Anda di halaman 1dari 44

Diktat Perkembangan Ilmu dan Isu Kebumian

Muhamad Raihan Rapelino


270110190119

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Ir. Edy Sunardi, M.Sc.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
2020
Kata Pengantar

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Diktat Perkembangan Ilmu dan Isu
Kebumian.

Saya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Edy Sunardi, M.Sc. yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan saya dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Adapun tujuan dari penulisan diktat ini ditujukan untuk memenuhi tugas bidang studi
Perkembangan Ilmu dan Isu Kebumian. diktat ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
saya sendiri serta para pembaca.

Selain itu, tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang
telah memberikan kontribusi dalam menyelesaikan diktat ini. Berkat dorongan dan bantuan
tersebut, saya dapat menyelesaikan diktat ini secara optimal dan lancar.

Saya berharap diktat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Saya menyadari bahwasannya
diktat ini jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya saya ucapkan permintaan maaf bila ada
kesalahan atau kekeliruan dalam diktat ini. Kritik dan saran yang membangun akan sangat
bermanfaat sekali demi kesempurnaan diktat ini

Cilegon, 18 April 2020

Muhamad Raihan Rapelino


BAB 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Geologi berasal dari Yunani geo yang berarti bumi dan logos yang berarti ilmu (sains)
dapat diartikan geologi merupakan ilmu yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur,
sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Orang yang
mempelajari geologi disebut geologist.

Dalam disiplin ilmu geologi terdapat perkembangan dan isu-isu di dalamnya. Perkebangan
ilmu dan isu-isu tersebut erat kaitannya dengan kemajuan peradaban dan teknologi.
Peradaban dan teknologi yang semakin maju membuat manusia tidak berhenti pada
inovasi-inovasi begitu pula dalam bidang geologi. Para geologist telah banyak
menciptakan berbagai inovasi di bidang ini.

Seperti yang kita ketahui di era saat ini geologist tidak hanya sebatas di bidang eksplorasi
energi saja tetapi sudah mulai merambah ke dunia politik dan pemerintahan khususnya di
sector perencanaan wilayah dan bidang kebencanaan. Tidak hanya itu saja perkembangan
keilmuan geologi pada era ini mempengaruhi bagaimana manusia hidup. Perkebangan dan
isu isu kebumian ini haruslah kita pelajari supaya dapat sejalan dengan perkebangan dan
kemajuan teknologi dimasa yang akan datang.

Beberapa contoh Perkembangan ilmu dan Isu kebumian adalah Climate Change,
Perkembangan Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi, Pemanfaatan Energi Uranium,
Geothermal Energy, The New Rush on Minerals Raw Materials, Material Will We Build
Tomorrow, The Water Resource, Geological Risks, Pemanfaatan dan Pengembangan
Ruang Bawah Tanah. Perkembangan dan isu kebumian tersebutlah yang akan menjadi
pembahasan dalam diktat ini.
B. RUMUS MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Climate Change


2. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi
3. Apa yang dimaksud dengan Clean Coal
4. Apa yang dimaksud dengan Pemanfaatan Energi Uranium
5. Apa yang dimaksud dengan Geothermal Energy
6. Apa yang dimaksud dengan The New Rush on Minerals Raw Materials
7. Apa yang dimaksud dengan Material Will We Build Tomorrow
8. Apa yang dimaksud dengan The Water Resource
9. Apa yang dimaksud dengan Geological Risk
10. Apa yang dimaksud dengan Pemanfaatan dan Pengembangan Ruang Bawah Tanah

C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat ditentukan tujuan sebagai berikut:
1. Mempelajari tentang Climate Change
2. Mempelajari tentang Perkembangan Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi
3. Mempelajari tentang Clean Coal
4. Mempelajari tentang Pemanfaatan Energi Uranium
5. Mempelajari tentang Geothermal Energy
6. Mempelajari tentang The New Rush on Minerals Raw Materials
7. Mempelajari tentang Material Will We Build Tomorrow
8. Mempelajari tentang The Water Resource
9. Mempelajari tentang Geological Risk
10. Mempelajari tentang Pemanfaatan dan Pengembangan Ruang Bawah Tanah
BAB 2
Pembahasan

1. Climate Change

Perubahan Iklim
Perubahan iklim terjadi saat perubahan sistem iklim bumi yang mengakibatkan berubahnya
pola cuaca yang baru dan menetap untuk durasi yang berkepanjangan. Durasi waktu ini bisa
dari beberapa dekade hingga jutaan tahun. Para ilmuwan telah mengidentifikasi banyak
peristiwa perubahan iklim ini saat sejarah geologi; baru-baru ini sejak revolusi industri iklim
ini terpengaruhi oleh aktivitas manusia yg merujuk ke pemanasan global.

a. Penyebab Perubahan Iklim


 Efek Rumah kaca
Disebabkan oleh gas rumah kaca karena alam ataupun aktivitas manusia, namun lebih
dominan karena aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Contoh :
o Pembakaran bahan bakar fosil
o Deforestasi
o Limbah gas industri
o Penggunaan CFC untuk lemari es dan ac, dll

 Pemanasan Global
Berawal karena adanya Revolusi Industri di akhir abad ke-18 di Eropa. Penggunaan
mesin dan teknologi sebagai pengganti tenaga manusia menghasilkan gas buangan dari
hasil pembakarannya yang kemudian menimbulkan polusi (emisi Gas Rumah Kaca)
sehingga terjadilah pemanasan global.

 Kerusakan Lapisan Ozon


Lapisan ozon di stratosfer berfungsi untuk menghalau radiasi ultraviolet B dari
matahari. Rusaknya lapisan ozon akibat gas CFC membahayakan makhluk hidup, karena
radiasi UV B bisa merusak susunan DNA. Dampak lain dari kerusakan lapisan ozon
adalah perubahan pola cuaca.
b. Dampak Perubahan Iklim
 Peningkatan Temperatur
Kenaikan suhu akibat pemanasan global berakibat pada peningkatan temperature
permukaan bumi.

 Kenaikan Permukaan Air Laut


Pemanasan global menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan, hal ini
menyebabkan naiknya permukaan air laut.

 Berkurangnya Luas Area Es di Kutub


Naiknya suhu akibat pemanasan global, menyebabkan es di kutub meleleh sehingga
luas area es di kutub berkurang dari tahun ke tahun.

Perubahan rata-rata suhu global, rata-rata tinggi permukaan laut, dan jumlah es di
bumi belahan utara
Pembandingan Model Simulasi Pemanasan Permukaan Bumi Dalam Kurun Satu Abad
Dengan Hanya Gaya Alam (Atas) dan Gaya alam+Antropogenik (bawah)

Credit: IPCC, 2007

Pada grafik natural forcing only, temperatur bumi cenderung stagnan, namun setelah adanya
anthropogenic forcing, temperatur bumi mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Protokol Kyoto
Protokol Kyoto merupakan perjanjian internasional yang mengikat negara-negara
berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Protokol Kyoto lahir karena
adanya kekhawatiran berkaitan dengan terjadinya perubahan iklim oleh negara-negara
terkait di dunia. Perubahan iklim menyebabkan permasalahan serius di berbgai bidang
yang ingin disikapi oleh berbagai negara baik negara industri maju maupun negara
berkembang.
Tujuan Protokol Kyoto adalah untuk Menjaga konsentrasi GRK di atmosfer agar
berada pada tingkat yang tidak membahayakan sistem iklim bumi. Untuk mencapai tujuan
itu, Protokol mengatur pelaksanaan penurunan emisi oleh negara industri sebesar 5 % di
bawah tingkat emisi tahun 1990 dalam periode 2008-2012 melalui mekanisme
Implementasi Bersama (Joint Implementation), Perdagangan Emisi (Emission Trading),
dan Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism).
a. Sejarah
Pada tahun 1972 Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockholm
yang membahas lingkungan hidup secara global. Kemudian Konvensi Perubahan Iklim
PBB (United Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC)
dihasilkan di New York, Amerika Serikat tanggal 9 Mei tahun 1992 dan ditandatangani
di Rio De Janerio, 4 Juni tahun 1992 pada Earth Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi
Bumi (KTT Bumi). Pada tahun 1997 Di Kyoto, Jepang. Penandatanganan Protokol Kyoto
oleh 84 negara dan tetap terbuka sampai maret 1999 di Markas Besar PBB, New York.

b. Negara Pelaksana
1. Annex 1
Merupakan negara maju yang dianggap bertanggung jawab terhadap emisi gas sejak
revolusi industri. Annex 1 Terdiri dari 38 negara industry maju di Eropa, Amerika Utara,
Australia, dan Jepang. Negara-negara iniBerkewajiban untuk menurunkan emisi gas
rumah kaca dan harus melaporkan emisi gasnya tiap tahun.

2. Non Annex 1
Merupakan negara berkembang yang bukan bagian dari Annex I. Mereka tidak
berkewajiban untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, tapi dapat berpartisipasi melalui
CDM.

c. Permasalahan
Ketidakberhasilan Protokol Kyoto dibuktikan dengan gagalnya beberapa negara
didalam mengurangi emisi GRK. Terdapat beberapa negara yang tidak dapat mengurangi
emisi GRK yang ditargetkan oleh Protokol Kyoto sebesar 5% dari tahun 1990, antara lain:
1. Australia, negara dengan tingkat pertumbuhan lebih baik, berjanji membatasi
kenaikan emisi karbon kurang dari 8%. Nyatanya, pada rentang 1990-2010, emisi karbon
menanjak 47,5%.
2. Kanada, salah satu pendukung awal yang paling bersemangat, berjanji mengurangi
emisi 6%. Lagi- lagi, janji itu diingkari dengan melonjaknya emisi sebesar 24% dari level
1990.
3. Belanda berjanji memangkas emisi sebesar 6%. Namun, angka emisi yang
dicatatkannya justru meningkat 20% pada akhir 2010.

 Masalah negara Annex 1


Ketidakikutsertaan negara-negara maju pada Protokol Kyoto. Jepang, Kanada dan
Russia tidak lagi ikut serta pada Protokol Kyoto periode 2012-2020. Keluarnya Jepang dari
negara pihak dikarenakan Protokol Kyoto hanya memberatkan negara maju, padahal negara
maju hanya menyumbangkan total ¼ emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Sedangkan
Amerika Serikat memang tidak berkomitmen sejak Protokol Kyoto bagian pertama karena
membahayakan kondisi perekonomian dan perburuhan mereka dan juga karena Protokol
Kyoto dinilai tidak adil bagi negara maju.

