Anda di halaman 1dari 26

Ekologi

Bentanglahan
Kelompok 2
MUH. AKBAR RIZKI PRATAMA PUTRA 22/508716/PMU/11329
RISDAYANTI SAPANNA 22/509379/PMU/11358
DEVARA ANDRE SUMAR 23/524383/PMU/11518
FAMEILIA HANDAYANI 23/526126/PMU/11581
Mei 1992, INC menyepakati secara konsensus Kerangka
Kerja Konvensi Perubahan Iklim PBB (United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Konvensi ini membagi negara-negara ke dalam 2
Kemudian pada Juni 1992, mulailah diselenggarakan KTT kelompok, yaitu negara yang maju yang terdaftar di
Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil, dimana pada kesempatan ini dalam Annex I (dikenal dengan negara Annex I)
Konvensi Perubahan Iklim mulai ditandatangani. serta negara berkembang yang tidak terdaftar di
dalam negara Annex I (dikenal dengan negara non-
Annex I). Di dalam Konvensi Perubahan Iklim
dinyatakan bahwa negara Annex I maupun negara
Setelah KTT Bumi telah diadakan, beberapa non-Annex I harus menyerahkan laporan yang
pertemuan internasional dan hasil yang penting dikenal dengan nama National Communication,
adalah Rapat Tahunan COP (Conference Of the yaitu laporan mengenai inventarisasi emisi GRK
Party) III di Kyoto pada tahun 1997 yang diadakan serta program dan kebijakan perubahan iklim
oleh UNFCCC. Rapat tersebut mengeluarkan Kyoto nasionalnya. Namun, batas waktu penyerahan
Protocol. Isi kesepakatan ini adalah kewajiban bagi National Communication bagi negara non-Annex I
negara maju yang disebut Annex I Countries untuk lebih longgar daripada negara Annex I
mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar
5%.
The History of Gas Carbon Policy
Secara global, deforestasi Setiap Pihak yang termasuk dalam Lampiran I,
The Kyoto Protocol, dalam mencapai komitmen pembatasan dan
menyumbang hingga 18% pengurangan emisinya yang terukur untuk
December, 1997 mendorong pembangunan berkelanjutan
emisi gas rumah kaca,
atau sekitar 5,8 miliar ton
The Marrakesh Kebocoran manfaat karbon terjadi ketika emisi
setara CO2 yang meningkat di luar batas proyek karena aktivitas
Accords, Conference proyek. reboisasi untuk menghasilkan kredit
dilepaskan ke atmosfer, of the Parties COP7, yang memenuhi syarat untuk perdagangan
berdasarkan Mekanisme Pembangunan Bersih
setiap tahunnya. Angka ini August 2001 (CDM)

lebih besar dibandingkan


Proyek ini dirancang berdasarkan standar Mekanisme
gabungan transportasi Pembangunan Bersih (CDM) untuk penghijauan dan

The Noel Kempff reboisasi.

dan penerbangan global. Mercado Climate Action


Dengan mengurangi pertanian tebang dan bakar serta
mengembangkan program pendapatan alternatif.
Proyek ini mencakup revegetasi dan pencegahan
Pengurangan deforestasi Project, 1997-2005 deforestasi; pendanaan konservasi jangka panjang dan
pengelolaan taman nasional; dan pengembangan
adalah “peluang terbesar masyarakat berkelanjutan dan pencegahan kebocoran

untuk pengurangan emisi The European Komisi Eropa membuat kebijakan untuk 'strategi
pengurangan emisi jangka menengah dan panjang,
karbon yang hemat biaya Commission: Winning yaitu merancang insentif bagi negara-negara
berkembang untuk mengambil bagian dalam
dan segera”. the battle against global
pengurangan emisi internasional dan menjadi cara
climate change, 2005 untuk mencapai partisipasi yang lebih luas
Koalisi negara-negara Hutan Hujan Perubahan ini dilakukan sebagai respons

The Coalition for dibentuk, dipimpin oleh Papua Nugini.


