PENGANTAR
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan
dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah
adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak
terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan.
Sistem perekonomian ada beberapa macam. yang pertama Sistem
Perekonomian Kapitalisme, yang kedua Sistem Perekonomian
Sosialisme, yang ketiga Sistem Perekonomian komunisme, yang
keempat Sistem Ekonomi Merkantilisme, dan yang kelima Sistem
Perekonomian Fasisme.
TUJUAN:
1. Mengerti mengenai hubungan yang terjadi diantara peristiwa-
peristiwa yang terjadi dalam perekonomian.
2. Memahami persoalan global yang berimbas pada ekonomi
Indonesia
3. Dapat membantu memahami wujud perilaku ekonomi dalam
dunia nyata.
MATERI:
A. Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan
dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak
karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua
1
istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan
istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara
atau batas-batas negara.
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin
berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan
barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan
internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi
demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa
semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal
dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda
menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan
perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization (WTO).
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media
massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan
olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal
yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang
fashion, literatur, dan makanan.
Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang
lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-
lain.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi
antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
a) Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di
berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menajdi
lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang
rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang
memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif.
Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
2
b) Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses
untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi di semua
negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam
memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga
dalam memperluas jaringan jalan tol telah mema nfaatkan
sistem pembiayaan dengan pola BOT (Build Operate Transfer)
bersama mitrausaha dari mancanegara.
c) Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu
memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya,
seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja
yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar
yang biasa diperoleh dari negara berkembang karena upah lebih
murah. Dengan globalisasi maka perputaran tanaga kerja akan
semakin mudah dan bebas.
d) Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan
mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di
dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio,
media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin
maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan
dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC, celana
jeans levi’s, atau hamburger melanda pasar dimana-mana.
Akibatnya selera masyarakat dunia, baik yang berdomisili di
kota ataupun di desa- menuju pada selera global.
e) Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk
penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai
hambatan non tarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan
persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan fair.
3
intensitasnya telah sampai pada keadaan yang nyaris menuju
kebangkrutan ekonomi.
Krisis ekonomi – yang dipicu oleh krisis moneter – beberapa waktu
yang lalu, paling tidak telah memberikan indikasi yang kuat terhadap
tiga hal.
Pertama, kredibilitas pemerintah telah sampai pada titik nadir.
Penyebab utamanya adalah karena langkah-langkah yang ditempuh
pemerintah dalam merenspons krisis selama ini lebih bersifat “tambal-
sulam”, ad-hoc, dan cenderung menempuh jalan yang berputar-putar.
Selain itu, seluruh sumber daya yang dimiliki negeri ini dicurahkan
sepenuhnya untuk menyelamatkan sektor modern dari titik
kehancuran. Sementara itu, sektor tradisional, sektor informal, dan
ekonomi rakyat, yang juga memiliki eksistensi di negeri ini seakan-
akan dilupakan dari wacana penyelamatan perekonomian yang tengah
menggema.
Kedua, rezim Orde Baru yang selalu mengedepankan
pertumbuhan (growth) ekonomi telah menghasilkan crony capitalism
yang telah membuat struktur perekonomian menjadi sangat rapuh
terhadap gejolak-gejolak eksternal. Industri manufaktur yang sempat
dibanggakan itu ternyata sangat bergantung pada bahan baku impor
dan tak memiliki daya tahan. Sementara itu, akibat “dianak-tirikan”,
sektor pertanian pun juga tak kunjung mature sebagai penopang laju
industrialisasi. Yang saat itu terjadi adalah derap industrialisasi
melalui serangkaian kebijakan yang cenderung merugikan sektor
pertanian. Akibatnya, sektor pertanian tak mampu berkembang secara
sehat dalam merespons perubahan pola konsumsi masyarakat dan
memperkuat competitive advantage produk-produk ekspor Indonesia.
Salah satu faktor terpenting yang bisa menjelaskan
kecenderungan di atas adalah karena proses penyesuaian ekonomi dan
politik (economic and political adjustment) tidak berlangsung secara
mulus dan alamiah. Soeharto-style state-assisted capitalism nyata-
nyata telah merusak dan merapuhkan tatanan perekonomian. Memang
di satu sisi pertumbuhan ekonomi yang telah dihasilkan cukup tinggi,
4
namun mengakibatkan ekses yang ujung-ujungnya justru counter
productive bagi pertumbuhan yang berkelanjutan.
Ketiga, rezim yang sangat korup telah membuat sendi-sendi
perekonomian mengalami kerapuhan. Secara umum, segala bentuk
korupsi akan mengakibatkan arah alokasi sumber daya perekonomian
menjurus pada kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan tidak
memberikan hasil optimum. Dalam kondisi seperti ini pertumbuhan
ekonomi memang sangat mungkin terus berlangsung, bahkan pada
intensitas yang relatif tinggi. Namun demikian, sampai pada batas
tertentu pasti akan mengakibatkan melemahnya basis pertumbuhan.
Selanjutnya, praktik-praktik korupsi secara perlahan C tapi
pasti C telah merusak tatanan ekonomi dan pembusukan politik yang
disebabkan oleh perilaku penguasa, elit politik, dan jajaran birokrasi.
Keadaan semakin parah ketika jajaran angkatan bersenjata dan aparat
penegak hukum pun ternyata juga turut terseret ke dalam jaringan
praktik-praktik korupsi itu.
Hancurnya kredibilitas pemerintah yang dibarengi dengan
tingginya ketidakpastian itu telah menyebabkan terkikisnya
kepercayaan (trust). Yang terjadi dewasa ini tidak hanya sekadar
pudarnya trust masyarakat terhadap pemerintah dan sebaliknya,
melainkan juga antara pihak luar negeri dengan pemerintah, serta di
antara sesama kelompok masyarakat. Yang terakhir disebutkan itu
tercermin dengan sangat jelas dari keberingasan massa terhadap
simbol-simbol kekuasaan serta kemewahan dan terhadap kelompok
etnis Cina, seperti yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998.
Sementara itu, krisis kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah dapat dilihat dari respons masyarakat yang kerap kali
berlawanan dengan tujuan kebijakan yang ditempuh pemerintah.
