Anda di halaman 1dari 6

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI

Disusun Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia

Disusun oleh :Rizki Arif Prasetya 43118210062

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Progam studi : Manajemen

Dosen Pengampu : Ahmad Badawy Saluy, Dr, MM, CHRA

UNIVERSITAS MERCUBUANA

TAHUN AJARAN 2019/2020

Jl. Kranggan No. 6 Jatisampurna, Bekasi Telp 021-8449635

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

2
Ilmu ekonomi sebagai bentuk dari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia
dalam kesehariannya terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu.
Perekonomian dari berbagai belahan dunia maupun dari negara indonesia sendiri
menunjukan perkembangannya dalam era globalisasi seperti saat ini,tujuannya tidak lain
hanyalah untuk mensejahterakan masyarakat negara itu sendiri. Permasalahan yang di alami
di indonesia dalam era globalisasi tak hanya melibatkan kaum politisi saja,namun masyarakat
indonesia sendiri turut berperan penting dalam kemajuan perekonomian di indonesia. Selain
sumber daya manusia itu sendiri,agama,kebudayaan,sumber daya alam,letak geografis dan
ideologi pun turut serta menjadi pendorong bagi kemajuan dan perkembangan perekonomian
di indonesia.
Dalam perkembangan perekonomian di indonesia,tidak hanya melibatkan satu negara
saja,akan tetapi indonesia masih butuh dan perlunya hubungan perekonomian dengan negara-
negara lainnya,agar terciptanya perekonomian yang stabil dan berjalan dengan semestinya.
B. Tujuan
Tujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia

C. Manfaat
1. Mengetahui apa saja hal yang dihadapi Indonesia dalam era globalisasi saat ini
2. Sebagai bahan diskusi kelas pada perkuliahan Sistem ekonomi Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Indonesia menghadapi Globalisasi

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan


keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui
perdagangan, investasi,perjalanan,budaya populer,dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Dalam banyak hal,globalisasi mempunyai
banyak karkateristik yang sama dengan internasionalisasi, dan istilah ini seiring
dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan
berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

Kata “globalisasi” diambil dari kata global,yang maknanya ialah universal. Globalisasi
belum memiliki definisi yang mapan,kecuali sekedar definisi kerja (working
definitation),sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandang
sebagai suatu proses sosial,atau proses sejarah,atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas
geografis,ekonomi da budaya masyarakat.

Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan
membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri.
Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya
global. Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan
teknologi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak
berguna. Jhon Naisbutt (1988) dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini
memperlihatkan hal yang justru bersifat paradox dari fenomena globalisasi. Naisbitt (1988)
mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradox,yaitu semakin kita menjadi
universal,tindakan kita semakin kesukuan,dan berfikir lokal,bertindak global. Hal ini
dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan kepada hal-hal yang bersifat etnis,yang hanya
dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia
internasional.

Di sisi lain,ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa,sehingga bisa saja orang memiliki oandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini,globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam
bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab,globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian
dunia,bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.

4
Kennedy dan Choen menyimpulkan bahwa transformais ini telah membawa kita pada
globalisme,sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kitan dalam sa sadar bahwa sebenarnya diri kita turut
ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang di tandai dengan
selera dan rasa ketertarikan akan hal sama,perubahan dan keridakpastian,serta kenyataan
yang mungkin terjadi. Selain dengan itu, Petter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai
zaman transformasi sosial. Setiap beberapa ratus tahun dalam sejarah manusia,transformasi
hebat terjadi. Dalam beberapa dekade saja,masyarakat telah berubah kembali baik dalam
pandangan mengenai dunia,nilai-nilai dasar,struktur politik dan sosial,maupun seni. Lima
puluh tahun kemudai muncullah sebuah dunia baru.
Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa
globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia.
Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-larangan
dan keijakan proteksi dari pemerinta suatu negara. Satu sisi,kebijakan ini dapat melindungi
produksi dalam negri,namun di sisi lain,hal ini akan meningkatkan biaya produksi dalam
negri,namun di sisi lain,hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang impor sehingga
sulit menembus pasar ngeara yang di tuju. Para pro-globalisai tidak setujua akan diadakannya
kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat ditekan,akbiatnya
permintaan akan meningkat. Karena permintaan akan meningkat,kemakmuran akan
meningkat dan begitu seharusnya.

Beberapa faktor pro-globalisme juga mengkritik Bank dunia dan IMF,mereka


berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada
suatu negara,bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan, sebagai hasilnya,banyak
pinjaman yang mereka berikan jatuh tangan kepada para diktator yang kemudian
menyelewengkan dan tidak mengunakan dana tersebut sebagai mana mestinya,meninggalkan
rakyatnya dalam lilitan hutang negara,dan sebagai akibatnya tingkat kemakmuran akan
menurun. Karena tingakat kemakmuran menurun,akibatnya masyarakat negara itu terpaksa
mengurangi tingkat konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor,sehingga laju globalisasi
akan terhambat dan menurut mereka mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia.
Anti globalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis
orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian degan global dan lembaga-lembaga
yang mengatur perdagangan natar negara seoerti organisasi perdagangan dunia (WTO).
“Antiglobalisasi” dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial,sementara yang
lainnya menganggap sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang

5
berbeda-beda. Apapun juga maksudnya,para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap
ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini,yang menurut mereka mengikis lingkungan
hidup,hak-hak buruh,kedaulatan nasional,dunia ketiga dan banyak lagi penyebab-penyebab
lainya, namun,orang-orang yang dicap “antiglobalisasi” sering menolak istilah itu,dan
mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global,Gerakan dari
semua gerakan atau sejumlah istilah lainya.

Anda mungkin juga menyukai