 Masalah negara Non Annex 1


Negara berkembang menyumbangkan total hampir 75% emisi gas rumah kaca tapi
tidak berkewajiban untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Contoh: China dan India.
2. Perkembangan Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi
Minyak bumi adalah sebuah bahan bakar fosil yang sangat bermanfaat dalam
kehidupan manusia setiap harinya. Minyak bumi terbentuk dari sisa renik tumbuhan
dan juga hewan yang tertimbun selama berjuta tahun di dalam lapisan kerak bumi

Pembentukan Minyak dan gas bumi

1. Fotosintesa Ganggang
Minyak bumi dibuat secara alami, pertama tama dihasilkan oleh ganggang yang
berfotosintesa, kenapa dihasilkan oleh ganggang? Karena ganggang adalah biota
terpenting dalam menghasilkan minyak bumi, sebenarnya tumbuhan tingkat tinggi bisa
saja namun tumbuhan tersebut cenderung lebih menghasilkan gas ketimbang minyak
bumi.
A. Pembentukan Batuan Induk (Source Rock)
Proses terjadinya minyak bumi selanjutnya adalah pembentukan batuan induk. Batuan
induk terbentuk karena adanya ganggang yang sudah mati terendapkan di cekungan
sedimen kemudian membentuk Batuan Induk, batuan induk merupakan batuan yang
mempunyai kandungan Carbon yang tinggi (High Total Organic Carbon). Namun tidak
sembarang cekungan dapat menjadi Batuan Induk, makanya proses ini sangat spesifik
sekali.

3. Pengendapan Batuan Induk


Kemudian batuan induk tersebut tertimbun oleh batuan lain selama jutaan tahun, salah
satu batuan yang menimbun Batuan Induk ini yaitu batuan sarang. Batu Sarang umumnya
terbentuk dari batu gamping, pasir maupun batu vulkanik yang tertimbun bersama dan
terdapat ruang berpori.

Semakin lama, batuan lain akan menumpuk dan pada dasarnya akan semakin tertekan
kedalam sehingga suhunya akan semakin bertambah. Minyak terbentuk pada suhu antara
50 sampai dengan suhu 180 derajat Celsius.

Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai apabila suhunya mencapai 100
derajat Celsius. Ketika suhu terus akan bertambah karena cekungan itu semakin turun
dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan
memasak karbon yang ada menjadi gas.

4. Proses Akhir
Karbon terkena panas dan juga bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrokarbon.
Minyak bumi yang dihasilkan oleh batuan induk yang telah matang ini berupa minyak
mentah. Walaupun berupa cairan, ciri fisik minyak bumi mentah berbeda dengan ciri fisik
dari air.

Salah satunya yang terpenting yaitu berat jenis dan juga kekentalan. Kekentalan minyak
bumi mentah lebih tinggi daripada air, namun berat jenis minyak bumi mentah lebih kecil
dari air.

Minyak bumi yang mempunyai berat jenis lebih rendah dari air cenderung akan pergi ke
atas. Ketika minyak tersebut tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai
mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap dan siap ditambang.
Hampir seluruh kegiatan manusia di era modern saat ini membutuhkan yang namanya
minyak bumi, sehingga minyak bumi dan juga gas alam menjadi sumber utama energi di
dunia yaitu sekitar 65,5%, batubara 23,5%, air 6% serta sumber energi lainnya

CADANGAN MIGAS

Indonesia masih bergantung pada migas sebagai bahan bakar utama, banyak yang
beranggapan bahwa Indonesia adalah Negara dengan penghasil migas terbesar di dunia,
namun pada kenyataannya Indonesia hanya mampu memberikan cadangan sebesar 3,2
miliar barel atau hanya 0,2% dari cadangan dunia dan gas bumi sekitar 102, 9 triliun atau
hanya 1,5 % cadangan dunia. Sementara di posisi pertama terdapat Venezuela dengan
cadangan mencapai kurang lebih 300 Milliar barel, kemudian disusul oleh Arab Saudi yang
mencapai 268,5 barel.
Dilansir dari liputan6.com direktur pembinaan migas kementrian ESDM mustafid
gunawan mengatakan, pada 2019 cadangan minyak Indonesia mencapai 3.775 miliar barel
dan gas 77 trilliun kubik fit. Jika tidak ada kegiatan pencarian migas baru, dengan tingkat
produksi minyak sebesar 745 ribu barel per hari dan 1.282 juta barel, m1aka cadangan
minyak Indonesia hanya cukup 9,22 tahun lagi dan gas hanya 21,86 tahun jika tidak ada
penemuan cadangan baru.

Pemerintah sedang berupaya untuk meningkatkan cadangan migas di Indonesia, yaitu


dengan melakukan kegiatan eksplorasi cekungan potensi migas yang belum tergarap
dengan cepat, serta mempercepat penetapan operator blok migas yang hamper habis masa
kontraknya pada periode 2018 – 2021 dengan menerapkan program kontrak kerja
pastiuntuk menggenjot investasi produksi di blok tersebut.

Migas peak or plateau ?

Dari kurva yang dibuat oleh Hubbert dalam teorinya yaitu peak oil teory menunjukkan
bahwa dari tahun 1900-1950an produksi migas hanya berada pada angka 0-6 miliar beril.
Kemudian dari tahun 1950-2000 mulai mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu
sekitar 6-12 miliar barel, dan pada tahun 2000-2050 berada pada puncaknya (peak),
kemudian dari tahun 2050-2100 migas tersebut mulai mengalami penurunan lagi. Dalam
laju produksi suatu sumur migas akan mencapai peak, plateau, dan decline.
Kondisi di lapangan bahwa sumur – sumur di Indonesia kebanyakan dari zaman Belanda.
Mulai tahun 1966 Indonesia mulai melakukan pengoperasian yang pertama. Dari grafik di
atas, Indonesia mengalami masa puncak di tahun 1977 dengan produksi di atas 1,6 juta
barel per hari. Kemudian, produksi migas mengalami produksi yang stabil hingga tahun
1995. Setelah itu hingga 3 tahun sebelumnya yaitu tahun 2017 memasuki tahap penurunan
(decline) sebesar 10 – 12 % per tahunnya.
3. Clean Coal