Koalisi ini merupakan organisasi antar
Secara
SBSTA global, deforestasi
29, Poznan, terhadap tekanan dari negara-negara seperti
India, yang ingin melihat ‘konservasi,
Rainforest pemerintah dengan tujuan ‘negara- December 2008 – hingga 18%
menyumbang pengelolaan hutan berkelanjutan dan
negara berhutan tropis berkolaborasi peningkatan stok karbon hutan’ mengingat
Nations, 2005 REDD Plus
untuk menyelaraskan pengelolaan hutan
dengan pembangunan ekonomi’
emisi gas rumah kaca, tingkat prioritas yang sama dalam negosiasi
seperti deforestasi dan degradasi hutan.

atau sekitar 5,8 miliar ton


Pemerintah PNG dan Pemerintah Kosta
COP11, Montreal, Rika, Koalisi untuk Negara-negara Hutan Bonn, June
setara 2009 –
CO2
Memfasilitasi negosiasi di antara para pihak.
yang
Para Pihak mengenai pemenuhan Rencana Aksi
Hujan meminta agenda: Pengurangan
November 2005 The introduction of Bali menuju hasil yang disepakati untuk diadopsi
emisi dari deforestasi di negara-negara dilepaskan ke atmosfer,
pada Cop15 di Kopenhagen pada
berkembang the negotiating text Desember 2009
setiap tahunnya. Angka ini
Badan Pendukung Saran Ilmiah dan Teknologi
(SBSTA) mulai mempertimbangkan REDD. lebih besar dibandingkan
SBSTA 24th Session, Mereka mencatat perlunya mengatasi Bangkok 7th Session of
thegabungan transportasi
pengurangan emisi akibat deforestasi di
Bonn, May, 2006 negara-negara berkembang sebagai bagian dari AWG LCA Sep/Oct mencegah konversi hutan alam menjadi perkebunan
upaya mitigasi untuk mencapai tujuan akhir
Konvensi. dan penerbangan global.
2009

Ada lima isu utama yang masih diperdebatkan:


Pengurangan deforestasi
tindakan yang konsisten terhadap konservasi
1. Ruang lingkup – apa yang harus dimasukkan
dalam definisi REDD
adalah “peluang terbesar keanekaragaman hayati dan tidak memberikan
insentif untuk konversi hutan alam maupun
COP13, Bali 2007 –
2. Pengukuran, pelaporan dan verifikasi
3. Hak-hak masyarakat adat
untukoptions
Possible pengurangan
for emisi
pengamanan konversi hutan alam
meningkatkan manfaat sosial dan lingkungan
The Bali Action Plan 4. Pilihan pembiayaan
5. Pengaturan kelembagaan – apakah kegiatan
REDD at Copenhagen
karbon yang hemat biaya
lainnya termasuk jasa [lingkungan] [ekosistem]],
REDD dipertimbangkan yang saling melengkapi sesuai dengan maksud
Kegiatan tingkat nasional atau proyek. dan segera”. dan tujuan konvensi internasional yang relevan
dan dalam perjanjian
Clean Development
Mechanism (CDM)

Dalam Protokol Kyoto terdapat target penurunan


emisi yang dikenal dengan nama Quantified Emission
Limitation and Reduction Objectives (QELROs).
Terdapat 3 mekanisme yang disebut dengan
mekanisme fleksibel yang memungkinkan negara maju
Dalam situs resmi UNFCCC dikatakan
dan negara berkembang untuk bekerja sama dalam
bahwa CDM diatur dalam Pasal 12 Protokol
perdagangan karbon, dan salah satu diantaranya
Kyoto. Pada pasal tersebut diatur bahwa
adalah CDM.
negara maju dapat berpartisipasi
Clean Development Mechanism (Mekanisme mengurangi emisi melalui kredit CER yang
Pembangunan Bersih) merupakan suatu mekanisme diperoleh dari proyek penurunan emisi di
untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dimana negara berkembang.
negara-negara berkembang dapat turut
berpartisipasi bekerja sama dengan negara maju.
Prinsip Dasar yang Harus
Tujuan CDM Dipenuhi Proyek CDM

Menurunkan emisi gas buang/emisi GRK Prinsip additionality atau prinsip nilai
tambah, yaitu bahwa proyek CDM ini
haruslah memberikan nilai tambah yang
Mewujudkan pembangunan berkelanjutan signifikan baik terhadap lingkungan maupun
di negara berkembang terhadap perekonomian

Meminimalisir penggunaan bahan bakar Prinsip eligibility merupakan hal penting


yang tidak dapat diperbaharui untuk menghindari terjadinya investasi pada
proyek yang tidak mendukung terciptanya
pembangunan yang berkelanjutan.
Persyaratan Pengurangan
Emisi Melalui CDM

Partisipasi negara berkembang dilakukan atas


dasar sukarela dan pihak-pihak yang terlibat
telah menyetujuinya.

