subsidi atas bunga pinjaman, pengecualian atau pengurangan
bea masuk impor, pajak pertambahan nilai (VAT), dan asistensi
pemerintah dalam pemasaran secara periodik (bulanan atau
triwulanan). Bagi pebisnis Indonesia, ada beberapa produk utama
Vietnam yang patut dikenali dan dicermati. Produk-produk itu di
antaranya garmen dan tekstil, barang elektronika, sepatu, produk air
kemasan, beras, kopi, karet, batu bara, minyak mentah, tembaga,
kertas, jenis paper board, dan sebagainya. Produk di atas menjadi

14
saingan dalam ekspor, patut diteliti dari mutu, harga, penyerahan dan
pelayanan purnajual).
            Prioritas utama pemerintah Vietnam adalah pertumbuhan
ekonomi. Dengan menyadari realita kebutuhan akan pertumbuhan,
ternyata model pertumbuhan yang didorong ekspor negara industri
baru Asia yang berhasil mempunyai daya tarik dan kenaikan ekspor
serta arus modal asing dalam tahun-tahun belakangan ini,
menumbuhkan optimisme bagi berbagai kalangan pembuat kebijakan
dan bisnis. Mereka menganggap bantuan luar negeri dan investasi
sebagai dorongan yang menentukan pada take off , dan karena itu
industri yang berorientasi pada ekspor diberi prioritas utama.

KESIMPULAN
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan
dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.
Penyebab Krisis Ekonomi Global: 1) Kredibilitas pemerintah telah
sampai pada titik nadir; 2) Rezim Orde Baru yang selalu
mengedepankan pertumbuhan (growth) ekonomi telah menghasilkan
crony capitalism; 3) Rezim yang sangat korup telah membuat sendi-
sendi perekonomian mengalami kerapuhan.

LATIHAN
1. Jelaskan dan beri contoh tentang Globalisasi Perdagangan
menurut Tanri Abeng?
2. Mengapa kepercayaan (trust) dari masyarakat sangat penting bagi
pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan?

TES FORMATIF
1. Beberapa hal yang diindikasikan bukan sebagai pemicu krisis
moneter adalah:
a. Kredibilitas pemerintah telah sampai pada titik nadir

15
b. Minimnya pertanggung jawaban laporan keuangan
c. Rezim yang sangat korup telah membuat sendi-sendi
perekonomian mengalami kerapuhan
d. Munculnya crony capitalism

2. Berikut yang bukan menjadi faktor perekonomian, adalah:


a. Tanah dan sumber alam
b. Tenaga kerja
c. Modal
d. Keahlian bekerja

3. Berikut yang bukan termasuk macam-macam sistem


perekonomian, adalah:
a. Perekonomian Kapitalisme
b. Perekonomian Komunisme
c. Perekonomian Rasisme
d. Perekonomian Fasisme

4. Berikut yang bukan termasuk macam-macam sistem ekonomi,


adalah:
a. Sistem Ekonomi Bebas
b. Sistem Ekonomi Tradisional
c. Sistem Ekonomi Terpusat
d. Sistem Ekonomi Indonesia

JAWABAN
1. b
2. d
3. c
4. a

DAFTAR PUSTAKA

16
A.S. Bhalla. 2001. Market or Government Failures? : An Asian
Perspective. Palgrave
Hauge, Raud.,& Martin Harrop. 2004. Comparative Government and
Politics: An Introduction. Palgrave McMillan
Hillman, Arye L. 2003. Public Finance and Public Policy. Cambridge
University Press
Hindriks, Jean.,& Gareth D. Myles. 2006. Intermediate Public
Economics. MIT Press Book
Leach, John. 2004. A Course in Public Economics. Cambridge
University Press
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. BPFE-Yogyakarta

17
KEGIATAN BELAJAR 2: PENGARUH EKONOMI GLOBAL
TERHADAP PEREKOMINIAN INDONESIA

PENGANTAR
Ekonomi tidak selamanya terus menerus berkembang dengan
baik, bahkan dalam tahun ini perekonomian bukan tambah
berkembang akan tetapi perekonomian dunia tambah merosot. Hal ini
disebabkan kebutuhan pokok yang semakin mahal dan harga minyak
dunia yang sempat memaksa berbagai sektor produksi ekonomi
menaikkan ongkos produksinya dan tidak terkoreksi hingga hari ini
meskipun harga minyak dunis sekarang turun.
Sedangkan disisi lain adanya suatu dari imbasnya pemanasan
global yang telah menyerang lingkungan hidup bumi manusia, dengan
cuaca buruk, gelombang badai, banjir, tanah longsor, telah memukul
hampir semua produksi pertanian dan kelancaran sistem transportasi
dunia. banyaknya permasalahan yang ada maka hampir seluruh dunia
perekonomian memburuk dengan begitu  adanya krisis ekonomi
global.
Dengan adanya krisis global banyak perusahaan mengurangi
tenaga kerja (PHK) baik di Indonesia maupun di luar negeri
dikarenakan permintaan produk dalam negeri oleh pihak konsumen
luar negeri yang menurun dan juga perusahaan memangkas biaya
produksi. Dan juga akibat orientasi ekspor produk yang terlalu
bertumpu pada pasar Amerika bahkan eksport Indonesia ke negara 
Amerika menduduki peringkat kedua terbesar setelah jepang maka
mengakibatkan hantaman telak bagi Indonesia karena daya beli
konsumsi Amerika akan merosot akibat krisis finansial yang
menerpanya. Bagi Indonesia, krisis ini akan memiliki dampak yang
saling terkait diberbagai sektor. Pada akhirnya, semua ini akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi.

18
TUJUAN:
Dalam modul ini, diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami,
menyebutkan, dan menguraikan tentang:
1) Penguasa perekonomian dunia saat ini
2) Bagaimana sistem perekomonian dunia
3) Bagaimana sistem perekonomian Indonesia
4) Seperti apa para pelaku sistem perekonomian Indonesia

MATERI:
A. Krisis Global dan Pengaruh Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Beberapa faktor kenaikan harga-harga kebutuhan pokok
memang tidak bisa dipisahkan dengan faktor ekonomi dunia yang kian
memburuk seiring dengan krisis umum imperialisme, kelesuan
ekonomi Amerika Serikat yang dipicu oleh krisis kredit perumahan,
krisis financial, krisis energy (minyak, gas, batu bara), ditandai
dengan kenaikan harga minyak di pasaran internasional  yang telah
117 US $ / barel , namun koreksi pada angka 82 US $ / barel pada
bulan oktober 2008 akibat permintaan terhadap minyak dunia
menurun akibat dari krisis yang terjadi di Amerika.
Walaupun demikian harga minyak dunia yang sempat
melambung memaksa berbagai sector produksi ekonomi menaikan
ongkos produksinya dan tidak ikut terkoreksi hingga hari ini.
Sedangkan disisi lain akibat dari pemanasan global. Segala sesuatu
ada saling hubungannya, krisis ekonomi Amerika kemudian menjadi
krisis global yang berpengaruh pada sector ril ditingkat local. Karena
centrum kekuatan akumulasi modal kapitalis berada di Negara ini, AS
merupakan pasar eksport terbesar di dunia termasuk pasar eksport
Indonesia. Coba tengok angka-angka ekspor nonmigas Indonesia ke
AS selama ini yang tercatat di Badan Pusat Statistik dan telah diolah
kembali oleh Departemen Perdagangan nonmigas Indonesia. Sekilas
terlihat betapa produk Indonesia sangat tergantung pada pasar
Amerika. Ekspor nonmigas Indonesia ke AS meningkat dari 7,17
miliar dollar AS pada tahun 2002 menjadi 10,68 miliar dollar AS pada
19
tahun 2006 atau meningkat 11,74%. Selama Januari-Agustus 2007,
ekspor ke AS sudah mencapai US $ 7,48 miliar AS atau meningkat
5,14% dari periode yang sama 2006. Itu artinya, peran ekspor ke AS
terhadap total ekspor nonmigas Indonesia mencapai 12,45%, setingkat
dibawah ekspor ke Jepang yang mencapai 15,36%. Akibat orientasi
ekspor produk terlalu bertumpu pada pasar Amerika mengakibatkan
hantaman telak bagi Indonesia karena daya belu konsumsi Amerika
akan merosot akibat krisis financial yang menerpanya. Bagi Indonesia,
krisis ini akan memiliki dampak yang saling terkait diberbagai sektor.
Pada akhirnya, semua ini memperlambat pertumbuhan.
Dalam sebulan terakhir krisis keuangan di AS meledak
kembali dipicu oleh kebangkrutan lembaga keuangan dunia Lehman
Brothers setelah tidak mampu membayar tagihan sebesar US$ 60
milyar  yang berasal dari subprime mortgages. Otoritas keuangan di
Amerika Serikat juga tidak bersedia mengulurkan tangan
menyelamatkan bank investasi yang telah berumur lebih dari 150
tahun ini sehingga kematian Lehman Brother tak bisa dihindari.
Selain Lehman, masih ada Morgan Stanley dan AIG yang juga
sedang mengibahkan bantuan untuk menyelamatkan keuangannya.
Untuk kedua perusahaan ini kelihatannya Pemerintah Amerika Serikat
akan berusahaa menyelamatkan karena khawatir dampak yang lebih
parah terhadap akan terjadi jika kedua perusahaan tersebut dibiarkan
kolaps. Mengingat skalanya yang besar kejatuhan lembaga keuangan
Amerika Serikat, baik yang ditolong maupun yang dibiarkan mati,
membawa dampak besar kepada sistim keuangan dunia. Tentu saja
dampak pertama dialami oleh lembaga keuangan yang selama ini
menjadi kreditor dari investment bank yang sedang kolaps tersebut,
seperti beberapa bank besar di Inggris dan Jepang. Namun yang paling
parah terkena tentu saja masyarakat Amerika Serikat.
Dana yang tersedot untuk menyelamatkan lembaga keuangan
tersebut menyebabkan makin sulitnya masyarakat AS mendapatkan
dana baik untuk kepentingan konsumsi maupun bagi dunia usaha.
Suku bunga yang menjadi naik dan inflasi yang meningkat
menyebabkan makin berat beban yang ditanggung rumah tangga
20
Amerika Serikat sehingga terpaksa mereka menurunkan tingkat
konsumsinya. Demikian juga bagi dunia usaha, makin sulitnya
mendapatkan dana untuk modal kerja maupun investasi, menyebabkan
makin tingginya biaya yang harus dipikul sehingga makin
memperlemah daya saing mereka terhadap produk impor sehingga
kemudian banyak abrik yang mengurangi aktivitasnya, bahkan ikut
terseret menjadi bangkrut.
Melemahnya tingkat konsumsi negara sebesar AS tentu saja
berdampak kenegara lain. Konsumsi tekstil warga AS yang menyurut
mengakibatkan turunnya impor produk tekstil. Bagi Indonesia ini akan
berpengaruh besar karena sekitar 43% ekspor tekstil ditujukan ke
Amerika Serikat. Tentu saja bukan hanya Indonesia yang terkena
dampak melemahnya ekonomi AS, secara umum perekonomian dunia
memang sudah mulai menurun semnjak mulai merebaknya krisis
subprime morgages ini pada tahun 2007 yang lalu. Krisis ini telah
menyeret jatuhnya nilai  US dollar sehingga para investor lari ke pasar
komoditi sehingga berbagai  harga komoditi primer meroket harganya.
Kenaikan harga ini mempercepat terjadinya kelesuan ekonomi karena
inflasi segera melambung yang menyebabkan terpotongnya daya beli
masyarakt di Amerika Serikat dan negara maju.
Pada puncaknya harga komoditi kemudian tidak bisa
meningkat lagi karena permintaan sudah menurun jauh. Semenjak
puncaknya harga minyak bumi pada bulan Juli 2008 yang pernah
mencapai harga US$ 147 per barel, maka harga minyak bumi
kemudian melorot sampai level dibawah US$ 100 per barel, dan
mencapai harga terendah dalam 17 bulan terakhir yaitu mencapai US$
91.per barel. Kekacauan di sektor keuangan dan flukstuasi harga
komoditi akan banyak berpengaruh terhadap kinerja dan ketahanan
ekonomi Indonesia. Tidak bisa dipungkiri dalam dua tahun terakhir
harga komoditi primer yang tinggi Indonesia mendapat keuntungan
dalam situasi ini. Ekspor Indonesia yang banyak bertumpu kepada
komoditi primer mengalami booming, sehingga ekspor melejit
padahal ekonomi dunia mulai melesu.

