Anda di halaman 1dari 17

Fundamentalisme Keagamaan

Dosen pengampu : Alfian Hidayat, S.IP MA

Disusun Oleh :

Innaya Amalia Santoso (L1A021052)

Irzam Ghivar Kawarizmi (L1A021053)

Keke Aulia Asmiey Mangkulla (L1A021054)

Putri Dewi Darma Wimalasari (L1A021065)

Wida Suryani (L1A021072)

Wahyu Zepria Sasaki (L1A021071)

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MATARAM

2021

1
DAFTAR ISI

JUDUL 1
DAFTAR ISI 2
PENDAHULUAN 3
1.1 Abstrak 3
PEMBAHASAN 4
2.1 Definisi dan makna dari Fundamentalisme 4

2.2 Ciri-ciri dan jenis Fundamentalisme 5

2.3 Perkembangan Fundamentalisme keagamaan 7

2.4 Penerapan Fundamentalisme dan contoh studi kasus di Indonesia 9

2.5 Tokoh-tokoh Fundamentalis 11

2.6 Kelebihan dan kekurangan dari Fundamentalisme 14

PENUTUP 15
3.1 Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA 16

2
PENDAHULUAN

Abstrak

Fundamentalisme dikenal sebagai sebuah ideologi atau suatu gerakan keagamaan. Ideologi
fundamentalisme percaya bahwa kitab suci lah yang menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-
hari. Sebagian percaya bahwa fundamentalisme memiliki kesamaan dengan ortodoks namun
perbedaannya terlihat dari bagaimana mereka menerapkan ayat-ayat suci dari kita suci dalam
kehidupan sehari-hari. Fundamentalisme pada awalnya adalah sebuah fenomena protestan yang
akhirnya dikaitkan dengan islam. Seiring dengan berjalannya waktu, fundamentalisme mulai
berkembang dan masuk ke dunia politik. Di Indonesia sendiri gerakan fundamentalisme islam
dipandang sebagai sebuah politisasi islam.

Keyword : ideologi, fundamentalisme, agama

3
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Makna dari Fundamentalisme

Istilah fundamentalisme pertama kali muncul di Amerika Serikat. Istilah


fundamentalisme ditemukan dalam Kamus Kecil Petite Larousse Encyclopedique edisi tahun
1966 dengan makna yang sangat umum, yaitu “Sikap orang-orang yang menolak penyesuaian
kepercayaan dengan kondisi-kondisi modern”1. Istilah fundamentalisme menurut Riffat Hassan,
adalah tulisan para teolog protestan. Menurut penerjemah, tulisan ini menggunakan pendekatan
ilmiah kritis mengenai studi kitab Injil. Menurut George Marsden, fundamentalisme adalah sub-
jenis dari penyebaran agama Nasrani, istilah ini merujuk pada tahun 1920 di Amerika dimana
pengikut Injil wajib bertempur melawan teologi kaum modernis tanpa kompromi. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi dari fundamentalisme adalah sebuah paham yang
cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikal2.

Fundamentalisme juga merupakan gerakan yang dilakukan oleh agama Protestan di


Amerika. Gerakan ini mengedepankan kebenaran Bibel, kebenaran Bibel yang dimaksud dimulai
dari bukti dari catatan sejarah tentang kenabian. Fundamentalisme adalah bentuk oposisi dari
gereja ortodoks terhadap sains modern. Sains modern memiliki cerita-cerita serta riwayat yang
bertentangan dengan Bibel, seperti contoh konsep penciptaan bumi. Proses penciptaan alam
semesta menurut Kejadian 1:1-31 yang menjelaskan tentang rincian, urutan waktu serta proses
penciptaan yang dimulai dari penciptaan bumi, langit, daratan, lautan, tumbuhan, binatang dan
manusia. Di sisi lain, Qur’an juga ikut membahas tentang penciptaan alam semesta. Menurut
surat As-Sajdah 32:4 yaitu “Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di
antara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy. Kamu semua
tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu
tidak memperhatikannya?”. Para ilmuwan sains modern sepakat bahwa terbentuknya alam
semesta melalui 6 periode atau tahap. Tetapi terdapat pertentangan bahwa dalam Kejadian 1: 3-5
bahwa cahaya (terang) diciptakan pada hari pertama dan Kejadian 1: 14-19 menyatakan bahwa
benda-benda sumber cahaya (matahari dan bintang) baru diciptakan pada hari keempat. Dalam