Hasil penurunan emisi harus nyata, dapat diukur


dan memberi dampak jangka panjang dalam hal
perlindungan iklim.

Kegiatan CDM harus menghasilkan keuntungan


atau perolehan (additionality) dalam hal
pengurangan emisi dibanding jika tanpa
kegiatan CDM.
Kriteria Pelaksanaan
Proyek CDM

Keterukunan, yaitu Eksternalitas atau kebocoran, yaitu


pengurungan emisi diukur mengenai risiko dan pengelolaan
secara kuantitatif. risiko proyek yang berkaitan
dengan kemungkinan terjadinya
kebocoran emisi yang telah
dikurangi.
Base line, yaitu alat ukur untuk
menilai keuntungan proyek
terkait pemenuhan syarat
keabsahan.
Pemantauan, menjamin
terjadinya pengamanan atas
Keabsahan, yaitu proyek CDM harus dapat emisi karbon yang telah
membantu negara berkembang mencapai dikurangi.
tujuan pembangunan berkelanjutan dan
tujuan utaman Konvensi Perubahan Iklim.
Mekanisme CDM

Negara Non-Annex I adalah negaranegara yang Negara Annex I adalah negara-negara yang telah
tidak termasuk dalam Annex I, yang kontribusinya menyumbangkan pada GRK akibat kegiatan manusia
terhadap GRK jauh lebih sedikit serta memiliki sejak revolusi industri tahun 1850-an, yaitu:
pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih rendah Amerika Serikat, Australia, Belanda, Italia, Inggris,
contohnya Indonesia Jepang, dll.
Siklus Proyek CDM
Tindakan yang dijalankan Pemerintah Indonesia berhubungan dengan
proyek CDM :

Climate Technology Initiative (CTI)


Ratifikasi Protokol Kyoto pada 28 Juni
Workshop, untuk pelatihan pengetahuan
2004
tentang teknologi untuk melakukan
mitigasi GRK

Pembentukan DNA, rapat konsultasi Skillshare Wrokshop dor members of


terakhir sekaligus menyetujui kriteria DNA. kegiatan untuk berbagi
pembangunan berkelanjtuan atas proyek pengalaman dan memepelajari lebih
CDM. banyak tentang mekanisme kerja untuk
mengevaluasi proyek CDM

Peluncuruan Website DNA, ditujukan


Diaolog Nasional dengan tiopik
untuk memfasilitasi proses
bahasan negosiasi pengaruh dan
pelaksanaan CDM di Indonesia
adaptasi perubahan iklim, serta CDM
sebagai media dasar untuk
memberikan informasi mengenai DNA, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
prosedur Project Design Document Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
(PDD), proposal proyek, potensial Lingkungan Hidup (PPLH) sebagai
pembeli CERs, dan status evaluasi wujud upaya pemerintah dalam
proposal proyek. menjaga dan melestarikan lingkungan.
Nationally Determined
Contribution (NDC)
Nationally Determined Contribution (NDC) adalah dokumen
yang memuat komitmen dan aksi iklim sebuah negara yang
dikomunikasikan kepada dunia melalui United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Pada
tahun 2015, 196 negara menyepakati Perjanjian Paris untuk
bersama-sama menahan kenaikan suhu global di bawah 2
derajat Celcius dan menekannya lebih lanjut menuju 1,5 derajat
Celcius. Mereka juga bersepakat untuk meningkatkan
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap dampak
perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan iklim serta
pembangunan rendah emisi sembari tetap menjaga produksi
pangan (adaptasi).

NDC memuat upaya masing-masing negara untuk mengurangi


emisi dan menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim.
Berbagai aksi iklim ini harus dapat membawa kita untuk
mencapai tujuan Perjanjian Paris, yakni mencapai puncak emisi
GRK global secepat-cepatnya dan mengurangi emisi GRK
dengan cepat setelahnya sehingga dunia mencapai
keseimbangan antara emisi GRK yang dihasilkan dan yang
diserap pada paruh kedua abad ini.
NDC : Komitmen
Iklim Indonesia

Indonesia terlibat dalam Kesepakatan Paris tentang Perubahan Iklim


dan telah mengajukan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional
(Nationally Determined Contribution/NDC).
NDC Indonesia adalah komitmen yang dinyatakan oleh pemerintah
Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi
perubahan iklim sesuai dengan target dan rencana yang ditetapkan.
NDC Indonesia berfokus pada berbagai sektor,
termasuk energi, kehutanan, pertanian, dan
transportasi, dengan tujuan utama mengurangi
emisi gas rumah kaca.
Target ini mencakup upaya pengurangan
emisi dalam sektor energi, pengelolaan hutan
dan lahan, serta sektor-sektor lain yang
signifikan dalam menyumbang emisi.

