Anda di halaman 1dari 5

Nama NIM Jurusan

: Pasulina Sidabutar : 1101112287 : Hubungan Internasional

Mata Kuliah : Masalah-masalah Pembangunan Politik

ANTI GLOBALISASI: MENGAPA? Globalisasi pertama sekali merupakan sebuah kata kunci. Davos dan Thomas Friedman sangat menjunjung tinggi kebaikan dan keniscayaan dari globalisasi tersebut. Tetapi kemudian muncul anti globalisasi. Masyarakat Ruckus dan sosiolog Perancis Pierre Bourdieu menyatakan bahwa globalisasi itu jahat. Sebagai dialektika, sepertinya ada kutukan pada fenomena tersebut, dimana sekarang globalisasi menjadi fenomena kontroversi yang tidak ada ujungnya, karena globalisasi selalu menentang nafsu dan juga kekerasan. Ini merupakan isu yang selalu dibahas hingga masa sekarang. Mengapa ada kritik terhadap globalisasi? Pertama, para anti globalisasi memandang bahwa globalisasi merupakan perpanjangan kapitalisme seluruh dunia, seperti perusahaan multinasional yang dianggap sebagai perusahaan kapitalis. Kedua, para kritikus globalisasi tidak puas dengan perbedaan parameter yang mainstream, bahwa globalisasi ekonomi dianggap sebagai penyebab dari penyakit sosial saat ini, seperti kemiskinan di negara-negara miskin dan kerusakan lingkungan di seluruh dunia. Fenomena globalisasi di era transisi telah menciptakan dua kelompok besar, yakni kelompok pro-globalisasi dan kelompok antiglobalisasi. Kelompok pro-globalisasi berasumsi bahwa globalisasi merupakan pendorong perkembangan disegala bidang, baik itu bidang pengetahuan, ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan lain-lain. Argumen tersebut berbanding terbalik dengan apa yang diasumsikan oleh kelompok disosialisasi yang biasa disebut juga sebagai kelompok antiglobalisasi, mereka beranggapan bahwa globalisasi merupakan sebuah sistem yang akan mengikis nilai-nilai asli bangsa, seperti nilai budaya, nilai nasionalisme, nilai patriotisme, dan lain-lain. Kelompok ini kemudian menutup diri dari segala pengaruh luar termasuk pengaruh Westernisasi. Salah satu bentuk tindakan mereka yaitu memutuskan hubungan diplomatik dengan Negara-Negara luar, terutama Negara liberalis dan kapitalis yang mereka anggap sebagai wajah baru dari neo-kolonialisme (penjajahan bentuk baru) yang mengatasnamakan globalisasi. Mereka menyimpulkan bahwa, globalisasi adalah bentuk neo-kolonialisme negara maju terhadap negaranegara berkembang.

Melebih-lebihkan Bahaya Globalisasi Bahaya globalisasi sebenarnya seperti dibesar-besarkan karena kesalahan agregasi. Berbagai aspek globalisasi Globalisasi memiliki banyak dimensi. Misalnya aspek ekonomi mencakup perdagangan dan investasi asing secara langsung oleh perusahaan multinasional serta arus modal jangka pendek yang telah menyebabkan malapetaka dimana-mana. Pada umumnya, para pengunjuk rasa percaya bahwa lembaga-lembaga keuangan internasional dan perjanjianperjanjian internasional merusakkan metode-metode pengambilan keputusan lokal. Banyak pemerintah dan lembaga-lembaga perdagangan bebas yang dilihat bertindak untuk kebaikan perusahaan-perusahaan transnasional (atau multinasional) (misalnya Microsoft dan Monsanto). Perusahaan-perusahaan ini dianggap mempunyai hak-hak istimewa yang tidak dimiliki oleh kebanyakan manusia: bergerak bebas melintasi perbatasan, menggali sumbersumber alam yang diingini, dan memanfaatkan keanekaragaman sumber-sumber manusia. Mereka dianggap mampu bergerak terus setelah melakukan kerusakan yang permanen terhadap modal alam dan keanekaragaman hayati suatu negara, dalam cara yang tidak mungkin dilakukan oleh warganegara di tempat itu. Para aktivis juga mengklaim bahwa perusahaan-perusahaan itu memaksakan suatu "monokultur global". Karenanya, tujuan bersama dari sebagian gerakan itu adalah mengakhiri status hukum perusahaan-perusahaan itu sebagai subyek hukum dan pembubaran atau pembaruan dramatis atas Bank Dunia, IMF, dan WTO. Para aktivis secara khusus menggugat apa yang mereka lihat sebagai "penyalahgunaan globalisasi" dan institusi-institusi internasional yang dirasa mempromosikan neoliberalisme tanpa rasa hormat terhadap standart adat. Target umum meliputi Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) serta perjanjian "pasar bebas" seperti NAFTA, FTAA, Multilateral Agreement on Investment (MAI) dan GATS. Mengingat kesenjangan ekonomi antara negara-negara kaya dan miskin, penganut gerakan ini mengklaim bahwa "pasar bebas" sesungguhnya akan menyebabkan bertambahnya kekuasaan negara-negara industri (sering diistilahkan sebagai "Utara" sebagai tandingan "Selatan" yang terdiri atas negara-negara berkembang). Para aktivis juga sering menentang aliansi bisnis seperti Forum Ekonomi Dunia (WEF), Trans Atlantic Business Dialogue (TABD) dan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), maupun pemerintah-pemerintah yang mempromosikan persetujuan-persetujuan atau institusi-institusi seperti itu. Yang lainnya berpendapat bahwa, jika perbatasan dibuka bagi modal, perbatasan pun harus dibuka dengan cara yang sama untuk memungkinkan para migran dan pengungsi secara bebas serta berpindah-pindah dan memilih tempat tinggalnya. Para aktivis seperti ini cenderung menjadikan sasaran organisasi-orgasisasi seperti International Organization for Migration dan Schengen Information System.