1
Dwi Ratnasari, Fundamentalis Islam, Media Neliti, p. 2 diakses pada 6 November 2021,
https://media.neliti.com/media/publications/146243-ID-none.pdf.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, s.v. “Fundamentalism” oleh kbbi.co.id, diakses pada 6 November 2021,
https://kbbi.co.id/arti-kata/komunikator

4
pandangan ilmiah bagaimana mungkin benda-benda yang menjadi sumber cahaya baru
diciptakan dihari keempat sedangkan cahaya (terang) sudah ada sejak hari pertama?. Pada akhir
abad ke-20 terdapat fenomena yang disebabkan oleh para fundemantalis yang bertentangan
dengan seluruh agama di dunia. Tindakan tersebut seperti menembaki para jama’ah di masjid,
membunuh para dokter dan perawat bahkan membunuh penguasa tertinggi hingga berani
menggulingkan sebuah negara berdaulat serta peristiwa hancurnya Gedung World Trade Center
(WTC) di New York, Amerika Serikat pada 9 September 2001 dihubungkan dengan gerakan
fundamentalisme yang berkembang.

2.2 Ciri-ciri dan Jenis Fundamentalisme Keagamaan

Ciri-ciri atau karakteristik Fundamentalisme yang terdapat di lingkungan sosial, berdasar pada
konsepsi doktrin yang dimilikinya, terdapat beberapa ciri yaitu :

1. Fundamentalisme mengedepankan yang namanya keabsolutan nilai kehidupan dari


sebuah Kitab Suci
Yang artinya nilai-nilai kehidupan yang terkandung didalamnya baik dalam aspek
teologi, sejarah, geografi, atau ilmu pengetahuan yang terkandung tidak terdapat adanya
kesalahan didalamnya. Sehingga segala sumber kebenaran bukanlah berdasar dari ilmu
pengetahuan, melainkan berdasarkan kepada Kitab Suci.
2. Fundamentalisme hadir untuk memperbaiki degredasi moral di tengah kehidupan
masyarakat yang tidak menentu
Fundamentalisme bermaksud untuk mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang dianggap
telah dihilangkan dalam kehidupan bermasyarakat, dalam kata lain adalah sebagai
pemurnian serta pembaharuan dari nilai-nilai keagamaan tersebut yang telah dinodai
dengan faham-faham modern yaitu : modernism, liberalisme, humanism, dan
semacamnya yang menjadikan adanya degredasi moral.
3. Fundamentalisme bersifat separatis
Yang dimana kaum fundamentalis tidak segan-segan untuk berkonfrontasi atau
memisahkan diri dari kelompok-kelompok di lingkungan masyarakat yang bertentangan
dengan norma-norma keimanan. Sehingga mereka lebih menjunjung tinggi nilai atau
norma keagamaan.3
4. Fundamentalisme menciptakan sikap-sikap baru yang anti sosial di dalam
masyarakat

3
Yusak Tridarmanto, Djaka Soetapa, “Karakteristik dan Ciri-ciri Fundamentalisme sebagai Aliran dan Gerakan
Keagamaan”, Artikel Jurnal UNISIA, P. 131-134. https://journal.uii.ac.id/Unisia/article/view/5881

5
Faham fundementalisme membuat atau menciptakan sebuah sikap baru yang dimana
mengarah kepada fanatisme, eksklusifisme, anti toleran, dan militan, serta terdapat pula
sikap yang sifatnya radikalis.
5. Kaum Fundamentalis menganggap diri mereka sebagai penafsir agama yang benar
Artinya golongan atau kelompok merekalah yang sangat benar atau mahir dalam
menafsirkan arti yang terdapat di dalam kitab suci, dan menganggap golongan lain
menyelewengkan dan menyimpan arti dari kitab suci tersebut. Sehinga golongan-
golongan lain harus disingkirkan untuk pemurnian ajaran agama.4

Jenis-Jenis Fundamentalisme

Jenis-jenis fundamentalisme ini sendiri dapat didasarkan pada agama-agama yang telah ada.
Sehingga terdapat sebuah perbedaan diantara masing-masing jenis dari fundamentalisme. Yaitu
sebagai berikut :