Misalnya, kebijakan pemerintah yang seharusnya berupaya
menggiring ekspektasi masyarakat ke arah kanan, justru telah
menimbulkan respons masyarakat menuju ke arah kiri, dan
sebaliknya. Faktor lainnya adalah semakin timpangnya distribusi
pendapatan dan kekayaan, sehingga mengakibatkan lunturnya
solidaritas sosial.
5
C. Definisi Ilmu Ekonomi.
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi
adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang
tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas.
Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan
(scarcity).
Kata “ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang
berarti “keluarga, rumah tangga” dan (nomos), atau “peraturan, aturan,
hukum,” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah
tangga” atau “manajemen rumah tangga.” Sementara yang dimaksud
dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep
ekonomi dan data dalam bekerja.
Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dengan
beberapa cara, yang paling terkenal adalah mikroekonomi vs
makroekonomi. Selain itu, subyek ekonomi juga bisa dibagi menjadi
positif (deskriptif) vs normatif, mainstream vs heterodox, dan lainnya.
Ekonomi juga difungsikan sebagai ilmu terapan dalam manajemen
keluarga, bisnis, dan pemerintah. Teori ekonomi juga dapat digunakan
dalam bidang-bidang selain bidang moneter, seperti misalnya
penelitian perilaku kriminal, penelitian ilmiah, kematian, politik,
kesehatan, pendidikan, keluarga dan lainnya. Hal ini dimungkinkan
karena pada dasarnyaekonomi seperti yang telah disebutkan di atas
adalah ilmu yang mempelajari pilihan manusia.
Ada sebuah peningkatan trend untuk mengaplikasikan ide dan
metode ekonomi dalam konteks yang lebih luas. Fokus analisa
ekonomi adalah “pembuatan keputusan” dalam berbagai bidang
dimana orang dihadapi pada pilihan-pilihan. misalnya bidang
pendidikan, pernikahan, kesehatan, hukum, kriminal, perang, dan
agama. Gary Beckerdari University of Chicago adalah seorang perintis
trend ini. Dalam artikel-artikelnya ia menerangkan bahwa ekonomi
seharusnya tidak ditegaskan melalui pokok persoalannya, tetapi
sebaiknya ditegaskan sebagai pendekatan untuk menerangkan perilaku
6
manusia. Pendapatnya ini terkadang digambarkan sebagaiekonomi
imperialis oleh beberapa kritikus.
8
konsumsinya dilaksanakan dalam rangka mencari laba yang
sebesar-besarnya oleh pemilik.
3) Sistem Ekonomi Terpusat
Suatu sistem ekonomi yang seluruh kebijakan perekonomiannya
ditentukan oleh pemerintah. Motivasi kegiatan ekonomi nya
adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan dan untuk kemakmuran negara.
4) Sistem Ekonomi Campuran
Sistem ekonomi hasil dari perpaduan dari sistem ekonmi pasar
dengan sistem ekonomi terpusat sehingga kelemahan-kelemahan
yang ada pada kedua sistem tersebut dapat diatasi. Pada sistem
ekonomi ini ada kebebasan bagi perseorangan dan swasta untuk
ikut dalam kegiatan ekonomi.
5) Sistem Ekonomi Indonesia
Sistem ekoomi Indonesia dikenal sebagai Demokrasi Ekonomi
adalah Sistem Ekonomi yang dijalankan oleh Indonesia. Pda
sistem ini, kegiatan produksi dilakukan oleh semua, untuk semua,
dan dibawah pimpinan atau kepemilikan oleh anggota-anggota
masyarakat. Motivasi kegiatan ekonominya dalah untuk
kemakmuran masyarakat dengan memenuhi kebutuhannya dan
mengembangkan keselarasan, keserasian serta keseimbangan
antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
13
proses reformasi yang sedang dijalankan.Karena jika salah langkah
dalam penerapan system akan berdampak buruk bagi perekonomian
Rusia sendiri.
Dalam menghadapi krisis globalisasi ekonomi saat ini,Rusia
berusaha agar tidak terjebak dalam kondisi saat ini. Rusia tidak ingin
menanggung konsekuensi dari globalisasi ekonomi yang
menimbulkan instabilitas,meskipun Rusia tetap mengikutinya.Rusia
memiliki kemandirian dalam menyusun konsep globalisasi yang
disesuaikan dengan karakteristik politik dan ekonominya. Rusia
memiliki tekad untuk membangun perokonomian yang kokoh agar
dapat bertahan dalam menghadapi arus kompetisi ekonomi yang
semakin ketat yang terjadi di era globalisasi.
3. Vietnam
Vietnam merupakan salah 1 negara yang menganut sistem
ekonomi Sosialis. Sistem ekonomi sosialis yaitu sistem ekonomi yang
seluruh kegiatan ekonominya direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi
oleh pemerintah secara terpusat.
Ideal pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Vietnam Ekonomi
pasar telah membawa suatu perubahan dalam kualifikasi sumber daya
manusia di Vietnam terutama dalam perdagangan dan profesi yang
lebih bermutu.
Dalam sektor industry tahun 2000 Pemerintah Vietnam
melaksanakan berbagai langkah dengan mendukung produksi
terutama industri yang memiliki keunggulan bersaing, seperti minyak
mentah, garmen, dan sepatu kulit. Langkah-langkah pendukungnya
termasuk subsidi atas bunga pinjaman, pengecualian atau pengurangan
bea masuk impor, pajak pertambahan nilai (VAT), dan asistensi
pemerintah dalam pemasaran secara periodik (bulanan atau
triwulanan). Bagi pebisnis Indonesia, ada beberapa produk utama
Vietnam yang patut dikenali dan dicermati. Produk-produk itu di
antaranya garmen dan tekstil, barang elektronika, sepatu, produk air
kemasan, beras, kopi, karet, batu bara, minyak mentah, tembaga,
kertas, jenis paper board, dan sebagainya. Produk di atas menjadi
14
saingan dalam ekspor, patut diteliti dari mutu, harga, penyerahan dan
pelayanan purnajual).
Prioritas utama pemerintah Vietnam adalah pertumbuhan
ekonomi. Dengan menyadari realita kebutuhan akan pertumbuhan,
ternyata model pertumbuhan yang didorong ekspor negara industri
baru Asia yang berhasil mempunyai daya tarik dan kenaikan ekspor
serta arus modal asing dalam tahun-tahun belakangan ini,
menumbuhkan optimisme bagi berbagai kalangan pembuat kebijakan
dan bisnis. Mereka menganggap bantuan luar negeri dan investasi
sebagai dorongan yang menentukan pada take off , dan karena itu
industri yang berorientasi pada ekspor diberi prioritas utama.