21
Walaupun Indonesia juga terimbas krisis akibat harga minyak
bumi yang meroket, yaitu dengan naiknya harga BBM yang pada
gilirannya menyebabkan inflasi yang tinggi, namun ternyata dampak
dari tingginya harga komoditi berdampak seimbang terhadap daya beli
masyarakat. Kenaikan harga beras, minyak goreng dan bahan pangan
menyebabkan daya beli masyarakat menurun, namun kenaikan
berbagai barang komoditi ekspor utama Indonesia seperti CPO, karet,
Batubara, pulp&paper, dan barang tambang lain telah menyebabkan
kemakmuran beberapa kawasan yang menjadi produsen utama
komoditas tersebut. Selanjutnya hal ini menggairahkan ekonomi
secara regional dn mendorong  meningkatnya konsumsi mayarakat.
Ditengah suku bunga yang mulai merayap naik , kredit
konsumsi masih terus meningkat, penjualan mobil, sepeda motor dan
rumah juga  terus meningkat. Hal ini menunjukkan sebagian
masyarakat yang diuntungkan oleh naiknya harga komoditi, kemudian
membelanjakan uangnya untuk keprluan konsumsi. Pada gilirannya
ekonomi bergerak dengan dorongan konsumsi masyarakat yang tetap
tinggi. Hasilnya GDP Indonesia tahun 2008 diperkirakan lebih tinggi
dari ramalan Bank dunia dan ADB yang hanya memprediksikan
pertumbuhan ekonomi 6%, padahal sampai semester 1 2008,
pertumbuhan ekonomi rata-rata sudah 6,3% atau sama dengan
pertumbuhan ekonomi tahun 2007, dan diatas pertumbuhan ekonomi
tahun-tahun sebelumnya. Investasi pun mulai bergerak kembali
dimotori oleh agrobisnis, pertambangan, konstruksi dan menyebar
kesektor industri manufaktur.
Namun bukan berarti Indonesia terbebas dari imbas krisis
finansial global. Fluktuasi harga minyak menyebabkan nilai tukar
berbagai mata uang dunia juga terus berubah. Ketika haga komoditi
meningkat, asing memindahkan portofolio investasinya dari bursa
saham dinegara emerging market seperti Indonesia ke bursa komoditi,
akibatnya terjadi capital flight dari dana asing sehingga US dollar
kembali menguat. Sebaliknya ketika harga minyak melemah, USD
kembali menguat, maka investor kembali berinvestasi dalam US
dollar, sehingga memperlemah Rupiah. Akibat kenaikan harga
22
komoditas dunia maka harga barang di Indonesia pun meningkat.
Akibatnya inflasi juga meningkat. Dengan  tingkat  inflasi yang tinggi,
BI memperketat ekonomi dengan menaikkan suku bunga akibatnya
Bank berlomba menaikkan suku bunga dan mulai membebani dunia
usaha.
Melihat perkembangan perang suku bunga akhir-akhir ini BI
berusaha meredamnya dengan meimnta bank tidak berlomba
menawarkan suku bunga yang tinggi untuk mengumpulkan dana
masyarakat, karena akan berakhir dengan keruguian dari perbankan
sendiri. Misalnya pada tanggal 24 September 2008, Bank Indonesia
telah mendesak bank nasional untuk sepakat membatasi suku bunga
hanya sampai 13% dan mencegah perang suku bunga antar bank besar
terus berlanjut. Sejauh ini Pemerintah dan BI masih dapat berperan
mencegah perang suku bunga lebih lanjut, karena saat ini fundamental
ekonomi Indonesia yang ditunjang oleh ekspor dan konsumsi rumah
tangga masih baik.
Namun kedua faktor tersebut terus tergerus  kemampuannya
karena makin lemahnya daya beli masyarakat yang terus digerogoti
inflasi. Sementara harga komoditi ekspor juga telah mencapai
puncaknya sehingga kini cenderung menurun. Akibatnya tidak bisa
lagi diharapkan pertumbuhan ekspor yang tinggi seperti yang terjadi
dalam beberapa tahun terakhir.

