Anda di halaman 1dari 3

A.

Sejarah Xinjiang
Xinjiang memiliki arti “teritorial baru”, nama ini berikan oleh Dinasti Qing.
Penguasaan Xinjiang berubah-ubah dalam jangka waktu yang cepat setelah beberapa abad
kemudian, dari kerajaan Turki, Mongol, hingga akhirnya Tiongkok. Xinjiang memiliki
luas wilayah 1,66 juta kilometer persegi atau setara dengan gabungan Perancis, Jerman,
Inggris dan Spanyol dengan jumlah penduduk 18,46 juta lebih jiwa dan berpusat di
Urumqi. Cuaca di Xinjiang mengalami pergantian panas dan dingin yang ekstrim.
Karakter geomorfologi yang dimiliki Xinjiang membuatnya memiliki bukit-bukit gurun
pasir serta rantai pegunungan yang menjulang tinggi terlihat sangat menakjubkan.
Xinjiang bagaikan paparan bukti nyata tentang kejayaan Jalan Sutra Darat yang
membentang dari Timur Tengah, Asia Selatan, Eropa Tengah, Lalu ke Asia Timur. 1
Karakteristik serta budaya bangsa Arab, Turki, Eropa dan bangsa Han di Tiongkok dibawa
oleh para pedagang dan petandang dari berbagai bangsa. Ibu kota dari provinsi Xinjiang
yaitu Urumqi. Sejak abad ke IX budaya Mongol dan Turki telah mendominasi budaya di
Xinjiang.2 Para penduduk di Xinjiang merupakan hasil perpaduan dari bangsa-bangsa
tersebut dengan Tiongkok.
Sebutan etno-religius “Uighur” pada hakikatnya ialah identitas yang telah dibentuk
oleh Pemerintah Tiongkok pada abad ke-20. Identitas yang diberikan oleh Pemerintah
Tiongkok ini menjadi perdebatan kaum Uighur sendiri dengan Pemerintahan Tiongkok.
Pemberian identitas oleh Pemerintah Tiongkok tersebut dilakukan demi kepentingan narasi
sejarah pemerintah. Pada saat ini Xinjiang menjadi provinsi terluas di Tiongkok, yang
berstatus Xinjiang daerah otonomi etnis Uighur. Xinjiang. Wilayah ini mempunyai
keanekaragaman budaya dan tradisi, oleh sebab itu Xinjiang memegang otonomi khusus
mengingat bahwa wilayah tersebut ditinggali oleh suku-suku minoritas muslim, seperti
suku Hui, Uighur, Kazakh, Kirzig, dengan adat istiadat yang beragam dan berbeda dari
wilayah Tiongkok yang lain. Xinjiang memiliki nuansa budaya yang jauh dari gambaran
budaya Tiongkok yang kita kenal sehari-hari. Meskipun budaya dan globalisasi menyisir
budaya-budaya asli Tiongkok, namun Xinjiang tetap berdiri kokoh dengan agama Islam
yang dimiliki nya. Suku-suku yang memeluk Islam di Xinjiang yaitu suku Hui dan Uighur.
Namun sejak pertengahan pada tahun 2009 suku-suku penganut Islam tersebut diawasi
dengan penuh kecurigaan dan dikontrol ketat. Setiap kali mereka melakukan kegiatan yang
berbau agama mereka selalu di pantau, seolah-olah mereka hendak melakukan gerakan
separatis.
Muslim di Xinjiang tentu mempunyai perasaan nasionalnya sendiri dengan
keinginan dan rencana utamanya yaitu mendirikan Republik Turkistan Timur seperti yang
telah dilakukan dan diperjuangkan pada tahun 1940-an. Sempat muncul Republik
Turkestan Timur pada tahun itu di beberapa wilayah di Xinjiang, dan banyak warga
Uighur yang merasakan hal tersebut menjadi hak asasi mereka. Namun pada kenyataannya
etnis Uighur telah menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949. Di
bawah kepemimpinan partai komunis Tiongkok terbentuk pembangunan ekonomi yang
sangat pesat, namun hal tersebut tidak dirasakan oleh warga Uighur yang semakin sulit
dalam mengahadapi kehidupan sehari-hari. Hal tersebut semakin sulit dengan masuknya
banyak warga -warga Tiongkok yang masih muda dan memiliki keahlian teknis dari
provinsi-provinsi di wilayah Timur Tiongkok. Hal itu mengejutkan para muslim Uighur
dan menimbulkan pertentangan di golongan warga Uighur.
Dengan tergiur kebijakan peringanan pajak akhirnya etnis Han memutuskan untuk
pindah dan berdiam di Xinjiang yang mengakibatkan membludaknya para etnis Han yang
1
Fermalasari, Zenny. 2014. KETERLIBATAN TURKI DALAM KONFLIK XINJIANG TAHUN 2009. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2
http://novalistan.blogspot.com/2009/07/xinjiang.html diakses pada tanggal 28 Desember 2021.
diperkirakan mencapai 40% dari total penduduk Xinjiang berdasarkan sensus penduduk
tahun 2000. Dilihat dari hal itu Tiongkok terlihat jelas ingin merubah peta social dan
konfigurasi penduduk langsung dari akarnya. Hal ini menimbulkan pertentangan yang