KESIMPULAN
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan
dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain.
Penyebab Krisis Ekonomi Global: 1) Kredibilitas pemerintah telah
sampai pada titik nadir; 2) Rezim Orde Baru yang selalu
mengedepankan pertumbuhan (growth) ekonomi telah menghasilkan
crony capitalism; 3) Rezim yang sangat korup telah membuat sendi-
sendi perekonomian mengalami kerapuhan.
LATIHAN
1. Jelaskan dan beri contoh tentang Globalisasi Perdagangan
menurut Tanri Abeng?
2. Mengapa kepercayaan (trust) dari masyarakat sangat penting bagi
pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan?
TES FORMATIF
1. Beberapa hal yang diindikasikan bukan sebagai pemicu krisis
moneter adalah:
a. Kredibilitas pemerintah telah sampai pada titik nadir
15
b. Minimnya pertanggung jawaban laporan keuangan
c. Rezim yang sangat korup telah membuat sendi-sendi
perekonomian mengalami kerapuhan
d. Munculnya crony capitalism
JAWABAN
1. b
2. d
3. c
4. a
DAFTAR PUSTAKA
16
A.S. Bhalla. 2001. Market or Government Failures? : An Asian
Perspective. Palgrave
Hauge, Raud.,& Martin Harrop. 2004. Comparative Government and
Politics: An Introduction. Palgrave McMillan
Hillman, Arye L. 2003. Public Finance and Public Policy. Cambridge
University Press
Hindriks, Jean.,& Gareth D. Myles. 2006. Intermediate Public
Economics. MIT Press Book
Leach, John. 2004. A Course in Public Economics. Cambridge
University Press
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. BPFE-Yogyakarta
17
KEGIATAN BELAJAR 2: PENGARUH EKONOMI GLOBAL
TERHADAP PEREKOMINIAN INDONESIA
PENGANTAR
Ekonomi tidak selamanya terus menerus berkembang dengan
baik, bahkan dalam tahun ini perekonomian bukan tambah
berkembang akan tetapi perekonomian dunia tambah merosot. Hal ini
disebabkan kebutuhan pokok yang semakin mahal dan harga minyak
dunia yang sempat memaksa berbagai sektor produksi ekonomi
menaikkan ongkos produksinya dan tidak terkoreksi hingga hari ini
meskipun harga minyak dunis sekarang turun.
Sedangkan disisi lain adanya suatu dari imbasnya pemanasan
global yang telah menyerang lingkungan hidup bumi manusia, dengan
cuaca buruk, gelombang badai, banjir, tanah longsor, telah memukul
hampir semua produksi pertanian dan kelancaran sistem transportasi
dunia. banyaknya permasalahan yang ada maka hampir seluruh dunia
perekonomian memburuk dengan begitu adanya krisis ekonomi
global.
Dengan adanya krisis global banyak perusahaan mengurangi
tenaga kerja (PHK) baik di Indonesia maupun di luar negeri
dikarenakan permintaan produk dalam negeri oleh pihak konsumen
luar negeri yang menurun dan juga perusahaan memangkas biaya
produksi. Dan juga akibat orientasi ekspor produk yang terlalu
bertumpu pada pasar Amerika bahkan eksport Indonesia ke negara
Amerika menduduki peringkat kedua terbesar setelah jepang maka
mengakibatkan hantaman telak bagi Indonesia karena daya beli
konsumsi Amerika akan merosot akibat krisis finansial yang
menerpanya. Bagi Indonesia, krisis ini akan memiliki dampak yang
saling terkait diberbagai sektor. Pada akhirnya, semua ini akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi.
18
TUJUAN:
Dalam modul ini, diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami,
menyebutkan, dan menguraikan tentang:
1) Penguasa perekonomian dunia saat ini
2) Bagaimana sistem perekomonian dunia
3) Bagaimana sistem perekonomian Indonesia
4) Seperti apa para pelaku sistem perekonomian Indonesia
MATERI:
A. Krisis Global dan Pengaruh Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Beberapa faktor kenaikan harga-harga kebutuhan pokok
memang tidak bisa dipisahkan dengan faktor ekonomi dunia yang kian
memburuk seiring dengan krisis umum imperialisme, kelesuan
ekonomi Amerika Serikat yang dipicu oleh krisis kredit perumahan,
krisis financial, krisis energy (minyak, gas, batu bara), ditandai
dengan kenaikan harga minyak di pasaran internasional yang telah
117 US $ / barel , namun koreksi pada angka 82 US $ / barel pada
bulan oktober 2008 akibat permintaan terhadap minyak dunia
menurun akibat dari krisis yang terjadi di Amerika.
Walaupun demikian harga minyak dunia yang sempat
melambung memaksa berbagai sector produksi ekonomi menaikan
ongkos produksinya dan tidak ikut terkoreksi hingga hari ini.
Sedangkan disisi lain akibat dari pemanasan global. Segala sesuatu
ada saling hubungannya, krisis ekonomi Amerika kemudian menjadi
krisis global yang berpengaruh pada sector ril ditingkat local. Karena
centrum kekuatan akumulasi modal kapitalis berada di Negara ini, AS
merupakan pasar eksport terbesar di dunia termasuk pasar eksport
Indonesia. Coba tengok angka-angka ekspor nonmigas Indonesia ke
AS selama ini yang tercatat di Badan Pusat Statistik dan telah diolah
kembali oleh Departemen Perdagangan nonmigas Indonesia. Sekilas
terlihat betapa produk Indonesia sangat tergantung pada pasar
Amerika. Ekspor nonmigas Indonesia ke AS meningkat dari 7,17
miliar dollar AS pada tahun 2002 menjadi 10,68 miliar dollar AS pada
19
tahun 2006 atau meningkat 11,74%. Selama Januari-Agustus 2007,
ekspor ke AS sudah mencapai US $ 7,48 miliar AS atau meningkat
5,14% dari periode yang sama 2006. Itu artinya, peran ekspor ke AS
terhadap total ekspor nonmigas Indonesia mencapai 12,45%, setingkat
dibawah ekspor ke Jepang yang mencapai 15,36%. Akibat orientasi
ekspor produk terlalu bertumpu pada pasar Amerika mengakibatkan
hantaman telak bagi Indonesia karena daya belu konsumsi Amerika
akan merosot akibat krisis financial yang menerpanya. Bagi Indonesia,
krisis ini akan memiliki dampak yang saling terkait diberbagai sektor.