A. PENGERTIAN CLEAN COAL


Teknologi yang dikembangkan untuk mitigasi dampak lingkungan dari penggunaan batu
bara. Ketika batu bara digunakan sebagai bahan bakar, emisi gas buang yang dihasilkan
mencakup sulfur dioksida, nitrogen dioksida, karbon dioksida, dan senyawa kimia lainnya
tergantung pada jenis batu bara yang digunakan. Seluruh gas buang tersebut memiliki dampak
buruk bagi lingkungan dan diketahui telah menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia,
hujan asam, dan perubahan iklim.
B. PENGERTIAN BATU BARA
Batu bara merupakan sisa tumbuhan prasejarah yang telah mati dan berubah bentuk karena
adanya akumulasi di rawa dan lahan gambut. Batu bara digunakan sebagai sumber energi
pembangkit listrik dan kegiatan industri seperti produksi baja dan semen. Batu bara dikenal
sebagai sumber energi atau bahan bakar fossil yang kotor, sehingga penggunaannya akan
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Namun semakin meningkatnya kebutuhan
energi dan semakin terbatasnya minyak bumi sebagai sumber energi utama, menjadikan batu
bara sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
C. DAMPAK LINGKUNGAN PENGGUNAAN BATUBARA
Pembangkit listrik tenaga uap yang berbahan bakar batubara (PLTU-batubara)
mengeluarkan emisi-emisi 𝑆𝑂2 , 𝑁𝑂𝑋 , dan SPM (Suspended Particulate Matters) paling besar
dibandingkan pembangkit listrik yang berbahan bakar gas maupun minyak. Pengeluaran emisi-
emisi polutan tersebut diperkirakan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang
langsung maupun tidak langsung dapat menyebabkan adanya gangguan pada ekosistem hewan
dan tumbuhan juga pada kesehatan manusia. Dampak lingkungan dari emisi polutan tersebut
antara lain.
1. Emisi 𝑆𝑂2 dipersalahkan sebagai salah satu polutan yang bertanggung jawab terhadap
terjadinya hujan asam yang dapat merusak hutan dan tanaman, serta pengasaman danau
juga sungai sehingga tak mampu menopang kehidupan air.
2. Emisi 𝑁𝑂𝑋 mempunyai kontribusi terhadap terganggunya ekosistem yang berupa sifat
kimia air dan tanah yang menyebabkan kematian hewan air dan menghambat pertumbuhan
tanaman. 𝑁𝑂𝑋 juga dapat menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan pernafasan
bagi manusia, seperti asthma, emphhysema, dan bronchitis pada manusia.
3. Dampak SPM bergantung pada jumlah dan komposisi kimianya, selain dapat berdampak
terhadap fungsi pernafasan manusia, juga dapat berpengaruh terhadap terganggunya
pertumbuhan tanaman.
4. Peningkatan emisi gas rumah kaca 𝐶𝑂2 di atmosfir diperkirakan akan menyebabkan
terjadinya pemanasan global yang berdampak terhadap melelehnya es di kutub yang
berakibat terhadap naiknya permukaan laut, menyebabkan berkurangnya luas daratan,
hilangnya pulau kecil, serta terjadinya banjir dan cuaca ekstrim.
D. TUJUAN
1. Mengurangi emisi sulfur dioksida karena senyawa ini menyebabkan hujan asam.
2. Mengurangi emisi gas rumahkaca 𝐶𝑂2 yang berdampak pada pemanasan global.
3. Optimalisasi pemanfaatan batubara dan mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan
batubara.
E. TEKNOLOGI BATUBARA BERSIH YANG MASIH DIKEMBANGKAN
1. AFBC (atmospheric fluidized bed combustion)
AFBC adalah suatu teknologi yang maju untuk boiler pada sektor industri Suarna,
E, 2011 31 (dengan kapasitas pembangkitan 10 sampai dengan 25 MW). Sekarang ini
teknologi tersebut sedang dikembangkan untuk boiler utilitas yang membangkitkan 75
sampai dengan 350 MW. Beberapa unit teknologi ini masih sedang dikembangkan dalam
skala demonstrasi di Amerika Serikat. Proses ini dapat mengurangi pembentukan 𝑁𝑂𝑋 dan
membuang sampai 90 persen emisi 𝑆𝑂2 . Namun sebagaimana FSI, AFBC juga
menghasilkan limbah tambahan yang sulit untuk ditangani dalam peralatan pengendalian
partikel yang ada. Sementara itu biaya investasi teknologi AFBC masih sangat mahal, yaitu
sekitar US $1500 per kilowatt
2. PFBC (pressurized fluidized bed combustion)
PFBC mempunyai prinsip yang sama dengan AFBC, kecuali boilernya
dioperasikan di bawah tekanan 10 atmosfir. Peningkatan energi dari gas yang ke luar dapat
menggerakan gas turbin maupun steam turbin, potensial mendorong efisiensi
pembangkitan sampai lebih dari 40 persen Pengembangan system tersebut dengan
menggunakan advance cycle diharapkan dapat meningkatkan efisiensi energi diatas 45
persen.
Unit kecil PFBC cocok dibangun pada daerah yang mempunyai keterbatasan ruang
lokasi dan pengaturan konstruksi. PFBC masih dikembangkan dalam taraf demonstrasi,
seperti pengembangan PFBC dengan kapasitas terpasang antara 70 sampai dengan 80 MW
di Swedia, Spanyol, dan USA. Jepang sudah mulai membangun PFBC dengan unit
kapasitas yang lebih besar lagi, yaitu 360 MWe di Karita, dan 250 MWe di Osaki.
Teknologi PFBC tersebut juga dapat dikatakan masih terhitung mahal dengan biaya
investasi sekitar US $1400 per kilowatt.
3. FGD (flue-gas desulfurization)
Tehnik FGD menggunakan kapur atau batu kapur sebagai alkaline sorbent untuk
”menggosok” 𝑆𝑂2 dari emisi pada utililitas. Pada ”FGD basah”, sorbent terdapat dalam
slurry yang berhubungan dengan flue gas dalam bejana reaksi di bagian bawah alat
pengendalian partikel. Gas yang bersih mengalir dan biasanya harus dipanaskan kembali
sebelum dilepas ke atmosfir untuk mengurangi karat pada cerobong dan memperoleh
dispersi yang paling halus. Sementara itu, pada ”FGD kering”, bejana reaksi ditempatkan
pada bagian atas alat pengendali partikel. Slurry kapur mengering sebagai reaksi dengan
gas cerobong yang panas, dan hasil cairan dikumpulkan pada bejana reaksi dan dalam alat
pengendali partikel.
4. SCR (selective catalytic reduction)
Teknik ini menjadi pusat perhatian sebagian besar penelitian dan demonstrasi
pengendalian 𝑁𝑂𝑋 setelah pembakaran. Teknik ini mempergunakan ammonia, sebagai zat
pengurang (reducing agent) yang diinjeksikan ke aliran gas di cerobong dalam suatu
katalist antara boiler dan pemanas udara. Teknik SCR tersebut dapat mengurangi emisi
𝑁𝑂𝑋 diatas 80 sampai dengan 90 persen. Pemasangan SCR pada PLTU batubara di Jepang
dan Eropa dapat membuang 60 sampai 80 persen dari 𝑁𝑂𝑋 . dan meninggalkan residu emisi
ammonia lebih kecil dari 5 ppm.
5. IGCC (intergrated gasification combined cycle)
IGCC merupakan teknologi pembangkit listrik batubara yang ramah lingkungan.
Teknologi tersebut merupakan kombinasi gasifikasi batubara yang terintegrasi yang
merupakan paduan dua tahapan proses, yaitu teknologi gasifikasi batubara (coal
gasification) yang menggunakan batubara untuk membuat gas sintetis (syngas); dan
teknologi combined cycle yang merupakan metode paling efisien untuk memproduksi
listrik. Pertama, gasifikasi batubara mengubah batubara ke bentuk gas melalui oksidasi
parsial. Gas tersebut dikenal sebagai gas sintesis atau syngas yang terdiri atas karbon
monoksida (CO) dan hidrogen. Gas tersebut didinginkan dan komponen yang tidak
diinginkan seperti karbon dioksida (𝐶𝑂2 ) serta sulfur dibuang.
Pada tahapan kedua, gas yang telah bersih dari kotoran tersebut dibakar dalam gas
turbine konvensional untuk memproduksi energi listrik dan gas buang panas yang
diperoleh dipergunakan untuk mendidihkan air, sehingga diperoleh uap untuk turbine uap
yang juga memproduksi energi listrik. Secara umum IGCC mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain; dapat meningkatkan efisiensi panas hampir 50 persen yang
berakibat pada penghematan pasokan bahan bakar dan rendahnya emisi polutan 𝑆𝑂𝑋 , emisi
𝑁𝑂𝑋 , emisi gas rumah kaca 𝐶𝑂2 , serta berkurangnya produksi limbah padat. Oleh karena
itu, IGCC dapat mengurangi sampai 99 persen sulfur, dan emisi 𝑁𝑂𝑋 sampai di bawah
50ppm.
F. TINGKAT PROSES PRODUKSI ENERGI PADA SAAT PENERAPANNYA
1. Teknologi Sebelum Pembakaran (Precombustion)
Batubara dikenal sebagai bahan bakar fosil yang kotor, sehingga sebelum dibakar atau
dipergunakan, batubara tersebut perlu dicuci atau dibersihkan terlebih dahulu. Tujuan
utama dari proses pencucian sebelum pembakaran tersebut adalah untuk mengurangi atau
menghilangkan kotoran terutama kandungan sulfur yang secara organik tidak terikat pada
batubara. Pencucian batubara tersebut juga dapat memperbaiki kandungan panas, sehingga
dapat meningkatkan efisiensi pembangkitan. Teknologi pembersihan batubara sebelum
pembakaran terdiri atas dua cara, diantanya:
a) Physical Cleaning
b) Chemical/Biological Cleaning
2. Teknologi Selama Proses Pembakaran (Combustion)
Pembersihan batubara pada saat pembakaran merupakan cara menghilangkan
bahan pencemar dari batubara ketika batubara tersebut sedang dibakar. Hal tersebut dapat
dicapai melalui pengendalian parameter pembakaran seperti bahan bakar, udara atau
oksigen, dan temperatur. Beberapa teknik dipergunakan untuk menghilangkan emisi 𝑆𝑂2
atau membatasi 𝑁𝑂𝑋 pada saat pembakaran yang secara bersamaan dapat juga
memperbaiki efisiensi panas. Ada tiga cara pada teknologi ini, diantaranya:
a) Furnace Sorbent Injection (FSI)
b) Atmospheric Fluidized Bed Combustion (AFBC)
c) Pressurized Fluidized Bed Combustion (PFBC)
3. Teknologi Sesudah Proses Pembakaran (Postcombustion)
Semua teknologi-teknologi baru yang diterapkan sesudah proses pembakaran
seperti pembersihan gas untuk mengurangi emisi-emisi 𝑆𝑂2 dan 𝑁𝑂𝑋 , serta partikel debu
(pada beberapa kasus) secara simultan dari cerobong masih sedang dikembangkan.
Teknologi-teknologi batubara bersih tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Flue-gas Desulfurazation (FGD)
b) Regenerable Flue-gas Desulfurazation Systems
c) Selective Catalytic Reduction (SCR)
4. Konversi Batubara
Teknologi konveksi batubara mengubah terlebih dahulu batubara berwujud padat kewujud
lainnya seperti gas maupun cair. Teknologi tersebut masih dalam tahap percobaan dan
pengembangan. Teknologi-teknologi konversi batubara tersebut antara lain:
a) Intergrated Gasification Combined Cycle (IGCC)
b) Integrated Gasification Fuel Cell (IGFC)
4. Pemanfaatan Energi Uranium
Uranium adalah unsur utama di antara bahan radioaktif alami yang ada di bebatuan
terutama batuan beku dan metamorfosa dari batuan sedimen yang bersifat asam, seperti granit,
fosfat, dan black shales kaya organik, yang terdapat di kerak bumi dan air laut. Ada tiga isotop
uranium di alam, yaitu U-234, U-235, U-238, yang mana sekitar 99,3% dari total uranium alami
adalah uranium-238[3]. U3O8 dan UO2 adalah senyawa oksida uranium yang paling umum, dan
banyak dihasilkan dari bijih untuk menghasilkan yellow cake (U3O8).
I. Sejarah uranium

Uranium di temukan pada tahun 1789 oleh Martin Klaproth yang di beri nama uran yang
terinspirasi dari planet Uranus yang ditemukan pada tahun 1781. Martin Klaproth menemukan
uranium ketika ia sendang meneliti bijih bijih dari tambang perak.
pada tahun 1800an pertamakali uranium digunakan hanya untuk memberi warna pada kaca dan
keramik. Tahun 1934 Enrico fermi melakukan penelitian untuk menggunakan uranium sebagai
senjata nuklir dan sebagai bahan bakar nuklir. Tahun 1945 bom atom pertama dijatuhkan oleh
amerika serit kepada kota Hiroshima jepang. Bomb atom dengan nama little boy mengandung 64
kg uranium dan menghasilkan daya ledak 55 TJ (terajoule) atau setara dengan 13 kiloton TNT. 3
hari kemudian bomb atom kedua “Fat Man” dijatuhkan di kota Nagasaki jepang. Tahun 1951
untuk pertamakalinya uranium digunakan dalam hal sumber energi nuklir yang dihasilkan oleh
Experimental Breeder Reactor-I (EBR-1) di Arco, Idaho amerika serikat.
II. Cadangan uranium
a. cadangan uranium dunia
Distribusi cadangan uranium di dunia ditunjukkan pada Gambar 1. Cadangan uranium terbesar
berada di negara Australia (29%), dilanjutkan Kazakhstan (13%), Rusia (9%), Kanada (9%),
Afrika Selatan (6%), Namibia (5%), Nigeria (5%), Brazil (5%), China (5%), Ukraina (2%),
Mongolia (2%), Uzbekistan (2%), USA (1%), Botswana (1%), Tanzania (1%), dan sisanya
termasuk Indonesia (5%). Akan tetapi dalam hal produksi uranium, terdapat tiga negara terbesar
produsennya, yaitu Kazakhstan, Kanada dan Australia
b. cadangan uranium Indonesia
Hasil pemetaan cadangan uranium yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Geologi
Nuklir (PPGN) – BATAN ditunjukkan pada gambar 2, Indonesia memiliki cadangan uranium
sekitar 70.000 ton U3O8 (yellow cake). Dari 70.000 ton uranium tersebut, 1.608 ton kategori
terukur, 6.456 ton kategori terindikasi, 2.648 ton tereka dan sisanya masuk dalam kategori
hipotetik.

