Anda di halaman 1dari 5

PWKL4106

NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2023/2024 Ganjil (2023.2)

Pengantar Ilmu Lingkungan


PWKL4106

No. Soal Skor


1. Manusia hidup pada suatu lingkungan yang ditempatinya, yang dikenal sebagai lingkungan hidup. 25
Di sisi lain, ekologi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari rumah tangga lingkungan,
termasuk semua makhluk hidup yang berada di dalamnya dan semua proses fungsionalnya.

Pertanyaannya:
a. Coba Anda jelaskan hubungan antara ekologi dan lingkungan! Dan bagaimana hubungannya
dengan ilmu-ilmu lainnya? Jelaskan pula hubungan perencanaan wilayah dengan lingkungan!
b. Coba jelaskan peran manusia dalam lingkungan hidup dan dalam ekologi!
c. Jelaskan 3 manfaat ekologi pada kehidupan dan lingkungan!
d. Menurut Anda, bagaimana kondisi lingkungan di daerah Anda saat ini? Jelaskan dan jika ada
masalah, bagaimana masyarakat sekitar mengatasinya?

2. Di alam ini terdapat berbagai siklus/daur/sirkulasi baik elemen yang esensial maupun elemen yang 20
nonesensial. Daur elemen nonesensial umumnya berdaur dalam sedimen, dan elemen
nonesensial cukup banyak yang sifatnya dapat membahayakan makhluk hidup, seperti unsur-
unsur radioaktif, logam berat dan lain sebagainya, sehingga membahayakan makhluk hidup di
ekosistem tersebut. Daur elemen esensial disebut daur nutrien atau daur biogeokimia.

Pertanyaannya:
a. Coba Anda jelaskan arti biogeokimia dan daur biogeokimia, serta hubungannya dengan energi!
b. Daur biokimia ada yang berjalan sempurna dan ada pula yang tidak sempurna. Coba Anda
jelaskan mengapa dapat terjadi daur yang tidak sempurna?
c. Pada suatu ekosistem, ada yang disebut dengan faktor pembatas, coba Anda uraikan apa yang
disebut faktor pembatas tersebut dan berikan contohnya! Mengapa faktor pembatas berbeda
antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya?
d. Ekosistem mampu merawat dan mengatur dirinya sendiri secara alami, tanpa adanya campur
tangan dari luar, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Apakah semua ekosistem mempunyai
kemampuan yang sama untuk melakukan perubahan?

1 dari 5
PWKL4106

3. 25
Diduga karena Limbah Sawit, Ribuan Ikan di Sungai Retok Kubu Raya Mati Mengapung,
Warga Terindikasi Terdampak Penyakit

SuaraKalbar.id - Ribuan ekor berbagai jenis ikan di Desa Retok, Kabupaten Kubu Raya,
Kalimantan Barat mati mengapung. Hal ini justru membuat warga sekitar heboh dengan fenomena
tersebut. Matinya bermacam jenis ikan tersebut diduga akibat pencemaran limbah pabrik kepala
sawit yang berada di sekitar hulu sungai di daerah itu. Kejadian itu ditemukan warga pertama kali
pada Jumat(15/04/2022) lalu. Ikan-ikan yang mati di Sungai Retok tersebut terlihat aneh.

Kepala Desa Retok, Sahidin mengatakan dirinya bersama sejumlah tim pun kemudian menelusuri
sungai Retok di Kubu Raya. Ditengah perjalan, rombongan Kepala Desa melihat sejumlah ikan
mati terlihat mengapung.

Ikan-ikan itu diantaranya ikan Baung, Tilan, Tamparas dan ada pula ikan Buntal. Sahidin katakan,
ada juga jenis ikan lainnya yang mati, seperti Tingadak, Kilabo, Tapah, udang, Baung tikus, Belut,
Bintutu, Jelawat, Ringau, Kaloi, Lais, Sengarat, Banga, Babungalan, hingga siluk atau arwana.