1. Fundamentalisme Islam
Didalam agama Islam fundamentalisme merupakan paham yang memiliki tujuan unutk
mempertahankan ajaran atau ilmu-ilmu dasar dari agama Islam, mengembalikan Islam
dengan hukum syar’inya, segala bentuk bidah dan khufarat dijauhkan. Fundamentalisme
Islam sendiri muncul dikarenakan masuknya pengaruh-pengaruh barat didalam
perkembangan zaman yang semakin modern. Akan tetapi, penggunaan istilah
fundamentalisme masih dipersoalkan oleh para kelompok pemikir Islam. Namun
demikian, tindakan fanatisme, statisme, konservatisme bisa menjadi sebuah wacana
fundamentalisme dalam Islam.5
2. Fundamentalisme Kristen
Fundamentalisme pada agama Kristen muncul pertama kali sebagai respon dari monopoli
Gereja Katolik di Roma, yang dimana menuntut kembali pengembalian nilai-nilai
Alkitab. Diaman mengingat 3 asas keimanan yang terdapat dalam Alkitab yaitu, Sola
Gracia atau Yesus Kristus memberikan ramhmat bagi seluruh manusia terlepas ia
berimana atau tidak, Sola Fades atau keselamatan hanya akan didapat untuk mereka yang
beriman pada kristus, dan Soli Scriptura atau hanya Alkitablah pedoman yang
memberikan keselamatan. Poin ketiga dari ketiga asas tersebut sangat ditekankan didalam
fundamentalisme Kristen, yang dimana pada zaman dulu tingkah gereja yang memburuk
serta liberlisasi dari perkembangan zaman yang menjadikan munculnya fundamentalisme
dalam agama Kristen.6
3. Fundamentalisme Hindu
4
Admin, “Pengertian Ideologi Fundamentalisme dan Ciri-cirinya”, BELAJARGIATID, 1 Desember 2020.
https://belajargiat.id/pengertian-fundamentalisme-dan-ciri-cirinya/
5
A. Dwi Hendro S.G., Abdul Ghopur, “Ideologi Para Fundamentalis”, Artikel NU Online, April 2018.
https://www.nu.or.id/post/read/93372/memahami-ideologi-kaum-fundamentalis
6
Daniel L. Lukito, “Meninjau Ulang Fundamentalisme Kristen”, Artikel Jurnal STT SAAT, p. 72.
http://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/34/Meninjau%20Ulang%20Fundamentalisme
%20Kristen.pdf?sequence=9&isAllowed=y

6
Gerakan fundamentalisme Hindu pertama kali berakar di India pada abad ke-19 dengan
munculnya organisasi “ Hindu Mahasabha se-India” sebagai reaksi atas berdirinya liga
muslim sekaligus organisasi kongres nasional India dengan diserukannya Pakta
Lucknow. Dengan adanya perjanjian Lucknow dan deklarasi jihad dari aktivis muslim
menambah militansi dari pihak Mahasabha, serta kekecewaan kelompok Mahasabha
terhadap taktik non kekerasan yang diserukan Mahatma Gandhi yang dianggap justru
melemahkan solidaritas hindu dan melahirkan mentalitas budak.7
4. Fundamentalisme Buddha
Salah satu bentuk dari fundamentalisme agama Buddha adalah ditandai dengan adanya
tantangan dan tekanan dari regim komunis yang direspon menjadi munculnya gerakan
fundamentalisme. Namun, dibutuhkan kemampuan dalam penguasaan taktik dan strategi
serta semangat perjuangan yang pantang menyerah (militan), yang itu telah ditutup rapat-
rapat oleh para penguasa. Nilai-nilai spiritual kitab suci Buddha dibangkitkan kembali
oleh gerakan Soka Gakkai didalam masyarakat Jepang yang dianggap sebagai gerakan
fundamentalisme dalam agama Buddha dikarenakan ajaran kitab suci menyiratkan
tanggung jawab sosial, politik, dan budaya.8
5. Fundamentalisme Yahudi
Fundamentalisme dalam agama Yahudi menurut Karen Armstrong dimulai dari
hilangnya perkampungan Yahudi di daerah Spanyol dikarenakan inkusisi yang dilakukan
oleh raja Ferdinand dan ratu Isebella di wilayah Islam Andalusia yang menjadi bencana
bagi kaum Yahudi Iberia setelah hancurna kuil Yerusalem pada tahun 70 SM, serta
kembalinya penggunaan kitab taurat yang pernah ditinggalkan oleh kaum yahudi
terhadap ajaran Shabbetai dan Nathan. Peristiwa tersebut merupakan awalan adanya
gerakan fundamentalisme dari agama Yahudi.9

