Disusun Oleh:
Ahmad Rais Al-Choiry Simanjuntak
5213122007
Dosen Pengampu:
R. Mursid
Penulis
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Las Oxcy Asetelyne
B. Las Shield Metal Arc Welding (SMAW)
C. Las Metal Inert Gas (MIG)
D. Cacat Pada Pengelasan
E. Penerapan K3 Saat Pengelasan
F. Job Sheet Selama Kegiatan Praktek
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kegiatan praktikum ini adalah mengenalkan peralatan – peralatan yang ada di
workshop fabrikasi mesin, Universitas Negeri Medan, yang dimana pada praktikum ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pada mahasiswa agar dapat
mampu menerapkannya didunia industri. Pada kegiatan praktikum ini mahasiswa dapat
menambah wawasannya dan melatih skillnya dalam melakukan pengelasan tersebut, yang
dimana sebelum melakukan pengelasan dibutuhkan peralatan – peralatan mulai untuk
pengelasan maupun alat pelindung diri yang masing – masing mempunyai fungsinya, disini
juga mahasiswa dapat berdiskusi terkait permasalahan yang ada dalam melakukan
pengelasan tersebut yang dapat berkomunikasi langsung oleh bapak dosen maupun
mahasiswa lainnya, sehingga manfaat dari praktikum ini sangat banyak sekali untuk potensi
diri sendiri agar dapat termotivasi lagi, lebih mendalami hal – hal yang terkait dalam
pengelasan tersebut, hingga mahasiswa belajar lebih teliti dan menguji kesabaran dalam
melakukan pengelasan, karena teknik pengelasan tersebut sangat berkaitan dengan teknik
otomotif agar mahasiswa lebih handal dan berkreasi sendiri melalui teknik pengelasan ini
yang dapat mengusai berbagai teknik pengelasan ini untuk menjadikan sebagai mahasiswa
yang memiliki kemampuan skill yang tidak dimiliki oleh orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan las Oxcy Asetelyne, Las Shield Metal Arc Welding (SMAW),
dan Las Metal Inert Gas (MIG)
2. Alat apa saja yang digunakan pada saat mengelas
3. Bagaimana cara menggunakan las tersebut
4. Apa saja K3 yang diterapkan pada saat mengelas
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas dari Mata
Kuliah Teknik Las
BAB II PEMBAHASAN
A. Las Oxcy Asetelyne
1. Pengertian
Menurut American Welding Society, brazing didefinisikan sebagai sekelompok
proses pengelasan dimana perpaduannya dihasilkan oleh pemanasan suhu yang sesuai di
atas 800°F (430°C) dan dengan menggunakan filler/logam pengisi non-besi yang
memiliki titik leleh di bawah base metal-nya. Keberhasilan setiap operasi brazing
tergantung pada celah yang relatif kecil dan permukaan yang bebas dari oksida dan zat
kontaminasi lainnya. Pada brazing, filler yang akan digunakan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Fluiditas yang cukup sehingga logam akan mengalir merata oleh daya kapilaritas
Aksi leleh yang baik untuk membentuk ikatan metalurgi suara
Titik lebur konsisten dengan jenis logam yang akan digabung
2. Peralatan yang digunakan
Gas asetilen
Gas oksigen
Alat las brazing
Filler
Pemantik api
Perlengkapan keselamatan
3. Langkah kerja (JobSheet)
Mengenakan safety tools seperti kaca mata, pelindung telinga, dan sarung tangan.
Memotong batangan besi L menjadi workpiece yang berukuran panjang 15-20 cm
dengan menggunakan gerinda sebanyak 2 buah.
Menyalakan busur las dengan cara memutar lalu menyalakan dengan pemantik api,
lalu mengatur besar busrnya dengan mengatur aliran asetilen dan oksigen seperti
gambar dibawah ini :
6. Analisis
Dari pengamatan visual, defect yang terjadi adalah:
Berlubang : disebabkan karena weld travel speed terlalu lama sehingga terbentuk
lubang.