Terkadang ada juga argumentasi bahwa AS mempunyai keuntungan khusus dalam ekonomi global karena hegemoni dolar. Klaim ini menyatakan bahwa dominasi dolar bukanlah semata-mata konsekuensi dari keunggulan ekonomi AS. Sejarahwan globalisasi mengakui bahwa dominasi dolar juga didapat melalui kesepakatan politis seperti Bretton Woods System dan pedagangan minyak OPEC hanya dalam dolar, setelah AS meninggalkan standar emas dan menggantikannya dengan dollar. A. Globalisasi Informasi dan Komunikasi Informasi dan komunikasi yang didukung tekhnologi canggih semakin efisien dan efektif. Contoh : Telepon, Radio, Televisi, Internet dapat mengatasi jarak jauh menjadi dekat, dapat digunakan berkomunikasi antar warga suatu negara dengan warga negara lain yang saling berjauhan. Barang yang ditawarkan lewat televisi dan koran lebih mudah dikenal konsumen. Industri wisata suatu negara ditawarkan lewat media massa sehingga meningkatkan arus wisatawan, pernyataan seseorang dengan cepat dapat disiarkan lewat radio, TV , koran dan internet. B. Globalisasi Ekonomi Globalisasi ekonomi merupakan pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam sistem ekonomi global baik yang menyangkut pasokan, permintaan transportasi, tenaga kerja, bahan mentah, distribusi serta pemasaran. Globalisasi ekonomi menghendaki persaingan bebas melalui mekanisme pasar sehingga mekainisme pasar itulah yang menentukan apakah produk dari sebuah negara dapat bersaing atau tidak. Pola ekonomi global inilah yang memunculkan neoliberalisme. Pasar dikuasai negara maju dan negara miskin semakin terpinggirkan sehingga menimbulkan kesenjangan ekonomi. Oleh karena itu globalisasi ekonomi jauh dari keadilan sosial, serta jauh dari kesejahteraan rakyat baik secara nasional maupun internasional. C. Globalisasi Hukum Globalisasi adalah mengaburkan batas-batas kenegaraan dibidang hukum sehingga tidak ada lagi negara yang dapat mengklaim bahwa ia menganut sistem hukum nasional secara absolut. Kini telah terjadi saling mempengaruhi antar sistem hukum, termasuk Indonesia. Contoh: Adanya aspirasi masyarakat yang menghendaki adanya perubahan dan keadilan. D. Globalisasi Politik Globalisasi politik menyangkut isu demokratisasi dan hak asasi manusia. Kesadaran warganegara diberbagai belahan dunia untuk berartisipasi dibidang politik semakin meningkat, demikian halnya dengan HAM yaitu kemampuan dan kesadaran untuk menghargai HAM dan menegakkannya semakin tumbuh dimana-mana. E. Globalisasi Ilmu Pengetahuan Masa depan adalah peradaban yang didominasi ilmu pengetahuan. IPTEK menjadi sumber kekuatan untuk mewujudkan kemakmuran. Globalisasi IPTEK memunculkan kesadaran pentingnya pemamfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi untuk mengolah potensi alam untuk kemaslahatan hidup orang banyak. Seperti rekayasa genetika, kloning, perkembangan komputer, dll.