2.3 Perkembangan Fundamentalisme Keagamaan

Kemunculan gerakan fundamentalisme setelah Perang Dunia I ditandai dengan lahirnya


berbagai sekte Protestan secara terpisah di Amerika Serikat. Gerakan-gerakan tersebut umumnya
memiliki perbedaan yang disesuaikan dengan lingkungan sekte tersebut lahir. Secara umum
kelompok-kelompok tersebut memiliki dua ciri yang menonjol, yaitu:

7
Harlembang P. Utami ,”Upaya Pakistan Merebut Dukugan Rakyat Kashmir Melalui Subversi”, Skripsi Universitas
Jember, 2015, p.92. https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/75979/Herlambang%20Putri
%20Utami%20-1.pdf?sequence=1&isAllowed=y
8
Abdul Syukur, “Fundamentalisme dalam agama Buddha”, Artikel Jurnal UNISIA, p. 181.
https://journal.uii.ac.id/Unisia/article/view/5887/5312
9
Ika A.Setyadi “Fundamentalisme agama dalam perspektif Karen Amstrong”, Artikel Perpustakan Digital UINSBY,
p. 39. http://digilib.uinsby.ac.id/884/

7
Pertama, adalah kelompok yang mempercayai hal Supernatural melebihi hukum alam.
Lalu kedua, adalah kelompok yang menggunakan pemahaman agama sebagai batas-batas dalam
mengajar.

Sejarah menemukan berkas pengadilan Jhon T. Scopes yang merupakan guru sekolah
lanjutan di Rhea yang melarang pengajaran teori evolusi di sekolah negeri. Hal tersebut
dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan standar ortodoks dari Kristen yang kemudian
dinamakan sebagai fundamentalis. Kelompok fundamentalis tersebut lahir sebagai bentuk
penentangan dari liberalisme dan modernisme yang mencoba mangasimilasi karya Biblical
Criticism dari abad XIX dan usha untuk menyelesaikan ajaran gereja dengan dilema masa lalu.10

Di sisi lain, perkembangan fundamentalisme sering dikaitkan dengan kaum ‘barbar’ yang
mendiami kawasan Timur Tengah yang identik dengan umat muslim yang saat ini lebih dikenal
istilah islamis radikal (Losurdo, 2004). Namun, William H. McNeill (1993) menjelaskan dalam
tulisnya yang berjudul Fundamentalism and the World of the 1990s bahwa fundamentalisme
memiliki artian yang berbeda pada masing-masing kepercayaan seperti Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Budha, maupun Yahudi. Perbedaan definisi tersebut memunculkan dogma dan kritik baru
terhadap teori-teori yang berlawanan satu sama lain.

Pada sebuah tulisan Joyce A. Green (2003) yang berjudul Cultural and Ethnic
Fundamentalism: The Mixed Potential for Identity, Liberation, and Opression menjelaskan
bahwa fundamentalisme adalah sebuah kepercayaan bahwa suatu masyarakat atau komunitas
harus berpegang pada tradisi suci yang nantinya harus dipercayai dan disakralkan dalam institusi
sosial yang ada. Dalam bukunya, Green juga menyebutkan bahwa fundamentalisme cenderung
bersifat reaktif terhadap perubahan struktur masyarakat, ekonomi, dan politik di era globalisasi
ini. Perkembangan fundamentalisme tersebut nantinya akan menyebabkan munculnya persaingan
antara kultur kapitalisme yang berasal dari barat dan kultur lokal yang ada di tengah mesyarakat
tersebut. Selain itu, para fundamentalis nantinya dipercaya akan mengeluarkan antitesis terhadap
nilai pluralitas, nilai toleransi, dan nilai keberagaman yang dikembangkan oleh kaum
kosmopolitanisme.11

Di Indonesia sendiri, gerakan fundamentalis lebih banyak dipengaruhi oleh


ketidakstabilan sosial politik yang salah satunya ditandai dengan adanya krisis multidimensi
yang cukup kuat pada akhir masa pemerintahan Presiden Soeharto. Akibat dari hal tersebut
adalah timbulnya keresahan dan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dan
sistemnya. Setelah reformasi, para muslim fundamentalis di Indonesia akhirnya muncul ke

10
Abu Bakar, “Theologi Fundamentalisme,” Media Neliti, p. 7-8. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/40317-ID-theologi-
fundamentalisme.pdf&ved=2ahUKEwiP8Ma7vIP0AhW9yzgGHeZuAAgQFnoECD4QAQ&usg=AOvVaw0qrcT1E
FjDV5VBHppMi4-g.
11
Mochamad A. Seta, “Perkembangan Fundamentalisme di Era Globalisasi,” Web Unair, 11 Februari 2017,
http://mochamad-arya-seta-fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-170150-Kosmopolitanisme%20Nasionalisme
%20dan%20Fundamentalisme-Perkembangan%20Fundamentalisme%20di%20Era%20Globalisasi.html.