Weight of weld metal yang tidak merata : cacat las yang terjadi akibat pengontrolan
weld speed yang kurang baik.
Lack of Fusion : cacat las ini terjadi karena arc length yang terlalu jauh dan juga
permukaan workpiece yang kotor.
Porosity : gelembung gas yang terjebak di dalam lasan, dalam hal ini terjadi karena
arc length yang terlalu panjang.
Lack of Penetration : terjadi karena kesalahan praktikan yang kurang baik dalam
menggerakkan alat las brazing sehingga penetrasi tidak sempurna.
7. Kesimpulan
Dalam proses pengelasan brazing dibutuhkan welder skill yang tinggi.
Nyala busur harus optimal yaitu dengan mengatur aliran asetilen dan oksigen secara
tepat sehingga arc nya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Weld travel speed harus selalu optimal.
Dibutuhkan jam terbang yang cukup banyak agar praktikan dapat menguasai proses
pengelasan brazing dengan baik.
B. Las Shield Metal Arc Welding (SMAW)
1. Pengertian
Shield Metal Arc Welding (SMAW) adalah suatu proses penyambungan dua
keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan
sumber panas listrik dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus.
2. Peralatan yang digunakan
Mesin las
Pemegang elektroda (Stick electrode)
Tang massa (Ground clamp)
Kabel las (Welding cables)
Base metal
Elektroda
Peralatan keselamatan
3. Langkah kerja (JobSheet)
Mengenakan peralatan keselamatan seperti kaca mata, pelindung telinga, dan sarung
tangan.
Memotong batangan besi L menjadi workpiece yang berukuran panjang 15-20 cm
dengan menggunakan gerinda.
Memasang elektroda ke penjepit elektroda sekaligus menyesuaikan dengan posisi
pengelasan
Menyalakan power source (mengatur arus listrik).
Memoles elektroda ke meja kerja untuk menyalakan busur las (pastikan kabel ground
tersambung dengan meja kerja atau workpiece)
Melakukan pengelasan dengan cara mendekatkan elektroda ke workpiece
4. Pengalaman yang didapat
Pada percobaan SMAW ini praktikkan melakukan dua kali percobaan. Proses
pengelasan SMAW ini merupakan pengalaman pertama praktikan dalam melakukan
proses pengelasan tersebut secara langsung. Banyak aspek dari proses pengelasan yang
masih sulit untuk di ikuti oleh praktikan, diantaranya adalah:
Penggunaan kacamata safety Praktikan masih belum terbiasa dengan penggunaan
kacamata safety yang sangat gelap, sehingga pada saat melakukan pengelasan tidak
dapat terlihat dengan jelas.
Menstabilkan arc (busur) las Praktikan belum dapat menstabilkan arc (busur) las
dengan baik dikarenakan jarak elektroda ke permukaan logam semakin lama berubah,
dimana hal tersebut berbanding lurus dengan semakin habisnya elektroda. Dari segi
kecepatan, praktikkan juga belum dapat menstabilkan kecepatan karena travel speed
pengelasan masih terlalu cepat.
5. Hasil Pengelasan
6. Analisis
Dari pengamatan visual, defect yang terjadi adalah:
Hasil las sudah sangat bagus.
7. Kesimpulan
Dalam proses pengelasan SMAW dibutuhkan welder skill yang tinggi.
Weld Travel Speed harus selalu optimal.
Dibutuhkan jam terbang yang cukup banyak agar praktikan dapat menguasai proses
pengelasan SMAW dengan baik.
1. Pengertian
Las MIG adalah pengelasan Metal Inert Gas dimana proses pengelasannya
menggunakan gas inert atau gas mulia (Argon dan Helium) sebagai gas pelindungnya.