Indonesia juga memiliki rencana untuk


meningkatkan kapasitas adaptasinya terhadap
dampak perubahan iklim, seperti peningkatan
ketahanan terhadap bencana alam yang terkait
dengan perubahan iklim.

NDC Indonesia merupakan komitmen penting


dalam upaya global untuk mengurangi
pemanasan global dan mengatasi perubahan
iklim. Kesepakatan Paris, yang mencakup NDC
dari berbagai negara, adalah kerangka kerja
internasional yang bertujuan untuk mencapai
tujuan ini.
Reducing Emisions From
Deforestation and Forest
Degradation (REDD)
Sebuah usaha pengurangan emisi dari deforestasi
dan degradasi hutan di dunia. REDD merupakan
sebuah mekanisme untuk mengurangi emisi GRK
(Gas Rumah Kaca) dengan cara memberi kompensasi
bagi pihak yang melakukan pencegahan degradasi
hutan dan deforestasi. (Munawaroh, 2015)

Gambar 1.1 Peta Dunia REDD (Hijau : Pendukung program REDD, Merah : Program REDD yang akan dilaksanakan)
REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest
Degradation (REDD)) adalah langkah-langkah yang Skema REDD+ merupakan sebuah mekanisme insentif
didesain untuk menggunakan insentif keuangan untuk global bagi beberapa negara berkembang yang
mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari mampu menjaga hutannya dari kerusakan lebih lanjut.
tindakan deforestasi dan degradasi hutan. REDD+ bertujuan Seperti disinggung sebelumnya, kegiatan REDD+
untuk mewujudkan perlindungan dan pengelolaan terhadap meliputi upaya penghentian deforestasi dan
kelestarian hutan dengan cara memberikan insentif bagi degradasi hutan, serta mengikutsertakan kegiatan
negara-negara berkembang atas kontribusinya dalam konservasi hutan dan karbon, pengelolaan hutan
mengusahakan segala upaya untuk melawan perubahan secara lestari, dan peningkatan cadangan karbon.
iklim.

Konsep dan mekanisme REDD sendiri mengalami perubahan


menjadi REDD+. Perubahan ini disebabkan oleh perluasan
Hal tersebut sesuai dengan mandat dari paragraph
cakupan pengertian. Awalnya REDD hanya mengurus
70 keputusan COP 16 di Cancun tentang kontribusi
masalah pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi
setiap negara dalam aksi mitigasi perubahan iklim
hutan. Sementara REDD+ juga memperhatikan pelaksanaan
di sektor kehutanan melalui aktivitas REDD+ sesuai
program konservasi hutan dan manajemen hutan pada
dengan kapabilitas dan kondisi nasional.
tingkat global, nasional, dan sub-nasional.
Prinsip REDD+

Negara-negara industri maju diwajibkan


untuk menurunkan emisinya melalui
kegiatan mitigasi dan alih teknologi menuju
pembangunan rendah karbon. Sementara
terhadap negara-negara berkembang, yang
belum dikenai kewajiban menurunkan emisi,
berpeluang memperoleh berbagai bentuk
dukungan pendanaan dan teknologi untuk
Mekanisme pemberian kompensasi terhadap
mengubah jalur pembangunan ekonominya
negara yang menjaga kawasan hutan dengan
menuju model pembangunan rendah karbon.
meminimalkan pembukaan hutan dan
penurunan fungsi hutan (Satgas, 2010)
Sejarah Berdirinya REDD+dan indonesia

Perjanjian ini dirancang untuk dilaksanakan dalam tiga


1990 2005 2009 2010 tahapan.

1. “Implementasi,” yang merupakan dasar penting


dengan membentuk kelembagaaan REDD+ di
Indonesia, membangun sistem independen untuk
pemantauan, pelaporan dan verifikasi tingkat
deforestasi (dikenal sebagai MRV) dan mekanisme
untuk memberikan pembayaran.
2. “Transformasi,” akan menguji strategi untuk
Rio Earth Summit di Protokol Kyoto di COP 15 Copenhagen - COP 16 - Indonesia - Norway
Brazil Montreal: Presiden Susilo perjanjian bilateral REDD+ mengatasi sumber utama emisi karbon di dua
mendeklarasikan ide pengurangan emisi Bambang Yudhoyono: Indonesia berjanji untuk mengurangi provinsi percontohan, peningkatan penegakan hukum
keseimbangan karbon (GHG), mengurangi emisi CO2 emisi karbon melalui penciptaan dan pelaksanaan larangan tebang (moratorium) hutan
lingkungan dan membahas mengenai Indonesia sampai 26%. lembaga pemantauan dan selama dua tahun di konsesi-konsesi baru secara
terbentuk UN deforestasi dan Bahkan, dengan adanya pembatasan penggunaan lahan nasional. Moratorium diberlakukan pada tahun 2011
Framework Convention degradasi dan menjadi dukungan keuangan baru, serta penegakan ketat dari UU
dan diperpanjang pada tahun 2013.
on Climate Change isu utama dalam agenda internasional, Presiden tentang Kehutanan. Sebagai
3. “Kontribusi untuk memverifikasi penurunan emisi”
(UNFCCC) pada tahun pengurangan emisi Yudhoyono gantinya, pemerintah Norwegia akan
1992 karbon dari deforestasi berkomitmen untuk membayar pemerintah Indonesia yang akan melihat kelayakan Indonesia untuk
dan degrdasi dari negara mengurangi emisi gas hingga $ 1 miliar, tergantung pada menerima sebagian besar paket pembayaran, yaitu $
berkembang rumah kaca sampai 41%. seberapa jauh target pengurangan 800 juta, sesuai dengan target pengurangan emisi
emisi bertemu yang ditetapkan.

skema ini adalah upaya dari negara-negara maju untuk membuat negara berkembang mau turut menanggung dosa bersama, yaitu polusi industri
dan polusi jenis lainnya, dengan cara negara berkembang tidak boleh menebangi hutan yang dimilikinya. Hubungan hutan dengan polusi industri?
Pelajaran biologi dasar, CO dan CO2 diserap tumbuhan hijau lalu diolah kembali menjadi O2.
Pelaksanaan REDD di Indonesia
Sejak penyelenggaraan COP13 di Bali Pemerintah Tata Cara pengajuan REDD di Indonesia
Indonesia c.q. Departemen Kehutanan Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009
mengembangkan perangkat hukum atau peraturan
yang terkait langsung dengan pelaksanaan REDD. Di 1. Mengajukan permohonan kepada Menteri
antara perangkat tersebut terdapat tiga Peraturan dengan melampirkan persyaratan
Menteri yang telah resmi diundangkan, yaitu: 2. Menteri menugaskan Komisi REDD untuk
melakukan penilaian atas permohonan
1. Permenhut No. P. 68/Menhut-II/2008 tentang
3. Paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
Penyelenggaraan Demonstration Activities
setelah menerima hasil penilaian Komisi REDD,
Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan
Menteri dapat menyetujui atau menolak dalam
Degradasi Hutan (REDD)
bentuk surat persetujuan pelaksanaan REDD
(www.dephut.go.id/files/P68_08.pdf)
4. Paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah
2. Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009 tentang
mendapat persetujuan dari Menteri, pemohon
Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan
dapat segera melaksanakan kegiatan REDD
Degradasi Hutan (REDD)
(www.dephut.go.id/files/P30_09_r.pdf ) 5. Apabila setelah 90 (sembilan puluh) hari,
3. Permenhut No. P. 36/Menhut-II/2009 tentang pemohon tidak memulai kegiatan REDD, maka
Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan persetujuan Menteri dibatalkan.
Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada 6. Pedoman penilaian permohonan REDD
Hutan Produksi dan Hutan Lindung
(www.dephut.go.id/files/ P36_09.pdf )
Hak dan Kewajiban
Penyelenggara REDD

(1) Pelaku REDD mempunyai hak :


Entitas nasional memperoleh pembayaran dari
entitas internasional atas penurunan emisi yang
dihasilkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Entitas internasional menggunakan sertifikat REDD
sebagai bagian dari pemenuhan komitmen
pengurangan emisi negara maju sesuai peraturan (2) Pelaku REDD mempunyai kewajiban :
yang berlaku Melakukan kegiatan pengelolaan hutan dalam
Memperjual-belikan sertifikat REDD bagi rangka pelaksanaan REDD
perdagangan karbon REDD pasca 2012 yang dikaitkan Menetapkan referensi emisi sebelum
dengan pelaksanaan komitmen pengurangan emisi pelaksanaan REDD
negara maju Melakukan pemantauan sesuai dengan
rencana
Menyampaikan laporan hasil pemantauan
kepada Menteri melalui Komisi REDD
Mengukur Emisi Karbon merupakan upaya
untuk melakukan perhitungan karbon
secara lebih baik sehingga pengurangan
emisi akan dapat diukur dan diverifikasi
dengan cara yang dapat diandalkan.
(Cifor, 2014)

