Diusulkan oleh:
Sylva Indonesia IPB
September, 2022
Contact Person
Sibgah Amanullah
Email : pcsylvaipb@gmail.com
Phone : 081298989108
INFORMASI ORGANISASI
Sylva Indonesia merupakan Ikatan Mahasiswa Kehutanan Indonesia yang
dibentuk pada tahun 1959 di Yogyakarta. Pada saat ini Sylva Indonesia memiliki 48
Pengurus Cabang dan 10 Pengurus Regional yang tersebar di 48 universitas seluruh
Indonesia. Pembangunan kehutanan tentunya harus diiringi dengan pengembangan
SDM Kehutanan yang berkualitas. Terkait hal tersebut, Sylva Indonesia merasa perlu
membuka ruang akses untuk dapat mengaktualisasikan diri terhadap upaya-upaya
pengelolaan hutan yang lebih baik.
Tujuan
Tujuan organisasi Pengurus Pusat Sylva Indonesia adalah meningkatkan
persatuan dan kerjasama mahasiswa kehutanan, meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia khususnya mahasiswa kehutanan, mempertegas peran mahasiswa
kehutanan sebagai kontrol sosial dan agen perubahan dalam pengambilan kebijakan
dan pengelolaan, serta meningkatkan partisipasi rakyat dalam usaha pengelolaan
sumberdaya hutan untuk kemakmuran rakyat.
Penasihat Program
Dr. Ir. Bambang Hendroyono, M.M. (Dewan Pembina Sylva Indonesia 2022-2024)
Dr. Ir. Agus Setyarso, M.Sc. (Dewan Pembina Sylva Indonesia 2022-2024)
Dr. Ir. Naresworo Nugroso, M.S. (Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB)
Pelaksana Program
M. Iqbal Amran (Sekretaris Jendral Sylva Indonesia)
Sibgah Amanullah (Ketua PC Sylva Indonesia IPB)
Tsabit Khairul Auni (Ketua Pelaksana PMKI 2022)
Fito Rama Yulianto (Wakil Ketua Pelaksana PMKI 2022)
Ade Pera Amydha Sudrajat (Sekretaris Pelaksana PMKI 2022)
Virginia Marcella Mokodompit (Bendahara Pelaksana PMKI 2022)
Adit Muhammad (Ketua Divisi Acara)
Arhan Trirahido (Ketua Divisi Humas)
Isnandri Ilham (Ketua Divisi Logistik dan Konsumsi)
Ganta Gaffrila (Ketua Divisi Publikasi, Dekorasi, Dokumentasi)
Muhammad Roni Hakim (Ketua Divisi Keamanan, Kebersihan, Kesehatan)
Rekening Bank
177901004976534 Bank BRI a.n. Pengurus Pusat Sylva Indonesia
INFORMASI PROGRAM
B. Latar Belakang
Perubahan iklim telah menjadi masalah global yang mengancam banyak jiwa
dalam tiga dekade terakhir. Beberapa peneliti memprediksi kenaikan suhu global akan
naik 2,7°C pada abad ini. Berbagai konvensi seperti Perjanjian Paris telah disepakati
oleh banyak negara sebagai bentuk komitmen menangani dampak perubahan iklim
global. Momentum COP26 menjadi krusial sejak Perjanjian Paris yang terbentuk dalam
agenda COP21 pada tahun 2015. Hal tersebut karena untuk pertama kalinya ratusan
negara menyampaikan hasil kerja pemangkasan emisi mereka dalam lima tahun
terakhir sesuai dengan kesepakatan laporan rutin Perjanjian Paris.
Selain itu, COP26 menjadi pertemuan pertama untuk melakukan evaluasi
setelah Perjanjian Paris. Dalam Perjanjian Paris telah disepakati jika pemanasan global
naik hingga 1,5°C di atas suhu yang pernah dialami pada era pra-industri, maka akan
terjadi banyak perubahan yang tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, rencana yang
telah disusun sebelumnya harus dilaksanakan. Adapun target-target utama saat
Perjanjian Paris atau ketika COP21, yaitu sebagai berikut: (1) Melakukan pengurangan
emisi Gas Rumah Kaca (GRK); (2) Mendorong peningkatan produksi energi
terbarukan; (3) Mempertahankan suhu global di bawah 2°C atau idealnya maksimal
1,5°C; serta (4) Komitmen menyumbangkan miliaran dolar untuk dampak perubahan
iklim yang dihadapi oleh negara-negara miskin.
Indonesia meratifikasi Perjanjian Paris pada 22 April 2016 melalui Undang-
Undang Nomor 16 tahun 2016 dan menyusun rencana penurunan emisi dalam
Nationally Determined Contribution (NDC). Indonesia telah berjanji untuk mengurangi
emisi sebesar 29% dengan usaha sendiri dan sebesar 41% dengan dukungan
internasional pada tahun 2030. Indonesia juga menyatakan komitmen untuk
mengatasi perubahan iklim dan mencegah kenaikan suhu di bawah 2°C pada rata-
rata global atau 1,5°C di atas tingkat pra-industri. Selain itu melakukan upaya dalam
memenuhi target suhu yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris untuk mencapai net
zero emission di tahun 2050.
Selain berkomitmen untuk mengendalikan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
sebagaimana tertuang di dalam Nationally Determined Contribution Republik
Indonesia dan Long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR)
2050, Indonesia juga menetapkan ambisi carbon net sink pada tahun 2030 khusus
sektor hutan dan lahan. Komitmen ini merupakan rancangan capaian penurunan emisi
GRK sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya atau FoLU (Forest and other
Land Use). FoLU Net Sink 2030 merupakan kondisi dimana tingkat serapan sudah
berimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi sektor FoLU terkait pada tahun
2030. Sektor kehutanan memiliki porsi terbesar di dalam target penurunan emisi GRK
sebesar 59,76% di tahun 2030. Untuk itu, Pemerintah mengakselerasi penurunan
emisi GRK menuju Net Sink FoLU yang dituangkan dalam dokumen Long Term
Strategy Low Carbon Climate Resilience (LTS-LCCR).
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan rencana
operasional FoLU Net Sink 2030 yang ditetapkan melalui
SK.168/MENLHK/PKTL/PLA.1/2/2022. Di dalam dokumen tersebut, setidaknya
terdapat 8 kebijakan kunci FoLU Net Sink 2030, yaitu kegiatan prakondisi kawasan
hutan, pemanfaatan hutan alam untuk jasa lingkungan ataupun Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK), mendorong regenerasi hutan alam terdegradasi, efisiensi penggunaan
lahan dan optimalisasi lahan tidak produktif, akselerasi kegiatan penyerapan karbon
dalam kawasan hutan, pengembangan kebijakan fiskal, penegakan hukum yang
konsisten dan intensif, serta penguatan basis data sektor FoLU yang memenuhi kaidah
Measuring, Reporting, and Verification (MRV).
Peran dan partisipasi berbagai pihak (termasuk mahasiswa) merupakan bagian
penting dalam mewujudkan carbon net sink di sektor FoLU pada tahun 2030. Terlebih
berdasarkan hasil rumusan Kongres Kehutanan Indonesia (KKI) VII tahun 2022,
keterlibatan mahasiswa dalam pembangunan kehutanan menjadi salah satu isu
strategis yang perlu ditinjau ulang. Namun demikian, hal tersebut harus didukung oleh
kapasitas dan kapabilitas mahasiswa yang mumpuni. Situasi tersebut mendorong
Sylva Indonesia untuk berperan aktif dalam upaya meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas mahasiswa kehutanan demi terwujudnya pembangunan kehutanan yang
berkelanjutan dan berkeadilan. Inisiatif ini Kami wujudkan dalam program “Pelatihan
Mahasiswa Kehutanan Indonesia (PMKI) 2022”.
C. Tujuan
Tujuan umum program PMKI 2022 adalah meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas mahasiswa kehutanan dalam upaya mendukung pembangunan kehutanan
di Indonesia.
Adapun tujuan khusus program ini mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Menguatkan kerangka berpikir dan pemahaman mahasiswa terhadap berbagai
upaya pembangunan kehutanan Indonesia.
2. Menjembatani dan memfasilitasi kontribusi pemikiran dan pandangan para pihak
terhadap peran serta mahasiswa dalam pembangunan kehutanan Indonesia.
3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa kehutanan sebagai bentuk penguatan
kapabilitas SDM kehutanan.
D. Sasaran Hasil
Pelaksanaan program PMKI 2022 diharapkan mencapai sasaran hasil sebagai
berikut:
1. Terpetakannya situasi, kondisi, dan permasalahan kebijakan pembangunan
kehutanan terkini.
2. Terpetakannya pandangan dan pemikiran para pihak mengenai peran mahasiswa
dalam pembangunan kehutanan Indonesia.
3. Terselenggaranya upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa
kehutanan Indonesia.
4. Tersusunnya naskah hasil dan dokumentasi program (prosiding).
5. Tersusunnya media pembelajaran hasil pelaksanaan program (modul pelatihan).
E. Outcome
Berbagai luaran program PMKI 2022 diharapkan dapat menghasilkan dampak
sebagai berikut:
1. Terbangunnya pondasi knowledge management system gerakan mahasiswa
kehutanan se-Indonesia.
2. Terbentuknya mahasiswa kehutanan Indonesia yang profesional, berjiwa
rimbawan, peduli terhadap lingkungan, serta mampu berkontribusi terhadap
pembangunan kehutanan Indonesia.
G. Tata Waktu
Keseluruhan rangkaian pelaksanaan program PMKI 2022 (persiapan hingga
pasca pelaksanaan) akan dilaksanakan selama periode tiga bulan (September-
November 2022). Adapun pelaksanaan kegiatan utama PMKI 2022 akan dilaksanakan
pada bulan November 2022. (Rincian jadwal pelaksanaan kegiatan terlampir pada
lampiran 1 dan Lampiran 2).
I. Pembiayaan
Program Pelatihan Mahasiswa Kehutanan Indoneisa: “Forester Action for
Climate Change Mitigation” memerlukan dukungan pembiayaan sebesar Rp.
251,150,000,- (Dua Ratus Lima Puluh Satu Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Pembiayaan akan diupayakan dari para pihak yang bersedia mendukung pelaksanaan
kegiatan ini dan memiliki kepentingan atas penyelenggaraan dan hasil kegiatan (mitra
potensial). (Rincian anggaran disajikan pada lampiran 4 dan list paket sponsorship
disajikan pada lampiran 5).
J. Penutup
Proposal ini disusun sebagai bahan rujukan utama pelaksanaan program. Selain
itu, proposal ini merupakan wahana untuk membangun komunikasi dengan para pihak
yang berkepentingan atas terselenggaranya program dan rangkaian kegiatan.
Diharapkan program dan rangkaian kegiatan dapat terselenggara dengan baik dan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan kehutanan Indonesia.
Lampiran 1
Tata Waktu Pelaksanaan Program Pelatihan Mahasiswa Kehutanan Indonesia 2022