Pengelasan ini sama dengan proses pengelasan GMAW, namun istilah MIG ini lebih
umum digunakan untuk wilayah Eropa. Sedangkan GMAW lebih ke wilayah Amerika.
2. Peralatan yang digunakan
Mesin Las.
Earth Clamp.
Gas Tube.
Torch Handle atau Welding Gun.
Peralatan untuk wire roll seperti Catalisator, Hose Clamp, dan Spin Roll Wire.
Tabung Gas.
Regulator.
Wire Feeder.
3. Langkah Kerja (JobSheet)
Untuk mendapatkan sebuah hasil pengelasan yang baik dan rapi ada beberapa
cara atau teknik yang bisa dilakukan saat melakukan pengelasan. Berikut beberapa teknik
las MIG:
Pegang Welding Gun
Dalam pegang welding Gun sendiri ada tekniknya, dimana ibu jari memegang
bagian punggung sementara jari telunjuk memegang tombol on/off dan untuk jari
tengah, jari manis dan kelingking mengikuti di belakang untuk cengkraman.
Las Posisi Datar Butt Joint dan Rigi Rigi
Pada teknik atau cara ini, sudut welding gun yang searah dengan pengelasan
sebesar 70-80 derajat, sedangkan sisi lainnya 90 derajat.
Las Fillet Weld
Dalam mengelas sambungan Tee Joint atau fillet weld, sudut kemiringan dari
welding gun sendiri yaitu 45 derajat serta searah dengan pengelasan sudutnya 70-80
derajat. Ini bertujuan supaya busur akan tetap berada di depan filler metal.
4. Pengalaman yang didapat
Pada percobaan Las MIG ini praktikkan melakukan dua kali percobaan. Proses
pengelasan Las MIG ini merupakan pengalaman pertama praktikan dalam melakukan
proses pengelasan tersebut secara langsung. Banyak aspek dari proses pengelasan yang
masih sulit untuk di ikuti oleh praktikan, diantaranya adalah:
Mengatur kecepatan saat mengelas
Pada saat praktik sulit untuk mengatur tempo waktu saat mengelas, sehingga hasil
las kurang bagus.
Penggunaan kacamata safety
Praktikan masih belum terbiasa dengan penggunaan kacamata safety yang sangat
gelap, sehingga pada saat melakukan pengelasan tidak dapat terlihat dengan jelas.
5. Kesimpulan
Dalam melakukan pengelasan dengan menggunakan mesin las metal inert gas
sama dengan proses gmaw, untuk material aluminium dan stainless steel ini untuk
pembersihannya menggunakan wire brush khusus atau cairan pembersih.
D. Cacat Pada Pengelasan
Macam-Macam Cacat Pengalasan :
1. Cacat Las Undercut.
Undercut adalah sebuah cacat las yang berada di bagian permukaan atau akar, bentuk
cacat ini seperti cerukan yang terjadi pada base metal atau logam induk. Jenis cacat
pengelasan ini dapat terjadi pada semua sambungan las, baik fillet, butt, lap, corner dan
edge joint.
2. Porosity (Porositas).
Cacat Porositas adalah sebuah cacat pengelasan yang berupa sebuah lubang lubang kecil
pada weld metal (logam las), dapat berada pada permukaan maupun didalamnya. Porosity
ini mempunyai beberapa tipe yaitu Cluster Porosity, Blow Hole dan Gas Pore.
3. Slag Inclusion.
Welding Defect Slag Inclusion adalah cacat yang terjadi pada daerah dalam hasil lasan.
Cacat ini berupa slag (flux yang mencair) yang berada dalam lasan, yang sering terjadi
pada daerah stop and run (awal dan berhentinya proses pengelasan). Untuk melihat cacat
ini kita harus melakukan pengujian radiografi atau bending.
Pakaian yang melindungi seluruh bagian tubuh dari panas dan percikan las yang
terbuat dari bahan kulit, untuk menghindari apron yang berlubang dari tingginya
temperatur percikan las.