Gambar 1. Cadangan uranium dunia 2014

Gambar 2. Peta persebaran uranium di Indonesia


Sebagian besar cadangan uranium kebanyakan berada di Kalimantan Barat, sebagian lagi
ada di Papua, Bangka Belitung dan Sulawesi Barat. Kajian terakhir dilakukan di Mamuju,
Sulawesi Barat, dan deteksi pendahuluan menyebutkan kadar Uranium di lokasi tersebut berkisar
antara 100 dan 1.500 ppm (mg/kg). Selain itu daerah lainnya di Indonesia yang berpotensi
mengandung cadangan uranium cukup besar adalah Pulau Singkep, Tapanuli dan Hatapang
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Mamuju Sulawesi Barat, Maluku, Irian Jaya
(Papua) dan lainlain. Persebaran cadangan uranium di Indonesia baik yang terukur, terindikasi.
III. Market supply
Pasar uranium masih muda yang "hukum" -nya belum sepenuhnya jelas. Ini cenderung
disorientasi pengamat dan pembuat keputusan yang ingin memprediksi perkembangannya. Ia
memiliki sejumlah karakteristik yang dibedakan dengan tajam dari yang lain mineral, termasuk
komoditas energi lainnya. Pertama, aplikasi uranium sangat terbatas, terbatas untuk semua tujuan
praktis untuk militer teknologi dan tenaga nuklir sipil. Antara 1942 dan 1974, persyaratan militer
dunia dipertanggungjawabkan untuk lebih dari 200.000 ton uranium, atau hampir 50% dari output
dunia kumulatif selama periode itu. Seperti itu persyaratan tidak lagi memainkan peran utama, dan
produksi listrik sekarang untuk semua keperluan praktis satu-satunya penentu ekonomi uranium
pasar.
Hanya sedikit logam lain yang memiliki keterbatasan seperti itu aplikasi mereka termasuk barium
(digunakan hampir seluruhnya sebagai baryta dalam pengeboran sumur minyak), galium (dalam
pembuatan dioda dan superkonduktor), dan titanium (di pesawat). Karakteristik kedua yang perlu
diperhatikan adalah bahwa ada tidak ada pengganti langsung untuk uranium. Untuk yang selesai
uranium pembangkit listrik tenaga nuklir tidak dapat diganti oleh apa pun bahan bakar lainnya. Ini
hampir tidak mungkin substitusi - selain oleh modifikasi lambat dan mahal untuk sistem
pembangkit listrik - bisa jadi unik untuk logam. Bahkan barium, galium, dan titanium bisa.
Ketiga, uranium juga memiliki keekonomian yang tidak biasa karakteristik bila dibandingkan
dengan penghasil energi lainnya bahan baku. Pemrosesan akun mineral untuk a proporsi yang
sangat besar - sekitar 88% - dari biaya rakitan bahan bakar akhir dimasukkan ke dalam reaktor
nuklir, dibandingkan dengan masing-masing 42% dan 33% untuk pembakaran batu bara dan
minyak pembangkit listrik. Namun tingkat absolut bahan bakar nuklir biaya rendah yang,
meskipun biaya front-end yang tinggi (terutama untuk pabrik pengayaan dan biaya daya stasiun
itu sendiri), membuat prediktabilitas secara keseluruhan ekonomi sebuah stasiun pembangkit
listrik. Satu efek praktis dari biaya bahan bakar rendah ini adalah uranium diperlukan untuk
memasok stasiun selama masa operasinya hingga 30 tahun dapat dianggap sebagai komitmen,
hamper terlepas dari perubahan biaya uranium alami.
IV. Permintaan / demand
The Uranium Institute, September 1980 memperkirakan peningkatan kapasitas nuklir selama
periode sampai 1995 diringkas dalam Tabel 2. Menurut perkiraan ini *, yang memperhitungkan
semua reaktor saat ini moperasi, sedang dibangun atau atas perintah perusahaan (sejak tanggal
September 1980), kapasitas nuklir pada tahun 1985 adalah 227 GWe dan 335 GWe pada tahun
1990. Jika semua reactor direncanakan (pada bulan September 1980) ditambahkan ke angka-angka
ini, perkiraan akan menjadi 350 GWe dan 494 GWe untuk 1990 dan 1995 masing-masing.
Prakiraan ini memperhitungkan status masing-masing reaktor individu dalam pembangunan dan
situasi sehubungan dengan pengembangan tenaga nuklir yang berlaku di masing-masing negara.
Di luar Amerika Serikat, Prakiraan institut mengasumsikan bahwa waktu konstruksi terbangun
tidak akan melebihi enam tahun. Hanya sekitar 20 stasiun, semuanya mereka masih dalam tahap
awal konstruksi, diyakini berada dalam kesulitan dan tidak tersedia untuk komersial operasi selama
8 hingga 10 tahun ke depan. Untuk Amerika Negara, waktu tunggu yang lebih lama dari sepuluh
tahun telah diasumsikan; masih terlalu dini untuk menilai dampak di masa depan pada leadtimes
tanda-tanda baru dari sikap yang lebih baik daya nuklir. Terlepas dari proyeksi kapasitas nuklir,
yang utama faktor yang mempengaruhi permintaan uranium adalah ekor tes yang digunakan di
pabrik pengayaan, dan kemungkinan daur ulang uranium dan plutonium di PWR dan FBR reaktor
setelah pemrosesan ulang bahan bakar bekas. Arus teknik pengayaan memungkinkan uji ekor
bervariasi 0,15% hingga 0,30%. Metode lain, masih dalam percobaan tahap, mungkin
memungkinkan ini dikurangi menjadi sesedikit 0,10% atau bahkan 0,05%. Tabel 3 memberikan
indikasi sejauh mana di mana konsumsi uranium dapat dikurangi dengan memvariasikan uji ekor,
sehubungan dengan titik referensi didefinisikan oleh konsentrasi produk 3,25% U-235, pengujian
ekor 0,20%, dan tidak ada daur ulang bahan bakar.
Namun, fleksibilitas yang secara teoritis ada di pola permintaan tidak selalu tersedia dalam praktik
ke utilitas, karena perusahaan pengayaan hanya mengizinkan pelanggan mereka untuk memilih
pengujian ekor antara 0,20% dan 0,30%, dan yang disediakan 15 bulan hingga 4 tahun sebelumnya
pemberitahuan diberikan. Pilihannya sangat tergantung pada harga uranium alami dan pekerjaan
terpisah yang berlaku (mis., pada dasarnya biaya listrik pendahulunya). Tergantung pada uji ekor
yang dipilih, permintaan dapat bervariasi 20%, faktor yang sangat penting dalam keseimbangan
keseluruhan penawaran dan permintaan.
V. Keuntungan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)

Keuntungan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) jika dibandingkan dengan pembangkit
listrik utama lainnya antara lain :

1. Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) – gas rumah kaca
tersebut hanya dikeluarkan pada saat Diesel Generator Darurat berjalan serta beberapa
menghasilkan gas)
2. Tidak mencemari udara – tidak menghasilkan gas berbahaya misalnya seperti karbon
monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate atau asap
fotokimia
3. Tidak banyak menghasilkan limbah padat (selama operasi normal)
4. Biaya bahan bakar rendah – karena hanya sedikit bahan bakar yang dibutuhkan
5. Ketersediaan bahan bakar yang melimpah – karena bahan bakar yang diperlukan itu sedikit
6. Baterai Nuklir – (lihat SSTAR)
VI. Kekurangan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)

Berikut adalah beberapa hal yang kekurangan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) adalah
sebagai berikut:

1. Risiko kecelakaan nuklir – kecelakaan nuklir terbesar, kecelakaan Chernobyl (yang tidak
mempunyai bangunan penahanan)
2. limbah nuklir – limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan itu dapat bertahan selama
ribuan tahun.
3. limbah ex PLTN Serta Reaktor Riset. Limbah tidak harus disimpan di negara bagian
pemilik pembangkit listrik tenaga
4. nuklir Serta reaktor riset. Untuk limbah dari industri pengguna bahan radioaktif, tersebut
dapat diproses dalam Limbah Treatment Plant Zat Radioaktif, contohnya, yang dimiliki
oleh BATAN Serpong.

VII. Nuklir sebagai sumber energi


Uranium yang digunakan sebagai bahan bakar nuklir di PLTN didapatkan dari pemurnian bijih
uranium, pengayaan U-235, dan fabrikasi untuk menghasilkan elemen bakar nuklir. Reaksi
pembelahan dalam reaktor akan menimbulkan material bahan bakar baru (plutonium) dan pada
saat yang sama mengeluarkan energi. Oleh karena itu, di dalam bahan bakar bekas terkandung
bahan yang dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar nuklir, yaitu uranium sisa dan
plutonium.
Proses pemisahan dan ekstraksi terhadap material bahan bakar nuklir disebut proses olah-ulang
(reprocessing). Material bahan bakar yang diambil pada proses olah-ulang dapat digunakan
kembali di PLTN setelah fabrikasi. Rangkaian proses pemanfaatan uranium hasil olah-ulang
menjadi bahan bakar baru disebut Daur Bahan Bakar Nuklir Tertutup.
Eksplorasi dan Penambangan Uranium

Eksplorasi bahan galian nuklir merupakan bagian awal dari daur bahan bakar yang sekaligus dapat
digunakan untuk menginventarisasi sumber daya bahan galian nuklir. Kegiatan eksplorasi uranium
pada umumnya dimulai dari penentuan suatu lokasi dimana pada lokasi tersebut diharapkan dapat
ditemukan bahan galian nuklir. Metode eksplorasi yang dianut sampai sekarang adalah melalui
penelitian konvensional, penelitian geologi, pengukuran tingkat radiasi dan geokimia. Metode
tersebut digunakan karena cukup murah dengan hasil yang cukup bagus.

Cara penambangan uranium sangat mirip dengan cara penambangan bijih-bijih tambang lainnya,
yaitu melalui penambangan terbuka dan penambangan bawah tanah. Dari kegiatan penambangan
ini diperoleh bongkahan-bongkahan berupa batuan yang di dalamnya terdapat mineral-mineral
uranium. Batuan tersebut selanjutnya dikirim ke unit pengolahan untuk menjalani proses lebih
lanjut.
• Pengolahan Uranium

Kadar uranium dalam bijih umumnya sangat rendah, yaitu berkisar antara 0,1 – 0,3 % atau 1-3 kg
uranium tiap ton bijih. Untuk mempermudah dan menekan biaya transportasi, maka uranium
dalam bijih ini perlu diolah terlebih dahulu. Tujuan utama dari pengolahan adalah untuk
pemekatan dengan cara mengurangi sebanyak mungkin bahan lain yang ada dalam bijih sehingga
dapat menyederhanakan proses transportasi ke tempat pemrosesan berikutnya.
Pengolahan bijih uranium dapat dilakukan dengan cara penggerusan, pelindihan maupun ekstraksi
kimia dan pengendapan. Hasil akhir dari proses pengolahan uranium ini adalah diperolehnya
endapan kering berwarna kuning yang disebut pekatan (konsentrat) yang berkadar uranium sekitar
70 %. Karena berwarna kuning maka endapan ini disebut juga yellowcake. Dari 1000 ton bijih
rata-rata dapat dihasilkan 1,5 ton yellowcake.

• Pemurnian Uranium

Proses pemurnian bertujuan untuk merubah yellowcake menjadi bahan dengan tingkat kemurnian
yang tinggi sehingga berderajad nuklir dan bebas dari unsur-unsur pengotor lainnya. Senyawa
kimia bahan bakar berderajad nuklir yang dihasilkan dapat berbeda bergantung proses pemurnian
yang digunakan. Dari proses pemurnian akan diperoleh produk akhir berupa UO2, U3O8 atau U-
logam yang siap untuk proses selanjutnya. Ketiga macam produk akhir proses pemurnian itu
disesuaikan dengan kebutuhan calon pemakai bahan bakar nuklir.
• Pengayaan

Pengayaan dimaksudkan untuk meningkatkan kadar 235U dalam bahan bakar nuklir hasil proses
pemurnian. Perlu diketahui bahwa dalam uranium alam hasil penambangan terdapat tiga jenis
isotop uranium, yaitu 238U dengan kadar 99,285 %, 235U dengan kadar 0,715 % dan 234U dengan
kadar yang sangat kecil. Dalam reaktor nuklir yang dapat berperan sebagai bahan bakar hanyalah
235U, sedang 238U dan 234U tidak dapat dijadikan bahan bakar karena tidak dapat melakukan
reaksi fisi. Dengan proses pengayaan maka kadar 235U menjadi tinggi sehingga bahan bakar dapat
dipakai dalam waktu lama. Proses pengayaan ini akan meningkatkan kadar 235U dalam bahan
bakar menjadi 2-4 % seperti lazimnya dibutuhkan oleh suatu reaktor nuklir. Proses pengayaan
tidak selalu dilewati oleh bahan bakar, karena ada jenis reaktor nuklir yang dapat memanfaatkan
uranium alam.