B. Pola Globalisasi dan Hubungan Ekonomi


Sebagaimana diketahui, krisis saat ini cukup istimewa karena
pusat gempanya terletak di ‘pusat syaraf’ kapitalisme global – Wall
Street, AS – di saat ekonomi dunia sudah begitu terglobalisasi dan
berhubungan dengan erat. Ini berbeda dari krisis-krisis sebelumnya
yang berpusat di ekonomi pinggiran (Asia, Rusia, Brasil, Argentina)
maupun berlangsung ketika dunia belum begitu terglobalisasi (krisis
tahun 1970an) Meskipun sejumlah komentator menilainya sebagai
awal dari kejatuhan AS sebagai adidaya ekonomi, perkembangan
krisis sejauh ini justru menunjukkan betapa ekonomi-ekonomi di
dunia begitu bergantung pada negeri termaju tersebut. Dugaan awal
23
bahwa krisis ini akan mengangkat Tiongkok dan India menggantikan
AS pun juga masih berupa tanda tanya besar, yang jawabannya
bergantung pada kemampuan negeri-negeri raksasa tersebut dalam
melancarkan kebijakan yang mengurangi efek negatif kemerosotan
ekonomi AS maupun Uni Eropa.
Serupa dengan itu, negeri-negeri Selatan lainnya yang lebih
kecil, seperti Indonesia, dihadapkan oleh persoalan tentang bagaimana
menghadapi tsunami finansial yang dilepaskan oleh Wall Street, yang
terwujud antara lain dalam bentuk kredit seret di dalam maupun luar
negeri dan ancaman penarikan modal oleh investor luar negeri. Di luar
ini masih terdapat lagi ancaman yang lebih besar berupa menyusutnya
mata pencaharian negeri Selatan yang sebagian besar bersandar pada
pemasukan ekspor barang konsumsi ke negeri-negeri maju yang kini
sedang menurun daya belinya. Seiring mendalam dan meluasnya
krisis, negeri-negeri Selatan pun dihadapkan oleh pertanyaan seperti
mampukah mereka membentengi diri dengan berbagai instrumen
pertahanan ekonomi, atau bila mana hal tersebut dinilai tidak layak,
dengan menumpuk persediaan – dan bahkan meminjam uang dari luar
negeri (IMF).
Melihat analisis di atas maka dapat dipecahkan permsalahan
tersebut dengan cara sebagai berikut:
1.    Belajar dari Krisis Asia 1997
Untuk mendapatkan gambaran tentang apa-apa saja yang bisa
dilakukan oleh negeri Selatan terkait hal ini, diskusi akan dimulai
dengan melakukan kilas balik ke Krisis Asia 1997. Krisis besar
terakhir, yang oleh Chossudovsky disebut “gladi resik dari apa
yang akan terjadi” tentu memiliki banyak perbedaan dengan krisis
saat ini, namun masih cukup relevan untuk dijadikan referensi
tentang kebijakan-kebijakan untuk meresponnya. Walaupun Dana
Moneter Internasional (IMF) menganjurkan resep kebijakan yang
standar, terdapat berbagai variasi kebijakan di antara negeri-
negeri Asia Timur dan, terutama, Tenggara.
Negeri-negeri yang mematuhi anjuran IMF seperti
Thailand dan terutama Indonesia merupakan yang menderita
24
kerusakan paling parah, sedangkan Malaysia, yang dengan tegas
menolak anjuran IMF dan melaksanakan kontrol kapital, adalah
yang paling sehat keluar dari krisis, walaupun perlu dicatat bahwa
fundamental ekonomi Malaysia dan perbankannya juga dinilai
sangat kuat bila dibandingkan dengan negeri lainnya yang
bermasalah.
2.    Kontrol capital
Kebijakan kontrol kapital Malaysia ini senada dengan anjuran
Paul Krugman dalam artikelnya yang membuka kompilasi
NEFOS.org “Menyelamatkan Asia. Saatnya Bertindak Radikal”,
di mana ia mengritik cara penanganan IMF, terutama kebijakan
suku bunga tingginya yang justru akan mempersulit pemulihan
kembali – bahkan menghancurkan – ekonomi negeri-negeri yang
bermasalah.
Kontrol kapital, yakni kebijakan-kebijakan yang
mengontrol ketat pertukaran mata uang dan arus modal,
memberikan keleluasaan untuk mempertahankan suku bunga
yang rendah. Kebijakan ini juga memiliki logika yang berbeda
dari resep IMF karena terang-terangan menegaskan kedaulatan
ekonomi suatu negara di hadapan kekuatan finansial asing; modal
finansial spekulatif ‘dipaksa’ untuk membatasi pergerakannya,
bukannya sekedar ‘dibujuk’ untuk menetap dengan insentif suku
bunga tinggi.
3.    Penjajahan Neoliberal
Mengapa IMF melakukan kesalahan-kesalahan tersebut? Bila
Krugman melemparkan kritiknya dengan lebih berhati-hati,
pemimpin revolusioner Amerika Latin, Fidel Castro dengan
gamblang menjelaskan bahwa ‘kesalahan-kesalahan’ tersebut
merupakan penerapan dari dogma pasar bebas yang sesungguhnya
merupakan agenda penindasan negeri-negeri Dunia Ketiga oleh
negeri-negeri maju dan perusahaan transnasional. Dalam
pidatonya di depan pemimpin negeri-negeri G77 tak lama setelah
krisis Asia, ia dengan lantang menyerukan pembubaran IMF,
25
yang baru-baru ini disebutnya juga sebagai ‘tangan internasional
Departemen Bendahara AS”.
Menurutnya, institusi tersebut telah mendesakkan
kebijakan ekonomi yang menciptakan bencana sosial di negeri-
negeri Selatan. Anjuran IMF agar negeri-negeri Selatan
memperkuat cadangan devisanya hanya akan menguntungkan AS
karena pembengkakan cadangan devisa dalam bentuk dolar sama
saja dengan memberi pinjaman terhadap pemerintah AS. Padahal
cadangan devisa yang tinggi tidak cukup kuat untuk
mempertahankan ekonomi dari serangan spekulator, sebagaimana
dibuktikan oleh krisis Asia. Sementara beberapa anjuran bahkan
desakan IMF yang mencegah pembelanjaan cadangan devisa
untuk mendanai kebutuhan sosial seperti kesehatan dan
pendidikan adalah suatu kejahatan yang mengakibatkan
peningkatan kemiskinan yang membunuh jutaan rakyat Dunia
Ketiga.
Utang Dunia Ketiga kepada negeri-negeri maju, jelas
Castro, sebenarnya telah dilunasi bila mengingat suku bunganya
yang dinaikan dengan semena-mena, dan menurunnya harga-
harga barang komoditas dasar akibat perdagangan yang
setimpang. Perdagangan dunia juga menjadi salah satu bentuk
penjajahan terhadap Dunia Ketiga di mana liberaliasasi komersial
dipaksakan kepada negeri Selatan, sementara negeri-negeri maju
tetap mempertahankan tembok tarifnya.
Teknologi di tangan negeri-negeri maju bukan
dipergunakan untuk kebutuhan manusia, melainkan untuk
keuntungan semata, sehingga jutaan rakyat Dunia Ketiga tidak
memiliki akses terhadap obat-obatan dan bibit pertanian yang
dibutuhkan. Sementara sistem kepemilikan tradisional yang
begitu penting bagi negeri Selatan maupun transfer pengetahuan
tidak diakui oleh legislasi paten.
Dalam tiga tahun, penjajahan neoliberal ini telah
membunuh manusia yang jumlahnya sebanding dengan korban
Perang Dunia II yang berlangsung selama enam tahun. “Dunia
26
dapat diglobalisasi di bawah kekuasaan neoliberalisme,” kata
Castro “tapi tidaklah mungkin menguasai milyaran lebih orang
yang lapar akan roti dan haus akan keadilan.” Untuk melawan
penjajahan neoliberal ini, Castro menyerukan agar Dunia Ketiga
harus bersatu dan mempererat kerjasama.
4.    Melepas Ketergantungan Dari IMF
Kini, gerakan antar-bangsa yang menentang penjajahan neoliberal
dan paling radikal bisa dikatakan terdapat di Amerika Latin,
dengan Venezuela di bawah pimpinan Chavez sebagai salah satu
negeri yang mempelopori pembangunan kerjasama regional yang
adil. Walau demikian, di belahan bumi lainnya termasuk Asia
Tenggara terdapat juga negara-negara yang berupaya melepas
ketergantungan dari dominasi neoliberal. Walden Bello dalam
artikelnya yang dimuat dalam kompilasi kali ini, menyuguhkan
sapuan lebar tentang sentimen penolakan terhadap IMF yang
meluas di antara negeri-negeri Asia Timur. Secara khusus ia
mencatat strategi defensif negeri-negeri Asia Timur berupa
penimbunan cadangan devisa dan pelunasan utang terhadap IMF,
yang berhasil mengancam institusi arogan itu ke jurang
kebangkrutan. Sebagaimana ditegaskan oleh Eric Toussaint dalam
sebuah wawancara yang juga dimuat dalam kompilasi ini,
keberlangsungan IMF dimungkinkan oleh pembayaran bunga
oleh negeri-negeri yang berutang.
Dalam artikel ini yang ditulis pada 2007, Bello menekankan
bahwa reformasi “arsitektur finansial global” yang berulang kali
dikumandangkan, sejauh ini tidak memberikan pengaruh berarti dalam
mengurangi dampak negatif perputaran kapital global. Kekuasaan
kapital finansial yang spekulatif justru semakin menjadi-jadi dan
mengancam dunia ke arah krisis yang lebih besar dan menghancurkan
– Krisis itu kini telah hadir. Artikel Michel Chossudovsky yang
dimuat oleh kompilasi ini secara umum menjelaskan bahwa dana
talangan (bailout) yang dilakukan oleh pemerintah AS bukannya akan
menghentikan krisis, melainkan justru memperparahnya. Karena
27
sesungguhnya dana talangan tersebut didapatkan pemerintah AS dari
bank-bank yang menerima dana talangan itu. Ia juga meyakini bahwa
Barack Obama, yang menjadi tumpuan harapan rakyat Amerika untuk
membawa mereka keluar dari krisis, tidak akan membawa perubahan
positif yang berarti.
Kesimpulan ini ditariknya sejak jauh hari – tepatnya, sejak
diumumkannya tim transisi Obama – dengan melihat latar belakang
orang-orang yang akan ditempatkan Obama dalam jabatan-jabatan
penting yang mengatur ekonomi, khususnya Sekretaris Departemen
Bendahara, seperti Tim Geithner (yang akhirnya dipilih Obama untuk
posisi tersebut) dan Lawrence Summers. Chossudovsky menunjukkan
bahwa individu-individu ini menunjukkan rekam jejak yang setia pada
agenda neoliberal Washington Consensus, dan dalam prakteknya telah
menunjukkan ketidak-peduliannya terhadap hajat hidup rakyat Dunia
Ketiga dan lingkungan hidup.
Orang-orang pilihan Obama itu, terutama Summers dan
Geithner yang saat itu menjabat posisi penting dalam Depertemen
Bendahara AS, juga sangat berperan mendorong kebijakan-kebijakan
IMF yang menghancurkan dalam Krisis Asia yang lalu. Dengan tak
adanya perubahan personil, Chossudovsky meyakini bahwa
administrasi Obama akan menunjukkan ‘kontinuitas’ yang dinahkodai
oleh “”jaringan anak-anak lama” yang terdiri dari pejabat dan
penasehat di Departemen Bendahara, Cadangan Federal, IMF, Bank
Dunia, Think Tanks di Washington, yang secara permanen
bekerjasama dengan pengusaha finansial terdepan di Wall Street.”
Dua artikel terakhir oleh pakar ekonomi politik Leo Panitch
dan Sam Gindin mendiskusikan tentang apa yang harus digunakan
untuk melawan neoliberalisme dalam konteks krisis ekonomi saat ini.
Panitch secara khusus menjabarkan tentang terbukanya kesempatan
baru untuk melancarkan tuntutan yang pernah populer di kalangan
Kiri Baru (New Left) pada tahun 1970an, yakni nasionalisasi institusi
finansial dan perbankan. Tuntutan ‘bank sebagai kegunaan publik’ ini,
menurutnya, akan membuka ruang bagi demokratisasi dan
transformasi seluruh sistem finansial – bukannya sekedar penerapan
28
regulasi baru – untuk melayani kebutuhan sosial rakyat. Melengkapi
ide ini, Gindin membahas tentang kemungkinan-kemungkinan
alternatif yang bisa diangkat untuk memperkuat posisi kelas pekerja di
hadapan kapital. Tiga tuntutan utama itu adalah
a. kesehatan universal,
b.  sistem pensiun publik,
c. pembangunan infrastruktur publik untuk menciptakan lapangan
pekerjaan baru.
Selain itu ia juga mengangkat tuntutan seperti perumahan
publik dan pengurangan jam kerja serta pembangunan proyek-proyek
lingkungan hidup. Tuntutan-tuntutan mendesak ini akan kemudian
membenturkan kelas pekerja kepada kontradiksi bahwa
perekonomian, khususnya perbankan, dikuasai oleh swasta. Oleh
karenanya tuntutan yang lebih ‘besar’ seperti nasionalisasi bank akan
lebih diperkuat olehnya dan perlu diperjuangkan secara simultan,
bukannya bertahap.
Artikel Gindin dan Panitch ditujukan kepada gerakan rakyat di
Amerika Utara, walau demikian beberapa konsepnya – seperti
menuntut pelayanan publik untuk memperkuat posisi tawar kelas
pekerja di hadapan kapital swasta – cukup relevan dengan kondisi di
negeri-negeri lainnya, termasuk negeri Selatan seperti Indonesia.
Sebagai contoh, memperjuangkan layanan kesehatan universal berarti
juga mengupayakan berkurangnya ketergantungan kelas buruh di
Indonesia terhadap tunjangan kesehatan yang diberikan oleh
pengusaha, dengan demikian memperkuat daya tawar buruh di
hadapan pengusaha.
Gindin menunjukkan bahwa kontradiksi yang dihadapi gerakan
saat ini adalah jurang antara gagasan yang bagus dan kapasitas untuk
melaksanakannya. Gerakan progresif di Amerika Utara dan banyak
negeri lainnya masih terpinggirkan dan belum mampu mempengaruhi
kebijakan yang ada. Oleh karena itu ‘alternatif’ yang paling utama
adalah bagaimana menghimpun beragam kekuatan untuk membangun
sebuah kapasitas politik untuk menyaingi lawan dalam