8
permukaan, mendirikan kubu-kubu, dan mengkampanyekan syariat sebagai solusi atas masalah
tersebut. Tidak heran banyak tudingan yang dilayangkan terhadap fundamentalisme islam yang
akhirnya menjadi latar belakang munculnya politisasi islam. Saat ini dipercaya ada 4 kelompok
besar gerakan islam yang menganut ideologi fundamentalisme di Indonesia, di antaranya:
Madzhab Ikhwanul Muslimin, Madzhab Salafi atau Wahabi, Madzhab Hizbut Tahrir, dan
Madzhab Habib.12

2.4 Penerapan Fundamentalisme dan Contoh Studi Kasus di Indonesia


Penerapan Fundamentalisme di Indonesia
Gerakan fundamentalisme bukanlah hal yang baru di Indonesia. Sejak zaman orde lama
hingga era reformasi, gerakan fundamentalisme terus berkembang dengan wajah yang berbeda. 13
Fundamentalisme diartikan sebagai aliran atau paham yang memiliki upaya untuk kembali
kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas. Dalam konteks tersebut, gerakan
fundamentalisme yaitu berarti sebuah kelompok yang memahami dasar-dasar keagamaan,
politik, budaya dan lainnya dengan orientasi penafsiran yang rigid dan literal.
Kekerasan sturuktural, baik itu atas nama agama atau membawa jargon nasionalisme,
yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu kini semakin marak. Semuanya dilakukan
dengan dalih kebaikan, atau mungkin amar ma’ruf nahi munkar. Seperti contohnya mengirim
pasukan ke wilayah-wilayah konflik SARA (Maluku dan Poso) dengan dalih sebagai bentuk
jihad, ada yang gemar mengkafirkan setiap orang yang memiliki pandangan yang berbeda
dengan kelompoknya. Ada pula yang tega menumpahkan darah saudaranya dengan dalih
memperbaiki bangsa.
Gerakan fundamentalisme dilabeli sebagai gerakan yang radikal (amat keras). Munculnya
gerakan-gerakan fundamentalisme sebenarnya adalah bentuk kekecewaan akibat adanya
ketidakadilan (perceived injustice) terhadap pemerintah karena kondisi negara yang carut marut.
Masyarakat jelas melihat dan menilai aparat negara yang sebagian banyak justru “mengambil
uang rakyat” demi kepentingan personal melalaikan beribu-ribu rakyat kelaparan. Dalam hal ini
masyarakat yang merasa adanya ketidakadilan kemudian membentuk sebuah kelompok untuk
mengembalikan fungsi negara sebagaimana mestinya. Melihat hal demikian tentunya banyak
yang merasa ketidakadilan dan mereka percaya bahwa untuk mendapatkan kenyamanan seperti
12
Afrohah, “Fundamentalisme: Korelasi Ideologi Fundamentalis dengan Ideologi Gerakan Islam Modern,” Al-
Tahrir, Vol. 18, No. 1 (2018), p. 185-186.
13
Nur Rosidah, “FUNDAMENTALISME AGAMA” IAIN Walisongo Semarang

9
yang didapatkan oleh pemerintah adalah sesuatu yang realistis sehingga muncullah keberanian-
keberanian untuk melakukan aksi teror dan sejenisnya.
Gerakan fundamentalisme memiliki paham-paham sendiri tentang kelompoknya untuk
mencapai tujuannya. Mereka menempatkan kelompoknya sendiri sebagai pusat segala-galanya
(etnosentrisme). Dengan adanya etnosentrisme tersebut, kelompok fundamentalis akan memiliki
persepsi yang positif terhadap kelompoknya sehingga mereka akan berperilaku sesuai dengan
anggota kelompok tersebut, serta menginternalisasi nilai-nilai dalam kelompoknya (social
identity theory). Adanya persepsi positif terhadap kelompoknya menimbulkan favoritisme yaitu
pandangan yang menempatkan kelompok sendiri sebagai yang terbaik, paling benar, dan paling
bermoral.
Pandangan favoritisme tersebut melahirkan suatu social categotization yaitu membuat
batas-batas tegas bahwa mereka (kelompok fundamentalisme) adalah ingroup dan orang-orang
diluar kelompok adalah outgroup. Tidak sampai disitu saja, favoritisme juga membuat adanya
derogation out group yaitu merendahkan secara afektif dan sosial kelompok lain. Adanya hal
tersebut membuat anggota kelompok lebih banyak berkomunikasi dengan anggota kelompok
sendiri dan kurang sekali berkomunikasi dengan dunia luar.
Minimnya komunikasi dengan dunia luar atau orang di luar kelompok mereka akan
menimbulkan prasangka (prejudice) dan mispersepsi. Kesalahpahaman dan adanya prasangka
terhadap kelompok luar inilah yang menimbulkan kelompok fundamentalisme yang membawa
jargon agama gemar melakukan “fatwa kafir” terhadap orang lain dan aksi bom kepada orang
yang berbeda pandangan dengannya.