Pada akhirnya, semua ini memperlambat pertumbuhan.
Dalam sebulan terakhir krisis keuangan di AS meledak
kembali dipicu oleh kebangkrutan lembaga keuangan dunia Lehman
Brothers setelah tidak mampu membayar tagihan sebesar US$ 60
milyar yang berasal dari subprime mortgages. Otoritas keuangan di
Amerika Serikat juga tidak bersedia mengulurkan tangan
menyelamatkan bank investasi yang telah berumur lebih dari 150
tahun ini sehingga kematian Lehman Brother tak bisa dihindari.
Selain Lehman, masih ada Morgan Stanley dan AIG yang juga
sedang mengibahkan bantuan untuk menyelamatkan keuangannya.
Untuk kedua perusahaan ini kelihatannya Pemerintah Amerika Serikat
akan berusahaa menyelamatkan karena khawatir dampak yang lebih
parah terhadap akan terjadi jika kedua perusahaan tersebut dibiarkan
kolaps. Mengingat skalanya yang besar kejatuhan lembaga keuangan
Amerika Serikat, baik yang ditolong maupun yang dibiarkan mati,
membawa dampak besar kepada sistim keuangan dunia. Tentu saja
dampak pertama dialami oleh lembaga keuangan yang selama ini
menjadi kreditor dari investment bank yang sedang kolaps tersebut,
seperti beberapa bank besar di Inggris dan Jepang. Namun yang paling
parah terkena tentu saja masyarakat Amerika Serikat.
Dana yang tersedot untuk menyelamatkan lembaga keuangan
tersebut menyebabkan makin sulitnya masyarakat AS mendapatkan
dana baik untuk kepentingan konsumsi maupun bagi dunia usaha.
Suku bunga yang menjadi naik dan inflasi yang meningkat
menyebabkan makin berat beban yang ditanggung rumah tangga
20
Amerika Serikat sehingga terpaksa mereka menurunkan tingkat
konsumsinya. Demikian juga bagi dunia usaha, makin sulitnya
mendapatkan dana untuk modal kerja maupun investasi, menyebabkan
makin tingginya biaya yang harus dipikul sehingga makin
memperlemah daya saing mereka terhadap produk impor sehingga
kemudian banyak abrik yang mengurangi aktivitasnya, bahkan ikut
terseret menjadi bangkrut.
Melemahnya tingkat konsumsi negara sebesar AS tentu saja
berdampak kenegara lain. Konsumsi tekstil warga AS yang menyurut
mengakibatkan turunnya impor produk tekstil. Bagi Indonesia ini akan
berpengaruh besar karena sekitar 43% ekspor tekstil ditujukan ke
Amerika Serikat. Tentu saja bukan hanya Indonesia yang terkena
dampak melemahnya ekonomi AS, secara umum perekonomian dunia
memang sudah mulai menurun semnjak mulai merebaknya krisis
subprime morgages ini pada tahun 2007 yang lalu. Krisis ini telah
menyeret jatuhnya nilai US dollar sehingga para investor lari ke pasar
komoditi sehingga berbagai harga komoditi primer meroket harganya.
Kenaikan harga ini mempercepat terjadinya kelesuan ekonomi karena
inflasi segera melambung yang menyebabkan terpotongnya daya beli
masyarakt di Amerika Serikat dan negara maju.
Pada puncaknya harga komoditi kemudian tidak bisa
meningkat lagi karena permintaan sudah menurun jauh. Semenjak
puncaknya harga minyak bumi pada bulan Juli 2008 yang pernah
mencapai harga US$ 147 per barel, maka harga minyak bumi
kemudian melorot sampai level dibawah US$ 100 per barel, dan
mencapai harga terendah dalam 17 bulan terakhir yaitu mencapai US$
91.per barel. Kekacauan di sektor keuangan dan flukstuasi harga
komoditi akan banyak berpengaruh terhadap kinerja dan ketahanan
ekonomi Indonesia. Tidak bisa dipungkiri dalam dua tahun terakhir
harga komoditi primer yang tinggi Indonesia mendapat keuntungan
dalam situasi ini. Ekspor Indonesia yang banyak bertumpu kepada
komoditi primer mengalami booming, sehingga ekspor melejit
padahal ekonomi dunia mulai melesu.
21
Walaupun Indonesia juga terimbas krisis akibat harga minyak
bumi yang meroket, yaitu dengan naiknya harga BBM yang pada
gilirannya menyebabkan inflasi yang tinggi, namun ternyata dampak
dari tingginya harga komoditi berdampak seimbang terhadap daya beli
masyarakat. Kenaikan harga beras, minyak goreng dan bahan pangan
menyebabkan daya beli masyarakat menurun, namun kenaikan
berbagai barang komoditi ekspor utama Indonesia seperti CPO, karet,
Batubara, pulp&paper, dan barang tambang lain telah menyebabkan
kemakmuran beberapa kawasan yang menjadi produsen utama
komoditas tersebut. Selanjutnya hal ini menggairahkan ekonomi
secara regional dn mendorong meningkatnya konsumsi mayarakat.
Ditengah suku bunga yang mulai merayap naik , kredit
konsumsi masih terus meningkat, penjualan mobil, sepeda motor dan
rumah juga terus meningkat. Hal ini menunjukkan sebagian
masyarakat yang diuntungkan oleh naiknya harga komoditi, kemudian
membelanjakan uangnya untuk keprluan konsumsi. Pada gilirannya
ekonomi bergerak dengan dorongan konsumsi masyarakat yang tetap
tinggi. Hasilnya GDP Indonesia tahun 2008 diperkirakan lebih tinggi
dari ramalan Bank dunia dan ADB yang hanya memprediksikan
pertumbuhan ekonomi 6%, padahal sampai semester 1 2008,
pertumbuhan ekonomi rata-rata sudah 6,3% atau sama dengan
pertumbuhan ekonomi tahun 2007, dan diatas pertumbuhan ekonomi
tahun-tahun sebelumnya. Investasi pun mulai bergerak kembali
dimotori oleh agrobisnis, pertambangan, konstruksi dan menyebar
kesektor industri manufaktur.