2. Sepatu las (safety shoes)
Sepatu yang berfungsi untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat dan
benda tajam serta sepatu ini juga melindungi dari bahaya sengatan listrik. Sepatu las ini
terbuat dari bahan kulit dan terdapat sebuah plat baja pada bagian depannya.
3. Sarung Tangan Las (welding gloves)
Sarung tangan las yang dibuat khusus untuk pengelasan yang terbuat dari bahan
kulit dengan kelenturan yang baik. Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi kedua
tangan dari percikan lasa dan panas benda kerja yang dihasilkan dari proses pengelasan.
4. Helm atau Topeng las
Alat yang berfungsi untuk melindungi bagian wajah dari percikan las, panas
pengelasan dan sinar las terhadap mata yang terbuat dari bahan plastik tahan panas.
b. Bahan
2 potong besi plat beda ukuran, 140 x 30 x 3mm dan 140 x 20 x 3mm
Elektroda (E 6013)
5. Job Sheet 5: Teknik pengelasan dengan membuat garis horizontal
A. Tujuan Intruksional. Peserta/mahasiswa dapat mengelas dengan membuat garis lurus
pada plat dengan menggunakan las busur listrik
B. Alat dan Bahan
a. Alat
Perlengkapan las busur listrik
Sikat baja
sarung tangan
Tang
Palu kerak
Topeng pelindung
Kaca mata
Mistar
b. Bahan
Plat besi 140 x 30 x 5mm (1 potong)
Elektroda (E 6013)
6. Job Sheet 6: Teknik pengelasan dengan sambungan T (Tee Joint)
A. Tujuan Instruksional. Peserta/mahasiswa dapat mengelas dua plat dengan teknik
sambungan T dengan menggunakan las listrik mig
B. Alat Dan Bahan
a. Alat
Perlengkapan las mig
Sikat baja
Palu kerak
Tang
Sarung tangan
Topeng pelindung
Kaca mata
Mistar
b. Bahan
Pelat besi 140 x 30 x 5mm dan 140 x 20 x 5mm
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Semua teknisi atau praktikan yang bekerja pada bengkel las harus dapat menggunakan
semua peralatan yang ada di bengkel baik berupa peralatan las maupun perkakas tangan. Hal ini
penting karena masing-masing alat mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada dasarnya
manusia dapat bekerja dengan mudah, aman dan dapat menghasilkan benda kerja yang baik.
Keterampilan teknik mengelas dapat diperoleh dengan latihan terstruktur mulai dari grade
dasar sampai mencapai grade yang lebih tinggi. Beberapa pendekatan penelitian juga
merekomendasikan bahwa seorang juru las akan dapat terampil melakukan proses pengelasan
dengan melakukan latihan yang terprogram, disamping itu faktor bakat dari dalam diri juru las
juga sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Keberhasilan seorang juru las dapat dicapai
apabila juru las sudah dapat mensinergikan apa yang ada dalam pikiran dengan apa yang harus
digerakan oleh sewaktu proses pengelasan berlangsung. Di samping itu pekerja di dalam bengkel
las harus mengetahui dan mampu mengaplikasikan penggunaan APD serta prosedur bekerja dan
sikap di dalam bengkel yang sesuai dengan Standart Operasional (SOP) sehingga praktik tidak
membahayakan keselamatan diri sendiri maupun praktikan orang lain.
Karena praktikum pengelasan merupakan pekerjaan yang harus dikuasai dalam
mengerjakan benda kerja seseorang yang berkecimpung dalam bidang teknik mesin, maka
praktik pengelasan sangat dibutuhkan untuk melatih mahasiswa agar mampu menggunakan alat
kerja serta mesin yang baik dan benar, serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki
standart tertentu sesuai dengan lembar kerja yang ditentukan. Hal ini dapat tercapai jika
mahasiswa melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan peraturan dan tata cara pengerjaan
praktik pengelasan.