Untuk menghitung besarnya pengurangan


emisi sebagai dampak dari intervensi
REDD+, kita perlu mengetahui dua hal:
Jumlah emisi karbon setelah
intervensi; dan
Jumlah emisi karbon yang seharusnya
dilepaskan jika tidak ada intervensi
(dikenal sebagai “tingkat acuan” atau
“acuan”.
Volume pengurangan emisi dihitung
sebagai emisi aktual setelah REDD+
Sumber : (KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI, 2015)
dikurangi emisi acuan.
Global Warming Potential (GWP)

GWP adalah pengukuran yang membandingkan


dampak pemanasan global dari gas yang berbeda.
GWP membandingkan jumlah panas terperangkap
dari sejumlah gas dengan jumlah tertentu panas
yang terperangkap oleh karbon dioksida bermassa
serupa dalam jangka waktu tertentu.

Contoh Perhitungan:
Contoh Perhitungan
1. Faktor Emisi Konsumsi Listrik
Perhitungan Emisi menggunakan rumus sesuai dengan
standar IPCC: CO2 CH4 N2O
(kgCO2/kWH) (kgCO2/kWH) (kgCO2/kWH)
E= KE x FE x GWP
0,774388897 0,00001594341 0,00000876813

E : Emisi gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O) dalam


Sumber: Ecometrica, 2011
kgCO2eq
KE : Konsumsi energi dalam kWH
2. Nilai Global Warming Potential (GWP)
FE : faktor emisi gas rumah kaca dalam kg gas/kWh
GWP : Global Warming Potential dalam CO2eq NO Gas Rumah Kaca Nilai GWP

1 CO2 1

2 CH4 28

3 N2O 265

Sumber: IPCC, 2014


Contoh Perhitungan
Dengan penggunaan listrik sebesar 1.000 kWh maka jumlah emisi
CO2, NH4, dan N2O adalah sebagai berikut:

CO2 N2O
E: KE x FE x GWP E: KE x FE x GWP
E: 1.000 kWh x 0,774388897 kgCO2/kWh E: 1.000 kWh x 0,00000876813 kgCO2/kWh x
x1 265
E: 744,388897 kgCO2eq E: 2,32355445 kgCO2eq

NH4
Jumlah Emisi
E: KE x FE x GWP
E: CO2 + NH4 + N2O
E: 1.000 kWh x 0,00001594341 kgCO2/kWh x
E: 744,389 + 0,446 + 2,324
28
E: 747,159
E: 0,44641548 kgCO2eq
DAFTAR PUSTAKA
Aria Cipta, Thomas. 2015. Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) di Indonesia. Tesis Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Lampung
Eko Mulyani, Mari. 2009. Pelaksanaan Mekanis Pembangunan Bersih di Indonesia. Tesis Magister Ilmu
Lingkungan. Universitas Indonesia
Munawaroh, Najmah. 2017. Redd Dan Kearifan Lokal. Environmental Geography Student
Association. https://egsa.geo.ugm.ac.id/2017/10/30/redd-dan-kearifan-lokal/
Krisnawati, Haruni., dkk. 2015. Metode Standar untuk Pendugaan Emisi Gas Rumah Kaca dari Hutan dan
Lahan Gambut di Indonesia (Versi 2). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Badan Penelitian dan Inovasi
La Viña, A. G. M., de Leon, A., & Barrer, R. R. (2016). History and future of redd+ in the UNFCCC: Issues and
challenges. Research Handbook on REDD-Plus and International Law
https://doi.org/10.4337/9781783478316.00013
Margono, Belinda Arunarwati. 2019. Komponen Implementasi REDD+ Sampai dimana kita?.Direktorat
Inventarisasi dan Pemantauan sumber Daya Hutan
Millock, K. 2013. Clean Development Mechanism. Encyclopedia of Energy, Natural Resource and
Environmental Economics
Setyaningrum, Wita. 2015. ANALISIS YURIDIS IMPLEMENTASI PROTOKOL KYOTO DI INDONESIA SEBAGAI
NEGARA BERKEMBANG. Jurnal Komunikasi Hukum. Volume 1 Nomor 2.
Thanks

Anda mungkin juga menyukai