• Pabrikasi

Proses pabrikasi bertujuan untuk menyiapkan bahan bakar nuklir dalam bentuk fisik yang sesuai
dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir calon pemakai bahan bakar tersebut. Ada
bermacam-macam bentuk bahan bakar bergantung pada jenis rancang bangun reaktor. Perbedaan
tersebut umumnya terletak pada bentuk dan ukuran bahan bakar yang digunakannya. Dalam proses
pabrikasi, sebagian besarnya merupakan proses fisis mekanis ditambah sedikit proses kimia.
Ada berbagai macam bentuk elemen bakar bergantung pada rancang bangun yang dikaitkan
dengan kinerja reaktor pemakainya. Misal ada jenis reaktor yang memakai bahan bakar diperkaya
dengan pengayaan 2-3 % berbentuk UO2 yang diproses menjadi pelet dengan diameter ± 10 mm.
Pelet kemudian dimasukkan ke dalam tabung kelongsong paduan zirkonium dengan panjang 4-5
m.

• Pembakaran dalam Reaktor

Di dalam teras reaktor, bahan bakar nuklir 235U dibakar untuk mendapatkan panas yang dapat
dimanfaatkan. Pembakaran merupakan satu-satunya proses produktif dalam daur bahan bakar
nuklir. Tempat dan lamanya 235U dibakar di dalam teras diatur melalui program pengelolaan
bahan bakar sehingga dapat dicapai tingkat pembakaran yang optimum. Umumnya bahan bakar
rata-rata berada dalam teras reaktor selama 3-4 tahun.
Dalam proses pembakaran ini dikenal adanya istilah derajad bakar (burn-up) yang dipakai untuk
menyatakan jumlah bahan bakar yang terbakar/melakukan reaksi fisi. Derajad bakar dapat
dinyatakan dalam beberapa cara, yang paling populer adalah dengan satuan MWd/tonU (jumlah
energi yang telah dihasilkan dalam Mega Watt-hari/MWd dari tiap ton uranium /tonU). Makin
tinggi derajad bakar, makin murah biaya pembangkitan energi nuklir, mengurangi frekwensi
penggantian bahan bakar, mengurangi biaya pabrikasi dan lebih sedikit bahan bakar bekas
sehingga menghemat biaya penyimpanan bahan bakar bekas. Dewasa ini derajad bakar tertinggi
yang dapat dicapai adalah 40.000-60.000 MWd/tonU untuk bahan bakar diperkaya, dan paling
rendah adalah 10.000-15.000 MWd/tonU untuk bahan bakar uranium alam.
• Penyimpanan Sementara atau Pendinginan

Setelah bahan bakar nuklir 235U dimanfaatkan dalam reaktor nuklir dan mencapai derajad bakar
tertentu, elemen bakar nuklir akan menjadi sangat radioaktif karena mengandung unsur-unsur
radioaktif beraktivitas sangat tinggi hasil proses fisi 235U. Oleh sebab itu, bahan bakar bekas
tersebut perlu disimpan sementara agar unsur-unsur hasil fisi yang radioaktif itu melakukan
peluruhan sehingga radiasi yang dipancarkannya menjadi rendah. Penyimpanan sementara ini
disebut juga sebagai proses pendinginan.

Laju peluruhan zat radioaktif bergantung pada jenis zat radioaktifnya. Setiap zat radioaktif
memiliki waktu paro (T1/2), yaitu waktu yang diperlukan oleh zat radioaktif untuk meluruh
sehingga jumlahnya tinggal setengah dari jumlah semula. Waktu paro zat radioaktif bervariasi dari
orde beberapa detik hingga tahun. Bahan bakar begitu dikeluarkan dari teras reaktor mengalami
pendinginan dalam kolam penampung bahan bakar bekas. Kolam ini umumnya terintegrasi dalam
gedung reaktor. Lama pendinginan bisa beberapa bulan hingga beberapa tahun bergantung pada
kapasitas tampung kolam pendingin. Ada dua proses yang dapat dilakukan terhadap bahan bakar
bekas setelah mengalami proses pendinginan, yaitu :

 Mengirimkan bahan bakar bekas tersebut ke instalasi pengolahan limbah nuklir untuk
menjalani proses lebih lanjut. Jika hal ini yang tempuh, maka daur bahan bakarnya disebut
sebagai daur terbuka.
 Mengirimkan bahan bakar bekas ke instalasi olah ulang untuk pemrosesan lebih lanjut. Jika
hal ini yang ditempuh, maka daur bahan bakarnya disebut daur tertutup.

• Proses Olah Ulang

Proses olah ulang bahan bakar bekas bertujuan untuk mengambil sisa bahan bakar fisi yang belum
terbakar dan bahan bakar baru yang terbentuk selama proses pembakaran bahan bakar nuklir. Jadi
dalam hal ini bahan bakar bekas itu masih sangat berharga. Perlu diketahui bahwa proses
pembakaran 235U di dalam teras reaktor tidak dapat membakar habis bahan bakar tersebut. Dari
100 kg bahan bakar nuklir yang semula berkomposisi 3 kg 235U dan 97 kg 238U, setelah proses
pembakaran dalam teras reaktor selama tiga tahun, komposisinya akan berubah menjadi :

 2 kg 235U terbakar/melakukan reaksi fisi sehingga tersisa 1 kg 235U.


 2 kg 238U berubah menjadi 239Pu sehingga tersisa 238U sebanyak 95 kg.
 Dari 2 kg 239Pu yang terbentuk, 1 kg terbakar langsung dalam teras reaktor sehingga
tersisa 1 kg 239Pu.
 Karena ada 2 kg 235U dan 1 kg 239Pu yang terbakar, maka dari pembakaran itu dihasilkan
3 kg unsur-unsur radioaktif hasil fisi.
Setelah dipakai sebagai bahan bakar di reaktor nuklir, sebagian besar 235U masih tersisa di dalam
bahan bakar bekas. Pada suatu saat nanti, 235U sebagai satu-satunya bahan bakar nuklir yang ada
di alam ini akan habis dikonsumsi. Oleh sebab itu, proses olah ulang bahan bakar bekas dapat
menghemat penggunaan bahan bakar nuklir apabila dilakukan pada saat yang tepat. Sisa dari bahan
bakar 235U dan bahan bakar baru 239Pu yang terbentuk dalam bahan bakar bekas dapat diambil
kembali melalui proses olah ulang dan untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan bakar baru. Dalam
proses olah ulang ini 235U yang terambil dikirim ke instalasi pengayaan, sedang 239Pu langsung
dikirim ke instalasi pabrikasi.

• Penyimpanan Lestari

Limbah nuklir merupakan hasil samping dari kegiatan manusia dalam pemanfaatan teknologi
nuklir. Secara ilmiah, istilah limbah nuklir dikaitkan dengan segenap bahan yang tidak dapat
digunakan lagi (didaur ulang) yang karena tingkat radioaktivitasnya bahan tersebut tidak mungkin
dilepas atau dibuang langsung ke lingkungan. Baik bahan bakar bekas yang tidak mengalami
proses olah ulang maupun unsur-unsur radioaktif sisa proses olah ulang akan diperlakukan sebagai
limbah radioaktif. Karena sifatnya yang mampu memancarkan radiasi dan dapat berakibat buruk
bagi kesehatan manusia, maka semua bentuk limbah radioaktif tersebut harus dipadatkan dan
dibuang secara lestari. Pembuangan lestari suatu limbah radioaktif secara aman merupakan tujuan
akhir dari pengelolaan limbah radioaktif.

Pemadatan limbah nuklir dimaksudkan agar limbah tersebut terikat dalam suatu matrik padat yang
sangat kuat. Matrik dirancang mampu bertahan hingga zat radioaktif yang diikatnya meluruh
mencapai kondisi dimana kemampuannya memancarkan radiasi menjadi sangat lemah dan tidak
membahayakan. Dengan pemadatan ini maka zat radioaktif tidak akan terlepas ke lingkungan
dalam kondisi apapun selama disimpan. Proses pemadatannya bisa dilakukan dengan semen
(sementasi), aspal (bitumenisasi), polimer (polimerisasi) maupun bahan gelas (vitrivikasi).
Padatan limbah nuklir selanjutnya dimasukkan ke dalam kontainer yang dibuat dari baja tahan
karat.
5. Geothermal Energy
Energi panas bumi (atau energi geothermal) adalah sumber energi yang relatif ramah lingkungan
karena berasal dari panas dalam bumi. Air yang dipompa ke dalam bumi oleh manusia atau sebab-
sebab alami (hujan) dikumpulkan ke permukaan bumi dalam bentuk uap, yang bisa digunakan
untuk menggerakkan turbin-turbin untuk memproduksi listrik. Biaya eksplorasi dan juga biaya
modal pembangkit listrik geotermal lebih tinggi dibandinkan pembangkit-pembangkit listrik lain
yang menggunakan bahan bakar fosil. Namun, setelah mulai beroperasi, biaya produksinya rendah
dibandingkan dengan pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Pada abad ke-20, permintaan akan listrik membuat tenaga panas bumi dipertimbangkan sebagai
sumber penghasil listrik. Pangeran Piero Ginori Conti menguji coba pembangkit listrik tenaga
panas bumi yang pertama pada tanggal 4 Juli 1904 di Larderello, Italia. Pembangkit tersebut
berhasil menyalakan empat buah bola lampu. Kemudian pada tahun 1911 pembangkit listrik
tenaga panas bumi komersial pertama dibangun pula di situ. Pembangkit-pembangkit uji coba
dibangun di Beppu, Jepang dan di Kalifornia, Amerika Serikat pada tahun 1920, namun hingga
tahun 1958 hanya Italia satu-satunya pemilik industri pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Pada tahun 1958, Selandia Baru menjadi penghasil listrik tenaga panas bumi terbesar kedua
setelah Pembangkit Wairakei dioperasikan. Wairakei merupakan pembangkit pertama yang
menggunakan teknologi flash steam.
Pada tahun 1960, Pacific Gas and Electric mulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas
bumi pertama di Amerika Serikat di The Geysers, Kalifornia. Turbin aslinya bertahan hingga
30 tahun dan menghasilkan daya bersih 11 megawatt.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan sistem siklus biner pertama kali diuji coba di Rusia
dan kemudian diperkenalkan ke Amerika Serikat pada tahun 1981, akibat krisis energi tahun 1970-
an dan perubahan-perubahan penting dalam kebijakan regulasi. Teknologi ini memungkinkan
penggunaan sumber panas yang bersuhu lebih rendah dari sebelumnya. Pada tahun 2006, sebuah
pembangkit dengan sistem siklus biner di mata air panas Chena, Alaska, Amerika Serikat mulai
beroperasi, menghasilkan listrik dari sumber dengan rekor suhu terendah 57 °C.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi sampai dengan baru-baru ini hanya dapat dibangun pada
sumber panas bumi dengan suhu yang tinggi dan berada dekat dengan permukaan tanah.
Pengembangan pembangkit dengan sistem siklus biner dan peningkatan dalam teknologi
pengeboran dan penggalian memungkinkan dibuatnya Sistem Panas Bumi yang
Ditingkatkan (Enhanced Geothermal Systems) dalam rentang geografis yang lebih besar. Proyek
demostrasi sudah beroperasi di Landau-Pfalz, Jerman, and Soultz-sous-Forêts, Prancis, sementara
percobaan awal di Basel, Swiss dibatalkan setelah mengakibatkan gempa bumi. Proyek-proyek
demonstrasi lainnya sedang dibangun di Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Efisiensi
termal pembangkit listrik tenaga panas bumi pada umumnya rendah, berkisar 10-23%, karena
fluida panas bumi bersuhu lebih rendah dibandingkan dengan uap dari ketel uap.
Berdasarkan hukum termodinamika suhu yang rendah ini membatasi efisiensi mesin kalor dalam
memanfaatkan energi saat menghasilkan listrik. Panas sisa menjadi terbuang, kecuali jika dapat
dipergunakan langsung secara lokal, misalnya untuk rumah kaca, kilang gergaji, atau sistem
pemanasan distrik. Efisiensi sistem tidak memengaruhi biaya operasional sebagaimana pada
pembangkit batubara atau pembangkit bahan bakar fosil lainnya, namun tetap berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup pembangkit. Untuk dapat menghasilkan energi lebih dari yang
dipakai oleh pompa pembangkit, dibutuhkan ladang panas bumi bersuhu tinggi dan siklus
termodinakmika khusus. Karena pembangkit listrik tenaga panas bumi tidak bergantung pada
sumber energi yang berubah-ubah, seperti misalnya tenaga angin atau surya, faktor
kapasitasnya (capacity factor) bisa cukup besar, pernah ditunjukkan dapat mencapai hingga
96%. Namun, rata-rata global faktor kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah 74,5%
pada tahun 2008 menurut IPCC.