29
menyebarluaskan gagasan-gagasan ini, terutama ketika gagasan lawan
sedang terdiskreditkan seperti saat ini.
Kompilasi ditutup oleh tulisan Alan Woods yang menceritakan
tentang nasionalisasi Banco de Venezuela oleh pemerintah Chavez. Ia
membandingkan nasionalisasi bank di Venezuela dengan nasionalisasi
bank di Inggris dan membantah pendapat para pembela pasar bebas
bahwa pengelolaan publik cenderung tidak efisien. Ia menunjukkan
bahwa ambruknya bank-bank swasta di AS dan Inggris secara terang-
terangan menunjukkan bahwa pengelolaan swasta tidak lebih baik,
bahkan sering kali jauh lebih buruk.
Agak berbeda dengan tulisan lainnya dalam kompilasi, Woods
banyak menggunakan jargon Marxis dan generalisasi seperti “Kaum
Marxis menyambut tiap langkah menuju nasionalisasi.” Hal yang
sesungguhnya tentu tidak sesederhana ini, dan langkah-langkah
nasionalisasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti
kesiapan pelaku nasionalisasi, potensi perlawanan pihak yang
dinasionalisasi, maupun keuntungan yang akan diperoleh dari langkah
nasionalisasi tersebut, sehingga nasionalisasi tanpa pandang bulu
justru berpotensi menyebabkan kemunduran. Tentunya, hal ini perlu
menjadi pembahasan tersendiri.
Otoritas moneter maupun pemerintah tampaknya tidak boleh
sedikit pun mengabaikan proses berlangsungnya krisis keuangan
global saat ini. Kewaspadaan harus tetap terjaga terutama menyangkut
stabilitas nilai tukar dan fluktuasi harga-harga komoditas dunia. Sekali
saja kebijakan yang dijalankan meleset, akibatnya perekonomian akan
terperangkap dalam kesulitan ekonomi yang besar. Lihat saja sejumlah
negara industri maju mengalami kemerosotan ekonomi yang dalam.
Ekonomi Cina diprediksi akan merosot dari 12% menjadi 9-10%,
Rusia dari 8% ke 5%, bahkan Amerika Serikat mengalami kontraksi
ekonomi hingga mencapai 2-3%. Sebagian negara-negara kelompok
G7 yang selama ini menjadi aktor utama ekonomi dunia lebih awal
menyatakan resesi ekonomi sudah menerpa mereka.
Bagaimana dengan Indonesia? Perekonomian dunia yang lesu
membuat Indonesia pun tidak dapat menghindar. Ekspor terus
30
merosot, iklim investasi portofolio menyusut hingga 50%,
pertumbuhan ekonomi diproyeksi akan tumbuh hanya dalam kisaran
3,5-4,5%, defisit neraca pembayaran terutama bersumber dari neraca
modal dan jasa akan meningkat, terjadi reduksi yang cukup besar di
bidang ketenagakerjaan. Semua itu berdampak pada beban yang cukup
berat bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Memang kondisi krisis ekonomi saat ini bukanlah akhir dari
penantian panjang dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa. Kapal
besar perekonomian nasional masih cukup kuat dan stabil. Cadangan
devisa masih cukup untuk membelanjai keperluan impor dan
pembayaran utang luar negeri, sektor keuangan dan perbankan masih
cukup solid dengan likuiditas yang terjaga. Kebutuhan produk
makanan dapat disediakan meskipun sejumlah komoditas, seperti
daging sapi, kacang kedelai, susu cair, dan tepung terigu masih
diimpor. Namun, dapat dipastikan penerimaan negara sektor pajak
berkurang, menyusul menurunnya kapasitas pajak dan basis pajak
nasional. Iklim investasi di sektor riil khususnya dari foreign direct
investment (FDI) atau penanaman modal asing.
Apakah kita menyerah dengan krisis? Tentu tidak. Ekonomi
nasional harus dapat bertahan di tengah krisis. Sejumlah kebijakan
ekonomi perlu lebih proaktif. Yang diharapkan adalah kebijakan
ekonomi yang mampu membuat kehidupan ekonomi rakyat dapat
bertahan sekaligus mencari dan memanfaatkan peluang untuk
bertumbuh. Apa yang dilakukan bulan pertama tahun ini terkesan
dapat membawa harapan baru.
Kebijakan untuk kembali menurunkan beberapa jenis BBM
sudah tepat. Namun, bukankah harga BBM jenis tertentu dapat lebih
rendah dari harga yang sudah direncanakan? Turunnya harga minyak
mentah ke level 40 dolar AS per barel. Sesungguhnya rakyat
berpotensi menerima harga BBM yang benar-benar dapat
membangkitkan ekonomi dari keterpurukan.
Sementara itu, dapatkah penurunan tingkat suku bunga BI rate dari
9,25 basis poin menjadi 8,75 basis poin atau berkurang 0,50 basis poin
membawa dampak yang segar bagi perbankan untuk menurunkan
31
suku bunga mereka? Inilah momentum yang ditunggu-tunggu agar
aliran dana perbankan dapat menyuntikkan vitamin dengan dosis
tinggi bagi dunia usaha. Sedangkan untuk menopang tekanan krisis
ekonomi yang menerpa masyarakat saat ini, pemerintah juga akan
mengeluarkan stimulus fiskal berupa penyediaan anggaran Rp 50
triliun.

D. Pengaruh atau Dampak Globalisasi Ekonomi Bagi Suatu


Negara
a. Dampak positif dari globalisasi ekonomi
1. Produksi global dapat ditingkatkan
Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif'
dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan
faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih
efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan
memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan
dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya
dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat
dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari
luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai
pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen
juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga
yang lebih rendah.
3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan
setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari
pasar dalam negeri.
4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang
lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama
dinikmati oleh negara-negara berkembang karena masalah
kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik
32
yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-
negara berkembang.
5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya
bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi
terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh
perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini
seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham.
Dengan adanya dana dari luar negeri terutama dari negara-
negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di
dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang
dibutuhkan tersebut.
b. Dampak negatif dari globalisasi ekonomi
1. Menghambat pertumbuhan sektor industri
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem
perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan
ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat
lagi menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan
proteksi kepada industri yang baru berkembang. Dengan
demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas
menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk
memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat
karena banyaknya industri pesaing dari luar yang masuk.
Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang
dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
2. Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor.
Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing,
maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat
memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain
dari globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah
pembayaran netto pendapatan faktor produksi dari luar
negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang
bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran
33
keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin
meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat
buruk terhadap neraca pembayaran karena impor lebih besar
daripada ekspor maka neraca pembayaran menjadi defisit.
3. Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran
investasi (modal) yang semakin besar. Investasi ini terutama
meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika
pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir
masuk, neraca pembayaran bertambah baik dan nilai uang
akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham
di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir
ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi
bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot.
Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan
efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan.
4. Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka
panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu
negara, maka dalam jangka pendek pertumbuhan
ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang
pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya
pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan
kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya
dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah
semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi
menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan
ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan
menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi
masyarakat semakin bertambah buruk.

E. Para Pelaku Sistem Perekonomian Indonesia

34
Salah satu indikator perekonomian suatu negara yang sangat
penting adalah pendapatan nasional. Menghitung pendapatan nasional
dengan pendekatan produksi (GDP). GDP (Gross Domestic Product)
atau Produksi Dometik Bruto adalah pendapatan nasional yang
nilainya dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh kegiatan
produksi yang dilakukan oleh semua pelaku / sektor ekonomi di
wilayah Indonesia, dalam kurun waktu tertentu.
Yang perlu diingat dalam perhitungan tersebut, jangan sampai
terjadi perhitungan ganda (double counting) yang dapat menyebabkan
pendapatan nasional (GDP) Indonesia tampak lebih besar. Hampir
semua para pelaku ekonomi di Indonesia sangat mementingkan
pendapatan yang dihasilkan oleh mereka hanya untuk diri mreka
sendiri,mereka tidak memikirkan Negara bahkan kadang-kadang
mereka merugikan negara.
Menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan
pengeluaran (GNP)
GNP (Gross National Product) adalah pendapatan nasional yang
nilainya di peroleh dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran
yang dilakukan oleh semua pelaku / sektor ekonomi di Indonesia,
yang berwarga negara Indonesia dalam kurun waktu tertentu. Cara
memperoleh nilai GNP ini sangat berbeda dengan cara memperoleh
GDP, jika GDP dibatasi oleh wilayah, maka GNP dibatasi oleh
kewarganegaraan, karena konsep yang dipergunakannya adalah
konsep kewarganegaraan, artinya nilai pengeluaran tersebut dihitung
dari pelaku ekonomi yang berkewarganegaraan Indonesia saja.
Ekonom Jerman Aldoph Wagner (1835-1917) dengan
rumusnya yang dikenal sebagai Hukum Wagner, menyatakan bahwa
“ukuran pemerintah (size of government) yang diuukur oleh
pengeluaran publik meningkat secara proposional lebih besar dari
pertumbuhan pendapatan nasional”. Hukum Wagner didasari oleh
kecenderungan umum untuk ukuran pemerintah yang tumbuh, yaitu
(1) peningkatan permintaan untuk belanja publik, (2) peningkatan
penyediaan penerimaan pajak, (3) dan alasan politik-ekonomi,

35
termasuk perpanjangan/perluasan waralaba suara serta munculnya
kelompok-kelompok berkepentingan.
Tabel 1. Pembagian Pengeluaran Sosial atas GNP di Abad 20

Secara umum dapat dilihat, bahwa terjadi peningkatan pengeluaran


publik pada negara-negara sepanjang abad 20, dimana data itu
merupakan gabungan pengeluaran publik yang terdiri dari tunjangan
kesejahteraan, tunjangan pengangguran, tunjangan pension dan
subsidi perumahan. Belanja social tumbuh jauh di seluruh negara
daripada yang terjadi pada abad 19.Tabel tersebut juga membenarkan
dari hukum Wagner.Selain itu, penggambaran teori Wagner juga
dapat diilustrasikan pada grafik 2. Dimana kenaikan pemerintah
memiliki hubungan eksponensial.

36
Grafik 1. Grafik Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner
Hukum Wagner
Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan
pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam pendapatan per
kapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintahpun akan
meningkat. Wagner menerangkan mengapa peran pemerintah menjadi
semakin besar, yang terutama disebabkan karena pemerintah harus
mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum,
pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.Wagner
mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut teori
organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang
menganggap pemrintah sebagai individu yang bebas bertindak,
terlepas dari anggota masyarakat lainnya. Formulasi hukum Wagner
ialah sebagai berikut:

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan


pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam prosentase
terhadap PDB. Wegner mengemukakan pendapatnya bahwa dalam
suatu perekonomian apabila pendapatan perkapita meningkat maka
secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat. Wagner
37
mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu hukum Wagner,
sebagai berikut: Dalam suatu perekonomian, apabila pendapatan
perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah
pun akan meningkat.
Hukum Wagner dikenal dengan “The Law of Expanding State
Expenditure”. Dasar hukum tersebut adalah pengamatan empiris di
negara-negara maju yaitu, Amerika Serikat, Jerman, Jepang. Wagner
menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi semakin besar,
terutama disebabkab karena pemerintah harus mengatur hubungan
timbal balik dalam masyarakat. Kelemahan hukum Wagner adalah
karena hukum tersebut tidak didasarkan pada suatu teori mengenai
pemlilihan barang-barang publik. Wagner menadasarkan
pandangannya dengan suatu teori organis mengenai pemerintah
(organic theory of the state) yang menganggap pemerintah sebagai
individu yang bebas bertindak, terlepas dari anggota masyarakat
lainnya.

F. Perekonomian Indonesia Tahun 2010


2010 menjadi tahun yang penting bagi Indonesia. Terpilihnya
presiden baru, menandakan era baru dalam pemerintahan Indonesia.
Keberhasilan Indonesia lepas dari jeratan krisis financial global,
hingga mampu menjadi satu dari dua negara Asia yang mencatatkan
pertumbuhan ekonomi positif di tahun 2009, membangkitkan
optimisme di awal tahun 2010. Optimisme perekonomian ini yang
sepatutnya dipertahankan oleh pemerintahan SBY dan menjadi
landasan pembangunan di tahun 2010.
Secara umum, perekonomian Indonesia pada tahun 2010
menunjukkan prestasi yang cukup baik. Sebagai negara yang mampu
mencapai pertumbuhan positif selama masa krisis finansial global,
Indonesia semakin mendapat kepercayaan di mata dunia Internasional.
Hal ini terbukti dari meningkatnya peringkat Indonesia pada Global
Competitiveness Index 2010-2011 yang dikeluarkan oleh World
Economic Forum. Indonesia berhasil meraih peringkat 44, naik 10
peringkat dibandingkan pada tahun 2009. Peringkat layak investasi
38
Indonesia menurut S&P juga mengalami peningkatan dari BB menjadi
BBB. Kenaikan peringkat layak investasi ini menunjukkan semakin
dipercayanya pasar modal Indonesia di mata global.
Indikator makroekonomi Indonesia selama tahun 2010
menunjukkan adanya perbaikan perekonomian Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada tingkat 6,1%,
sedangkan tingkat inflasi hingga November berhasil ditahan pada
level 6,33% (yoy). Hal ini didukung oleh rendahnya tingkat suku
bunga BI yang dipertahankan pada level 6,5%. Rendahnya tingkat
suku bunga acuan ini menyebabkan sektor kredit mengalami
peningkatan tajam sehingga sukses memompa pertumbuhan ekonomi.
Hal ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan kredit yang hingga
bulan oktober mencapai 19,3% (yoy).
Indonesia juga mengambil keuntungan dari krisis ekonomi
yang dialami oleh negara-negara uni eropa. Krisis tersebut
menyebabkan adanya perpindahan aliran dana ke emerging market
seperti Indonesia. Menurut data World Bank, total dana global yang
hijrah ke emerging market hingga bulan oktober mencapai US$ 403
Miliar. Wajar apabila, ada sebagian dari dana global tersebut (US$
15,7 miliar pada tiga triwulan pertama) yang mampir membanjiri
pasar modal Indonesia. Banjir bandang dana global ini sukses
mendongkrang IHSG mencapai di atas 3700. Diperkirakan akan terus
meningkat pada tahun depan. Melonjaknya IHSG ini dikhawatirkan
akan menyebabkan kerentanan apabila terjadi capital flight dari dana-
dana asing tersebut. Kekhwatiran ini coba di atasi oleh pemerintah
dengan terus mengkokohkan cadangan devisa. Hingga akhir
November, cadangan devisa Indonesia sukses menembus angka US$
92,759 Miliar atau sebesar 6,96 bulan impor dan pembayaran ULN
pemerintah (BI, 2010). Dengan besarnya cadangan devisa yang
dipunya oleh Indonesia, nampaknya perekonomian Indonesia masih
akan stabil hingga tahun depan.
Seperti pendapat Seers (1973) bahwa permasalahan utama
negara berkembang adalah kemiskinan, pengangguran dan pemerataan
pendapatan, Indonesia pun masih menghadapi permasalahan yang
39
sama. Walaupun angka kemiskinan yang dikeluarkan BPS
menunjukkan trend penurunan, angka kemiskinan dan pengangguran
Indonesia tetaplah tinggi. Pada tahun 2010, angka kemiskinan
mencapai 34 juta, sedangkan angka pengangguran menjadi 9,5 juta.
Lebih menyedihkannya lagi, sebagian besar dari penganggur adalah
sarjana D3 dan S1. Jadi dapat disimpulkan, sebagian besar tenaga
kerja yang terserap adalah tenaga kerja berpendidikan SMA kebawah.
Sementara masalah pemerataan pendapatan juga masih jadi momok
selama satu dekade terakhir. Pemerataan pendapatan mengalami
stagnansi selama bertahun-tahun. Hal ini terlihat dari stagnannya
angka koefisien gini Indonesia selama satu dekade pada kisaran 3,6-
3,8. Masalah ini menjadi serius karena pertumbuhan ekonomi
Indonesia terus menerus positif selama beberapa tahun terakhir tapi
tingkat kemiskinan, pengangguran dan pemerataan pendapatan masih
tetap bermasalah. Alhasil dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
ekonomi tersebut hanya dinikmati sedikit pihak.
Dengan berbagai pencapaian dan permasalahan yang dihadapi
perekonomian Indonesia, tentunya kita masih tetap harus optimis
dalam menyongsong tahun 2011. Untuk menatap 2011 dengan
optimismis, setidaknya ada dua perkerjaan rumah yang harus
dilakukan oleh pemerintah. Pertama adalah perbaikan infrastruktur.
Kedua adalah perbaikan kualitas pertumbuhan ekonomi.
Perbaikan Infrastruktur
Perbaikan infrastruktur menjadi kunci pertumbuhan ekonomi
Indonesia kedepan. Kondisi infrastruktur Indonesia saat ini masih
sangat menyedihkan. Global Competitivness report menempatkan
kualitas infrastruktur Indoneisa pada peringkat 82, jauh tertinggal oleh
negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Brunei Darussalam
(52), Malaysia (30), Thailand (35), dan Sinagpura (5). Hal ini menjadi
pekerjaan rumah besar untuk pemerintah Indonesia.
Salah satu solusi untuk menyelesaikan permasalahan
infrastruktur Indonesia adalah dengan menggunakan skema PPP
(public private partnership) dalam pembiayaan infrastruktur.
40
Mekanisme PPP atau di Indonesia disebut KPS (kerjasama pemerintah
swasta) adalah mekanisme kerjasama jangka panjang antara
pemerintah dan swasta dalam menjalankan proyek infrstruktur.
Menurut Yong (2010) mekanisme PPP membantu pemerintah dalam
mempercepat pembangunan infrastruktur. Selama ini pemerintah
mengalami budget constrain ketika ingin mengembangkan
infrastruktur. Melalui mekanisme PPP, pemerintah akan mendapat
bantuan pendanaan dan pembagian resiko bersama pihak swasta. Di
Indonesia, PPP sudah mulai banyak digunakan. Setidaknya sudah ada
70 proyek infrastruktur yang sudah beroperasi yang memakai
mekanisme PPP. Dengan semakin banyaknya proyek dengan
mekanisme PPP, diharapkan akselerasi pertumbuhan infrastruktur
Indonesia akan semakin cepat.
Kualitas pertumbuhan ekonomi
Kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih
rendah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang cukup tinggi, akan
tetapi efek masyarakatnya terlalu rendah. Setap satu persen
pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya menyerap 250 ribu tenaga
kerja baru. Hal ini yang menyebabkan masih tingginya tingkat
pengangguran. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih
bergantung pada sektor non-tradable, yang notabane nya penyerapan
tenaga kerjanya kecil. Pada kwartal IV 2010, pertumbuhan sektor
pengangkutan dan komunikasi mencapai 13,6%. Bandingkan dengan
pertumbuhan sektor pertanian yang merangkak pada angka 1,6%,
padahal mayoritas masyarakat Indonesia bekerja pada sektor
pertanian. Pertumbuhan sektor tradable, seperti industri dan
pertambangan justru stagnan pada level dibawah 5%. Hal ini
berbanding terbalik dengan pertumbuhan sektor non-tradable yang
mencapai di atas 6%. Jika melihat data-data tersebut, wajar apabila
tingkat pengangguran dan kemiskinan Indonesia masih sangatlah
tinggi. Sektor perekonomian Indonesia yang tumbuh hanyalah sektor
yang cenderung padat modal bukan padat karya.

41
Menjadi suatu pekerjaan rumah untuk pemerintah untuk
memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya
caranya adalah dengan memperkuat kembali industri nasional,
terutama di sektor manufaktur dan agroindustri. Reindustrialisasi ini
bisa dilakukan dengan menyokong pertumbuhan industri nasional
melalui perbaikan infrastruktur, perbaikan birokrasi, dan pemberian
bantuan modal bagi industri yang membutuhkan.

D. Perekonomian Indonesia Tahun 2011


Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia tumbuh 6,5% pada empat bulan terakhir tahun 2011, meski
sebelumnya sempat muncul pesimisme karena anjloknya angka ekspor
Desember lalu. Dengan demikian, target pertumbuhan yang
dicanangkan pemerintah antara 6,3-6,5%, terpenuhi sepanjang tahun
lalu. Angka yang dilansir BPS ini memupus keraguan akan
memburuknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena pada
Desember lalu angka ekspor justru melemah hanya mencapai 2,19%
dibanding angka yang sama tahun sebelumnya dan merupakan yang
terendah sejak September 2009. Pada bulan Oktober dan November
2011, ekspor juga melemah menjadi 16,7 dan 8,25 %, padahal angka
ekspor rata-rata sejak Juli-September mencapai 40,5%.
Meski demikian, melemahnya ekspor ditutup oleh
melonjaknya konsumsi dalam negeri sementara minat investasi juga
tetap tinggi pada kuartal keempat 2011, ditandai dengan naiknya
angka investasi asing (FDI) yang mencapai 25%. Kalangan pengamat
menghubungkan naiknya angka investasi asing ini dengan kembalinya
standar layak investasi (investment grade) yang diumumkan oleh
lembaga pemeringkat Fitch, pada pertengahan Desember lalu.
Pemeringkat lain, Moody's dan Standard and Poor's, kemungkinan
besar akan mengikuti langkah itu tahun ini, yang dipandang akan
menjadi dorongan makin besar pada investor untuk berbisnis di
Indonesia.
Meski demikain suhu ekonomi dunia yang sedang terganggu
akibat krisis berkepajangan di AS dan Eropa, diperkirakan akan turut
42
berimbas ke Indonesia sehingga lembaga seperti Bank Indonesia
menurunkan target pertumbuhan 2012 menjadi 6,3-6,5%, lebih rendah
dari target pemerintah yang mencapai 6,7%. Dari sisi internal,
persoalan yang dianggap bisa mengganggu laju pertumbuhan ekonomi
adalah masalah perburuhan yang pada beberapa pekan terakhir
dianggap meresahkan investor asing terutama yang bergerak di bidang
industri manufaktur. Pengusaha menuding pemerintah daerah
menggunakan kasus perburuhan sebagai alat politik untuk
kepentingan mereka, sehingga merugikan perhitungan bisnis mereka
untuk tahun 2012.

E. Perekonomian Indonesia 2012


Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 juga
didorong karena diakuinya perekonomian Indonesia oleh negara-
negara berkembang. Beberapa negara berkembang menganggap
bahwa Indonesia sudah dapat mengelola ekonominya dengan baik.
Optimisme prospek perekonomian tahun 2012 juga didorong adanya
peningkatan rating Indonesia yang masuk ke level investment grade.
Dengan demikian, beberapa negara berkembang sudah menunjukkan
rasa percaya yang tinggi untuk menginvestasikan dananya di
Indonesia. “Hal ini akan berdampak positif. Misalnya perusahaan
multinasional akan melakukan investasi jangka panjang. Selain supply
uang akan meningkat, job opportunity juga akan meningkat. Seiring
dengan hal tersebut, kondisi perbankan nasional juga sangat baik. Hal
ini dapat dilihat dari sisi aset, penyaluran kredit, rasio permodalan,
dan kualitas kredit perbankan di Indonesia.  Kedepannya, kinerja
perbankan nasional akan tetap solid karena didukung oleh beberapa
hal, yakni kebutuhan pembiayaan yang terus meningkat dan kualitas
fundamental sektor perbankan nasional yang berada dalam kondisi
yang baik.”Tidak Ada Masa Depan Buat Orang-Orang Pesimis yang
Terlalu Mengkhawatirkan Kemajuan Ekonomi Negaranya. Masa
Depan Ada Pada Orang-Orang Yang Berpikir Optimis”.
 Kondisi perekonomian global pada tahun 2011 menunjukkan
kondisi yang penuh ketidakpastian. Hal tersebut dapat berakibat
43
negatif pada kondisi perbankan di berbagai negara, selain juga
memiliki dampak terhadap meningkatnya resiko kondisi
perekonomian di masa yang akan datang. Walaupun demikian, kondisi
buruk tidak terjadi di Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia
pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu
mencapai 6,5 persen. Hal ini juga seiring dengan kondisi perbankan di
Indonesia yang cukup baik. “Berbagai kondisi kondusif tersebut tidak
terlepas dari kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi yang dilakukan
dengan pemerintah. Sementara Direktur Institutional Banking Bank
Mandiri, Abdul Rachman mengatakan bahwa ketidakpastian global
yang terjadi saat ini lebih kompleks dibandingkan dengan krisis global
yang terjadi pada tahun 2008. Hingga saat ini, kondisi perekonomian
masih tidak menentu dan masih akan berlangsung dalam beberapa
waktu mendatang. Krisis perekonomian yang mulanya terjadi di
Yunani ini sudah kian menyebar ke beberapa negara di Eropa, seperti
Spanyol, Italia, Portugal, dan Perancis, yang terlihat dari
meningkatnya biaya pinjaman dari negara-negara tersebut. Namun
demikian, senada dengan Irwan, Abdul Rachman juga mengatakan
bahwa di tengah ancaman krisis global, perekonomian Indonesia
memiliki kondisi yang baik. Kondisi Perekonomian Indonesia pada
tahun 2012 bahkan diproyeksikan solid, dan memiliki peningkatan
hingga 6,7 persen.  Menurutnya, hal ini besar dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi domestik. “Ekonomi domestik tumbuh karena
porsi ekonomi kita yang bergantung pada ekspor relatif kecil,”
ungkapnya.
 Memasuki tahun 2012 sebagian orang  merasa khawatir oleh
krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Eropa dan Amerika
Serikat. Selama ini, dominasi dari kekuatan ekonomi Eropa dan
Amerika Serikat sangat luar biasa pengaruhnya terhadap
perekonomian global. Oleh karena itu, wajar saja bila banyak orang
selalu melihat perilaku ekonomi Eropa dan Amerika Serikat sebagai
alat ukur untuk menyelamatkan nilai dari kekayaan yang mereka
miliki. Setelah melakukan pembelajaran dan mengutak-atik angka-
angka untuk memprediksi perekonomian Indonesia di tahun 2012,
44
hasilnya lebih kurang sama saja seperti yang sudah dibicarakan oleh
banyak ahli dan pengamat ekonomi. Ekonomi Indonesia masih dijalan
yang baik dan tetap akan memberikan pertumbuhan positif yang
kemungkinan besar bertumbuh diantara 5,5% – 6,5% dengan inflasi di
level 5% – 7%, dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika
Serikat akan berada di level 8900 – 9300. Secara intuitif saya
merasakan bahwa perekonomian Indonesia akan bertumbuh secara
stabil dalam jangka waktu yang lebih panjang. Oleh karenanya, tahun
2012 adalah tahun yang sangat optimistis buat mengarahkan ekonomi
Indonesia kepada jalur yang diinginkan, agar dapat memberikan
kesejahteraan buat masyarakat banyak. Oleh karena itu, mengarahkan
dan memotivasi pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui sektor
industri dan perdagangan berbasis sumber daya alam, sumber daya
manusia kreatif, dan pariwisata akan membuat ekonomi Indonesia
semakin tangguh di tahun 2012. Risiko dari perasaan khawatir
terhadap keadaan di kawasan Eropa dan Amerika Serikat akan
berdampak kepada sektor keuangan dan sektor pasar modal.
Akibatnya, kemungkinan besar para investor lebih suka menyimpan
uang mereka di logam mulia emas atau pun di properti.
 Properti yang kemungkinan akan diincer adalah tanah, dan
biasanya investasinya bersifat jangka panjang dan tidak likuid.
Kekuatan pasar domestik Indonesia sangatlah luar biasa. Kebiasaan
sebagian besar masyarakat Indonesia yang lebih suka berbelanja
daripada menabung telah menjadi sebuah kekuatan untuk
pertumbuhan ekonomi. Sebab, uang akan terus berputar dan dalam
setiap putaran uang tersebut akan menciptakan nilai tambah ekonomi.
Kecerdasan untuk mengelola potensi, dan memotivasi pertumbuhan
pasar domestik oleh pihak yang berwenang. Khususnya, untuk
memudahkan produk dan jasa buatan dalam negeri agar dapat menjadi
lebih efektif, kreatif, produktif, efisien, dan berdaya saing unggul
dibandingkan produk import, akan menjadikan ekonomi Indonesia
lebih kuat dan tidak perlu takut terhadap keadaan di kawasan Eropa
dan Amerika Serikat.

