Anda di halaman 1dari 3

RANGKUMAN REDD+

REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (plus: role of conservation,
sustainable management of forest carbon stocks in developing countries)

- Adalah langkah-langkah yang didesain untuk menggunakan insentif keuangan guna


mengurangi emisi dari gas rumah kaca, deforestasi, dan degradasi hutan, peran konservasi,
pengelolaan hutan lestari, dan peningkatan stok carbon hutan dengan menggunakan
pendekatan nasional dan implementasi di sub nasional.
- merupakan program insentif untuk negara-negara yang mau menjaga hutannya. Program ini
ditargetkan untuk negara berkembang yang memiliki hutan luas yang menjadi pasokan
'nafas' bagi dunia. Indonesia menjadi salah satu negara di jajaran terdepan dan mendapat
julukan paru-paru dunia.

Hutan Indonesia memegang peran strategis dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sehingga
menjadikan Indonesia sangat berkepentingan dengan REDD+. Indonesia merupakan salah satu
negara REDD+ yang telah aktif berperan dalam negosiasi terkait hutan dan REDD+. Kegiatan REDD+
merupakan aksi yang dapat diukur atau hasilnya dinyatakan sebagai pengurangan atau
penghindaran emisi/peningkatan stok karbon.

Indonesia harus menurunkan emisi sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan luar
negeri pada tahun 2030, komitmen penurunan emisi ini terdapat di dalam dokumen Nationally
Determined Contribution (NDC).

Sejarah REDD+ di Indonesia

Sejak menjadi tuan rumah COP-13 di Bali (tahun 2007), Indonesia telah memulai kegiatan terkait
REDD+ secara aktif, dengan menempatkan REDD di negara berkembang sebagaimana tertuang
dalam Bali Action Plan (Policy Approaches and Positive Incentives for REDD+ in Developing
Countries).

Indonesia juga telah menghasilkan studi melalui IFCA (Indonesia Forest Climate Alliance) yang
merupakan wadah komunikasi dan konsultasi stakeholders dalam proses pelaksanaan studi IFCA,
yang ditujukan untuk mengetahui status kesiapan Indonesia melaksanakan REDD pada waktu itu
baik dari aspek teknis/metodologis maupun kebijakan dan partisipasi stakeholder. Hasil studi IFCA
menjadi dasar penyusunan strategi dan input bagi Keputusan COP-16 di Cancun tahun 2010 yaitu
bahwa REDD+ dilaksanakan secara bertahap (readiness – transisi - implementasi penuh) dan
penanganan isu nasional-sub nasional dalam implementasi REDD+.

Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam pencapaian target penurunan emisi melalui
penyampaian First Nationally Determined Contribution ke Sekretariat UNFCCC pada COP 21 di Paris
pada tahun 2015. Dokumen NDC yang menyebutkan bahwa target penurunan emisi gas rumah kaca
nasional sebesar 29% (unconditional) sampai dengan 41% (conditional) dibandingkan dengan BAU
pada tahun 2030 menempatkan kegiatan mitigasi bidang Penggunaan Lahan.
REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation, role of conservation,
sustainable management of forest and enhancement of forest carbon stocks in developing
countries) merupakan upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, peran
konservasi, pengelolaan hutan lestari, dan peningkatan stok carbon hutan dengan menggunakan
pendekatan nasional dan implementasi di sub nasional. Hutan Indonesia memegang peran strategis
dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sehingga menjadikan Indonesia sangat berkepentingan
dengan REDD+. Indonesia merupakan salah satu negara REDD+ yang telah aktif berperan dalam
negosiasi terkait hutan dan REDD+. Kegiatan REDD+ merupakan aksi yang dapat diukur atau hasilnya
dinyatakan sebagai pengurangan atau penghindaran emisi/peningkatan stok karbon.

Sejak pertama kali masuk dalam agenda COP (COP-11 di Montreal tahun 2005) dengan nama
Reducing Emissions from Deforestation in Developing Countries (RED) dan berkembang menjadi
REDD+ pada COP-13 di Bali, memberikan peluang bagi negara berkembang untuk mencari solusi
bagaimana agar deforestasi dan degradasi dapat dikurangi dengan tetap dapat melanjutkan
pembangunan nasionalnya. Sejak menjadi tuan rumah COP-13 di Bali (tahun 2007), Indonesia telah
memulai kegiatan terkait REDD+ secara aktif, dengan menempatkan REDD di negara berkembang
sebagaimana tertuang dalam Bali Action Plan (Policy Approaches and Positive Incentives for REDD+
in Developing Countries). Indonesia juga telah menghasilkan studi melalui IFCA (Indonesia Forest
Climate Alliance) yang merupakan wadah komunikasi dan konsultasi stakeholders dalam proses
pelaksanaan studi IFCA, yang ditujukan untuk mengetahui status kesiapan Indonesia melaksanakan
REDD pada waktu itu baik dari aspek teknis/metodologis maupun kebijakan dan partisipasi
stakeholder. Hasil studi IFCA menjadi dasar penyusunan strategi dan input bagi Keputusan COP-16 di
Cancun tahun 2010 yaitu bahwa REDD+ dilaksanakan secara bertahap (readiness – transisi -
implementasi penuh) dan penanganan isu nasional-sub nasional dalam implementasi REDD+.

Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam pencapaian target penurunan emisi melalui
penyampaian First Nationally Determined Contribution ke Sekretariat UNFCCC pada COP 21 di Paris
pada tahun 2015. Dokumen NDC yang menyebutkan bahwa target penurunan emisi gas rumah kaca
nasional sebesar 29% (unconditional) sampai dengan 41% (conditional) dibandingkan dengan BAU
pada tahun 2030 menempatkan kegiatan mitigasi bidang Penggunaan Lahan, Perubahan
Penggunaan Lahan dan Kehutanan (Land Use, Land Use Change and Forestry) yang diantaranya
melalui skema REDD+ merupakan salah satu tumpuan dalam pencapaian target tersebut. COP 21 di
Paris juga telah dihasilkan Paris Agreement, dimana diperoleh pengakuan yang semakin kuat dari
dunia internasional terhadap peran hutan dan REDD+. Dengan mempertimbangkan progres
penyiapan melalui fase readiness yang telah cukup maju, dan dengan mempertimbangkan telah
lengkapnya aturan main REDD+ serta perkembangan terkini dalam Paris Agreement, harus didorong
agar REDD+ di Indonesia dapat sesegera mungkin diimplementasikan secara penuh.
Dalam konteks nasional, untuk implementasi REDD+ secara penuh sebagaimana tertuang dalam
Warsaw REDD+ Framework, sejumlah perangkat/instrumen/ infrastruktur telah dan sedang
dibangun yaitu : Strategi Nasional REDD+, Forest Reference Emission Level (FREL), Monitoring,
Reporting, and Verification (MRV)/ National Forest Monitoring System (NFMS), Sistem Informasi
Pelaksanaan Safeguards (SIS) REDD+ dan instrumen pendanaan. REDD+ merupakan aksi nasional
dengan implementasi di tingkat sub nasional memerlukan sistem MRV nasional yang akan diacu oleh
sistem MRV sub nasional untuk memenuhi prinsip metodologi IPCC yang transparan, akurat,
konsisten, komparatif, dan menyeluruh (TACCC). Sistem MRV ini akan menjadi salah satu prasyarat
kunci dalam implementasi REDD+ secara penuh dalam rangka memperoleh pembayaran berbasis
kinerja (result based payment/RBP).

Indonesia sejak awal telah menunjukkan komitmen kuat untuk melakukan pengurangan emisi
melalui berbagai negosiasi di tingkat internasional demi menjaga agar tidak terjadi kenaikan suhu
bumi yang memperparah dampak negatif perubahan iklim saat ini. Indonesia telah melakukan
berbagai hal penting dalam fase persiapan, fase transisi, dan sekarang menjelang fase implementasi
penuh REDD+. Sejumlah perangkat arsitektur dan infrastruktur telah dibangun dan sebagian lainnya
dalam proses pengembangan. Instrumen itu antara lain mencakup Strategi Nasional REDD+, Forest
Reference Emission Level (FREL), Monitoring, Reporting, and Verification (MRV), National Forest
Monitoring System, Funding Instrument, dan Sistem Informasi Pelaksanaan Safeguards (SIS) REDD+
serta progres di tingkat provinsi, maupun inisiatif terkait lainnya (level Demonstration
Activity/project, oleh swasta, dan inisiatif masyarakat lokal)

REDD+ melakukan 3 program, yaitu:

1. Penurunan deforestasi;
2. Peningkatan penerapan prinsip pengelolaan hutan berkelanjutan;
3. Trehabilitasi 12jt Ha lahan yang terdegradasi.

Keuntungan negara apabila mengikuti REDD+ adalah dapat memacu pembenahan pengelolaan
hutan di indonesia.

Keuntungan Indonesia apabila mengikuti REDD+ adalah akan mendorong kerja pemerintah di
tataran nasional dan sub nasional, serta pendapatan tambahan atas terjaganya hutan alam. Program
REDD+ merupakan peluang besar bagi negara berkembang, khususnya Indonesia. Selain membantu
perlindungan sumber daya alam, REDD+ juga program berbiaya murah dan berdaya guna.

Anda mungkin juga menyukai