Classification Of Geothermal System

Muffer & Benderiter & Haenel, Rybach


System Type Hochstein (1990)
Cataldi (1976) Cormy (1990) & Stegna (1988)

Low enthalphy
< 90°C < 100°C < 150°C < 125°C
geothermal system

Intermediate
enthalphy geothermal 90°-150°C 100°-200°C - 125°-225°C
system

High enthalphy
> 150°C > 200°C >150°C > 225°C
geothermal system

Pembagian geothermal berdasarkan kondisi alam sumbernya dibagi 2 yaitu CGS(Conventional


Geothermal System) dimana pada sistem ini fluida bergerak melalui lapisan dan retakan yang
panas dan UGS(Unconventional Geothermal System). Potensi Geothermal di Indonesia sangat
besar mengingat Indonesia memiliki banyak gunung api dan berada di Ring of Fire membuat
Indonesia memiliki 252 lokasi Geothermal namun hanya 3% saja yang sudah
dioperasikan.Keuntungan geothermal adalah merupakan energy yang bersih dan konstan dengan
membutuhkan lahan yang sedikit. Namun kelemahannya yaitu hanya bisa dibuat dekat lempeng
tektonik yang memiliki risiko tinggi.
6. The New Rush on Minerals Raw Materials
Kelompok logam ini pertama kali ditemukan oleh Karl Axel Arrhenius. Ia mengumpulkan mineral
hitam ytterbit dari penambangan feldspar dan quartz kuarsa di dekat Desa Ytterby, Swedia.
Mineral ini berhasil dipisahkan oleh J. Gadoli dengan memperoleh mineral Ytterbit Selanjutnya,
nama mineral tersebut diganti menjadi gadolinite. Dalam Peralatan pertambangan, peralatan
elektronik bahkan nuklir Logam Tanah Jarang banyak di gunakan. Banyaknya kegunaan yang
dimiliki oleh Logam Tanah Jarang membuat banyak yang berpendapat ini merupakan material
masa depan. China menjadi pemasok tertinggi Logam Tanah Jarang dengan 80% dalam
industrinya sedangkan di Indonesia Pulau Bangka Belitung menjadi pemasok terbesar. Contoh dari
Logam Tanah Jarang adalah Monasit, Zirkon, Xenotim(YPO4), Bastnaesit(CeFCO3).

7. Material Will We Build Tomorrow


Beberapa pokok permasalahan dalam pembangunan pada saat ini adalah Peningkatan populasi
manusia, Ketersediaan bahan baku, Dampak terhadap lingkungan. Raw Material merupakan bahan
baku yang digunakan dalam suatu manufaktur yang nantinya akan diolah menjadi bahan yang siap
digunakan. Raw material mengalami perkembangan seiring kemajuan teknologi berikut adalah
salah satu contoh dari perkembangan Raw material
• Steel, Kekuatannya Meningkat 40 %
• Concrete, Kekuatannya Meningkat hampir 100 %
• Bar, Kekuatannya Meningkat 50 %
Selain itu juga terdapat perkembangan Raw material lainnya seperti:
 Batu bata yang meniru alam dan tumbuh pada suhu rendah - mirip dengan pembentukan
terumbu karang.
 Semen temuan Rice University, Texas yang memiliki partikel tidak acak sehingga hasilnya
dapat lebih kencang dan lebih rekat antar partikel.
 Beton yang menggunakan bakteri yang menghasilkan kalsit untuk memperbaiki keretakan
yang terjadi yang disebabkan oleh air.
 Bata yang mampu menurunkan polusi udara dan mengubahnya menjadi udara yang mampu
menurunkan suhu dalam ruangan.
 Kandungan grafit yang berbentuk lapisan tunggal atom karbon yang tersusun rapat dalam kisi
sarang lebah heksagonal, strukturnya sangat tipis - hanya setebal satu atom dan merupakan
senyawa terkuat yang pernah ditemukan.
8. The Water Resource
Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk tumbuh dan bereproduksi. Sumberdaya air alami
yang berpotensi bermanfaat,meliputi Penggunaan air meliputi kegiatan pertanian, industri, rumah
tangga, rekreasi dan lingkungan. Dari seluruh air di muka bumi ini 97,5% adalah air laut dan asin
lalu sisanya 2,5% adalah air tawar. Air tawar dibagi menjadi air gunung dan batu es(68,6%), air
tanah(30%) dan air di permukaan bumi(1,3%) yang mana terbagi menjadi salju (73,1%) ,danau
(20,1%) dan sisanya untuk rawa,sungai dll.
Siklus hidrologi
Sumber air terbagi menjadi air laut dan air tawar, secara penggunaan air tawar lebih sering dipakai
untuk kehidupan sehari hari baik untuk kebutuhan rumah tangga,industry, dan pertanian. Air tawar
dibagi menjadi air tanah dan juga air permukaan ,air tanah dan air permukaan biasa disimpan di
akuifer dan waduk, air permukaan juga dapat di alirkan melalui system irigasi, penggunaan air
tawar secara keseluruhan ini biasa digunakan dalam kehidupan perekonomian.
Siklus air
Diawali dengan penguapan air laut ke atmosfer. Kemudian pada ketinggian tertentu, uap air akan
mengalami proses kondensasi. Kondensasi adalah perubahan wujud benda menjadi padat atau
mengembun. Pada proses kondensasi, uap air berubah menjadi awan. Awan yang tak mampu
menahan beban air, akan berubah menjadi titik-titik air atau presipitasi (hujan) yang hatuh ke laut
dan mengulangi lagi siklusnya.
Siklus sedang terjadi ketika air laut menguap. Uap air dibawa oleh angin menuju daratan. Di
ketinggian tertentu, uap air mengalami proses kondensasi menjadi awan. Awan kemudian menjadi
hujan yang jatuh di daratan. Hujan akan meresap ke dalam tanah. Sebagian akan diserap oleh akar
tumbuhan. Sebagian lagi akan terbawa aliran air permukaan seperti sungai dan parit.
Siklus panjang diawali air laut yang menguap. Uap air mengalami kondensasi hingga menjadi
awan. Awan dibawa oleh angin ke tempat yang lebih tinggi di daratan. Selanjutnya, awan tersebut
bergabung dengan uap air lain yang berasal dari penguapan air di permukaan seperti dari danau,
sungai, dan hasil transpirasi tumbuhan. Gabungan awan dan uap air tersebut akan jatuh sebagai
hujan. Karena dipengaruhi ketinggian tempat, uap air mengenai lapisan udara dingin. Udara dingin
tersebut mengubah uap air menjadi salju sehingga terjadilah hujan salju atau es di pegunungan
tinggi. Proses inilah yang menjadi penyebab adanya bongkahan es atau salju di puncak
pegunungan. Bongkah-bongkah es tersebut akan meluncur ke tempat lebih rendah akibat gaya
gravitasi. Bongkahan es yang meluncur karena gaya gravitasi ini disebut gletser. Gletser kemudian
mencari dan mengalir melalui perairan darat serta kembali ke laut.
Air tawar
Merupakan air yang tidak beras lawan dari air asin, tidak mengandung banyak larutan garam dan
larutan mineral di dalamnya. Air tawar yang ada dibawah permukaan disebut air tanah, air tanah
dibagi menjadi menjadi enconfined aquifer dan confined aquifer, unfonfined water berada diatas
batuan dimana air tanah yang berada di unconfined aquifer bisa keluar ke atas permukaan bumi
dengan alami biasanya unconfined water dibuat menjadi waduk, sedangkan untuk mendapatkan
air tanah dari confined akuifer dibutuhkan pengeboran karea berada dibawah batuan yang tidak
bisa ditembus secara alamiah maka dari itu biasanya dilakukan pengeboran dan biasanya dibuat
sumur menjadi sumur.
KETERSEDIAAN AIR DI DUNIA
 Pangan dan air adalah dua kebutuhan dasar manusia. Namun kondisi global pada tahun 2002
mengindikasikan bahwa dari sepuluh orang, lima diantaranya memiliki akses ke suplai air
berpipa di rumah, tiga orang memiliki tipe suplai air lainnya seperti mata air terlindung atau
pipa air publik, dua orang tidak sama sekali. Dan sebagai tambahan, empat dari sepuluh orang
tersebut hidup tanpa sanitasi yang berarti.
 Dalam earth summit 2002, para pemerintahan dari berbagai negara menyetujui Plan of Action
untuk:
1. Mengurangi hingga setengah dari jumlah rakyat yang tidak mampu mendapatkan air
minum yang aman pada tahun 2015. Global Water Supply and Sanitation Assessment 2000
Report (GWSSAR) mendefinisikan bahwa setiap orang harus mendapatkan akses sebesar
20 liter per harinya dari sumber sejauh maksimal satu kilometer dari tempat tinggalnya.
2. Mengurangi hingga setengahnya jumlah rakyat yang tidak memiliki akses ke sanitasi dasar.
GWSSAR mendefinisikan sanitasi dasar sebagai sistem pembuangan pribadi atau berbagi
namun bukan milik umum yang memisahkan limbah dari kontak dengan manusia.
 Pada tahun 2025, kelangkaan air akan lebih terlihat di negara miskin di mana sumber daya
terbatas dan perkembangan populasi meningkat, seperti di Afrika, Timur Tengah, dan beberapa
bagian di Asia. Pada tahun 2025, area urbanisasi yang besar akan membutuhkan banyak
infrastruktur baru untuk menyediakan air yang aman dan sanitasi yang pantas. Hal ini
diperkirakan akan menimbulkan konflik dengan pengguna air di pertanian, yang saat ini
menggunakan sebagian besar air yang digunakan oleh seluruh manusia.
 1,6 miliar orang telah mendapatkan akses sumber air yang aman sejak tahun 1990. Proporsi
masyarakat di negara-negara berkembang dengan akses air yang aman dikalkulasikan
meningkat dari 30 persen hingga 71 persen pada tahun 1990, 79 persen pada tahun 2000, dan
84 persen pada tahun 2004. Kecenderungan ini diperkirakan akan berlanjut.
 Penggunaan air indonesia adalah 80% untuk sektor industri dan 20% untuk keperluan rumah
tangga, kota dan industri. Sedangkan untuk penggunaan air di dunia adalah 70% untuk
pertanian, 22% pada industri, dan 8% untuk kebutuhan local
KETERSEDIAAN AIR TAWAR DI INDONESIA
 Meski dalam beberapa tahun Indonesia sering mengalami kekeringan, menurut data yang
dirilis mapsoftheworld.com pada tahun 2013, Indonesia adalah negara dengan sumber air
terbarukan terbesar peringkat lima di dunia. Menurut peringkat ini, Indonesia yang memiliki
sumber air sebanyak 2838 meter kubik berada satu peringkat dibawah dari jumlah Amerika
Serikat yang memiliki cadangan air sebesar 3069 meter kubik. Menurut data yang dirilis,
terlihat bahwa negara-negara dengan sumber air tawar terbesar adalah negara-negara yang
memiliki cakupan wilayah daratan dan hutan yang cukup besar. Seperti Brazil yang menempati
peringkat pertama negara yang memiliki sumber air tawar terbarukan dengan jumlah sebesar
8233 meter kubik.
 Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas wilayah daratannya hanya sepertiga dari total
luas negara, titik-titik sumber air lebih banyak berasal dari pegunungan dan juga wilayah-
wilayah dengan densitas hutan tinggi. Sumber-sumber air tersebut kemudian banyak mengalir
menjadi sungai-sungai yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Hal ini menandakan bahwa cadangan air Indonesia memang banyak bergantung
pada kesehatan hutan di masing-masing wilayah.