“Ikan-ikan di Sungai Retok tiba-tiba mengapung dan mati. Kematian seperti ini cenderung aneh,”
katanya saat dihubungi suara.com, Selasa(19/04/2022). Sahidin memastikan, matinya ikan-ikan di
sepanjang Sungai Retok dan sekitarnya itu bukan karena racun. Akan tetapi
terindikasi pencemaran limbah sawit.

“Saya pastikan ini bukan disebabkan racun ikan. Karena dari ciri-ciri air, air sungai keruh, berbeda
jika disebabkan racun ikan. Selain itu, air sungai mengandung minyak,” ujarnya.

Ia juga menduga, ada kebocoran kolam penampungan limbah pabrik sawit yang terletak di hulu
sungai. Kejadian serupa kata Sahidin, sudah pernah terjadi sejak tahun 2015 dan tahun 2019 lalu.

“Kolam penampungan sawit itu letaknya ada di Kabupaten Landak. Tapi aliran sungainya hingga
ke Retok. Sejak saya menjadi Kades, sudah tiga kali terjadi. Pertama di tahun 2015, 2019, dan
sekarang tahun 2022. Tahun ini yang terparah, ratusan hingga ribuan ekor ikan mati,” ungkapnya.

Akibat peristiwa ini, warga Desa Retok dan sekitarnya merasa dirugikan. Sebab Sungai Retok
merupakan saran yang digunakan warga untuk keperluan sehari-hari kini tidak bisa digunakan.
Bahkan hal tersebut berpotensi menimbulkan penyakit.

“Kami minta agar ada solusi dari perusahaan untuk memastikan limbahnya tidak berbahaya.
Karena warga Retok dan sekitarnya tidak bisa menggunakan untuk mandi, cuci dan konsumsi.
Masyarakat sangat dirugikan dan diantaranya ada yang kena diare,” kata Sahidin.

Sahidin tegaskan pihak perusahaan abai dengan kewajibannya. Semestinya menurut Sahidin,
pengelolaan dan pendirian pabrik sesuai dengan standar lingkungan hidup.

………………dst

Sumber: https://kalbar.suara.com/read/2022/04/19/193526/diduga-karena-limbah-sawit-ribuan-
ikan-di-sungai-retok-kubu-raya-mati-mengapung-warga-terindikasi-terdampak-penyakit

2 dari 5
PWKL4106

Pertanyaannya:
a. Berdasarkan bacaan di atas, apa penyebab terjadinya pencemaran air tersebut serta termasuk
sumber pencemar apa? Coba Anda uraikan jenis pencemaran yang terjadi tersebut secara
fisik, dan dampaknya!
b. Apa dampak pencemaran air terhadap kesehatan secara langsung maupun tidak langsung?
c. Coba Anda jelaskan pencemaran air di Indonesia!
d. Menurut Anda, bagaimana pencemaran air di daerah Anda? Jelaskan dan bagaimana
pemerintah mengatasi pencemaran tersebut!

4. 30
Masalah Keanekaragaman Hayati di Sulawesi

Hutan di Sulawesi masih terus menghadapi tekanan kebakaran hutan, baik yang disengaja
atau alami, akibat utama dari pemberian konsesi pertambangan jangka panjang kepada
perusahaan multinasional di dalam kawasan konservasi di Sulawesi Utara serta di perbatasan
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Perubahan tata guna lahan ini
mempercepat laju kehilangan kawasan hutan lindung Sulawesi. Pada akhirnya akan
mengancam kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati. Bahkan menurut perkiraan
Bank Dunia (Holmes 2002), kawasan hutan daratan rendah Sulawesi sebenarnya telah habis
tahun 2000 lalu.