Namun bukan berarti Indonesia terbebas dari imbas krisis
finansial global. Fluktuasi harga minyak menyebabkan nilai tukar
berbagai mata uang dunia juga terus berubah. Ketika haga komoditi
meningkat, asing memindahkan portofolio investasinya dari bursa
saham dinegara emerging market seperti Indonesia ke bursa komoditi,
akibatnya terjadi capital flight dari dana asing sehingga US dollar
kembali menguat. Sebaliknya ketika harga minyak melemah, USD
kembali menguat, maka investor kembali berinvestasi dalam US
dollar, sehingga memperlemah Rupiah. Akibat kenaikan harga
22
komoditas dunia maka harga barang di Indonesia pun meningkat.
Akibatnya inflasi juga meningkat. Dengan tingkat inflasi yang tinggi,
BI memperketat ekonomi dengan menaikkan suku bunga akibatnya
Bank berlomba menaikkan suku bunga dan mulai membebani dunia
usaha.
Melihat perkembangan perang suku bunga akhir-akhir ini BI
berusaha meredamnya dengan meimnta bank tidak berlomba
menawarkan suku bunga yang tinggi untuk mengumpulkan dana
masyarakat, karena akan berakhir dengan keruguian dari perbankan
sendiri. Misalnya pada tanggal 24 September 2008, Bank Indonesia
telah mendesak bank nasional untuk sepakat membatasi suku bunga
hanya sampai 13% dan mencegah perang suku bunga antar bank besar
terus berlanjut. Sejauh ini Pemerintah dan BI masih dapat berperan
mencegah perang suku bunga lebih lanjut, karena saat ini fundamental
ekonomi Indonesia yang ditunjang oleh ekspor dan konsumsi rumah
tangga masih baik.
Namun kedua faktor tersebut terus tergerus kemampuannya
karena makin lemahnya daya beli masyarakat yang terus digerogoti
inflasi. Sementara harga komoditi ekspor juga telah mencapai
puncaknya sehingga kini cenderung menurun. Akibatnya tidak bisa
lagi diharapkan pertumbuhan ekspor yang tinggi seperti yang terjadi
dalam beberapa tahun terakhir.
29
menyebarluaskan gagasan-gagasan ini, terutama ketika gagasan lawan
sedang terdiskreditkan seperti saat ini.
Kompilasi ditutup oleh tulisan Alan Woods yang menceritakan
tentang nasionalisasi Banco de Venezuela oleh pemerintah Chavez. Ia
membandingkan nasionalisasi bank di Venezuela dengan nasionalisasi
bank di Inggris dan membantah pendapat para pembela pasar bebas
bahwa pengelolaan publik cenderung tidak efisien. Ia menunjukkan
bahwa ambruknya bank-bank swasta di AS dan Inggris secara terang-
terangan menunjukkan bahwa pengelolaan swasta tidak lebih baik,
bahkan sering kali jauh lebih buruk.
Agak berbeda dengan tulisan lainnya dalam kompilasi, Woods
banyak menggunakan jargon Marxis dan generalisasi seperti “Kaum
Marxis menyambut tiap langkah menuju nasionalisasi.” Hal yang
sesungguhnya tentu tidak sesederhana ini, dan langkah-langkah
nasionalisasi perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti
kesiapan pelaku nasionalisasi, potensi perlawanan pihak yang
dinasionalisasi, maupun keuntungan yang akan diperoleh dari langkah
nasionalisasi tersebut, sehingga nasionalisasi tanpa pandang bulu
justru berpotensi menyebabkan kemunduran. Tentunya, hal ini perlu
menjadi pembahasan tersendiri.
Otoritas moneter maupun pemerintah tampaknya tidak boleh
sedikit pun mengabaikan proses berlangsungnya krisis keuangan
global saat ini. Kewaspadaan harus tetap terjaga terutama menyangkut
stabilitas nilai tukar dan fluktuasi harga-harga komoditas dunia. Sekali
saja kebijakan yang dijalankan meleset, akibatnya perekonomian akan
terperangkap dalam kesulitan ekonomi yang besar. Lihat saja sejumlah
negara industri maju mengalami kemerosotan ekonomi yang dalam.
Ekonomi Cina diprediksi akan merosot dari 12% menjadi 9-10%,
Rusia dari 8% ke 5%, bahkan Amerika Serikat mengalami kontraksi
ekonomi hingga mencapai 2-3%. Sebagian negara-negara kelompok
G7 yang selama ini menjadi aktor utama ekonomi dunia lebih awal
menyatakan resesi ekonomi sudah menerpa mereka.
Bagaimana dengan Indonesia? Perekonomian dunia yang lesu
membuat Indonesia pun tidak dapat menghindar. Ekspor terus
30
merosot, iklim investasi portofolio menyusut hingga 50%,
pertumbuhan ekonomi diproyeksi akan tumbuh hanya dalam kisaran
3,5-4,5%, defisit neraca pembayaran terutama bersumber dari neraca
modal dan jasa akan meningkat, terjadi reduksi yang cukup besar di
bidang ketenagakerjaan. Semua itu berdampak pada beban yang cukup
berat bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
Memang kondisi krisis ekonomi saat ini bukanlah akhir dari
penantian panjang dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa. Kapal
besar perekonomian nasional masih cukup kuat dan stabil. Cadangan
devisa masih cukup untuk membelanjai keperluan impor dan
pembayaran utang luar negeri, sektor keuangan dan perbankan masih
cukup solid dengan likuiditas yang terjaga. Kebutuhan produk
makanan dapat disediakan meskipun sejumlah komoditas, seperti
daging sapi, kacang kedelai, susu cair, dan tepung terigu masih
diimpor. Namun, dapat dipastikan penerimaan negara sektor pajak
berkurang, menyusul menurunnya kapasitas pajak dan basis pajak
nasional. Iklim investasi di sektor riil khususnya dari foreign direct
investment (FDI) atau penanaman modal asing.
Apakah kita menyerah dengan krisis? Tentu tidak. Ekonomi
nasional harus dapat bertahan di tengah krisis. Sejumlah kebijakan
ekonomi perlu lebih proaktif. Yang diharapkan adalah kebijakan
ekonomi yang mampu membuat kehidupan ekonomi rakyat dapat
bertahan sekaligus mencari dan memanfaatkan peluang untuk
bertumbuh. Apa yang dilakukan bulan pertama tahun ini terkesan
dapat membawa harapan baru.