PEMANFAATAN AIR
 PERTANIAN
Sumber daya air yang cukup sangat dibutuhkan untuk mengairi lahan pertanian. Pengairan
dalam pertanian sering kali dilakukan petani saat musim kemarau dimana hujan tidak turun.
Pengairan juga dilakukan ketika tanaman siap untuk dipanen. Jika tidak ada pengairan, maka
tanaman pertanian tidak dapat tumbuh dengan baik. Karena hal tersebut, petani harus
memiliki ketersedian sumber daya air yang cukup untuk kebutuhan irigasi.
 THERMOELEKTRIK
Sumber daya air menjadi salah satu sumber pembangkit tenaga listrik yang disebut dengan
PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Air yang mengalir deras dari sumbernya dapat
dimanfaatkan untuk menggerakan turbin pembangkit listrik. Turbin yang berputar akan
mengubah energi potensial dari air menjadi energi mekanis. Energi mekanis lalu diubah oleh
generator listrik menjadi energi listrik. Hal tersebut membuat pemerintah membangun
banyak waduk dan bendungan untuk menampung dan mengalirkan air sehingga mencukupi
kebutuhan air untuk membangkitkan tenaga listrik.
Berkembangnya industri turut mempengaruhi meningkatnya kebutuhan akan listrik. Mesin-
mesin produksi dalam kegiatan industri dan peralatan rumah tangga banyak yang
menggunakan energi listrik. Pemerintah belum sepenuhnya bisa memenuhi kebutuhan listrik
di semua wilayah Indonesia. Banyak daerah- daerah pedalaman yang belum mendapatkan
akses listrik.
 INDUSTRI
Manfaat air bagi industri sebagai bahan baku priduk seperti minuman. Air juga berfungsi
sebagai bahan pembersih alat atau mesin industri. Selain itu air juga dapat digunakan sebagai
pendingin mesin industri. Air juga dapat digunakan sebagai pelarut limbah industri agar
menjadi netral.
 PERTAMBANGAN
Umumnya digunakan sebagai air asam tambang
 LOKAL
Digunakan sebagai keperluan sehari hari / rumah tangga baik air minum, mandi maupun
keperluan lainnya.
 KOMERSIL
Penggunaan SDA bagi kebutuhan usaha ditujukan untuk meningkatkan kemanfaatan sumber
daya air bagi kesejahteraan rakyat. Begitu pula penggunaan SDA bagi kebutuhan usaha
dilakukan mengutamakan kepentingan umum. Kata lain prinsipnya, pemberian perizinan bagi
kegiatan usaha terkait sumber daya air dapat diberikan sepanjang mengutamakan kepentingan
publik terlebih dahulu.

Bendungan adalah penghalang yang menghentikan atau membatasi aliran air atau aliran
bawah tanah. Waduk yang diciptakan oleh bendungan tidak hanya menekan banjir tetapi juga
menyediakan air untuk kegiatan seperti irigasi, konsumsi manusia, penggunaan industri,
akuakultur, dan kemampuan navigasi. Tenaga air sering digunakan bersamaan dengan bendungan
untuk menghasilkan listrik. Sebuah bendungan juga dapat digunakan untuk menampung air atau
untuk penyimpanan air yang dapat didistribusikan secara merata antar lokasi. Bendungan
umumnya memiliki tujuan utama penahan air, sementara struktur lain seperti pintu air atau tanggul
(juga dikenal sebagai tanggul) digunakan untuk mengelola atau mencegah aliran air ke wilayah
daratan tertentu. Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia mendefinisikan bendungan
sebagai "bangunan yang berupa tanah, batu, beton, atau pasangan batu yang dibangun selain untuk
menahan dan menampung air, dapat juga dibangun untuk menampung limbah tambang atau
lumpur."
Tenaga hidroelektrik berasal dari energi potensial air yang dibendung yang menggerakkan
turbin dan generator air; untuk meningkatkan kemampuan pembangkit listrik bendungan, air dapat
dialirkan melalui pipa besar yang disebut penstock . Varian pada model sederhana ini
menggunakan pembangkit listrik tenaga air yang dipompa untuk menghasilkan listrik agar sesuai
dengan permintaan, dengan memindahkan air antar reservoir pada ketinggian yang berbeda. Pada
saat permintaan listrik rendah, kapasitas pembangkitan berlebih digunakan untuk memompa air ke
reservoir yang lebih tinggi. Ketika ada permintaan yang lebih tinggi, air dilepaskan kembali ke
reservoir bawah melalui turbin.

Tenaga hidroelektrik adalah salah satu pembangkit yang memanfaatkan aliran air untuk diubah
menjadi energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik.
Pembangkit listrik ini bekerja dengan cara merubah energi air yang mengalir (dari bendungan atau
air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energi mekanik menjadi
energi listrik (dengan bantuan generator). Kemudian energi listrik tersebut dialirkan melalui
jaringan-jaringan yang telah dibuat, hingga akhirnya energi listrik tersebut sampai ke rumahmu.
Tenaga hidroelektrik terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Bendungan, berfungsi menampung air dalam jumlah besar untuk menciptakan tinggi jatuh air
agar tenaga yang dihasilkan juga besar. Selain itu bendungan juga berfungsi untuk pengendalian
banjir.
2. Turbin, berfungsi mengubah aliran air menjadi energi mekanik. Air yang jatuh akan mendorong
baling-baling sehingga menyebabkan turbin berputar. Perputaran turbin ini dihubungkan ke
generator. Turbin air kebanyakan bentuknya seperti kincir angin.
3. Generator, dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika baling-baling
turbin berputar maka generator juga ikut berputar. Generator selanjutnya merubah energi mekanik
dari turbin menjadi energi listrik.
4. Jalur Transmisi, berfungsi mengalirkan energi listrik dari PLTA menuju rumah-rumah dan
pusat industri
Destilasi merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan kembali
menjadi cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan
komponen-komponennya yang terdapat dalam salah satu larutan atau campuran dan bergantung
pada distribusi komponen-komponen tersebu antara fasa uap dan fasa air. Syarat utama dalam
operasi pemisahan komponen-komponen dengan cara destilasi adalah komposisi uap harus
berbeda dengan komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan
komponen-komponennya cukup dapat menguap.
Ada beberapa tahapan proses destilasi adalah sebagai berikut :
1. Evaporasi atau memindahkan pelarut sebagai uap dari cairan

2. Pemisahan uap-cairan didalam kolom dan untuk memisahkan komponen dengan titik
didih lebih rendah yang lebih mudah menguap komponen lain yang kurang volatil.

