Anda di halaman 1dari 7

Globalisasi Perekonomian

Globalisasi ialah istilah yang memiliki arti ketergantungan dan keterkaitan bangsa-

bangsa dan manusia-manusia di seluruh belahan dunia, baik itu dalam perdagangan, investasi,

budaya, norma, perjalanan, dan segala bentuk interaksi lainnya sehingga batas-batas antar

negara di dunia ini dijadikan semakin menyempit. Globalisasi juga dipandang sebagai sebuah

proyek yang gagas oleh negara-negara adikuasa. Pada sudut pandang ini tidak lain tidak bukan

glibalisasi adalah kapitalisme. Negara-negara yang memiliki power akan mengendalikan

ekonomi dunia sedangkan negara-negara kecil semakin tidak memiliki kekuatan karena tidak

mampu untuk berkompetisi dengan negara-negara yang memiliki power. Globalisasi

berpengaruh terhadap perekonomian dunia, norma budaya, dan agama.

Globalisasi merupakan suatu proses sosial, sejarah, dan alamiah yang akan membawa

seluruh negara-negara yang ada didunia semakin memperlihatkan diri, dan terlihat oleh

masyarakat dunia dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya

masyarakat. Sedangkan globalisasi perekonomian dapat diartikan sebagai suatu proses

kegiatan perdagangan dan ekonomi, yang dimana negara diseluruh dunia menjadi satu

kekuatan pasar yang akan semakin terintegrasi dengan tanpa adanya hambatan dan rintangan

serta batas territorial antar negara-negara. Adapun beberapa perwujudan globalisasi ekonomi

menurut Tanri Abeng antara lain, yang pertama globalisasi produksi. Globalisasi produksi

yaitu dimana sebuah perusahaan dapat memproduksi di negara mana saja dengan tujuan untuk

mendapatkan biaya produksi yang lebih rendah, dan mendapatkan output yang lebih besar.

Yang kedua globalisasi pembiayaan, globalisasi pembiayaan yaitu sebuah perusahaan bisa

mendapatkan pembiayaan dan akses pinjaman dari mana saja di semua negara yang ada di

dunia. Yang ketiga globalisasi tenaga kerja, globalisasi tenaga kerja yaitu para tenaga kerja

tidak hanya berasal dari negara tersebut, akan tetapi tenaga kerja dapat direkrut dari berbagai

belahan negara manapun yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Yang
keempat globalisasi jaringan informasi, meluasnya pasar dan suatu produksi dapat dibantu

dengan globalisasi jaringan informasi contohnya dengan meluasnya pemasaran dari produk-

produk luar negeri di berbagai daerah. Yang terakhir globalisasi perdagangan, dengan adanya

penarifan secara global akan mewujudkan keadilan dalam berlangsungnya pasar.

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa terdapat tiga posisi teoritis terkait globalisasi

yang dapat diamati:

1. Globalis, mempercayai bahwa globalisasi merupakan kenyataan yang memiliki

konsekuensi yang nyata terhadap individu maupun kelompok. Mereka percaya bahwa negara-

negara dengan daya budi lokalnya akan terkikis bahkan hilang dengan berbagai budaya global

yang homogen. Dalam pandangan ini kembali terbagi menjadi dua yaitu globalis positif yang

optimis dan menganggap bahwa globalisasi akan menghasilkan warga dunia yang memiliki

toleransi tinggi serta dapat bertanggung jawab, sedangkan globalis pesimis berpendapat bahwa

globalisasi adalah suatu fenomena yang negatif dan merupakan salah satu bentuk penjajahan

bangsa barat dengan memberikan berbagai macam bentuk norma budaya yang homogen.

2. Tradisionalis, golongan ini tidak mempercayai terjadinya suatu globalisasi, dan

fenomena yang terjadi hanyalah sebuah mitos, bila memang ada hal tersebut hanya terlalu

dibesar-besarkan saja.

3. Transformasionalis, golongan ini berada di antara golongan globalis dan golongan

tradisionalis. Golongan ini setuju dengan pengaruh globalisasi yang terlalu dibesar-besarkan

oleh para globalis, akan tetapi juga sadar bahwa globalisasi itu memang ada. Mereka

beranggapan bahwa globalisasi merupakan hubungan saling keterkaitan satu sama lain untuk

menuju suatu sumber daya yang lebih baik.