Contoh Kasus Fundamentalisme di Indonesia


Adapun beberapa contoh kasus gerakan fundamentalisme yang terdapat di Indonesia diantaranya
seperti munculnya gerakan G30S PKI, Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan Negara Islam
Indonesia (NII). Ada pula pembunuhan oknum-oknum polisi yang diduga dilakukan juga oleh
bagian dari gerakan fundamentalisme.
Sebagai Contoh, Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) ini sendiri awalnya muncul di Jawa
Tengah ketika gerilyawan di bawah pimpinan Kartoswiryo menolak perjanjian Renville dengan

10
pemerintah Belanda.14 Kemudian mereka mengembangkan pengaruh ke Jawa Barat sampai
menguasai Ciamis, Garut dan Tasikmalaya yang kemudian dijadikan sebagai basis perlawanan.
Kartoswiryo dan kelompoknya menjadikan syariah islam sebagai dasar hukum bagi
kelompoknya. Gerakan ini berhenti ketika semua pimpinan tertangkap atau terbunuh pada awal
1960-an (Jamhari, 2004: 16-17)
Namun, dewasa ini NII masih menyisakan pengikut-pengikut yang tersebar di berbagai wilayah
di Indonesia. Gerakan mereka masih aktif untuk kalangan intern dan lebih didominasi dengan
warna dakwah. Mereka menganggap kafir terhadap orang-orang yang bukan anggota mereka.
Kafir adalah najis dan itu pulalah yang menjadi motivasi terbesar mereka mengepel lantai masjid
yang dipakai shalat oleh non-NII
Selain itu, fenomena fundamentalisme baru-baru ini tampak dalam Front Pembela Islam (FPI)
15
atau Laskar Jihad dan gerakan-gerakan radikal sejenis. Tidak jarang kaum fundamentalisme
model ini juga memakai cara-cara yang mengarah kepada kekerasan. Tampaknya, kaum Islamis
beranggapan bahwa masyarakat akan terislamisasi hanya melalui tindakan sosial dan politik.
Gerakan Islamis harus terjun ke lapangan politik. Kelompok Islamis menyatakan bahwa politik
dimulai dari prinsip bahwa Islam adalah sistem pemikiran global.

2.5 Tokoh Sejarah Fundamentalisme Keagamaan


Fundamentalisme tidak muncul secara spontan sebagai gejala politik keagamaan, namun
memiliki proses dan waktu yang panjang hingga istilah tersebut dapat digunakan dalam agama
Islam. Secara umum faktor yang mempengaruhi lahirnya fundamentalisme adalah sutuasi politik
pada tingkat domestic maupun internasional. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
fundamentalisme pada masa akhir kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, di saat situasi politik tidak
kondusif.16
Diawali dengan konflik politik saat Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah, lalu
disusul dengan penolakan Mu’awiyah pada eksistensi kekhalifahan Ali, saat itulah terjadinya
puncak ketegangan dari kedua belah pihak yang berakibat terjadinya peristiwa ‘tahkim’ antara
Ali dan Mu’awiyah. Sebagian kelompok memihak Ali dan sebagiannya lagi memihak
Mu’awiyah dan kelompok yang lain memilih dari keduanya menjadi pihak netral yang disebut
dengan kelompok Khawarij yang bersifat radikal.
14
Ahdar, “Tinjauan Kritis dan Menyeluruh Terhadap Fundamentalisme dan Radikalisme Islam Masa Kini”,STAIN
Parepare. https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/kuriositas/article/view/582/508
15
Ahmad Nur Fuad, “INTERRELASI FUNDAMENTALISME DAN ORIENTASI IDEOLOGI GERAKAN
ISLAM KONTEMPORER”
16
Riadi, Sugeng. 2018. Ancaman Islam Fundamentalis di Indonesia. https://geotimes.co.id/opini/ancaman-islam-
fundamentalis-di-indonesia/