Kebijakan untuk kembali menurunkan beberapa jenis BBM
sudah tepat. Namun, bukankah harga BBM jenis tertentu dapat lebih
rendah dari harga yang sudah direncanakan? Turunnya harga minyak
mentah ke level 40 dolar AS per barel. Sesungguhnya rakyat
berpotensi menerima harga BBM yang benar-benar dapat
membangkitkan ekonomi dari keterpurukan.
Sementara itu, dapatkah penurunan tingkat suku bunga BI rate dari
9,25 basis poin menjadi 8,75 basis poin atau berkurang 0,50 basis poin
membawa dampak yang segar bagi perbankan untuk menurunkan
31
suku bunga mereka? Inilah momentum yang ditunggu-tunggu agar
aliran dana perbankan dapat menyuntikkan vitamin dengan dosis
tinggi bagi dunia usaha. Sedangkan untuk menopang tekanan krisis
ekonomi yang menerpa masyarakat saat ini, pemerintah juga akan
mengeluarkan stimulus fiskal berupa penyediaan anggaran Rp 50
triliun.
34
Salah satu indikator perekonomian suatu negara yang sangat
penting adalah pendapatan nasional. Menghitung pendapatan nasional
dengan pendekatan produksi (GDP). GDP (Gross Domestic Product)
atau Produksi Dometik Bruto adalah pendapatan nasional yang
nilainya dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh kegiatan
produksi yang dilakukan oleh semua pelaku / sektor ekonomi di
wilayah Indonesia, dalam kurun waktu tertentu.
Yang perlu diingat dalam perhitungan tersebut, jangan sampai
terjadi perhitungan ganda (double counting) yang dapat menyebabkan
pendapatan nasional (GDP) Indonesia tampak lebih besar. Hampir
semua para pelaku ekonomi di Indonesia sangat mementingkan
pendapatan yang dihasilkan oleh mereka hanya untuk diri mreka
sendiri,mereka tidak memikirkan Negara bahkan kadang-kadang
mereka merugikan negara.
Menghitung pendapatan nasional dengan pendekatan
pengeluaran (GNP)
GNP (Gross National Product) adalah pendapatan nasional yang
nilainya di peroleh dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran
yang dilakukan oleh semua pelaku / sektor ekonomi di Indonesia,
yang berwarga negara Indonesia dalam kurun waktu tertentu. Cara
memperoleh nilai GNP ini sangat berbeda dengan cara memperoleh
GDP, jika GDP dibatasi oleh wilayah, maka GNP dibatasi oleh
kewarganegaraan, karena konsep yang dipergunakannya adalah
konsep kewarganegaraan, artinya nilai pengeluaran tersebut dihitung
dari pelaku ekonomi yang berkewarganegaraan Indonesia saja.
Ekonom Jerman Aldoph Wagner (1835-1917) dengan
rumusnya yang dikenal sebagai Hukum Wagner, menyatakan bahwa
“ukuran pemerintah (size of government) yang diuukur oleh
pengeluaran publik meningkat secara proposional lebih besar dari
pertumbuhan pendapatan nasional”. Hukum Wagner didasari oleh
kecenderungan umum untuk ukuran pemerintah yang tumbuh, yaitu
(1) peningkatan permintaan untuk belanja publik, (2) peningkatan
penyediaan penerimaan pajak, (3) dan alasan politik-ekonomi,
35
termasuk perpanjangan/perluasan waralaba suara serta munculnya
kelompok-kelompok berkepentingan.
Tabel 1. Pembagian Pengeluaran Sosial atas GNP di Abad 20
36
Grafik 1. Grafik Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner
Hukum Wagner
Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan
pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam pendapatan per
kapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintahpun akan
meningkat. Wagner menerangkan mengapa peran pemerintah menjadi
semakin besar, yang terutama disebabkan karena pemerintah harus
mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum,
pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya.Wagner
mendasarkan pandangannya dengan suatu teori yang disebut teori
organis mengenai pemerintah (organic theory of the state) yang
menganggap pemrintah sebagai individu yang bebas bertindak,
terlepas dari anggota masyarakat lainnya. Formulasi hukum Wagner
ialah sebagai berikut:
41
Menjadi suatu pekerjaan rumah untuk pemerintah untuk
memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya
caranya adalah dengan memperkuat kembali industri nasional,
terutama di sektor manufaktur dan agroindustri. Reindustrialisasi ini
bisa dilakukan dengan menyokong pertumbuhan industri nasional
melalui perbaikan infrastruktur, perbaikan birokrasi, dan pemberian
bantuan modal bagi industri yang membutuhkan.
45
Tak bisa dipungkiri bahwa masuknya kembali Indonesia ke
dalam investment grade versi fitch rating menimbulkan dampak besar.
Setelah terseok-seok selama lebih dari 10 tahun menghuni ‘papan
bawah’ pandangan dari investor, diharapkan akan menjadi perangsang
perekonomian untuk kedepannya. Mungkin tak lama lagi, lembaga
pemeringkat lainnya seperti Moody’s atau Standard & Poors akan
mengikuti jejak Fitch dalam menaikkan rating Indonesia agar lebih
terpercaya. Itu baik, karena terdapat isu bahwa para Manager Investasi
Internasional wajib menanamkan investasi di negara yang ‘berlevel’
investment grade. Aliran dana masuk akan memberikan angin segar
kepada Indonesia, peningkatan Investasi diharapkan akan memberi
modal luas bagi lingkungan usaha sehingga menyerap para pekerja
Indonesia. Selain itu, sisi makro Indonesia di tahun 2011 juga dirasa
cukup baik. Ditandai dengan ketahanan ekonomi nasional ditengah
gejolak ekonomi eropa dan politik di timur tengah. Selain itu,
penurunan BI rate dan rendahnya inflasi diharapkan akan mendorong
kredit usaha di tahun 2012.
Tahun 2012 adalah tahun yang sangat tepat untuk Indonesia
buat menyiapkan sistem perdagangan dan investasi yang kuat.