Ada 3 Teori Globalisasi Ekonomi:


1. Neo liberalis, teori ini memandang globalisasi sebagai suatu proses liberalisasi yang

dimana setiap negara memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan apabila negara tersbeut

mampu bersaing di pasar global. Teori ini sangat menekankan efisiensi daripada demokrasi.

2. Merkantilis, teori ini memandang bahwa globalisasi adalah suatu keadaan yang sengaja

didesain oleh negara-negara maju yang tidak lain ialah untuk kepentingan komersial baik itu

dari perbankan dan perusahaan multinasional. Negara-negara maju akan selalu mendukung

terjadinya globalisasi selama globalisasi tersebut memberikan keuntungan bagi mereka.

3. NeoMarxis, teori ini memandang bahwa globalisasi merupakan penyebab terjadinya

ketimpangan antara negara inti pada hal ini yaitu negara-negara maju dengan negara pinggiran

dalam hal ini yaitu negara-negara berkembang. Teori ini berpandangan bahwa struktur

ekonomi global akibat globalisai ini tidak adil dan akan terus adanya ketimpangan di dalamnya.

Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya globalisasi ekonomi yaitu:

1. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, hal ini tentunya akan menyebabkan

interaksi antara negara satu dengan yang lainnya akan menjadi semakin cepat dan

seolah-olah batas negara itu sudah sangat menipis

2. Peningkatan perdagangan bebas, arus barang, uang, dan modal akan lebih cepat keluar

masuk ke suatu negara.

3. Peranan perusahaan Multinasional, MNC mampu menjadi pendorong pendapatan riil

dari suatu negara melalui kegiatan ekspor dan penciptaan barang-barang kebutuhan.

4. Perkembangan investor luar negeri, Kerjasama yang dilakukan antar negara

berkembang dengan pesat dilakukan melalui pasar bursa

5. Perkembangan poltiik dunia, politik dunia yang paling berpengaruh ialah kebijakan

privatisasi. Kebijkan privatisasi merupakan kebijakan yang dilaksanakan oleh

pemerintah yang melakukan pengalihan sebagian atau seluruh asset yang dimiliki oleh

negara kepada pihak swasta (Saragih, 2017).


Globalisasi Perekonomian

Globalisai perekonomian adalah sebuah tata cara dalam ekonomi dan perdagangan

yang dimana negara-negara di seluruh dunia dijadikan suatu pasar yang terintegrasi tanpa

adanya hambatan dan rintangan batas territorial dari masing-masing negara dalam pelaksanaan

ekonomi global. Globalisasi perekonomian meniadakan batasan serta hambatan terhadap

barang, jasa, modal, dan tingkah laku dalam pelaksanaan pasar global. Ketika fenomena

globalisasi ekonomi berlangsung, maka batasan antara ekonomi nasional dengan

perekonomian internasional semakin menyempit. Globalisasi perekonomian akan membuka

lebar tentang adanya impor dan ekspor.

Literature review jurnal yang pertama yaitu ditulis oleh Sonny Sudiar, Aisyah, &

Muhammad Nizar Hidayat, tahun 2018 yang berjudul Gerakan Anti Globalisasi: The Beattle

of Seattle dan Kapitalisme Dunia. Menjelaskan bahwa dengan terus berlangsungnya fenomena

globalisasi akan terus pula meningkatkan konsentrasi dari suatu kegiatan monopoli sumber

daya dan kekuatan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Pada

era globalisasi ini pengambilan kebijakan pada bidang sosial, budaya, teknologi, dan ekonomi

yang dulunya merupakan menjadi wilayah yuridiksi pemerintah beserta masyarakat dari suatu

negara, akan bergeser menjadi dibawah pengaruh bahkan dikendalikan oleh badan-badan

internasional sebagai agen kapitalisme global. Globalisasi identic dengan paham

neoliberalisme yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kapitalisme dan proyek liberalisme.

Gagasan utamanya adalah liberalisasi ekonomi yang membuka ruang yang sangat lebar bagi

agen-agen kapitalisme.

Literature review yang kedua yaitu dari Universitas Kristen, dipublikasikan pada Mei

2020 dengan judul, Globalisasi. Pada jurnal ini dijelaskan bahwa gerakan pro-globalisasi

beranggapan bahwa adanya fenomena globalisasi ini akan membawa masyarakat dunia pada
kesejahteraan ekonomi. Dua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan apa

yang mereka punya. Sedangkan untuk gerakan antiglobalisasi menentang akad global serta

Lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara tersebut seperti Organisasi

Perdagangan Dunia (WTO).