Begitu juga pada ekosistem pesisir dan laut. Konversi lahan mangrove yang tidak terkendali,
kegiatan reklamasi pantai di kota-kota besar, polusi limbah dan minyak, eksploitasi yang
berlebihan dan perdagangan ekspor organisme yang berkaitan dengan ekosistem terumbu
karang dan lamun, telah meningkatkan kerusakan fungsi ekologi laut dan pesisir Sulawesi.
Masalah yang terkait antara lain erosi, abrasi pantai, sedimentas i, serta ancaman kepunahan
beberapa spesies komersial dan yang dilindungi.

Misalnya, di pantai Tokke Kecamatan Pitumpanua, sekitar 50 km ke arah utara ibukota


Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, telah mengalami erosi pantai dengan tingkat abrasi
30 – 50 m per tahun selama 12 tahun terakhir. Abrasi ini sekarang telah mencapai antara
400 – 1000 m ke arah daratan. Ini terjadi akibat pembabatan hutan mangrove oleh penduduk
sebagai tanggapan atas program pengembangan budidaya tambak pada tahun 1982/19 83.

Dampak konversi adalah kerugian ekologis dan ekonomis karena fungsi kawasan mangrove
sebagai pelindung pantai, intrusi air laut, pemijahan dan perkembangbiakan biota pesisir,
termasuk berbagai jenis burung (Carter 1998) tidak dapat berlangsung lagi. Selanjutnya,
walaupun belum ada data, kegiatan pembongkaran karang untuk mendapatkan abalon, rotan
laut, bambu laut dan pengangkatan karang hidup merupakan ancaman serius bagi kelestarian
terumbu karang. Hasil penelitian Mathews dkk. (2002b) memperkirakan adanya hubungan
antara pengembangan budidaya secara besar-besaran dan kerusakan mangrove di pesisir
dengan penurunan hasil tangkapan udang alami (Panaeus marguiensis) di Sulawesi Selatan.

Pada kurun waktu 1985 – 1987 hasil tangkapan alami mencapai 8000 ton, tetapi pada tahun
1993 menurun tajam hingga kurang dari 3900 ton, walaupun upaya penangkapan sudah
ditingkatkan. Pada saat yang sama konversi mangrove menjadi lahan tambak meningkat
drastis seiring dengan peningkatan produksi hasil budidaya dari 39.000 ton tahun 1985
menjadi 47.000 ton tahun 1987 dan terus meningkat hingga tahun 1993.

Untuk ekosistem lahan basah, penyebab kerusakan ekosistem danau mencakup


pendangkalan dan penyempitan alur air oleh sedimentasi, pertumbuhan tanaman air yang

3 dari 5
PWKL4106

tidak terkontrol, serta polusi dan pencemaran limbah pertanian dan domestik. Akibatnya,
selain sungai dan danau menjadi mati, yang masih ada pun dalam hal ini produktivitas dan
populasi flora dan fauna, termasuk jenis endemik, mengalami penurunan. Sebagai contoh,
sedimentasi yang menyebabkan kedangkalan Danau Tempe berasal dari aktivitas di hulu
sungai-sungai serta aktivitas masyarakat sekitar danau. Menurut berbagai hasil penelitian,
muatan sedimen yang begitu tinggi di perairan mengancam keberadaan dan kelangsungan
hidup flora dan fauna. Pendangkalan dilaporkan sekitar 15 – 30 cm pertahun dengan muatan
sedimen 518.000 juta m 3/tahun.

Danau Tondano saat ini memiliki kedalaman rata-rata 12 m dengan luas sekitar 4628 ha,
sangat berbeda dibandingkan kondisi tahun 1934 yang luasnya 5622 ha dan kedalaman rata-
rata 27 meter. Danau ini mempunyai 25 saluran masuk dan hanya satu saluran keluar, yaitu
Sungai Tondano. Rata-rata laju erosi danau ini 62,33 ton/ha/tahun, dan laju sedimentasi
sekitar 135.746 ton/tahun di kawasan pengolahan lahan yang tidak intensif, sedangkan di
kawasan perkebunan cengkeh laju erosi rata-rata 126,72 ton/ha/tahun dengan laju
sedimentasi sekitar 176.857 ton/tahun.

Danau Poso yang terletak di Sulawesi Tengah memiliki luas 32.324 ha. Danau ini mengalami
erosi karena kegiatan perambahan hutan oleh masyarakat untuk perluasan areal
pertanian/perkebunan dan pemukiman. Kegiatan pertanian/perkebunan di kawasan hutan,
khususnya daerah berlereng curam, mempercepat proses erosi.

Masalah yang dihadapi ekosistem pertanian adalah pengembangan pertanian dan


perkebunan, khususnya introduksi berbagai bahan kimia anorganik yang dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif seperti degradasi kualitas lahan. Penggunaan pestisida dan pupuk
sering berdampak negatif pada keanekaragam an hayati karena adanya kecendrungan
peningkatan resistensi organisme jasad pengganggu tanaman, predator yang bermanfaat
menjadi punah dan kesuburan tanah menurun. Hasil pemantauan yang dilakukan di
Kabupaten Toraja, Sulawesi Selatan pada tahun 2001, menunjukkan bahwa limbah pestisida
dan pupuk anorganik dari kegiatan pertanian dan perkebunan masuk ke aliran sungai,
permukaan tanah dan pemukiman berturut-turut mencapai 16,77 m 3 dan 7,63 ton setiap
harinya (BAPEDALDA Kabupaten Tator 2002).

Konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan industri akhir-akhir ini terus
meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan lahan oleh masyarakat dan industri.
Kegiatan konversi ini juga banyak dipengaruhi oleh program peningkatan produksi pertanian
yang masih belum efektif dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Pengembangan
perkebunan pola inti-plasma lebih mendahulukan kepentingan inti yang notabene adalah
usaha besar, sementara nasib petani plasma kebanyakan hanya sebagai sapi perahan.

Ancaman langsung terhadap integritas ekosistem karst Maros – Pangkep semakin tinggi, baik
dalam hal intensitas, luas dan tingkat tekanan. Ancaman langsung ini terutama berasal dari
berbagai aktivitas manusia yang terus berkembang di dalam kawasan ini. Sumber ancaman
langsung yang pertama berasal dari kegiatan pertambangan. Ada dua industri besar yang
berlokasi di dalam dan di sekitar kawasan karst Maros – Pangkep, yaitu industri Semen PT
Semen Tonasa dan PT Semen Bosowa. Di samping itu, berdasarkan data PSL – Unhas (1997)
sampai sekarang telah diterbitkan 10 SIPD (Surat Izin Penambangan Daerah). Sumber
ancaman potensial dari kedua kegiatan tersebut adalah eksploitasi batu gamping yang
mengubah bentang alam, merusak sistem hidrologi karst, meningkatkan pencemaran suara,

4 dari 5
PWKL4106

getaran, dan limbah (cair/padat) di sekitar kawasan. Selain itu vandalisme dan pengrusakan
juga merupakan dinding gua oleh para pengunjung juga merupakan masalah yang harus
dihadapi. (Sumber: Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2003 – 2020)

Sumber: https://scf.or.id/2013/03/masalah-keanekaragaman-hayati-di-sulawesi/

Pertanyaannya:
a. Judul bacaan di atas adalah “masalah keanekaragaman hayati di Sulawesi”, coba Anda
jelaskan apa yang disebut dengan keanekaragaman hayati! Jabarkan masalah keanekagaman
hayati di Sulawesi tersebut dan penyebabnya!
b. Menurut Anda, siapa yang bertanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan keanekaragaman
hayati tersebut?
c. Coba Anda jelaskan 3 pendekatan terkait keanekaragaman hayati!
d. Dalam hal pemenuhan kebutuhan manusia, keanekaragaman hayati akan menyediakan
sejumlah besar barang dan jasa yang disebut nilai guna keanekaragaman hayati. Uraikan dan
jelaskan nilai guna keanekaragaman hayati tersebut!

Skor Total 100

5 dari 5

Anda mungkin juga menyukai