11
Berawal dari adanya sektor khawarij sebagai gerakan laten fundamentalisme Islam di
zaman khalifah dengan pola pemikiran dan gerakannya, dilanjutkan dengan hal yang sama.
Secara teoritik periode selanjutnya bisa digolongkan menjadi 2 golongan yaitu periode pra-
modern dan kontemporer. Fundamentalisme pra-modern muncul disebabkan situasi dan kondisi
tertentu dalam kalangan umat muslim tersendiri, sedangkan fundamentalisme kontemporer
bangkit sebagai reaksi terhadap penetrasi system dan nilai sosial, budaya dan ekonomi Barat.
Baik sebagai akibat dari kontak langsung dengan Barat maupun melalui pemikiran muslim.
Di Indonesia, fundamentalisme Islam diperkirakan berkembang sekitar abad ke-17
dengan dua alasan yaitu: pertama untuk memerangi adanya bid’ah dan khufarat agar kembali
kepada Islam yang benar disampaikan sebagaimana ajaran wahabi, hal tersebut ditandai dengan
munculnya kelompok Padri di Minangkabau. Kedua karena kondisi sosial politik serta ekonomi
yang tak menentu, sedangkan pemerintah berjalan dengan lamban dalam mengambil keputusan.

TOKOH TOKOH FUNDAMENTALIS MODERN


1. Al-Maududi

2. Al-Maududi

3. An Nabhani

12
4. Turabi

5. Imam Khomeini

2.6 Kelebihan dan Kekurangan


13
Dalam setiap negara memiliki ideologi yang berbeda-beda, dengan memperimbangkan kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki disetiap ideologi. Untuk itu, dibawah ini akan dijelaskan mengenai
kelebihan dan kekurangan dari ideologi fundamentalisme.

Kelebihan Ideologi Fundamentalisme

Dibawah ini merupakan 3 kelebihan ideologi fundamentalisme, yaitu:

1. Dalam paham fundamentalisme, golongannya sangat perpegang teguh terhadap teologi


serta agama yang mereka yakini.
2. Mereka memiliki religiusitas yang tinggi dalam agamanya masing-masing.
3. Golongan ini sangat patuh terhadap ajaran agama, sehingga mereka mampu menjauhi
larangan dan melaksanakan segala perintah Tuhan mereka.

Kekurangan Ideologi Fundamentalisme

Dibawah ini merupakan 2 kekurangan dari ideologi fundamentalisme, yaitu:

1. Golongan fundamentalisme tidak hanya memperdalam dan menghayati tentang


teologinya saja tetapi mereka juga bersikap militan terhadap agama lain. Mereka
memerangi agama lain, karena mereka beranggapan bahwa agama yang mereka anut
adalah agama yang benar.
2. Kurang adanya rasa toleransi dalam individu mereka, sehingga tidak segan-segan untuk
memerangi agama lainnya.17

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

17
Admin, “Pengertian Ideologi Fundamentalisme dan Ciri-cirinya”, BELAJARGIATID, 1 Desember 2020

14
bahwa fundamentalisme merupakan suatu istilah yang dapat dipahami melalui agama dan
kepercayaan yang mengandung nilai, paham serta prinsip yang diterapkan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Dapat disimpulkan bahwa ideologi fundamentalis adalah sebuah
ideologi yang berkembang pada sebagian besar ajaran agama yang ada di belahan dunia.
Lahirnya fundamentalisme diawali sebagai sebuah gerakan Protestan di Amerika yang lebih
mengedepankan injil sebagai pedoman dalam berkehidupan. Fundamentalisme memiliki
perbedaan implikasi dan makna jika dikaji melalui suatu agama tertentu seperti Islam, Yahudi,
Kristen dan lain sebagainya. Perkembangan fundamentalisme dapat dibedakan kedalam beberapa
jenis, yakni fundamentalisme Islam,fundamentalisme Yahudi, dan fundamentalisme Kristen.
Fundamentalisme sering kali dipandang sebagai suatu paham yang keras dan meninggalkan
kesan yang negatif. Pada islam sendiri, ideologi fundamentalis melekat pada kelompok Syiah
dan Sunni. Hal tersebut didasari oleh sikap kelompok tersebut yang acap kali yang tidak toleran,
ekstrim, kaku, dan fanatik. Sampai saat ini fundamentalisme memiliki banyak tokoh penting
dalam perkembangan ideologi itu sendiri. Pada era globalisasi, fundamentalisme memiliki
kecenderungan untuk menciptakan adanya suatu tendensi dalam pembentukan identitas yang
tidak fleksibel. Hal ini disebabkan karena begitu kuatnya pengaruh serta prinsip yang dipegang
oleh masyarakat sehingga pengaruh yang datang dari luar dapat dibendung walaupun pengaruh
tersebut memiliki keuntungan dan dampak yang baik bagi masyarakat yang memegang
kepercayaan fundamentalisme itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

