Bentanglahan
Kelompok 2
MUH. AKBAR RIZKI PRATAMA PUTRA 22/508716/PMU/11329
RISDAYANTI SAPANNA 22/509379/PMU/11358
DEVARA ANDRE SUMAR 23/524383/PMU/11518
FAMEILIA HANDAYANI 23/526126/PMU/11581
Mei 1992, INC menyepakati secara konsensus Kerangka
Kerja Konvensi Perubahan Iklim PBB (United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Konvensi ini membagi negara-negara ke dalam 2
Kemudian pada Juni 1992, mulailah diselenggarakan KTT kelompok, yaitu negara yang maju yang terdaftar di
Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil, dimana pada kesempatan ini dalam Annex I (dikenal dengan negara Annex I)
Konvensi Perubahan Iklim mulai ditandatangani. serta negara berkembang yang tidak terdaftar di
dalam negara Annex I (dikenal dengan negara non-
Annex I). Di dalam Konvensi Perubahan Iklim
dinyatakan bahwa negara Annex I maupun negara
Setelah KTT Bumi telah diadakan, beberapa non-Annex I harus menyerahkan laporan yang
pertemuan internasional dan hasil yang penting dikenal dengan nama National Communication,
adalah Rapat Tahunan COP (Conference Of the yaitu laporan mengenai inventarisasi emisi GRK
Party) III di Kyoto pada tahun 1997 yang diadakan serta program dan kebijakan perubahan iklim
oleh UNFCCC. Rapat tersebut mengeluarkan Kyoto nasionalnya. Namun, batas waktu penyerahan
Protocol. Isi kesepakatan ini adalah kewajiban bagi National Communication bagi negara non-Annex I
negara maju yang disebut Annex I Countries untuk lebih longgar daripada negara Annex I
mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar
5%.
The History of Gas Carbon Policy
Secara global, deforestasi Setiap Pihak yang termasuk dalam Lampiran I,
The Kyoto Protocol, dalam mencapai komitmen pembatasan dan
menyumbang hingga 18% pengurangan emisinya yang terukur untuk
December, 1997 mendorong pembangunan berkelanjutan
emisi gas rumah kaca,
atau sekitar 5,8 miliar ton
The Marrakesh Kebocoran manfaat karbon terjadi ketika emisi
setara CO2 yang meningkat di luar batas proyek karena aktivitas
Accords, Conference proyek. reboisasi untuk menghasilkan kredit
dilepaskan ke atmosfer, of the Parties COP7, yang memenuhi syarat untuk perdagangan
berdasarkan Mekanisme Pembangunan Bersih
setiap tahunnya. Angka ini August 2001 (CDM)
untuk pengurangan emisi The European Komisi Eropa membuat kebijakan untuk 'strategi
pengurangan emisi jangka menengah dan panjang,
karbon yang hemat biaya Commission: Winning yaitu merancang insentif bagi negara-negara
berkembang untuk mengambil bagian dalam
dan segera”. the battle against global
pengurangan emisi internasional dan menjadi cara
climate change, 2005 untuk mencapai partisipasi yang lebih luas
Koalisi negara-negara Hutan Hujan Perubahan ini dilakukan sebagai respons
Menurunkan emisi gas buang/emisi GRK Prinsip additionality atau prinsip nilai
tambah, yaitu bahwa proyek CDM ini
haruslah memberikan nilai tambah yang
Mewujudkan pembangunan berkelanjutan signifikan baik terhadap lingkungan maupun
di negara berkembang terhadap perekonomian
Negara Non-Annex I adalah negaranegara yang Negara Annex I adalah negara-negara yang telah
tidak termasuk dalam Annex I, yang kontribusinya menyumbangkan pada GRK akibat kegiatan manusia
terhadap GRK jauh lebih sedikit serta memiliki sejak revolusi industri tahun 1850-an, yaitu:
pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih rendah Amerika Serikat, Australia, Belanda, Italia, Inggris,
contohnya Indonesia Jepang, dll.
Siklus Proyek CDM
Tindakan yang dijalankan Pemerintah Indonesia berhubungan dengan
proyek CDM :
Gambar 1.1 Peta Dunia REDD (Hijau : Pendukung program REDD, Merah : Program REDD yang akan dilaksanakan)
REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Forest
Degradation (REDD)) adalah langkah-langkah yang Skema REDD+ merupakan sebuah mekanisme insentif
didesain untuk menggunakan insentif keuangan untuk global bagi beberapa negara berkembang yang
mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari mampu menjaga hutannya dari kerusakan lebih lanjut.
tindakan deforestasi dan degradasi hutan. REDD+ bertujuan Seperti disinggung sebelumnya, kegiatan REDD+
untuk mewujudkan perlindungan dan pengelolaan terhadap meliputi upaya penghentian deforestasi dan
kelestarian hutan dengan cara memberikan insentif bagi degradasi hutan, serta mengikutsertakan kegiatan
negara-negara berkembang atas kontribusinya dalam konservasi hutan dan karbon, pengelolaan hutan
mengusahakan segala upaya untuk melawan perubahan secara lestari, dan peningkatan cadangan karbon.
iklim.
skema ini adalah upaya dari negara-negara maju untuk membuat negara berkembang mau turut menanggung dosa bersama, yaitu polusi industri
dan polusi jenis lainnya, dengan cara negara berkembang tidak boleh menebangi hutan yang dimilikinya. Hubungan hutan dengan polusi industri?