Termasuk, menyiapkan kapasitas dan keunggulan daya saing industri
Indonesia dalam menghadapi liberalisasi perdagangan dan jasa di
waktu yang akan datang; agar Indonesia tetap unggul saat berhadapan
dengan ekonomi China, India, dan negara-negara penghasil produk
murah lainnya. Awal tahun, waktu yang tepat untuk para analis
menunjukkan kemampuan nya untuk meramalkan posisi
perekonomian satu tahun kedepan. Dengan banyaknya faktor yang
bisa mempengaruhi perekonomian secara langsung maupun tidak,
analisa perekonomian menjadi tidak mudah dan kita akan mendapati
berbagai versi analisa dari para ekonom. Patut dicermati terkait analisa
perekonomian di awal tahun, karena akan menyangkut ekspektasi dari
para stakeholder dalam perekonomian itu sendiri. Masing-masing
stakeholder dengan kepentingan berbeda akan melakukan tindakan
yang efektif di awal tahun, tentunya untuk mendapatkan keuntungan
dan manfaat dari perekonomian.
46
Analis lain juga banyak memiliki pendapat yang kontra,
mereka kurang optimis dalam menilai dan mengekspektasikan
ekonomi Indonesia kedepan. Lagi-lagi berkaitan dengan Investment
grade, kenaikan level Indonesia tidak akan berpengaruh besar pada
perekonomian. Krisis utang eropa, menyebabkan para investor menilai
bahwa ekonomi dunia yang sangat elastis terhadap permasalahan ini.
Berlarut-larutnya penyelesaian akan membuat investor beralih pada
investasi yang lebih aman. Untuk Indonesia, krisis tersebut sangat
berhubungan dengan ekspor. Uni eropa merupakan mitra yang sangat
besar untuk pasaran produk ekspor dari indoensia. Pelambatan ekspor
akan terjadi lebih dalam di tahun 2012 karena terjadi berbagai
pengetatan anggaran dari negara-negara Uni Erpoa.Usaha yang cukup
bagus di tahun 2011 adalah mereka yang bergerak dibeberapa bidang
yang berelemen api dan kayu. Bisnis yang berelemen api misalnya
kimia, biro jasa, listrik, minyak pembakar, restoran, minyak kelapa
sawit, pertambangan gas dan batu bara. Sementara itu bisnis yang
berelemen kayu yang akan cerah misalnya furnitur, hasil perkebunan,
fashion, kertas, percetakan. Bisnis yang berelemen air walaupun
mengalami sedikit penurunan tapi masih bisa dikatakan cukup
menguntungkan yakni biro wisata/perjalanan, perhotelan, ekspor-
impor dan perikanan.Disisi lain, bisnis yang berelemen tanah seperti
properti, pertambangan yang elemennya batu/tanah diprediksi tidak
baik/ciong. Untuk bisnis yang berkaitan dengan elemen logam seperti
otomotif, keuangan/perbankan akan mengalami kondisi yang sulit
sehingga para pebisnis tersebut harus fight dan mengeluarkan biaya
ekstra untuk berpromosi. Saham yang terdiri atas berbagai macam
produk juga termasuk bisnis yang berlemen logam. Bagus tidaknya
saham tergantung dari produknya. Jika ingin bermain saham,
sebaiknya tetap mengacu pada 5 unsur (air,api,tanah,kayu,logam) di
dalam satu tahun itu seperti apa. Jika mau main di saham batubara,
perlu anda lihat dulu saham perusahaan tersebut milik siapa dan sehat
atau tidak. Khusus untuk saham properti sebaiknya berhati-hati karena
saham tersebut diprediksi tidak akan mengalami kenaikan yang
signifikan.
47
Di tahun 2011, bisnis telekomunikasi akan cukup bagus meski
persaingannya yang sangat ketat. Setelah ada perjanjian perdagangan
bebas dengan china, kita bisa merasakan dan melihat bahwa produk
dari china, khususnya telpon genggam yang beragam merk jumlahnya
mengalir masuk dengan derasnya ke Indonesia. Dampak positifnya
konsumen mempunyai banyak pilihan yang disesuaikan dengan
kondisi keuangannya dan dampak negatifnya, produk serupa dalam
negeri akan kalah bersaing yang secara mutu dan harga masih lebih
baik. Jadi di tahun 2011, dunia perdagangan Indonesia masih kurang
menggembirakan. Agar bisa bertahan dan memenangkan persaingan
di pasar bebas maka mau tidak mau kita harus menggali potensi yang
ada pada diri kita sendiri agar kemampuan kita tidak kalah dengan
asing.
F. Kondisi Global
Secara fengshui, negara-negara bagian utara dan selatan di
tahun 2011 akan mengalami peruntungan yang cukup bagus termasuk
korut dan korsel hubungannya akan lebih baik dan tidak setegang
2010. Kondisi yang tidak baik adalah negara bagian barat dan timur
seperti masalah israel, asia timur, asia barat atau tepi barat yang
konfliknya masih panjang. Yang menarik adalah hubungan Indonesia-
Malaysia masih tidak menguntungkan karena mendapat tekanan
dimana kita selalu berusaha baik namun kurang mendapat respon yang
baik pula. Untuk itulah negara ini harus lebih fokus membangun diri
sendiri dan kekuatan diri sendiri karena jika kita kuat maka otomatis
akan disegani negara sekitar. Nilai rupiah di tahun 2012 akan
diperkirakan mengalami penguatan, seperti yang terjadi pada tahun
sebelumnya, sebenarnya dari awal tahun hingga kuartal 3, rupiah
masih sangat kuat bahkan pernah menyentuh level 8500/ dollar.
Namun, di akhir tahun ini, rupiah melemah. Masih percayanya para
investor terhadap dollar diyakini memberikan dampak besar dari
pelemahan rupiah. Beberapa analis berpendapat, di 2012 nilai rupiah
akan menguat kembali. Keberanian BI menurunkan suku bunga nya
hingga 75 basis poin di tahun 2011, diharapkan akan meningkatkan
48
kredit untuk usaha dan merangsang perekonomian. Tahun 2012,
diperkirakan BI akan tetap menurunkan hingga 5,75%. Sebuah angka
yang tidak pernah terjadi sepanjang sejarah Indonesia. Namun,
keengganan perbankan untuk menurunkan SBDK masih menjadi
masalah. Diawal tahun ini, perbankan besar nasional memang
berbondong-bondong menurunkan SBDK, tapi hal tersebut masih
dipandang sinis sebagian pengamat. Spread masih saja tinggi,
perbankan diharapkan lebih efisien dalam operasionalnya.