Literature review jurnal yang ketiga yaitu ditulis oleh Sugeng Setyadi, dipublikasikan

pada 1 Juni 2017, dengan judul Dampak Globalisasi tehadap Ketimpangan Wilayah: Studi di

Tujuh Negara Asean. Adanya komitmen bersama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di

wilayah ASEAN menunjukan bahwa tidak ada lagi batas yang dapat mengahalangi intergrasi

pasar dan produksi antar negara anggota, seperti pergerakan barang, jasa, dan investasi.

Globalisasi yang terjadi di ASEAN ditandai dengan adanya KOF, yaitu suatu indeks globalisasi

ekonomi. Selama dilakukannya penelitia menggunakan indek tersebut, hanya ada satu indek

yang menunjukan adanya hubungan yang positif dan signifikan. Sedangkan 2 dari 3 indek

menunjukan bahwa adanya hubungan negative serta ketimpangan wilayah di dalam

pelaksanaan globalisasi ekonomi tersebut.

Apa yang kemudian telah terjadi di Seattle memperlihatlan bahwa adanya tindakan dari

berbagai elemen kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, akan tetapi memiliki satu

tujuan sama yaitu untuk menghapus ketidakadilan serta ketimpangan sosial. Dengan

menjunjung solidaritas dan berdasarkan pada kepentingan bersama untuk menyuarakan

gerakan antiglobalisasi.

Globalisasi ekonomi tidak lagi dapat untuk dihindari, terlebih lagi sebagaimana seperti

di negara-negara ASEAN telah membentuk Masyarakat Ekonomi Asean yang didasarkan pada

kepentingan bersama, artinya sudah tidak adalagi jarak yang dapat memisahkan antar negara

yang satu dengan negara yang lain baik itu dalam pemasaran, proses produksi, arus barang dan

jasa, keterampilan, dan arus bebas modal. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa
adanya dampak negative dari globalisasi ekonomi ini khususnya di negara ASEAN. Dampak

negative yang ditandai dengan adannya kesenjangan, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial

poltik, dan lain sebagainya

Bagi orang-orang yang mendukung adanya arus globalisasi beranggapan bahwa adanya

fenomean tersebut akan mendatangkan suatu kesejahteraan pada masyarakat dunia karena

globalisasi membawa prinsip kebebasan di dalamnya. Dengan bebasnya pergerakan suatu

barang, jasa, manusia, dan modal akan membuat aktivitas ekonomi yang dinamis dan saling

menguntungkan satu sama lain. Adanya globalisasi ini juga memungkingkan masyarakat

global untuk saling bertukar pikiran, berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah global yang

memerlukan keterlibatan seluruh masyarakat dunia untuk penanggulangannya seperti terkait

isu-isu lingkungan dan lain sebagainya. Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang menentang

adanya globalisasi ini justru beranggapan bahwa fenomena ini dapat mengakibatkan rendahnya

kualitas hidup umat manusia dan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat banyak.

Mereka beranggapan demikian dikarenakan globalisasi hanya akan menguntungkan segelintir

orang dan akan merugikan banyak orang, tidak hanya manusia yang akan dirugikan akan tetapi

makhluk hidup lainnya seperti lingkungan dan hewan akan dirugikan atas fenomena tersebut.

Bagi golongan pro globalisasi beranggapan bahwa globalisasi akan mengakhiri

kemiskiban dunia, perdagangan bebas membantu negara-negara yang sedang berkembang

untuk menyusul. Akan tetapi nyatanya hal tersebut tidak bisa menjadi suatu realitas yang

sepenuhnya terwujud. Globalisasi sudah dapat kita rasakan sejak dahulu, namun pada saat ini

kemiskinan dan ketimpangan masih menjadi permasalahan sosial yang terus dibahas untuk

mendapatkan solusi. Realita negara-negara maju semakin maju, dan negara-negara miskin dan

berkembang akan terus berada pada lingkaran tersebut. Sedangkan bagi para antiglobalisasi

sebenarnya tidak menolak adanya fenomena globalisasi ini, akan tetapi lebih tepatnya anti

terhadap pengaruh buruk yang dibawa oleh fenomena tersebut.

Anda mungkin juga menyukai