mendalam dari golongan warga Uighur, yang merasa bahwa perpindahan etnis Han ke
Xinjiang telah merebut posisi mereka, mengganggu budaya mereka dan menangkal
perlawanan serius terhadap kedaulatan Beijing. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
terdorongnya anak-anak muda Uighur untuk pergi meninggalkan Xinjiang untuk
memperoleh pekerjaan di wilayah lain Tiongkok.
Penindasan mulai dilakukan pada tahun 1996 yang mencakup kebijakan
memperketat kegiatan agama. Pembatasan dalam penerbitan paspor dan menahan orang-
orang yang dicurigai mendukung gerakan separatis beserta anggota keluarga mereka, dan
perlakuan diskriminatif terus dilakukan oleh pemerintah Tiongkok. Akhirnya pada Minggu
5 Juli 2009 kemarahan etnis Uighur memuncak dan terjadilah bentrokan antara etnis
Uighur dan etnis Han yang menyebabkan kerusuhan. Kerusuhan tersebut mengakibatkan
184 jiwa meninggal dunia dan 1680 orang luka-luka. Tetapi berdasarkan pengakuan versi
etnis Uighur sendiri, jumlah korban meninggal dunia mencapai 800 jiwa. Konflik yang
telah terjadi itu tentunya menyita banyak perhatian masyarakat bahkan dunia internasional.
Tekanan besar pun terjadi dari 57 negara Islam yang tergabung dalam OKI. Menyadari hal
itu pemerintah Tiongkok berupaya mengendalikan situasi mengenai banyaknya korban
jiwa yang gugur dengan memberikan bantuan berupa santunan kepada seluruh keluarga
korban meninggal untuk biaya pemakaman sebesar 200 ribu yuan atau jika dirupiahkan
menjadi 14,8 juta rupiah.3
Bentrok yang menyebabkan kerusuhan di Xinjiang dapat diamati dari dua sudut,
yaitu kesenjangan etnis atau politik identitas dan kesenjangan ekonomi. Dimana etnis
Uighur sebagai pribumi yang bersama Muslim di Xinjiang merasa diperlakukan secara
tidak adil dalam mendapatkan produktivitas pembangunan dan pengembangan ekonomi
serta keleluasaan berekspresi dalam menjalankan ajaran agama. Perpaduan dua
ketidakpuasan ini terlihat dari sikap dan gerakan penolakan serta pelawanan etnis Uighur
terhadap etnis Han dan pemerintah pusat Tiongkok.
1. Kesenjangan Ekonomi
Dilihat dari sisi lain dampak dari kerusuhan Xinjiang salah satunya yaitu kemajuan
ekonomi dalam skala besar di Tiongkok. transparansi pasar domestic terhadap
penanaman modal asing, kemajuan ekspor, dan ketersediaan tenaga kerja murah yang
menjadi kelebihan kompetitif Tiongkok dalam dunia perdagangan internasional. Akan
tetapi pada sisi lain, Tiongkok dihadapkan dengan permasalahan ketimpangan antara
si miskin dan si kaya.
Pada umumnya, Tiongkok menghadapi ketegangan akibat ketidaksinkronan antara
laju sektor ekonomi dan politik. Yang di mana pada bidang ekonomi, Tiongkok
mengaplikasikan kebijakan strategi terbuka maksudnya ialah kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah guna melancarkan berlangsungnya modernisasi melalui
pembangunan teknologi dan keahlian serta memikat para investor. 4 Sedangkan pada
bidang politik pemerintahan Tiongkok menerapkan kebijakan yang sebaliknya yaitu
kebijakan politik tertutup yang mengakibatkan terhalangnya pembaruan-pembaruan
yang sesuai dengan perkembangan masyarakat nasional. Pemerintah Tiongkok sampai
saaat ini terus berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankan cara pembangunan yang
seperti ini. Tiongkok percaya teguh bahwa mereka memiliki kelebihan dalam bersaing
untuk terus maju. Guna mewujudkan misi tersebut, pemerintah harus
3
http://www.korantempo.com/korantempo/koran/2009/07/17/Opini/krn.20090717.171308.id.html diakses pada
tanggal 1 Desember 2021.
4
Ibid.
mempertahankan stabilisasi politik. Stabilisasi yang dimaksudkan adalah legalitas
kewenangan Partai Komunis Tiongkok untuk memerintah dan memberikan kebijakan-
kebijakan dan untuk pengertian stabil yang ke dua adalah stabil dalam kondisi yang
mendukung serta kondusif di lingkungan dalam negeri. Oleh sebab itu, stabilitas
sebagai fokus dari kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Tiongkok dalam
menanggapi kekacauan-kekacauan seperi bentrokan yang mengakibatkan kerusuhan
di Xinjiang. Dalam menciptakan stabilitas domestic tersebut, pemerintah Tiongkok
menerapkan dua bentuk power yaitu soft power dan hard power5

5
thesis.umy.ac.id/temp/14111223856c7af90d1ff5060d4554331dfb6f.pdf

Anda mungkin juga menyukai