Inflasi di 2012 akan melebihi inflasi di 2011. Prediksi bahwa
akan terjadi kenaikan tarif dasar listrik dan kenaikan harga beras
akibat banir Thailand akan menjadi pemicu kenaikan inflasi. Ini
menjadi kontra terhadap prediksi penurunan BI rate menjadi 5,75 di
2012. Hal yang menarik lainnya adalah program besar pemerintah
dengan adanya MP3EI. Memang banyak sekali yang kontra terhadap
program ini karena dianggap sebagai alat pencitraan pemerintah dan
pemborosan. Bayangkan saja, 4000 triliun akan dikeluarkan.
Pandangan positif pun tak kalah banyaknya, pertumbuhan ekonomi,
penyerapan tenaga kerja, dan terbangunnya infrastruktur untuk
pembangunan akan meningkat. Yah, semua akan tergantung pada
pelaksanaan di lapangan. Apakah ini bisa menjadi giant leap
pembangunan Indonesia. Namun, apakah akan menjadi sarang
terciptanya korupsi? Tugas kita lah untuk mengawalnya.
Pro kontra mengenai proyeksi dan kebijakan yang akan
diambil pemerintah kedepannya menarik untuk dicermati. Kita harus
bisa mengawal isu-isu seputar ekonomi dan menjadi ‘anjing’ yang
menyalak ketika terjadi penyelewengan. Untuk itu lah dibutuhkan
pengetahuan dan bekal cukup mengenai perekonomian. Masyarakat
harus lebih peka dan rajin membaca sehingga tidak dibodohi dan di
ombang-ambing isu oleh para pengambil kebijakan dan pelaksana
kebijakan. Pandangan optimis mengenai perekonomian jangan lah
membuat kita menjadi terlena. Kewaspadaan harus tetap terjadi
ditengah ketidakstabilan perekonomian global. Pandangan pesimis
dari para ahli pun harus kita jadikan rujukan, namun tetap harus
49
membaca situasi dan kondisi, sehingga tidak kehilangan peluang
untuk berkembang dan berekspansi.
Perekonomian global yang tengah meredup akibat krisis utang
Eropa dan Amerika Serikat, hendaknya segera diantisipasi oleh
Indonesia dengan menciptakan iklim investasi yang ramah bagi
investor, mempercepat pembangunan infrastruktur dan menyiapkan
kebijakan yang member kepastian bagi pelaku bisnis. Pasalnya, imbas
krisi ekonomi global dikhawatirkan masih terus berlanjut hingga
2012. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Prof. Mudrajad
Kuncoro, Ph.D., mengungkapkan krisis Eropa-AS diperkirakan akan
mengganggu kinerja ekspor nasional, karena pasar Eropa dan AS
masing-masing menyerap 13,3% dan 10% dari total ekspor non-
migasselamaJanuari-Juli2011.
Ada lima tantangan dan risiko global yang dicatat KEN
(Komite Ekonomi Nasional), yaitu pemulihan ekonomi negara maju
yang masih akan lama karena persoalan struktural serta persoalan
geopolitik dan geoekonomi G-20, seperti penyelesaian persoalan
ketidakseimbangan ekonomi dunia, perang kurs dan potensi perang
Korea. Tantangan dan risiko global lainnya adalah kebijakan banjir
likuiditas Amerika Serikat Quantitative Easing yang diambil dalam
rangka menyelamatkan diri sendiri, dilema perang kurs dan risiko
gagal bayar hutang negara-negara Eropa.
50
Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor
pada triwulan IV-2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
Hal ini disebabkan negara-negara yang tadinya terdampak krisis
global seperti China dan Amerika Serikat mulai pulih. Bakan
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya diprediksikan
hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.
Pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi dengan
pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul
sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan
7,56 persen, dengan nilai Rp 272,1 triliun. Sektor ketiga yang
mengalami pertumbuhan signifikan adalah konstruksi, di mana
mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan nilai Rp 182,1 triliun.
Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian
tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp 195,7 triliun.
Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB)
sepanjang 2013 adalah Rp 9.084 triliun Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar Harga Konstan (tahun 2000)
adalah Rp. 2770,3 triliun untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB
sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK sebesar Rp 699,9 triliun.
Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB ADHB
sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.
KESIMPULAN
53
Dengan demikian, dari review yang telah dijelaskan diatas
dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi didunia saat ini telah
dirusak oleh pihak-pihak yang menguasai dunia. Pihak tersebut
menginginkan penguasaam atas dunia yang akhirnya menjadikan
seluruh negara disatukan menjadi satu. Terlepas dari pernyataan
tersebut, dalam realitanya ternyata sistem tersebut telah terjadi secara
perlahan. Sebuah strategi untuk mempersatukan negara-negara dunia
dapat dilihat dari bentuk-bentuk forum kerjasama antara negara seperti
WTO, PBB, Uni Eropa, dan lain-lain. Bahkan di Asia Tenggara
sendiri dapat dilihat dengan pembentukan forum ASEAN Community
2015. Dari keseluruhan fakta yang telah diungkapkan dalam video
tersebut mengingatkan kita bahwa penguasa ekonomi maupun dunia
saat ini telah memberikan pengaruh yang banyak bagi perkembangan
dunia dari zaman dulu hingga sampai sekarang.
LATIHAN
1) Bagaimana cara menghadapi krisis ekonomi global terhadap
ekonomi indonesia?
2) Apakah pengaruh atau dampak globalisasi ekonomi bagi
Indonesia?
TES FORMATIF
1. Hukum Wagner merumuskan bahwa pengeluaran sosial pemerintah
meningkat proposional terhadap:
a. Peningkatan Anggaran Belanja Pemerintah
b. Peningkatan Pendapatan Nasional (GNP)
c. Peningkatan pendapatan dari pajak
d. Peningkatan investasi nasional
JAWABAN
3. b
4. c
5. b
6. a
7. b
DAFTAR PUSTAKA
A.S. Bhalla. 2001. Market or Government Failures? : An Asian
Perspective. Palgrave
55
Hauge, Raud.,& Martin Harrop. 2004. Comparative Government and
Politics: An Introduction. Palgrave McMillan
Hillman, Arye L. 2003. Public Finance and Public Policy. Cambridge
University Press
Hindriks, Jean.,& Gareth D. Myles. 2006. Intermediate Public
Economics. MIT Press Book
Leach, John. 2004. A Course in Public Economics. Cambridge
University Press
Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Ekonomi Publik. BPFE-Yogyakarta
56