Pelajaran biologi dasar, CO dan CO2 diserap tumbuhan hijau lalu diolah kembali menjadi O2.
Pelaksanaan REDD di Indonesia
Sejak penyelenggaraan COP13 di Bali Pemerintah Tata Cara pengajuan REDD di Indonesia
Indonesia c.q. Departemen Kehutanan Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009
mengembangkan perangkat hukum atau peraturan
yang terkait langsung dengan pelaksanaan REDD. Di 1. Mengajukan permohonan kepada Menteri
antara perangkat tersebut terdapat tiga Peraturan dengan melampirkan persyaratan
Menteri yang telah resmi diundangkan, yaitu: 2. Menteri menugaskan Komisi REDD untuk
melakukan penilaian atas permohonan
1. Permenhut No. P. 68/Menhut-II/2008 tentang
3. Paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
Penyelenggaraan Demonstration Activities
setelah menerima hasil penilaian Komisi REDD,
Pengurangan Emisi Karbon dari Deforestasi dan
Menteri dapat menyetujui atau menolak dalam
Degradasi Hutan (REDD)
bentuk surat persetujuan pelaksanaan REDD
(www.dephut.go.id/files/P68_08.pdf)
4. Paling lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah
2. Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009 tentang
mendapat persetujuan dari Menteri, pemohon
Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan
dapat segera melaksanakan kegiatan REDD
Degradasi Hutan (REDD)
(www.dephut.go.id/files/P30_09_r.pdf ) 5. Apabila setelah 90 (sembilan puluh) hari,
3. Permenhut No. P. 36/Menhut-II/2009 tentang pemohon tidak memulai kegiatan REDD, maka
Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan persetujuan Menteri dibatalkan.
Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada 6. Pedoman penilaian permohonan REDD
Hutan Produksi dan Hutan Lindung
(www.dephut.go.id/files/ P36_09.pdf )
Hak dan Kewajiban
Penyelenggara REDD
Contoh Perhitungan:
Contoh Perhitungan
1. Faktor Emisi Konsumsi Listrik
Perhitungan Emisi menggunakan rumus sesuai dengan
standar IPCC: CO2 CH4 N2O
(kgCO2/kWH) (kgCO2/kWH) (kgCO2/kWH)
E= KE x FE x GWP
0,774388897 0,00001594341 0,00000876813
1 CO2 1
2 CH4 28
3 N2O 265
CO2 N2O
E: KE x FE x GWP E: KE x FE x GWP
E: 1.000 kWh x 0,774388897 kgCO2/kWh E: 1.000 kWh x 0,00000876813 kgCO2/kWh x
x1 265
E: 744,388897 kgCO2eq E: 2,32355445 kgCO2eq
NH4
Jumlah Emisi
E: KE x FE x GWP
E: CO2 + NH4 + N2O
E: 1.000 kWh x 0,00001594341 kgCO2/kWh x
E: 744,389 + 0,446 + 2,324
28
E: 747,159
E: 0,44641548 kgCO2eq
DAFTAR PUSTAKA
Aria Cipta, Thomas. 2015. Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB) di Indonesia. Tesis Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Lampung
Eko Mulyani, Mari. 2009. Pelaksanaan Mekanis Pembangunan Bersih di Indonesia. Tesis Magister Ilmu
Lingkungan. Universitas Indonesia
Munawaroh, Najmah. 2017. Redd Dan Kearifan Lokal. Environmental Geography Student
Association. https://egsa.geo.ugm.ac.id/2017/10/30/redd-dan-kearifan-lokal/
Krisnawati, Haruni., dkk. 2015. Metode Standar untuk Pendugaan Emisi Gas Rumah Kaca dari Hutan dan
Lahan Gambut di Indonesia (Versi 2). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Badan Penelitian dan Inovasi
La Viña, A. G. M., de Leon, A., & Barrer, R. R. (2016). History and future of redd+ in the UNFCCC: Issues and
challenges. Research Handbook on REDD-Plus and International Law
https://doi.org/10.4337/9781783478316.00013
Margono, Belinda Arunarwati. 2019. Komponen Implementasi REDD+ Sampai dimana kita?.Direktorat
Inventarisasi dan Pemantauan sumber Daya Hutan
Millock, K. 2013. Clean Development Mechanism. Encyclopedia of Energy, Natural Resource and
Environmental Economics
Setyaningrum, Wita. 2015. ANALISIS YURIDIS IMPLEMENTASI PROTOKOL KYOTO DI INDONESIA SEBAGAI
NEGARA BERKEMBANG. Jurnal Komunikasi Hukum. Volume 1 Nomor 2.
Thanks