45
 Tak bisa dipungkiri bahwa masuknya kembali Indonesia ke
dalam investment grade versi fitch rating menimbulkan dampak besar.
Setelah terseok-seok selama lebih dari 10 tahun menghuni ‘papan
bawah’ pandangan dari investor, diharapkan akan menjadi perangsang
perekonomian untuk kedepannya. Mungkin tak lama lagi, lembaga
pemeringkat lainnya seperti Moody’s atau Standard & Poors akan
mengikuti jejak Fitch dalam menaikkan rating Indonesia agar lebih
terpercaya. Itu baik, karena terdapat isu bahwa para Manager Investasi
Internasional wajib menanamkan investasi di negara yang ‘berlevel’
investment grade. Aliran dana masuk akan memberikan angin segar
kepada Indonesia, peningkatan Investasi diharapkan akan memberi
modal luas bagi lingkungan usaha sehingga menyerap para pekerja
Indonesia. Selain itu, sisi makro Indonesia di tahun 2011 juga dirasa
cukup baik. Ditandai dengan ketahanan ekonomi nasional ditengah
gejolak ekonomi eropa dan politik di timur tengah. Selain itu,
penurunan BI rate dan rendahnya inflasi diharapkan akan mendorong
kredit usaha di tahun 2012.
 Tahun 2012 adalah tahun yang sangat tepat untuk Indonesia
buat menyiapkan sistem perdagangan dan investasi yang kuat.
Termasuk, menyiapkan kapasitas dan keunggulan daya saing industri
Indonesia dalam menghadapi liberalisasi perdagangan dan jasa di
waktu yang akan datang; agar Indonesia tetap unggul saat berhadapan
dengan ekonomi China, India, dan negara-negara penghasil produk
murah lainnya. Awal tahun, waktu yang tepat untuk para analis
menunjukkan kemampuan nya untuk meramalkan posisi
perekonomian satu tahun kedepan. Dengan banyaknya faktor yang
bisa mempengaruhi perekonomian secara langsung maupun tidak,
analisa perekonomian menjadi tidak mudah dan kita akan mendapati
berbagai versi analisa dari para ekonom. Patut dicermati terkait analisa
perekonomian di awal tahun, karena akan menyangkut ekspektasi dari
para stakeholder dalam perekonomian itu sendiri. Masing-masing
stakeholder dengan kepentingan berbeda akan melakukan tindakan
yang efektif di awal tahun, tentunya untuk mendapatkan keuntungan
dan manfaat dari perekonomian.
46
Analis lain juga banyak memiliki pendapat yang kontra,
mereka kurang optimis dalam menilai dan mengekspektasikan
ekonomi Indonesia kedepan. Lagi-lagi berkaitan dengan Investment
grade, kenaikan level Indonesia tidak akan berpengaruh besar pada
perekonomian. Krisis utang eropa, menyebabkan para investor menilai
bahwa ekonomi dunia yang sangat elastis terhadap permasalahan ini.
Berlarut-larutnya penyelesaian akan membuat investor beralih pada
investasi yang lebih aman. Untuk Indonesia, krisis tersebut sangat
berhubungan dengan ekspor. Uni eropa merupakan mitra yang sangat
besar untuk pasaran produk ekspor dari indoensia. Pelambatan ekspor
akan terjadi lebih dalam di tahun 2012 karena terjadi berbagai
pengetatan anggaran dari negara-negara Uni Erpoa.Usaha yang cukup
bagus di tahun 2011 adalah mereka yang bergerak dibeberapa bidang
yang berelemen api dan kayu. Bisnis yang berelemen api misalnya
kimia, biro jasa, listrik, minyak pembakar, restoran, minyak kelapa
sawit, pertambangan gas dan batu bara. Sementara itu bisnis yang
berelemen kayu yang akan cerah misalnya furnitur, hasil perkebunan,
fashion, kertas, percetakan. Bisnis yang berelemen air walaupun
mengalami sedikit penurunan tapi masih bisa dikatakan cukup
menguntungkan yakni biro wisata/perjalanan, perhotelan, ekspor-
impor dan perikanan.Disisi lain, bisnis yang berelemen tanah seperti
properti, pertambangan yang elemennya batu/tanah diprediksi tidak
baik/ciong. Untuk bisnis yang berkaitan dengan elemen logam seperti
otomotif, keuangan/perbankan akan mengalami kondisi yang sulit
sehingga para pebisnis tersebut harus fight dan mengeluarkan biaya
ekstra untuk berpromosi. Saham yang terdiri atas berbagai macam
produk juga termasuk bisnis yang berlemen logam. Bagus tidaknya
saham tergantung dari produknya. Jika ingin bermain saham,
sebaiknya tetap mengacu pada 5 unsur (air,api,tanah,kayu,logam) di
dalam satu tahun itu seperti apa. Jika mau main di saham batubara,
perlu anda lihat dulu saham perusahaan tersebut milik siapa dan sehat
atau tidak. Khusus untuk saham properti sebaiknya berhati-hati karena
saham tersebut diprediksi tidak akan mengalami kenaikan yang
signifikan.
47
 Di tahun 2011, bisnis telekomunikasi akan cukup bagus meski
persaingannya yang sangat ketat. Setelah ada perjanjian perdagangan
bebas dengan china, kita bisa merasakan dan melihat bahwa produk
dari china, khususnya telpon genggam yang beragam merk jumlahnya
mengalir masuk dengan derasnya ke Indonesia. Dampak positifnya
konsumen mempunyai banyak pilihan yang disesuaikan dengan
kondisi keuangannya dan dampak negatifnya, produk serupa dalam
negeri akan kalah bersaing yang secara mutu dan harga masih lebih
baik. Jadi di tahun 2011, dunia perdagangan Indonesia masih kurang
menggembirakan. Agar bisa bertahan dan memenangkan persaingan
di pasar bebas maka mau tidak mau kita harus menggali potensi yang
ada pada diri kita sendiri agar kemampuan kita tidak kalah dengan
asing.

F. Kondisi Global
Secara fengshui, negara-negara bagian utara dan selatan di
tahun 2011 akan mengalami peruntungan yang cukup bagus termasuk
korut dan korsel hubungannya akan lebih baik dan tidak setegang
2010. Kondisi yang tidak baik adalah negara bagian barat dan timur
seperti masalah israel, asia timur, asia barat atau tepi barat yang
konfliknya masih panjang. Yang menarik adalah hubungan Indonesia-
Malaysia masih tidak menguntungkan karena mendapat tekanan
dimana kita selalu berusaha baik namun kurang mendapat respon yang
baik pula. Untuk itulah negara ini harus lebih fokus membangun diri
sendiri dan kekuatan diri sendiri karena jika kita kuat maka otomatis
akan disegani negara sekitar. Nilai rupiah di tahun 2012 akan
diperkirakan mengalami penguatan, seperti yang terjadi pada tahun
sebelumnya, sebenarnya dari awal tahun hingga kuartal 3, rupiah
masih sangat kuat bahkan pernah menyentuh level 8500/ dollar.
Namun, di akhir tahun ini, rupiah melemah. Masih percayanya para
investor terhadap dollar diyakini memberikan dampak besar dari
pelemahan rupiah. Beberapa analis berpendapat, di 2012 nilai rupiah
akan menguat kembali. Keberanian BI menurunkan suku bunga nya
hingga 75 basis poin di tahun 2011, diharapkan akan meningkatkan
48
kredit untuk usaha dan merangsang perekonomian. Tahun 2012,
diperkirakan BI akan tetap menurunkan hingga 5,75%. Sebuah angka
yang tidak pernah terjadi sepanjang sejarah Indonesia. Namun,
keengganan perbankan untuk menurunkan SBDK masih menjadi
masalah. Diawal tahun ini, perbankan besar nasional memang
berbondong-bondong menurunkan SBDK, tapi hal tersebut masih
dipandang sinis sebagian pengamat. Spread masih saja tinggi,
perbankan diharapkan lebih efisien dalam operasionalnya.
 Inflasi di 2012 akan melebihi inflasi di 2011. Prediksi bahwa
akan terjadi kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan harga beras
akibat banir Thailand akan menjadi pemicu kenaikan inflasi. Ini
menjadi kontra terhadap prediksi penurunan BI rate menjadi 5,75 di
2012. Hal yang menarik lainnya adalah program besar pemerintah
dengan adanya MP3EI. Memang banyak sekali yang kontra terhadap
program ini karena dianggap sebagai alat pencitraan pemerintah dan
pemborosan. Bayangkan saja, 4000 triliun akan dikeluarkan.
Pandangan positif pun tak kalah banyaknya, pertumbuhan ekonomi,
penyerapan tenaga kerja, dan terbangunnya infrastruktur untuk
pembangunan akan meningkat. Yah, semua akan tergantung pada
pelaksanaan di lapangan. Apakah ini bisa menjadi giant leap
pembangunan Indonesia. Namun, apakah akan menjadi sarang
terciptanya korupsi? Tugas kita lah untuk mengawalnya.
 Pro kontra mengenai proyeksi dan kebijakan yang akan
diambil pemerintah kedepannya menarik untuk dicermati. Kita harus
bisa mengawal isu-isu seputar ekonomi dan menjadi ‘anjing’ yang
menyalak ketika terjadi penyelewengan. Untuk itu lah dibutuhkan
pengetahuan dan bekal cukup mengenai perekonomian. Masyarakat
harus lebih peka dan rajin membaca sehingga tidak dibodohi dan di
ombang-ambing isu oleh para pengambil kebijakan dan pelaksana
kebijakan. Pandangan optimis mengenai perekonomian jangan lah
membuat kita menjadi terlena. Kewaspadaan harus tetap terjadi
ditengah ketidakstabilan perekonomian global. Pandangan pesimis
dari para ahli pun harus kita jadikan rujukan, namun tetap harus

49
membaca situasi dan kondisi, sehingga tidak kehilangan peluang
untuk berkembang dan berekspansi.
Perekonomian global yang tengah meredup akibat krisis utang
Eropa dan Amerika Serikat, hendaknya segera diantisipasi oleh
Indonesia dengan menciptakan iklim investasi yang ramah bagi
investor, mempercepat pembangunan infrastruktur dan menyiapkan
kebijakan yang member kepastian bagi pelaku bisnis. Pasalnya, imbas
krisi ekonomi global dikhawatirkan masih terus berlanjut hingga
2012. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Prof. Mudrajad
Kuncoro, Ph.D., mengungkapkan krisis Eropa-AS diperkirakan akan
mengganggu kinerja ekspor nasional, karena pasar Eropa dan AS
masing-masing menyerap 13,3% dan 10% dari total ekspor non-
migasselamaJanuari-Juli2011.
Ada lima tantangan dan risiko global yang dicatat KEN
(Komite Ekonomi Nasional), yaitu pemulihan ekonomi negara maju
yang masih akan lama karena persoalan struktural serta persoalan
geopolitik dan geoekonomi G-20, seperti penyelesaian persoalan
ketidakseimbangan ekonomi dunia, perang kurs dan potensi perang
Korea. Tantangan dan risiko global lainnya adalah kebijakan banjir
likuiditas Amerika Serikat Quantitative Easing yang diambil dalam
rangka menyelamatkan diri sendiri, dilema perang kurs dan risiko
gagal bayar hutang negara-negara Eropa.

G. Perekonomian Indonesia  2013


Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun. Setelah mencapai
pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pada 2011, dan 6,23 persen pada
2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6 persen. Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia
sepanjang 2013 sebesar hanya 5,78 persen. Angka tersebut turun
dibandingkan sepanjang 2013 sebesar 6,23 persen.  Kepala BPS
Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013
sebesar 5,72 persen, atau mengalami penurunan 1,42 persen dibanding
kuartal III-2013.

50
Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor
pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis
global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan
hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.
Pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan
pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul
sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan
7,56 persen, dengan nilai Rp 272,1 triliun.  Sektor ketiga yang
mengalami pertumbuhan signifikan adalah konstruksi, di mana
mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1 triliun. 
Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian
tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp 195,7 triliun.
Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB)
sepanjang 2013 adalah Rp 9.084 triliun Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan (tahun 2000)
adalah Rp. 2770,3 triliun untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB
sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK sebesar Rp 699,9 triliun.
Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB ADHB
sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.

H. Perekonomian Indonesia 2014


Kondisi ekonomi makro  sepanjang tahun 2014 menunjukkan
kinerja yang cukup baik sebagaimana ditunjukkan melalui indikator
makro ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 tercatat
sebesar 5,1 persen (angka sementara), lebih rendah dari target yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Perubahan (APBN-P) 2014 yang sebesar 5,5 persen.
Ini tentunya terkait dengan kondisi global dan kondisi kita
sendiri, di mana besarnya defisit transaksi berjalan membuat baik
kebijakan moneter dan fiskal sifatnya kebijakan yang ketat. Dengan
kebijakan yang ketat, maka otomatis memang pertumbuhan akan
51
terkendala, sehingga tidak mencapai apa yang diharapkan. Selain itu,
tingkat inflasi tahun 2014 tercatat sebesar 8.36 persen, lebih tinggi
dari asumsi APBN-P 2014 yang sebesar 5,3 persen. Hal ini terjadi
karena APBN-P 2014 belum mengasumsikan adanya penyesuaian
harga bahan bakar minyak (BBM). Realisasi tingkat suku bunga Surat
Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan sebesar 5,8 persen, lebih
rendah dari asumsi dalam APBN-P 2014 yang sebesar 6,0 persen.
Sementara itu, realisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS) tercatat rata-rata sebesar Rp11.878/dolar AS,
lebih tinggi dari angka yang ditetapkan dalam APBN-P 2014, sebesar
Rp11.600/dolar AS. Harga minyak mentah Indonesia tercatat sebesar
97 dolar AS per barel, lebih rendah dari asumsi dalam APBN-P 2014,
sebesar 105 dolar AS per barel.
Untuk rata-rata lifting minyak mentah Indonesia, realisasinya
mencapai 794 ribu barel per hari, lebih rendah dari target dalam
APBN-P 2014 yang sebesar 818 ribu barel per hari. Terakhir,
realisasi lifting gas mencapai target yang ditentukan dalam APBN-P
yaitu 1.224 ribu barel setara minyak per hari.

I. Perekonomian Indonesia 2015


Awal tahun 2015 menjadi momentum tepat untuk memprediksi
kondisi perekonomian Indonesia kedepan. Sebagai salah satu negara
yang baru saja mengalami perombakan politik, serangkaian kebijakan
baru tentunya akan mempengaruhi proyeksi ekonominya. Meskipun
laju perekonomian di tahun lalu mengalami perlambatan, namun
sejumlah ahli dan ekonom justru memprediksi bahwa di tahun 2015
perekonomian Indonesia akan mengalami peningkatan. Bagaimana hal
ini dapat terjadi? Bahkan ditengah kondisi ekonomi internasional yang
terbilang pesimis dalam beberapa tahun terakhir? Berikut ini sejumlah
data yang dikumpulkan dari data-data Bank Indonesia dan sejumlah
kalangan mengenai perkembangan ekonomi di tahun 2015.
Pada pertengahan Januari lalu, Bank Indonesia menetapkan
untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga
Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing
52
tetap pada level 8,00% dan 5,75%. Kemudikan dilakukan evaluasi
menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di 2014 dan
prospek ekonomi 2015 dan 2016 yang menunjukkan bahwa kebijakan
tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi
menuju ke sasaran 4±1% pada 2015 dan 2016, dan mendukung
pengendalian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
Mengacu pada evaluasi terhadap perekonomian di tahun lalu,
di tahun ini Bank Indonesia memperkirakan  perekonomian Indonesia
semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan
stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga, ditopang oleh perbaikan
ekonomi global dan semakin kuatnya reformasi struktural dalam
memperkuat fundamental ekonomi nasional. Perekonomian Indonesia
tahun 2014 diprakirakan tumbuh sebesar 5,1%, melambat
dibandingkan dengan 5,8% pada tahun sebelumnya. Dari sisi
eksternal, perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh ekspor yang
menurun akibat turunnya permintaan dan harga komoditas global,
serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Meskipun
ekspor secara keseluruhan menurun, ekspor manufaktur cenderung
membaik sejalan dengan berlanjutnya pemulihan AS. Dari sisi
permintaan domestik, perlambatan tersebut didorong oleh terbatasnya
konsumsi pemerintah seiring dengan program penghematan anggaran.
Sementara itu, kegiatan investasi juga masih tumbuh terbatas.
Kinerja pertumbuhan ekonomi yang masih cukup tinggi terutama
ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tetap solid. Pada tahun
2015, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu
tumbuh pada kisaran 5,4-5,8%. Berbeda dengan 2014, di samping
tetap kuatnya konsumsi rumah tangga, tingginya pertumbuhan
ekonomi di 2015 juga akan didukung oleh ekspansi konsumsi dan
investasi pemerintah sejalan dengan peningkatan kapasitas fiskal
untuk mendukung kegiatan ekonomi produktif, termasuk
pembangunan infrastruktur.

KESIMPULAN

53
Dengan demikian, dari review yang telah dijelaskan diatas
dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi didunia saat ini telah
dirusak oleh pihak-pihak yang menguasai dunia. Pihak tersebut
menginginkan penguasaam atas dunia yang akhirnya menjadikan
seluruh negara disatukan menjadi satu. Terlepas dari pernyataan
tersebut, dalam realitanya ternyata sistem tersebut telah terjadi secara
perlahan. Sebuah strategi untuk mempersatukan negara-negara dunia
dapat dilihat dari bentuk-bentuk forum kerjasama antara negara seperti
WTO, PBB, Uni Eropa, dan lain-lain. Bahkan di Asia Tenggara
sendiri dapat dilihat dengan pembentukan forum ASEAN Community
2015. Dari keseluruhan fakta yang telah diungkapkan dalam video
tersebut mengingatkan kita bahwa penguasa ekonomi maupun dunia
saat ini telah memberikan pengaruh yang banyak bagi perkembangan
dunia dari zaman dulu hingga sampai sekarang.

LATIHAN
1) Bagaimana cara menghadapi krisis ekonomi global terhadap
ekonomi indonesia?
2) Apakah pengaruh atau dampak globalisasi ekonomi bagi
Indonesia?

TES FORMATIF
1. Hukum Wagner merumuskan bahwa pengeluaran sosial pemerintah
meningkat proposional terhadap:
a. Peningkatan Anggaran Belanja Pemerintah
b. Peningkatan Pendapatan Nasional (GNP)
c. Peningkatan pendapatan dari pajak
d. Peningkatan investasi nasional

2. Pengukuran besarnya pemerintah dapat dilakukan dengan melihat:


a. Besarnya lembaga pemerintah
b. Banyaknya anggota dewan dari berbagai partai
c. Besarnya pengeluaran sosial pemerintah
54
d. Besarnya anggaran yang dicanangkan tiap tahun

3. Sisi permintaan yang menyebabkan pertumbuhan pemerintah dapat


ditentukan oleh:
a. Perluasan pajak
b. Perluasan waralaba
c. Peran perempuan di pasar tenaga kerja
d. Paternialisme dan Regulasi

4. Peran pemerintah dalam perekonomian seperti yang diungkapkan


Boston, kecuali.. .
a. Peran keamanan dan militer
b. Peran alokasi sumber daya
c. Peran kesejahteraan sosial
d. Peran mengelola ekonomi makro

5. Perempuan dapat berpartisipasi dalam pembentukan pertumbuhan


pemerintah melalui aktivitas politik, yaitu dengan cara:
a. Menjadi wanita karir di lembaga pemerintahan
b. Menjadi entrepreneur yang berpenghasilan kena pajak
c. Menjadi politisi atau anggota dewan (DPR/DPRD)
d. Ikut berpartisipasi melalui NGO

JAWABAN
3. b
4. c
5. b
6. a
7. b

DAFTAR PUSTAKA
A.S. Bhalla. 2001. Market or Government Failures? : An Asian
Perspective. Palgrave
55
Hauge, Raud.,& Martin Harrop. 2004. Comparative Government and
Politics: An Introduction. Palgrave McMillan
Hillman, Arye L. 2003. Public Finance and Public Policy. Cambridge
University Press
Hindriks, Jean.,& Gareth D. Myles. 2006. Intermediate Public
Economics. MIT Press Book
Leach, John. 2004. A Course in Public Economics. Cambridge
University Press
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. BPFE-Yogyakarta

56

Anda mungkin juga menyukai