F. Globalisasi Budaya Globalisasi budaya melalui TV, film, musik dll menyebabkan pertemuannya budayabudaya dari berbagai negara yang dapat menyebabkan fusi atau peleburan menjadi budaya baru yang produktif. Globalisasi dapat membantu menegakkan kembali asal usul etnis, membangkitkan tradisi dan landasan-landasan religius. Tetapi globalisasi budaya juga dapat menimbulkan berbagai gaya hidup yang tidak peduli pada nilai moral dan etika. G. Globalisasi Agama Globalisasi dapat menyentuh agama-agama, terutama yang berkaitan dengan norma, nilai, dan makna agama. Disatu sisi dengan kemajuan informasi dan telekomunikasi dapat berakibat positif bagi agama-agama, misalnya, penyiaran nilai-nilai agama dan sebaliknya menyiarkan jauh dari nilai keagamaan serta dapat menimbulkan singkritisme atau mencari alternatif kepercayaan lainnya yang mereka yakini. Anti Globalisasi: Trilogy of content Titik fokus dari nafsu bermusuhan dan kadang-kadang protes terhadap kekerasan, telah menjadi fenomena yang ditakdirkan menjadi kontroversi yang tak ada ujungnya. Ada yang setuju terhadap kebajikan globalisasi, ada yang tidak. Banyaknya protes terhadap hal itu merupakan trilogi ketidakpuasan tentang ide kapitalisme, proses globalisasi, dan perilaku korporasi. Dan ketiga ketidakpuasan tersebut menjadi saling terkait di benak para pemrotes. Musuh globalisasi melihatnya sebagai perpanjangan seluruh dunia kapitalisme, dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Saat abad kedua puluh berakhir, kapitalisme tampaknya telah dikalahkan oleh: fasisme, komunisme, dan sosialisme. Hilangnya model pembangunan alternatif memicu reaksi dari anticapitalists lama dari era pasca perang, terhadap impian mereka yang telah lenyap. Namun globalisasi juga telah jatuh oleh kelompok yang lebih muda dari kritis. Terlalu banyak anak muda melihat kapitalisme sebagai sebuah sistem yang tidak bisa bermakna menangani berbagai pertanyaan tentang keadilan sosial. Banyak dari skeptis muda tampaknya tidak menyadari bahwa perencanaan sosialis di negara-negara seperti India, yang menggantikan pasar large system dengan alokasi kuantitatif, menjadi buruk karena akses yang tidak sama baik. Sosialisme tersebut menghasilkan asas persamaan, sedangkan pasar memungkinkan lebih banyak orang untuk mengakses target mereka masing-masing. Kapitalisme adalah sebuah sistem yang, secara paradoks, bisa menghancurkan hak istimewa dan membuka peluang ekonomi bagi banyak orang, tapi fakta ini hilang di sebagian besar kritikus sistem vokal. Anti Globalisasi Anti kapitalisme telah berubah menjadi anti globalisasi. Lenin menulis secara ekstensif tentang imperialisme dan hubungannya dengan kapitalisme. Pandangan Lenin tentang imperialisme memberikan alasan utama mengapa anti-globalisasi dipandang sebagai anti kapitalisme. Lenin menyatakan bahwa karakteristik khas dari kapitalisme adalah monopoli, oligarki dan eksploitasi tehadap orang-orang yang lemah yang merupakan ciri-ciri dari imperialisme. Imperialisme merupakan upaya menjinakkan kelas-kelas rendah untuk tunduk pada kelas atas. Kapitalisme dan imperialisme tidak jauh berbeda, sama-sama

mengeksploitasi kaum lemah demi memperoleh keuntungan. Begitu juga dengan globalisasi yang tidak jauh berbeda dengan kapitalisme. Dapat kita lihat dengan perkembangan perusahaan-perusahaan multinasional yang menyebar di seluruh negara-negara di dunia. Sebenarnya perusahaan multinasional tersebut tidaklah memberikan keuntungan bagi negara tempat dimana perusahaan tersebut berada. Justru akan mengeksploitasi negara dan pekerja. Mereka akan mengalahkan industri-indistri kecil negara tersebut dan menjadi dominan, sehingga negara akan sangat bergantung padanya. Perusahaan multinasional merupakan perusahaan yang menikmati hasil kapitalisme. Inilah salah satu contoh akibat globalisasi yang tidak disukai para anti-globalisasi. Ada kalanya memang globalisasi merugikan. Perbedaan kekayaan antar negara akan semakin tinggi sebab globalisasi membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Globalisasi hanya menguntungkan para pemilik modal. Dan secara tidak sengaja negara-negara lemah akan sangat bergantung pada negaranegara kuat demi menjaga eksistensi negaranya. Anti-Amerikanisasi Disebut sebagai negara adidaya sepertinya bukan lagi menjadi suatu prestasi. Seperti Amerika yang terkenal dibenci oleh banyak negara karena hegemoninya yang seringkali merugikan negara lain demi kepentingan nya sendiri. Globalisasi saat ini umumnya merupakan gerakan Amerikanisasi dimana Amerika berusaha memasukkan pengaruhnya baik politik dan budaya untuk menguasai dunia.

Anda mungkin juga menyukai