15
Ratnasari, Dwi, 2010, “Fundamentalis Islam”, Media Neliti, p. 2 diakses pada 6 November
2021, https://media.neliti.com/media/publications/146243-ID-none.pdf.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, s.v. “Fundamentalism” oleh kbbi.co.id, diakses pada 6
November 2021, https://kbbi.co.id/arti-kata/komunikator

Tridarmanto, Yusak, Soetapa Djaka, 2002, “Karakteristik dan Ciri-ciri Fundamentalisme sebagai
Aliran dan Gerakan Keagamaan”, Artikel Jurnal UNISIA, P. 131-134.
https://journal.uii.ac.id/Unisia/article/view/5881

Admin, 2020“Pengertian Ideologi Fundamentalisme dan Ciri-cirinya”, BELAJARGIATID.


https://belajargiat.id/pengertian-fundamentalisme-dan-ciri-cirinya/

Hendro S.G., A. Dwi, Ghopur, Abdul, 2018 “Ideologi Para Fundamentalis”, Artikel NU Online.
https://www.nu.or.id/post/read/93372/memahami-ideologi-kaum-fundamentalis

Lukito, Daniel L., “Meninjau Ulang Fundamentalisme Kristen”, Artikel Jurnal STT SAAT, p.
72. http://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/34/Meninjau%20Ulang
%20Fundamentalisme%20Kristen.pdf?sequence=9&isAllowed=y

Utami, Harlembang P.,2015,”Upaya Pakistan Merebut Dukugan Rakyat Kashmir Melalui


Subversi”, Skripsi Universitas Jember, p.92.
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/75979/Herlambang%20Putri%20Utami
%20-1.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Abdul Syukur, Abdul, “Fundamentalisme dalam agama Buddha”, Artikel Jurnal UNISIA, p. 181.
https://journal.uii.ac.id/Unisia/article/view/5887/5312

Ika A.Setyadi, Ika A. ,“Fundamentalisme agama dalam perspektif Karen Amstrong”, Artikel
Perpustakan Digital UINSBY, p. 39. http://digilib.uinsby.ac.id/884/

Bakar, Abu “Theologi Fundamentalisme,” Media Neliti, p. 7-8. https://www.google.com/url?


sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/40317-ID-theologi-
fundamentalisme.pdf&ved=2ahUKEwiP8Ma7vIP0AhW9yzgGHeZuAAgQFnoECD4QAQ&usg
=AOvVaw0qrcT1EFjDV5VBHppMi4-g.

Seta, Mochamad A. ,“Perkembangan Fundamentalisme di Era Globalisasi,” Web Unair, 11


Februari 2017, http://mochamad-arya-seta-fisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-170150-
Kosmopolitanisme%20Nasionalisme%20dan%20Fundamentalisme-Perkembangan
%20Fundamentalisme%20di%20Era%20Globalisasi.html.

Afrohah, “Fundamentalisme: Korelasi Ideologi Fundamentalis dengan Ideologi Gerakan Islam


Modern,” Al-Tahrir, Vol. 18, No. 1 (2018), p. 185-186.

Rosidah, Nur ,“FUNDAMENTALISME AGAMA” IAIN Walisongo Semarang

16
Ahdar, “Tinjauan Kritis dan Menyeluruh Terhadap Fundamentalisme dan Radikalisme Islam
Masa Kini”,STAIN Parepare.
https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/kuriositas/article/view/582/508

Fuad, Ahmad Nur , 2018 “INTERRELASI FUNDAMENTALISME DAN ORIENTASI


IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER”
Riadi, Sugeng. Ancaman Islam Fundamentalis di Indonesia.
https://geotimes.co.id/opini/ancaman-islam-fundamentalis-di-indonesia/

17

Anda mungkin juga menyukai