3. Kondensasi dari uap, serta untuk mendapatkan fraksi pelarut yang lebih volatil.

Metoda osmosis terbalik ini didasari pada prinsip osmosis. Osmosis merupakan peristiwa yang
terjadi secara alamiah pada dua buah larutan yang berbeda konsentrasinya dan terpisahkan oleh
membran semipermeabel sehingga menyebabkan perpindahan pelarut hingga akhirnya dicapai
kesetimbangan antar keduanya.
Dalam proses pemisahan yang digunakan pada metoda osmosis terbalik, tekanan sebagai energi
pendorong dari luar diberikan kepada sisi yang memiiki konsentrasi lebih tinggi (kadar zat
terlarutnya tinggi) sehingga mampu mendorong pelarut (air) untuk melewati membran tersebut.
Gaya yang diberikan tersebut menyebabkan pelarut (dalam hal ini air murni) akan berpindah dari
larutan yang berkonsentrasi tinggi ke larutan yang berkonsentrasi rendah. Pelarut air yang telah
murni tersebut dipindahkan ke dalam penampungan, sedangkan zat terlarut sebagai zat kontaminan
yang tidak mampu melewati membran semipermeabel akan dibuang sebagai residu.
Teknik Kerja Osmosis Terbalik
Membran semipermeabel bersifat selektif terhadap benda-benda yang melaluinya, seperti
membran yang terdapat pada dinding sel maupun susunan sel pada kantung kemih. Membran ini
sangat mudah dilalui oleh air karena ukuran molekul air sangat kecil, serta akan mencegah
masuknya kontaminan-kontaminan yang ukuran partikelnya lebih besar dari pada air. Perpindahan
massa air akan terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi mineral-mineral terlarut diantara kedua
sisi membran, karena air memiliki sifat berpindah dari larutan yang berkonsentrasi rendah ke
konsentrasi yang tinggi (berdifusi), melalui membran dari sisi konsentrasi rendah menuju larutan
berkonsentrasi tinggi. Sehingga tekanan osmotik akan melawan proses difusi yang menyebabkan
terbentuknya kesetimbangan konsentrasi di antara kedua sisi membran.
Proses osmosis terbalik akan mampu memindahkan massa air dalam konsentrasi kontaminan
tinggi (sebagai air baku) menuju sisi penampungan air dengan konsentrasi kontaminan rendah.
Gaya dorong yang tercipta berasal dari air bertekanan tinggi di sisi air baku, sehingga menciptakan
proses yang berlawanan arah dari proses alamiah osmosis. Proses yang terjadi secara spesifik
dinamakan sebagai ion eksklusi, dimana sejumlah ion pada permukaan membran sebagai sebuah
pembatas mengizinkan molekul-molekul air untuk melaluinya seiring melepas substansi-substansi
lain. (Water riview Technical Brief ,1995)
9. Geological Risk
Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti gempa
bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus. Gempa bumi dan gunung meletus terjadi di
hanya sepanjang jalur-jalur pertemuan lempeng tektonik di darat atau lantai samudera. terdapat
beberapa contoh bencana geologi antara lain:
a) Gunung Meletus, merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma
adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.

Beberapa ancaman dari gunung berapi:

Mitigasi bencana gunung api:


Manfaat Gunung Meletus:
 Membuat tanah dan tumbuhan di sekitarnya subur.
 barang tambang (mineral) semakin dekat ke permukaan bumi.
 Mendinginkan Atmosfer Bumi.
 pariwisata dan sanatorium.

b) Gempa Bumi & Tsunami


Gempa Bumi adalah getaran/guncangan yang terjadi pada bumi sebagai akibat
tumbukan antar lempeng, patahan/sesar aktif, aktivitas gunungapi, dan runtuhan
batuan.
Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena
adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi / gangguan impulsive dari
dasar laut

Sumber/pusat Gempa Bumi:


 Hiposenter, tempat trerjadinya gempabumi yang berada di bawah
permukaan bumi.
 Episenter, adalah proyeksi hiposenter di permukaan bumi dinyatakan
dalam koordinat geografis,
 Kedalaman gempabumi adalah jarak tegak lurus episenter ke sumber
gempabumi. Gempa dangkal (kedalaman < 33 km), gempa menengah (33-
90 km), gempa dalam (> 90 km).

Mekanisme terjadinya Tsunami:


 Kondisi Awal, Gempa bumi biasanya berhubungan dengan goncangan
permukaan yang terjadi sebagai akibat perambatan gelombang elastik
(elastic waves) melewati batuan.
 Pemisahan Gelombang, Setelah beberapa menit kejadian gempa bumi,
gelombang awal tsunami akan terpisah menjadi tsunami yang merambat ke
samudera yang disebut sebagai tsunami berjarak (distant tsunami).
 Amplifikasi, terjadi hal-hal seperti peningkatan amplitudo gelombang dan
penurunan panjang gelombang Setelah mendekati daratan dengan lereng
yang lebih tegak.
 Rayapan, Pada saat gelombang tsunami merambat dari perairan dalam,
akan melewati bagian lereng kontinental sampai mendekati bagian pantai
dan terjadi rayapan tsunami .
Mitigasi Bencana Gempa bumi dan Tsunami:

c) Gerakan Tanah / Tanah Longsor, Tanah Longsor merupakan salah satu jenis
gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau
keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun
lereng tersebut.

Jenis Tanah Longsor:


1. Longsoran Translasi
2. Longsoran Rotasi
3. Pergerakan Blok
4. Runtuhan Batu
5. Rayapan Tanah
6. Aliran Bahan Rombakan
Tahapan Mittigasi Bencana Tanah longsor:
1. Pemetaan, Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan
bencana alam geologi di suatu wilayah.
2. Penyelidikan, Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana
sehingga dapat digunakan dalam perencanaan penanggulangan bencana.
3. Pemeriksaan, Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi
bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
4. Pemantauan, dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis
secara ekonomi dan jasa.
5. Sosialisasi, Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi
/Kabupaten /Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana alam tanah
longsor dan akibat yang ditimbulkannnya.
6. Pemeriksaan Kembali, Bertujuan untuk mempelajar Kembali penyebab,
proses terjadinya, dan tata cara penanggulangan bencana pada daerah yang
ditinjau.
d) Banjir
Menurut BNPB, banjir adalah peristiwa atau kejadian alami di mana sebidang
tanah atau area yang biasanya merupakan lahan kering, tiba-tiba terendam air
karena volume air meningkat (yang sifatnya sementara). Adapun penyebabnya
antaralain:
1. Kondisi Topografi
2. Intensitas Hujan yang Tinggi
3. Penyumbatan Aliran Air
4. Sedikitnya Area Peresapan Air
Jenis – Jenis Banjir:
⪢ Banjir Lahar Dingin, Jenis ini umumnya terjadi pada saat erupsi gunung
berapi. Lahar dingin yang dikeluarkan akibat erupsi gunung berapi
mengalir ke daratan yang berada dibawahnya.
⪢ Banjir Rob, Jenis banjir ini disebabkan karena pasangnya air laut. Air
laut tersebut tertumpuk, dan karena tidak kuat menahan akhirnya
tanggul jebol dan menggenangi daratan.
⪢ Banjir Bandang, Banjir jenis ini tidak hanya berisi material air namun
didalamnya mengangkut lumpur, dan membuat banjir bandang sangat
berbahaya dibanding dengan jenis banjir lainnya.
Mitigasi bencana banjir:
Ella Yulaelawati dan Usman Syihab dalam Mencerdasi Bencana (2008)
menjelaskan terdapat tiga cara mitigasi bencana yang dapat dilakukan
pemerintah dan masyarakat, yaitu:
1. Kegiatan fisik (struktur)
2. Kegiatan non-struktur
3. Kombinasi kegiatan struktur dan non-struktur

10. Pemanfaatan dan Pengembangan Ruang Bawah Tanah


Ruang bawah tanah merupakan Rubanah (lakuran untuk ruang bawah tanah; bahasa Inggris
basement) dalam pengertian umum adalah ruangan di bawah permukaan tanah di bawah
sebuah gedung atau rumah. Rubanah biasanya diperuntukkan untuk tempat parkir (seperti
banyak di gedung-gedung mall dan perkantoran), tempat persembunyian dari badai tornado
(di Amerika) atau gudang. Dalam pembangunan dan pengembangan kota, selain lahan,
diperlukan kontribusi geologi terutama data dan informasi tentang kondisi tanah dan
batuan, hidrologi dan hidrogeologi, sumber daya mineral, sumber daya air, bahaya geologi,
kondisi tektonik, dan proses geologi lainnya. Kondisi tanah dan batuan sangat diperlukan
karena tanah dan batuan di setiap lahan mempunyai karakteristik yang tidak sama.
Informasi tektonik yang diperlukan antara lain keberadaan sesar aktif, sistem retakan
batuan, sejarah kegempaan, dan struktur bawah permukaan. Kondisi hidrologi diperlukan
untuk menghindari banjir mengingat pengembangan kota umumnya dibangun di daerah
dataran banjir sehingga perlu diperhitungkan dalam perencanaan sistem drainase. Selain
itu kondisi hidrogeologi yang diperlukannya antara lain kedalaman muka air tanah, arah
aliran air tanah, dan kualitas air tanah. Infrastruktur bawah tanah sering digunakan untuk
jaringan (kabel, air limbah, dan drainase), transportasi (kereta bawah tanah, terowongan,
dan lorong), dan penyimpanan (gudang, gudang, tempat parkir, dan energi termal).

Tipe Ruang Bawah Tanah:


 Tipe A – Perlindungan Tanki (Tanked Protection)
 Tipe B – Perlindungan Integral Terstruktrur (Structurally Integral Protection)
 Tipe C – Perlindungan dengan Pengaliran (Drained Protection)
Komponen dan Sumber Daya Ruang Bawah Tanah:
 Tanah bawah tanah
 Air tanah
 Energi Panas Bumi
 Geomaterial
Hal Yang Dibutuhkan Dalam Pembuatan Ruang Bawah Tanah:
 Pengetahuan tentang lingkungan
 Penguasaan masalah terkait tanah
 Permasalahan geologi perkotaan
 Permasalahan interaksi lingkungan dengan infrastruktur perkotaan

Tujuan Distribusi air tanah :


• Membawa sebagian besar sumber daya air minum
• Jaringan alternatif, yang berkembang ketika sumber daya air terbatas
• Pengambilan spot untuk pengguna individu (industri, rumah tangga, dll.).
Eksploitasi aliran panas bumi dan kapasitas penyimpanan ruang bawah tanah dilakukan
sesuai dengan tiga kedalaman :
• Energi panas bumi yang dalam
• Energi panas bumi kedalaman menengah
• Energi panas bumi dangkal
Kegunaan utama untuk geomaterial di daerah perkotaan adalah :
• Bahan bangunan mineral, seperti beton dan agregat aspal; dan
• Mengisi bahan untuk infrastruktur jalan dan kereta api, pekerjaan penggalian, dan
perubahan lokasi.
Berikut Merupakan Contoh Penerapan Ruang Bawah Tanah:
 Sistem Mass Rapid Transit (MRT) Singapore
 Pusat perbelanjaan
 Jalan bawah tanah Jalan
 Tol Pantai Marina (Marina Coastal Expressway / MCE)
BAB III
PENUTUP
Dengan mempelajari beberapa contoh dari perkembangan ilmu dan isu kebumian tersebut
diharpakan semakin mengembangkan inovasi bagi dunia terutama Indonesia dibidang geologi.
Kemajuan dalam sebuah Negara ditentukan oleh seberapa inovatifnya masyarakat yang ada di
Negara tersebut. Dimasa yang akan dating arus globalisasi serta teknologi yang semakin maju
akan memacu kita untuk semakin inovatif dan melahirkan pemikiran-pemikiran baru yang
tepat serta efisien. Geologist yang dalam hal ini sebagai orangnya memberikan peran besar
pada isu isu kebumian yang berkembang di dunia oleh karena itu seorang geologist harus
adaptif dalam memanfaatkan peluang yang ada dimasa depan nanti serta guna mengantisipasi
permasalahan di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai