Anda di halaman 1dari 21

TUGAS DAN SIMULASI

NEGOSIASI INTERNASIONAL

‘Two Level Games’

dalam Kasus Negosiasi US-Iran Nuclear Deal 2014-2015

OUTLINE KELOMPOK : AMERIKA SERIKAT

Dosen Pengampu : Dian Mutmainah, S.IP, M.A

HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
NAMA ANGGOTA KELOMPOK NEGARA AMERIKA SERIKAT:

1. Yudhatama Prawira (165120400111060)

2. Prihandika Surya Wicaksana (175120400111001)

3. Galuh Fitri Amalia Susilo (175120400111004)

4. Hilga Nursafira (175120400111006)

5. Shabrina Triandini Puteri (175120400111009)

6. Metta Anastashya Aryo (175120400111016)

7. M.Farhan Givary (175120400111024)

8. Anindya Pelangi Larasanti (175120400111027)

9. M. Raka Raychan Arditya (175120400111037)

10. Virly Setyaki Sastrawati (175120401111003)

11. Etha Cahya Safiera (175120401111006)

12. Annisa Amalia (175120401111008)

13. Adi Altahiram Nuryanto (175120401111012)

14. Deibei Saphira (1751204001111016)

15. Najla Nadhifa L. Gustiawan (175120407111001)

16. Diah Pitaloka (175120407111005)

17. Giovanni Wisnu Aji (175120407111011)

18. Hanny Amirah Ariana (175120407111022)

19. Tassya Manuella Sutedja (175120407111031)

20. Ilham Ramadhan (175120407111035)


PEMBAGIAN PERAN :

1. Leader : Barack Obama (Deibei Saphira)

2. Chief Negotiator : Wendy Sherman (Adi Altahiram Nuryanto)

3. Team Negotiator:

a. National Security Advisor : Susan Rice (Hilga Nursafira)

b. Secretary of State : Jake Sullivan (Hanny Amirah Ariana), John Kerry (Galuh Fitri
Amalia Susilo)

c. Deputy Secretary of State : William Burns (Diah Pitaloka)

c. Under Secretary of State for Arm Control and International Security Affair : Rose
Gottemoeler (Shabrina Triandini Puteri)

d. Special Advisor on Non-Proliferation and Arm Control : Robert Einhom (Anindya


Pelangi Larasanti)

4. Stake Holder :

a. White House Coordinator for arms control and wmd : Gary Samore (Prihandika
Surya Wicaksono, M.Farhan Givary, Virly Setyaki Sastrawati)

b. United States Secretary of Energy : Ernest Jeffery (M.Raka Raychan Arditya,


Tassya Manuela Sutedja, Najla Nadhifa L.Gustiawan)

c. United State Secretary of Defense : Chuck Hagel (Yudhatama Prawira, Annisa


Amalia, Ilham Ramadhan)

d. Arm Control Assosiation : Sherian Taheran (Etta Cahya Safiera), Greg Thielman
(Metta Anastashya Aryo)
1. PEMAHAMAN KASUS
Program nuklir Iran dimulai pada tahun 1950-an. Amerika Serikat telah
memperlihatkan kekhawatirannya sejak pertengahan tahun 1970-an bahwa Iran mungkin
mengembangkan senjata nuklir. Pembangunan fasilitas sentrufugasi gas pengayaan uranium
Iran saat ini merupakan sumber utama kekhawatiran proliferasi. Sentrifugal gas dapat
menghasilkan uranium yang diperkaya rendah (LEU), yang dapat menggunakan reaktor daya
nuklir, dan uranium yang diperkaya dengan senjata kelas tinggi (HEU), yang merupakan
salah satu dari dua jenis bahan fisil yang digunakan dalam senjata nuklir. Amerika Serikat
telah menilai bahwa Iran memiliki kapasitas teknologi dan industri untuk menghasilkan
senjata nuklir, tetapi belum menguasai semua teknologi yang diperlukan untuk membangun
senjata semacam itu. Apakah Iran memiliki desain yang layak untuk senjata nuklir tidak jelas.
Estimasi Intelijen Nasional yang dipublikasikan pada 2007 menilai bahwa Iran
"menghentikan program senjata nuklirnya" pada tahun 2003. Namun, estimasi tersebut juga
menilai bahwa Iran "tetap membuka opsi untuk mengembangkan senjata nuklir" dan bahwa
setiap keputusan untuk mengakhiri program senjata nuklir "secara inheren reversibel."

Para pejabat intelijen AS telah menegaskan kembali penilaian ini pada beberapa
kesempatan. Memperoleh bahan fisil secara luas dianggap sebagai tugas paling sulit dalam
membangun senjata nuklir. Pada Januari 2014, Iran telah menghasilkan sejumlah LEU yang
mengandung hingga 5% uranium-235 yang jika diperkaya lebih jauh, secara teoritis dapat
menghasilkan HEU yang cukup untuk sebanyak delapan senjata nuklir. Iran juga
menghasilkan LEU yang mengandung hampir 20% uranium-235; jumlah total LEU ini akan,
jika telah dalam bentuk uranium hexafluoride dan selanjutnya diperkaya, telah cukup
memadai untuk senjata nuklir. Setelah Joint Comprehensive Plan of Action, yang diikuti oleh
Iran dengan Cina, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat (secara kolektif
dikenal sebagai "P5 +1"), mulai berlaku pada Januari 2014, Iran mengubah sebagian besar
wilayahnya. LEU yang mengandung hampir 20% uranium-235 untuk digunakan sebagai
bahan bakar di reaktor riset yang berlokasi di Iran, atau disiapkan untuk tujuan itu. Iran telah
memusnahkan sisa persediaan itu sehingga mengandung tidak lebih dari 5% uranium-235.
Meskipun Iran mengklaim bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, program
tersebut telah menimbulkan kekhawatiran besar bahwa Iran sedang menjalankan program
senjata nuklir. Dewan Keamanan PBB bekoresponden dengan penolakan Iran untuk
menangguhkan pekerjaan pada program pengayaan uraniumnya dengan mengadopsi
beberapa resolusi yang diberi terhadap Iran. Terlepas dari bukti bahwa sanksi dan bentuk
tekanan lainnya telah memperlambat program, Iran terus memperkaya uranium, memasang
sentrifugal tambahan, dan melakukan penelitian pada tipe sentrifugal baru. Teheran juga
bekerja pada reaktor heavy-water, yang merupakan masalah proliferasi karena bahan
bakarnya akan memiliki kandungan plutonium — jenis bahan fisil lainnya yang digunakan
dalam senjata nuklir. Namun, plutonium harus dipisahkan dari bahan bakar bekas - sebuah
prosedur yang disebut "pemrosesan ulang." Iran telah mengatakan bahwa ia tidak akan
terlibat dalam pemrosesan ulang. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memantau
fasilitas nuklir Iran dan telah memverifikasi bahwa fasilitas dan bahan nuklir Iran telah
dinyatakan sebagai fasilitas dan bahan nuklir akan tetapi belum dialihkan untuk keperluan
militer. Badan tersebut juga telah memverifikasi bahwa Iran telah menerapkan berbagai
pembatasan, dan memberikan IAEA informasi tambahan tentang, program pengayaan
uranium dan program reaktor heavy-water sesuai dengan Joint Comprehensive Plan of
Action (JCPOA) pada Juli 2015, yang disimpulkan oleh Iran dengan P5 +1.

Menurut pihak resmi Amerika Serikat, kepatuhan Iran terhadap JCPOA telah
memperpanjang waktu ini menjadi satu tahun,. Perkiraan ini tampaknya berasumsi bahwa
Iran akan menggunakan fasilitas nuklirnya untuk memproduksi bahan fisil untuk senjata.
Namun, Iran mungkin akan menggunakan fasilitas rahasia untuk tujuan ini; Upaya Iran untuk
memproduksi bahan fisil untuk senjata nuklir dengan menggunakan fasilitas nuklirnya yang
diketahui hampir pasti akan terdeteksi oleh IAEA.
2. TIMELINE KASUS DAN PERTEMUAN RESMI
• Pembicaraan pertama diadakan pada 7 Agustus 2014 di Jenewa. Delegasi A.S., yang
dipimpin oleh Wakil Sekretaris Negara, William Burns, termasuk Wakil Menteri Luar
Negeri, Wendy Sherman dan Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional untuk Wakil
Presiden, Joe Biden. Delegasi Iran termasuk Wakil Menteri Luar Negeri, Abbas Araqchi
dan Majid Takht-Ravanchi. Wakil Menteri Abbas Araqchi mengatakan bahwa
pembicaraan bilateral bermanfaat dan fokus pada "perbedaan yang ada" dalam negosiasi.
Wakil Menteri Majid Takht-Ravanchi menjelaskan bahwa Iran tidak akan menerima
program pengayaan yang lemah, sambil mengatakan "kami tidak akan menerima bahwa
program pengayaan uranium kami menjadi sesuatu seperti mainan".

• Putaran kedua dari pembicaraan bilateral antara perwakilan dari Amerika Serikat dan
Iran berlangsung di Jenewa pada 4-5 September 2014. Negosiasi terdiri dari 12 jam
pembicaraan politik yang panjang dan 8 jam pembicaraan pakar yang panjang.

• Putaran ketiga pembicaraan bilateral antara kedua negara berlangsung di New York
pada 18 September 2014. The Associated Press, Amerika Serikat telah mengubah
negosiasi menjadi serangkaian pembicaraan bilateral antara kedua negara yang
"berlomba untuk mencapai kesepakatan". Gary Samore, mantan koordinator Gedung
Putih untuk kontrol senjata dan senjata pemusnah massal, yang berpartisipasi dalam
panel, mengatakan: "Kesepakatan apa pun harus dicapai antara Washington dan Teheran
dan kemudian diratifikasi oleh P5 +1 dan akhirnya Dewan Keamanan PBB".

• Putaran keempat berlangsung pada 14 Oktober 2014, para negosiator Iran yang
dipimpin oleh wakil menteri luar negeri mengadakan pertemuan bilateral dengan pejabat
senior AS, William Burns dan Penjabat Wakil Sekretaris Negara AS, Wendy Sherman di
Wina.

• Putaran kelima berlangsung pada 15-16 Desember 2014, delegasi AS dan Iran
bertemu di Jenewa untuk mempersiapkan pembicaraan multilateral, yang dipimpin oleh
Wendy Sherman dan Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi. Seorang anggota
tim Teheran mengatakan kepada IRNA bahwa pengayaan uranium dan bagaimana cara
menghapus sanksi merupakan hal yang tetap dalam pembicaraan bilateral.
• Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Zarif bertemu dengan Sekretaris Negara, John
Kerry pada 14 Januari 2015 di Jenewa dan pada 16 Januari 2015 di Paris. Menurut
Al-Monitor, negosiator telah bekerja secara intensif untuk menyusun dokumen bersama
yang disebut 'Prinsip Perjanjian'. Dokumen tersebut merupakan elemen dari perjanjian
kerangka kerja antara Iran dan P5 +1, yang akan diselesaikan pada Maret 2015.

• Dua putaran negosiasi bilateral antara Menteri Luar Negeri, Mohammad Zarif dan
Sekretaris Negara, John Kerry terjadi pada 6 dan 8 Februari 2015 di sela-sela
Konferensi Keamanan Munich. Selama konferensi, Mohammad Zarif mengatakan dalam
sebuah wawancara bahwa IAEA memeriksa Iran selama 10 tahun atau lebih dan tidak
menemukan bukti bahwa program Iran tidak damai. Dia juga mengklaim bahwa JPA
tidak menyiratkan penghapusan langkah-demi-langkah dari sanksi dan penghapusan
sanksi "suatu kondisi untuk perjanjian". Zarif menyatakan: "Saya tidak berpikir jika kita
tidak memiliki perjanjian, itu akan menjadi akhir dunia. Maksud saya, kami mencoba,
kami gagal, baik-baik saja." Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano, yang juga
mengambil bagian dalam konferensi tersebut, menunjukkan bahwa Iran harus
memberikan klarifikasi segera mengenai aspek-aspek utama dari program nuklirnya. Dia
mengatakan: "Klarifikasi masalah dengan kemungkinan dimensi militer dan
implementasi protokol tambahan dan seterusnya adalah penting."

• Sekretaris Negara AS, John Kerry dan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad
Zarif mengadakan tiga pertemuan bilateral di Jenewa pada 22 dan 23 Februari
2015. Associated Press melaporkan kemajuan dalam kesepakatan yang akan
membekukan kegiatan nuklir Iran selama setidaknya 10 tahun dan "meringankan
pembatasan pada program yang bisa digunakan untuk membuat senjata nuklir". Setelah
pembicaraan, Mohammad Zarif berbicara tentang "pemahaman yang lebih baik" antara
pihak-pihak dan John Kerry mengatakan: "Kami membuat kemajuan." Kolumnis Charles
Krauthammer berkomentar tentang "klausa matahari terbenam" yang bocor bahwa
sebuah perjanjian, yang berisi ini dan konsesi lain untuk Iran, akan berarti "akhir dari
non-proliferasi."
• Dari 2-4 Maret 2015, Iran dan menteri luar negeri AS dengan tim mereka
melanjutkan pembicaraan nuklir bilateral di kota Montreux di Swiss. Menteri luar
negeri Iran telah menolak permintaan Presiden Barack Obama yang "tidak dapat
diterima" untuk membekukan kegiatan nuklir yang sensitif selama setidaknya 10 tahun.
Beliau mengatakan bahwa "Iran tidak akan menerima tuntutan yang berlebihan dan tidak
masuk akal." Setelah pembicaraan, Sekretaris Negara AS John Kerry terbang ke Riyadh,
di mana ia akan bertemu Raja Salman Arab Saudi dan menteri luar negeri anggota
Dewan Kerjasama Teluk secara terpisah.

• Pada 16 Maret 2015, pertemuan bilateral lain antara Menteri Luar Negeri Iran
Zarif dan Menteri Luar Negeri AS Kerry berlangsung di Lausanne. Di antara
masalah yang dibahas pada pertemuan itu adalah surat terbuka Tom Cotten kepada para
pemimpin Iran, yang ditandatangani oleh 47 senator Republik AS. Setelah perundingan,
seorang pejabat senior AS mengatakan kepada wartawan bahwa, tidak jelas apakah batas
waktu akhir pada Bulan Maret untuk suatu kerangka kerja perjanjian dapat dipenuhi. Los
Angeles Times melaporkan bahwa juga tidak jelas apakah kerangka kerja itu, akan
dicapai pada bulan Maret, yang berupa dokumen terperinci atau tidak jelas. Kedua belah
pihak terpecah pada beberapa masalah krusial dan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah
Khamenei mengatakan bahwa, “dia tidak menginginkan perjanjian tertulis sampai semua
rincian diselesaikan”.
3. INTEREST
• AS ingin memastikan keamanan dunia dengan menekan kepemilikan Uranium di Iran
dan membatasi pengembangan Uranium tersebut hanya untuk keperluan penelitian.
• AS ingin menegakkan isi Nuclear Non-Proliferation Treaty, dengan mencegah adanya
negara baru yang kemungkinan mengembangkan Weapon of Mass Destruction berbasis
nuklir.
4. AGENDA
1. Agenda I : Uranium Stockpile
Uranium merupakan bahan kimia utama dalam pembuatan Weapon Of Mass
Destruction (WMD) berbasis nuklir, maka dari itu jumlah dari pengembangan dan
kepemilikan uranium Iran harus dibatasi. Iran harus mengurangi 97% dari jumlah
nuklir yang mereka kembangkan yaitu dari 10.000 kg menjadi 300 kg. Jumlah ini
dirasionalkan karena angka tersebut akan kurang untuk membangun 1 misil bertenaga
nuklir.
2. Agenda II : Uranium Enrichment
Uranium di berbagai tempat memiliki kadar level kesuburan yang berbeda-beda,
uranium yang dapat digunakan sebagai senjata adalah uranium yang memiliki kadar
level kesuburan sebesar 90%, maka dari itu untuk mengeliminasi adanya
kemungkinan Iran menggunakan uranium sebagai senjata, maka Iran hanya dapat
memproduksi uranium namun dalam kadar level yang rendah yaitu 3.67%,
kesepakatan pembatasan level kesubutan uranium ini akan berlaku selama 15 tahun.
3. Agenda III : Centrifuge Reduction
Centrifuge adalah alat atau mesin yang digunakan untuk menaikkan kadar level
kesuburan uranium, pembatasan alat ini akan sejalan dengan agenda sebelumnya yaitu
untuk membatasi iran dalam mengembangkan WMD berbasis nuklir, dalam hal ini
Iran harus mengurangi 2/3 dari total Centrifuge yang mereka punya yaitu dari 19.000
menjadi 5.000 dengan tambahan 1.000 Centrifuge untuk keperluan pengembangan
research dan teknologi.
4. Agenda IV : Pengawasan (Inspection)
Karena panjang perjanjian tiap agenda berlangsung cukup lama yaitu sekitar 10-15
tahun sedangakan untuk membangun senjata nuklir secara penuh hanya dibutuhkan
waktu selama 12 bulan, untuk memastikan bahwa Iran tidak akan melakukan tindak
kecurangan maka akan dilakukan pengawasan secara berkala terhadap iran.
Pengawasan akan berjalannya dibawah Amerika Serikat dan PBB (P5+1) dimana
mereka berhak untuk melakukan monitorisasi terhadap perkembangan nuklir di iran
baik yang digunakan sebagai tujuan sains (research development) maupun militer.
Iran diberikan hak untuk melakukan ‘challenge of request access’ dan dapat
mengundur inspektasi selama 24 hari, inspektor diharapkan menyediakan ‘basis of
concern’ apabila ada kegiatan nuklir yang belum diberitakan sebelumnya.
5. Agenda V : Sancion Relief
Sebelumnya Amerika Serikat dan Barat memberikan embargo ekonomi ke Iran dan
merugikan hampir 82.000.000 masyarakat Iran karena kurangnya perdagangan (trade)
dan investment. Apabila Iran bersifat kooperatif dalam menjalankan perjanjian ini
maka Amerika Serikat dan aliansinya seperti Uni Eropa akan mengangkat sanksi Iran
dalam bidang ekonomi, finansial, dan energi.

5. TARGET
• Mengurangi kemampuan Iran dalam memproduksi dan mengembangkan Weapon of
Mass Destruction (WMD) dan senjata Nuklir.
• Memastikan bahwa Iran tidak mengakumulasi Uranium yang berlevel kuat terlalu
banyak
• Nuclear Proliferation
• Membendung perkembangan ISIS di Timur Tengah (menciptakan rasa keamanan).
6. KONSESI

Iran dalam upaya pembangunan program nuklir buatannya mendapatkan


tentangan dari berbagai pihak. Khususnya dari pihak barat yang tidak menyetujui adanya
program pengembangan nuklir di Negara Iran. Meskipun bersikeras dengan posisinya,
dimana Iran beranggapan dengan adanya program ini semata-mata hanyalah untuk
kemaslahatan, kedaulatan, dan sebagai bentuk penjagaan perdamaian yang ada di
negaranya, nyatanya hal ini tetap mendapatkan tentangan dari berbagai negara didunia.
Berbagai desakan pun diberlakukan kepada Iran untuk memberhintakn aktifitas nuklir
tersebut.

Negara-Negara Barat dalam melakukan desakan terhadap Iran untuk mengurangi


aktfitas pengembangan nuklirnya memberlakukan beberapa sanksi ekonomi dan militer
kepada Iran. Seperti Amerika Serikat yang mendesak dengan membekukan aset milik
tujuh perusahaan dan lima warga Iran serta disektor petrokimia, minyak dan gas Iran akan
mendapatkan sanksi. Selain itu, AS juga melarang warganya untuk melakukan bisnis
dengan mereka yang asetnya dibekukan tersebut. Pihak berwenang AS berdalih
perusahaan dan warga Iran tersebut telah menyediakan “peralatan, teknologi dan jasa“
bagi rezim Iran dan program nuklirnya. Inggris juga melakukan upaya pendesakan
pengentian aktifitas nuklir terhadap Iran dengan memutuskan hubungan dengan
perbankan Iran. Sementara Kanada melarang ekspor produk petrokimia, minyak dan
industri gas dari Iran. Lalu dari segi militer dari pihak Rusia sendiri akan mencabut sanksi
yang diberikan oleh PBB kepada Iran pada tahun 2010, yaitu pembatalan pengiriman S-
300 untuk Iran. Namun dari Presiden Rusia sendiri akan mengizinkan pengiriman tersebut
apabila Iran menyetujui kesepakatan sementara dengan kekuatan dunia untuk
menghentikan kegiatan nuklirnya.

Namun, Jika Iran memilih untuk menghentikan program aktifitas nuklirnya. enam
negara kekuatan utama dunia yang tergabung dalam P5+1 memberi sinyal akan saling
menawarkan konsesi terhadap Iran. Bentuk konsesi yang diberikan negara-negara ini
adalah peringanan sanksi ekonomi dan militer terhadap Iran yang telah diberikan
sebelumnya. Iran akan diizinkan kembali melakukan perdagangan emas dan logam mulia
serta sebagian aktivitas perbankan internasional.
7. RESERVATION POINT DAN ZONE OF POSSIBLE AGREEMENT (ZOPA)
Agenda 1 : Iran harus mengurangi pasokan nuklirnya Iran dapat mengurangi jumlah
nuklirnya sebesar minimal 60% atau dari 10.000 kg menjadi 4000 kg dengan
rasionalisasi sebagai cadangan dan diharuskan menerima adanya inspeksi berkala oleh
badan IAEA.
Agenda 2 : Iran dapat memproduksi uranium dengan diambang kadar level 5%-10%
karena batas normal penggunaan nuklir untuk senjata nuklir adalah 20% dan minimal
90% untuk menjadi WMD (weapon grade)
Agenda 3 : Iran setidaknya mengurangi total centrifuge mereka dari 19.000 ke minimal
5000 dan maksimal 9.000 dengan tambahan minimal 500 dan maksimal 1000 centrifuge
untuk pengembangan research dan teknologi.
Agenda 4 : Iran dapat mengundur inspeksi maksimal selama 60 hari
Agenda 5 : apabila Iran mau berkooperasi secara baik maka AS akan mengangkat
embargo ekonomi terhadap Iran.

8. OPSI DAN ALTERNATIF


• Apabila negosiasi bilateral gagal, maka dapat dilanjutkan dengan negosiasi
multilateral bersama anggota P5 plus 1 (Amerika Serikat, Inggris, Rusia, China,
Prancis dan Jerman) di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
• Apabila insentif AS ditolak oleh Iran ataupun Iran tidak bersifat kooperatif maka AS
akan akan ada intervensi dengan jalur yang lebih tegas (bombing campaign).
• AS akan memberikan kesempatan bagi Iran untuk mengembangkan ekonominya
dengan menaikkan investasi perusahaan AS di Iran, atau sebaliknya AS dapat menarik
mundur semua investasi dan kegiatan ekonomi perusahaan AS di Iran.
• Apabila Iran mau bersikap kooperatif maka AS akan meminta negara-negara aliansi
AS utamanya Inggris, untuk tidak melanjutkan sanksi ekonomi terhadap produksi dan
harga minyak Iran.
• Opsi terburuk dari negosiasi ini adalah AS keluar dari negosiasi
9. SANKSI
1. Pembatasan perdagangan dalam bidang minyak kepada Iran
2. Pemberian sanksi embargo harga minya kepada iran yang kurang dari $40 per barel
3. Pemberian sanksi pada sektor Energi Iran
4. Pengoprasian Shiping oleh Iran atau afiliasi Iran di batasi
5. Akan melakukan invansi terhadap negara iran seperti halnya negara Iraq untuk
melucuti persediaan dan centrifudge yang dimiliki Iran
6. Mengembargo perekonomian Iran
7. Berbagai organisasi dan institusi akan melakukan black list kepada Iran

10. EVALUASI
UNITED STATE OF AMERICA’S STAKEHOLDER

US SECRETARY OF ENERGY (TASSYA M., NAJLA N., M. RAKA R.)

Round 1 → comply

Round 2 → non comply → karena menurut us secretary of energy jumlah nuklir 8%


terlalu banyak jika digunakan untuk riset. Jumlah nuklir 3% saja sudah cukup banyak
jika hanya digunakan untuk riset dan keperluan sipil.

Round 3 → non comply → karena menurut us secretary of energy, pemberian dana


untuk pembuatan “eco-green” sangatlah mahal, sehingga bukan menjadi tanggung jawab
dari amerika serikat untuk memikirkan permasalahan lingkungan yang dimiliki oleh iran
di daerah sekitar pengembangan tenaga nuklir.

Round 4 → comply

Round 5 → non comply → karena menurut us secretary of energy, iran tidak


memberikan kompromi yang cukup jelas. Permasalahan yang dibahas adalah mengenai
pengurangan pengrmbangan tenaga nuklir di iran, tetapi iran lebih berfokus pada bidang
perminyakan.

White House Coordinator Arm Control and Weapons of Mass Destruction


(Prihandika Surya Wicaksana, Muhammad Farhan Givary, Virly Setyaki
Sastrawati)

Round 1: C
Kesepakatan :

Penggunaan nuklir sebanyak 4000kg dengan adanya 3 syarat:

1. Inspeksi berkala yang dilakukan oleh IAEA


2. Memberikan laporan dengan koperatif kepada IAEA
3. Amerika Serikat diperbolehkan untuk menginspeksi secara langsung dan
eksklusif

Alasan: stakeholder white house coordinator arm control and weapons of mass
destruction setuju dengan kesepakatan ini karena kami menuntut Iran untuk melakukan
transparansi terkait dengan kapasitas nuklir yang dimiliki dan kegunaannya. Kami juga
menuntut Iran untuk melakukan pelaporan secara rutin kepada IAEA. 4000kg
merupakan kapasitas maksimal yang diberikan kepada Iran sehingga Iran tidak boleh
menambah kapasitas nuklir yang dimiliki.

Round 2: NC

Kesepakatan:

maksimal 8% penggunaan nuklir dengan adanya syarat, yaitu:

1. Mengubah pusat pengayaan menjadi pusat penelitian teknologi dan fisika


2. Mendesain ulang reaktor nuklir yang terletak di Arak agar tidak menghasilkan
senjata tingkat plutonium

Alasan: kami tidak menyetujui kesepakatan ini karena dengan mengubah pusat
pengayaan menjadi pusat penelitian teknologi dan fisika dapat memberikan peluang bagi
Iran untuk mengembangkan nuklirnya dan bisa jadi menjadi senjata yang berkekuatan
pemusnah massal. Dan untuk mendesain ulang reaktor kami tidak setuju karena dengan
8% penggunaan nuklir masih bisa dan cukup untuk digunakan sebagai tenaga yang dapat
menambah kekuatan reaktor nuklir yang ada di Iran. Mendesain ulang juga tidak
menjamin reaktor nuklir tersebut tidak menjamin senjata tingkat plutonium, mengingat
kapasitas 8% nuklir yang boleh digunakan.

Round 3: NC

Kesepakatan:
Penggunaan 4.500 mesin sentrifugal dengan alokasi 2.500 unit untuk sipil dan teknologi,
serta 2000 unit untuk riset. Dengan 2 syarat, yaitu:

1. Membantu pembangunan “eco-green” di Iran


2. Membuka kembali peluang investasi minyak di Iran

Alasan: kami tidak menyetujui kesepakatan ini karena manurut kami selain biaya yang
dibutuhkan untuk pembangunan eco-green tidak sedikit, kami juga melihat adanya
potensi bagi Iran untuk terus mengembangkan teknologi nuklirnya. Pengembangan
teknologi nuklirnya bisa jadi menjadi dikembangkan dengan adanya perkembangan
ekonomi yang didapat dari investasi minyak di Iran, sehingga dengan begitu dapat
memberikan Iran peluang untuk mengembangkan teknologi nuklir yang dimiliki.

Round 4: C

Kesepakatan:

Pengunduran inspeksi selama 15 hari dengan syarat pembukaan akses investasi “oil
company”

Alasan: white house coordinator for arm control and WMD setuju pada hasil
kesepakatan yang dihasilkan pada round ke-4 dengan batas pengunduran waktu inspeksi
menjadi 14 hari supaya dapat segera melakukan investigasi guna memperoleh data yang
lebih menyeluruh mengenai tujuan pengembangan teknologi nuklir di Iran

Round 5: NC

Kesepakatan:

Amerika Serikat hanya dapat mengangkat embargo ekonomi khususnya dalam bidang
minyak dan membuka investasi dalam bidang perminyakan

Alasan: Iran yang menolak bersikap kooperatif terhadap AS hanya memperoleh


keringanan berupa pencabutan embargo ekonomi, yang secara tidak langsung menjadi
keuntungan bagi pihak AS karena bisa mengembangkan investasi dalam pengelolaan
sumberdaya minyak bumi Iran.

Secretary of Defense (Yudhatama Prawira, Annisa Amalia, Ilham Ramadhan)

Agenda 1 (Comply)
Pada agenda pertama ini disepakati 4000kg nuklir dengan 3 syarat. Salah satu syaratnya,
yaitu inspeksi secara langsung oleh Amerika Serikat dan adanya hak eksekutif, menurut
secretary of defense cukup menguntungkan karena pihak AS dapat mengetahui untuk
apa sebenernya penggunaan nuklir tersebut. Selain itu dengan adanya inspeksi secara
dakakan terhadap Iran, maka AS dapat dapat lebih mempersiapkan pertahanannya dalam
menghadapi Iran.

Agenda 2 (Non Comply)

Menurut Secretary of Defense, permintaan penggunaan nuklir sebesar 8% itu terlalu


besar dan menimbulkan tanda tanya, untuk apa sisa 5% nuklir itu digunakan apabila 3%
saja sudah cukup untuk melakukan kegiatan riset ataupun sipil. Hal tersebut dapat
menimbulkan perasaan insecurity bagi negara-negara lain, terutama Amerika Serikat,
sehingga 3% dianggap angka yang cukup.

Agenda 3 (Non Comply)

Menurut Secretary of Defense, negosiasi yang telah dilakukan oleh pihak amerika serikat
dan Iran mengenai penggunaan centrifuge sebesar 4500 yang direncanakan oleh iran
sebanyak 2000 untuk riset dan 2500 untuk teknologi masih begitu membahayakan,
karena meskipun unit nya kurang dari 10000 ribu itu dapat menimbulkan ancaman bagi
negara lainnya. Sehingga tetap unit centrifuge harus dikurangi.

Agenda 4 (Comply)

Pada agenda ke empat ini amerika serikat akan membuka kembali investasi oil di Iran,
dan iran bersedia untuk di lakukan inspeksi oleh pihak IAEA selama 15 hari di tambah
pihak PBB mengenai nuklir ini, menurut secretary of defense hal ini memberikan waktu
yang cukup lama untuk pihak terkait yang gunanya mencari informasi sebanyak
mungkin mengenai nuklir di Iran.

Agenda 5 (Non Comply)

Menurut Secretary of Defense, pengangkatan embargo mengenai investasi minyak tetap


saja tidak akan mempengaruhi keadaan domestik iran, karena sebenarnya Amerika
Serikat menginginkan untuk menghilangkan semua peralatan nuklir yang ada di Iran,
namum Iran tetap kukuh menolak sehingga itu membuat amerika serikat tidak patuh
terhadap perjanjian yang telah di tawarkan kemarin.
Arms Control Assosiation (Metta Anastashya Aryo, Etha Cahya Safiera)

Ronde 1 : Comply

Ronde 2 : Non Comply. Reason : Angka 8% untuk penggunaan nuklir dinilai cukup
tinggi. Pengurangan persentase menjadi 3% dirasa cukup untuk dimiliki iran
karena dengan jumlah persentase tersebut Iran dinilai tidak dapat membangun
1 misil bertenaga nuklir.

Ronde 3 : Non Comply. Reason : Pengurangan mesin sentrifugal yang dilakukan Iran
tidak sebanding dengan pengeluaran yang akan dikeluarkan AS untuk
memenuhi syarat yang telah diajukan yaitu membantu pembangunan “eco-
green”di Iran dan membuka peluang investasi minyak AS di Iran. Kecurangan
Iran untuk tidak menyembunyikan mesin sentrifugal tidak dapat dipastikan.

Ronde 4 : Comply

Ronde 5 : Non Comply. Reason : dikarenakan Iran yang tidak sepakat dengan jumlah
nuklir yang ditetapkan oleh Amerika Serikat maka Amerika Serikat tidak
menerima keuntungan jika harus menerima tawaran Iran untuk membuka
embargo ekonomi.

[ADDITIONAL]

LEADER (Deibei Saphira)

Pada saat Simulasi Negosiasi Internasional, Tim Amerika Serikat masih memiliki
beberapa kekurangan. Yaitu belum jelasnya implementasi struktur dari pembagian peran
dalam kasus negosiasi US-Iran Nuclear Agreement. Tim negosiator, ketika dihadapkan
dengan pengesahan kebijakan yang akan diambil dilevel domestik hanya memanfaatkan
beberapa stakeholder yang notabenenya tidak memiliki agenda kepentingan dalam
beberapa ronde. Leader, tidak mampu memainkan strukturnya dalam simulasi negosiasi
kali ini. Dalam pengimplementasiannya seharusnya tim negosiator yang membawa
pulang proposal dari meja negosiasi internasional berkordinasi dengan leader untuk
mendapatkan persetujuan apakah dalam suatu ronde mengambil keputusan untuk comply
atau noncomply.

Ronde 1 (Agenda Uranium Stockpile)


Dalam ronde 1 ini, lewat tim negosiator yang notabenenya adalah representatif dari
Amerika Serikat, Amerika Serikat memilih Comply. Selaku Leader, keputusan ini
sangatlah rasional. Hal ini dikarenakan pengurangan Uranium dengan angka yang telah
ditentukan di meja negosiasi oleh Amerika Serikat telah melalui pertimbangan
stakeholder dalam negeri yang expert dalam bidang ini. Sehingga, langkah untuk
melakukan pengurangan angka Uranium Iran adalah hal yang tepat.

Ronde 2 (Agenda Uranium Enrichment)

Atas dasar pertimbangan dari berbagai pihak di level domestik, Amerika Serikat
memutuskan untuk Non Comply. hal ini dikarenakan Iran, selaku pihak yang diajak
bernegosiasi mengajukan angka yang lebih tinggi terkait batas angka pengayaan
Uranium yang dilegalkan. Pihak Amerika Serikat memiliki tanggung jawab untuk
menjaga keamanan didunia, Maka dari itu lewat kaamata leader pengambilan keputusan
unutk Non Comply terhadap tawaran Iran adalah hal yang tepat guna membendung
‘hasrat’ Iran untuk mengembangan Nuklir

Ronde 3 ( Centrifuge Reduction)

Pada Ronde 3 dengan agenda Centrifuge Reduction. Amerika Serikat memilih untuk
Non Comply. Syarat yang diberikan Iran kepada pihak Amerika Serikat tidak dapat
dipenuhi oleh pihak Amerika Serikat. Leader harus memastikan bahwa kepentingan
Amerika Serikat untuk mengurangi alat sentrifugal milik iran dapat terwujud namun,
tidak dengan ‘mengorbankan’ diri. Syarat yang diinginkan oleh Iran, akan menguras
dana dari Amerika Serikat apabila Syarat itu disetujui. Sistem eco-green yang diminta
oleh Iran bukanlah tanggung jawab utama dari Amerika Serikat. Maka dengan memilih
Non Comply terhadap tawaran dari pihak Iran adalah hal yang tepat bagi Amerika
Serikat.

Ronde 4 (Inspection)

Amerika Serikat memilih Comply dalam ronde ini. Dengan harapan tawaran yang
diberikan oleh Iran dapat dimanfaatkan sebaikmungkin oleh tim inspeksi Amerika
Serikat dalam menilik kecurangan yang akan maupun telah dilakukan oleh Iran dalam
misi pengembangan nuklirnya.

Ronde 5 (Sancion Relief)


Iran meminta kepada pihak Amerika Serikat untuk mencabut beberapa sanksi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Namun, dalam ronde kali ini Amerika Serikat memilih
Non Comply hal ini dikarenakan pihak domestik Amerika Serikat hanya mampu
‘meringankan’ sanksi ekonomi yang telah diberikan kepada Iran.

TEAM NEGOTIATIOR (Adi Altahiram Nuryanto, Hanny Amirah, Galuh Fitri A.


S., Hilga N Safira, Shabrina Triandiani P., Diah Pitaloka, Anindya Pelangi)

Agenda setting 1: Uranium Stockpile

Negosiasi dimulai dengan pertanyaan yang normatif, seharusnya untuk menghindari


miskonsepsi dari masing-masing negara dan menghindari durasi yang lama, tiap negara
melakukan penawaran disertai alasan yang rasional. Negosiasi sudah berjalan sesuai
dengan ZOPA negara US, namun US belum mendapatkan transparansi dari pihak Iran
terkait cadangan uranium yang dimiliki. Hasil dari agenda setting 1 US adalah cooperate
(C) karena US merasa dengan membatasi cadangan uranium Iran menjadi 4000 kg
dengan 3 syarat:

1. Inspeksi berkala yang akan dilakukan oleh IAEA

2. Memberikan laporan dengan kooperatif kepada IAEA

3. US diperbolehkan menginspeksi secara langsung dan eksklusif

adalah kesepakatan yang rasional, dengan begitu US dapat memantau langsung


cadangan uranium di Iran.

Agenda Setting 2: Uranium Enrichment

Tawar menawar di round 2 ini lebih terstruktur, namun ada miskonsepsi dari kedua
negara dalam pembahasan mengenai "persentase" uranium. Kedua negara menganggap
persentase yang dimaksud adalah alokasi penggunaan uranium untuk sipil dan
pengembangan teknologi, namun yang arti seharusnya adalah persentasi uranium yang
akan di ekstraksi menjadi teknologi nuklir. US memutuskan untuk non cooperate (NC)
terhadap angka 8% dengan syarat:

1. Mengubah pusat pengayaan menjadi pusat penelitian teknologi dan fisika


2. Mendesain ulang reaktor nuklir yang terletak di arak agar tidak menghasilkan senjata
tingkat plutonium

Karena dianggap angka 8% masih terlalu tinggi meskipun masih masuk kedalam ZOPA
US.

Agenda Setting 3: Centrifuge Reduction

Pengurangan mesin sentrifugal menjadi 4500, dengan alokasi 2500 untuk sipil dan
teknologi, dan 2000 untuk riset dengan syarat:

1. Membantu pembangunan eco green di Iran

2. Membuka kembali peluang investasi minyak di Iran

US memilih untuk non cooperate (NC) dikarekan pembangunan eco green itu mahal, dan
bukan merupakan tanggung jawab US. Seharusnya Iran memiliki teknologi mitigasi
bencana jika mereka mengembangkat teknologi nuklir.

Agenda Setting 4: Inspection

Di round 4 ini Iran meminta untuk mengundur inspeksi selama 10 hari, namun US
memberikan penawaran pengunduran selama 15 hari dengan menerima syarat
investment oil company di Iran. US memilih cooperate (C) dikarenakan waktu 15 hari
cukup untuk mengundur waktu inspeksi.

Agenda Setting 5: Sanction Relief

US melakukan penawaran untuk mengangkat sanksi embargo ekonomi terhadap Iran


dengan syarat untuk mendemokratisasi Iran dalam masalah nuklir ini. Namun Iran
menolak dengan alasan US terlalu mencampuri urusan internal. Kemudian US
menyepakati untuk mengangkat embargo ekonomi khusunya dalam bidang minyak dan
membuka investasi oil company. US memilih non-cooperate (NC) karena US merasa
tidak mendapat kontribusi konkret dari Iran.

KRITIK DAN SARAN

Kritik: Proses negosiasi berjalan dengan lambat karena mahasiswa belum tahu apa yang
akan dilakukannya. Seharusnya diberikan sedikit informasi mengenai tata cara jalannya
sebuah negosiasi. Selain itu pada sesi negosiasi domestik seharusnya diberikan waktu
yang agak panjang karena stakeholder pada simulasi negosiasi ini menjadi sedikit
perannya akibat keterbatasan waktu sehingga stakeholder yang seharusnya memberikan
masukan di masing-masing agenda mengenai interest menjadi tidak ada. Selain itu pada
simulasi kali ini leader harusnya memiliki peran yang sangat penting yaitu memilih
keputusan akhir. Tetapi di lapangan leader menyerahkan keputusan akhir pada forum
stakeholder padahal fungsi stakeholder hanyalah pemberi masukan sesuai dengan
bidangnya.

Saran: Pemberian waktu yang cukup pada sesi negosiasi sangat diperlukan untuk
mencapai simulasi yang lebih baik dari simulasi sebelumnya. Selain itu pada sesi
negosiasi domestik diharapkan untuk dimonitori oleh dosen karena jika tidak maka akan
ada forum didalam forum yang mungkin tidak berkaitan langsung dengan bahasan
simulasi negosiasi serta agar para stakeholder melakukan tugasnya dalam memberikan
masukan kepada leader dari masing-masing negara.

Anda mungkin juga menyukai