Anda di halaman 1dari 4

Memahami Liberasasi Keagamaan:

Review atas Pembacaan Buku MISYKAT1


Oleh : Anisah Maryam

Pendahuluan
Kultur timur yang dipunyai Indonesia dan kultur barat yang dibawa oleh Barat sudah
membaur dan membentuk suatu sikap hidup baru pada masa kini. Timur dan Barat yang
dimaksud bukanlah letak geografis atau arah mata angin, namun Barat yang dimaksud
adalah alam pikiran dan pandangan hidup (Worldview) yang berlawanan dengan Timur, dan
Timur adalah agama Islam. Kultur yang membaur karena adanya internalisasi nilai-nilai Barat
salah satunya melalui media sosial. Melalui hiburan, keseharian figur artis dengan
membawa worldview Barat dengan kulturnya yang tanpa Tuhan menjadi tontonan dan
tuntunan remaja Indonesia, menyebabkan bergesernya nilai-nilai kebenaran Islam dan
menihilkan peran Tuhan dalam berperilaku.

Akar Liberalisme Keagaaaman


Liberalisme adalah pemikiran yang mulanya terjadi di ranah intelektual karena
ketidakpuasan saintis pada dogma-dogma gereja yang bertentangan dengan fakta sains.
Namun dalam perkembangannya, liberalisme bukan hanya terjadi di ranah keilmuan,
namun juga sosial, politik juga keagamaan.
Liberalisme adalah sebuah paham pembebasan proses berfikir dari ikatan-ikatan
yang menghalangi termasuk agama. Liberalisme berasal dari kata liberal, yang secara harfiah
berarti “bebas” (free) yang artinya bebas dari berbagai batasan (free from restraint). Barat
ingin berfikir bebas karena sebelumnya memiliki trauma sejarah terhadap pengekangan
oleh Gereja yang menyebabkan jumudnya peradaban. Selain pengekangan, kritik dari saintis
terhadap konsep ketuhanan Kristen, ritus-ritus dan teks Bible meruntuhkan kepercayaan
masyarakat Barat yang pada akhirnya melepaskan diri dari agama.
Perkembangan Liberalisme dalam beberapa babak, kejadian besar yang menandai
tersebarnya liberalisme adalah Magna Charta Liberalisme pada 1789, tujuannnya ingin

1 Tulisan ini diajukan untuk tugas Pembacaan Buku Misykat pada Program Kaderisasi Ulama yang dibimbing
oleh Syamsul Badi’, M.Ag
membebaskan diri dari agama, etika, kepercayaan, bicara, pers dan politik. Kejadian ini
memiliki konsekuensi penghapusan hak Tuhan. 2
Presiden Franklin D. Roosevelt pada tahun 1941 mendeklarasikan empat kebebasan,
yakni kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech),
kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari kemelaratan (freedom from
want), dan kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).3
Barat bukan Kristen4, Barat menegasikan peran Tuhan dari kehidupan. Seperti
kutipan dari Prof David Thomas "West developed without Christianity"5. Kemajuan Barat dari
segi sains dan teknologi karena berlepas dari dari keyakinan pada teologi Kristen kepada
keyakinan pada rasio.
Rasionalitas menjadi tuhan baru bagi barat, sebagaimana kutipan dari Francis Bacon
(1561-1626) mengungkapkan bahwa "Theology is known by faith but phylosophy should
depend only upon reason". Rasionalitas menjadi tolak ukur kebenaran karena Tuhan sudah
dimarginalisasi.
Perbedaan mendasar dari agama di Barat dan di Indonesia ada di bagian
fundamental.

Tujuan Liberalisme Keagaaaman


Kejadian WTC 11 September 2001 menjadi salah satu faktor pemicu meningkatnya
perhatian warga dunia terhadap agama Islam, karena Islam yang dituduh menjadi dalang
dari kejadian mega besar tersebut dengan penggiringan massa
Adapun tujuan dari liberalisme sendiri adalah

Karakteristik Liberalisme Keagaaaman


Perkembangan liberalisme pemikiran keagamaan ini dapat diklasifikasikan menjadi
tiga fase perkembangan sebagai berikut:
● Fase doktrin Enlightment dengan tokoh filosof Rene Descartes. Doktrinnya yaitu
percaya pada akal manusia, mengutamakan individu, imanensi keimanan dan

2 Hamid Fahmy Zarkasyi, “MISYKAT Refleksi tentang Westernisasi, Liberalisasi dan Islam”, hlm 108
3 Ibid, hlm 107
4 Ibid, hlm 3
5 Ibid, hlm 30
meliorisme (percaya bahwa manusia itu berkembang dan dapat dikembangkan).
Terjadi pada abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-18, 6
● Fase doktrin Romantisisme dengan tokoh Jean-Jacques, Immanuel Kant, dan
Friedrich Schleiermacher, individu menjadi pusat dan sumber nilai. Kesadaran-diri
(self-consciousness) yang dapat berarti menjadi Kesadaran-Tuhan (god-
consciousness) dalam kerangka religius. Fase ini ada pada akhir abad ke-18.
● Fase Notion of progress, tentang Perkembangan. Agama kemudian diletakkan
sebagai sesuatu yang berkembang progressif dan disesuaikan dengan ilmu
pengetahuan modern serta diharapkan dapat merespon isu-isu yang diangkat oleh
kultur modern. bermula pada pertengahan abad ke-19. hingga abad ke-20
Pasca fase-fase tersebut agama

4 Agenda Liberalisme Keagamaan

Terdapat empat agenda liberalisme yang dicanangkan di Indonesia, yaitu pentingnya


kontekstualisasi ijtihad, komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan, penerimaan
terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama, pemisahan agama dari partai
politik dan adanya posisi non-sektarian negara

1) Pentingnya kontekstualisasi Ijtihad


2) Komitmen terhadap rasionalitas dan pembaruan
Liberalis mengedepankan rasio, melandaskan pada kisah Umar bin Khattab ketika
tidak melakukan hukum potong tangan dan beri zakat. Padahal kasus ini hanyalah
masalah fiqh, bukan berarti Umar meninggalkan nash, karena yang dilakukan Umar
menggunakan nash lain yang lebih sesuai
Misalnya ru’yat dan hisab dalam penentuan awal Ramadhan, dua pilihan tersebut
sama-sama menggunakan nash yang kuat, berbeda dengan pluralis yang
meninggalkan nash seluruhnya.
3) Penerimaan terhadap pluralisme sosial dan pluralisme agama-agama
Menerima religion pluralism tapi tidak dengan pluralisme sosial.
Liberisasi : liberalisasi Aqidah, dekonstruksi syariah, liberalisasi terhadap Al Qur’an
dan penafsirannya.

6 Rene Descartes
4) Pemisahan agama dari partai politik dan adanya posisi non-sektarian negara
Muncul doktor buat disertasi tentang pluralisme agama, bahwa Yahudi, Nasrani,
Shabi’ah yang beriman kepada Allah, hari akhir dan beramal maka tak wajib beriman
kepada Nabi Muhammad, serta mereka tetap mendapati balasan.
Itu menafikan Nabi karena untuk iman kepada Allah harus melalui rasulNya, bukan
asal iman, tak mungkin punya iman dan ibadah yang jika tidak beriman kepada Allah
dan Rasulnya.

Penyajian data terkait liberalisme keagamaan, Barat bermasalah di tataran konsep


penelitian dan metodologi

Penutup
Liberalisme keagamaan di Barat mempunyai kesamaan dengan proses liberalisasi
keagamaan yang sedang terjadi di Indonesia, mulai dari karakteristik gerakan, karakteristik
tokoh, pola pergerakan dan sumber pendanaan. Identifikasi gejala-gejala tersebut bagi
pemuka agama atau individu perlu untuk difikirkan kemaslahatannya untuk agama, sebab
realita keagamaan Barat saat ini agama menjadi mandul dan termargirnalisasi dari
kehidupan masyarakatnya. Hal tersebut jelas jauh dari tujuan agama Islam itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai