Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASAP

DI KELURAHAN DUFA - DUFA

Kelompok 4 :
ARYO DUWLA 05162111015
ASGAF MUDAKKAR 051621110
CECEP YUNUS 05162111008
SARMIANTI GOSORA 05162111019
ANTASARI HIDAYAT 05162111010
IMELDA RUSTAM 05162111022

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Ternate, 24 september 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3. Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
2.1. Pengolahan Ikan Asap.......................................................................................................3
2.2. Analisis Usaha...................................................................................................................4
2.2.1. Biaya Investasi...........................................................................................................5
2.2.2. Biaya tetap.................................................................................................................5
2.2.3. Biaya variabel............................................................................................................6
2.4 Pendapatan Usaha.............................................................................................................7
2.4.1. Total Revenue (TR)...................................................................................................7
2.4.2. Total Cost (TC)..........................................................................................................8
2.4.3. Keuntungan................................................................................................................8
2.4.4. Payback Period (PP)..................................................................................................8
2.4.5. R/C Ratio...................................................................................................................8
2.4.6. Break Even Point (BEP)............................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
3.1. KESIMPULAN...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
Lampiran........................................................................................................................................12

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Provinsi Maluku Utara sebagai provinsi kepulauan dengan luas laut 100.731,44 km2
(mencapai ±76.28% dari total wilayah), memiliki potensi kelautan sangat dominan dan beragam.
Potensi sumber daya perikanan tangkap pada wilayah tersebut sebesar 1.035.230 ton per tahun,
dengan jumlah tangkapan bersih (JTB) sebesar 414.092 ton per tahun. Jenis ikan yang tersebar di
wilayah perairan Maluku Utara adalah ikan pelagis besar (tuna, cakalang, tongkol, dan tenggiri)
potensi per tahun sebesar 211.590 ton, ikan pelagis kecil (teri, kembung, layang, selar dan
julung) dengan potensi per tahun sebesar 169.834,33 ton, jenis ikan demersal (kakap merah,
lencan, baronang) sebesar 135.005,24 ton per tahun.

Kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan produk hasil perikanan dewasa ini semakin
meningkat, hal ini di dorong karena peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kandungan
gizi ikan dan manfaatnya bagi kesehatan. Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan
mengalami penurunan mutu sehingga dapat menurunkan harga ikan itu sendiri sehingga perlu
dilakukan upaya mempertahankan mutu dan memperpanjang umur simpan produk untuk
dijadikan bahan konsumsi (Adawyah, 2007).

Pengolahan dan pengawetan merupakan salah satu bentuk upaya diversifikasi produk
perikanan. Diversifikasi produk perikanan yang dilakukanan bertujuan untuk meningkatkan nilai
ekonomis produk hasil perikanan, memperbaiki cita rasa produk hasil perikanan,
mempertahankan mutu, meningkatkan daya simpan produk, dan memperluas distribusi serta
pemasaran produk (Zaelanie, 2004). Ikan asap merupakan salah satu cara pengolahan dan
pengawetan ikan secara tradisional yang sangat komplek dan kondisi pengolahan yang tidak
rasional, karena tidak terdapat standar tertentu yang harus dicapai. Pengasapan merupakan cara
pengolahan dan pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi teknik pengeringan dan
pemberian senyawa kimia alami asap ke dalam bahan pangan, selain itu juga untuk
mengawetkan atau menambah cita rasa (Winarno 2008; Adawyah, 2007).

Usaha pengolahan ikan asap banyak dilakukan oleh masyarakat Maluku Utara khususnya di
Kota Ternate. Tepatnya di Kelurahan Dufa – Dufa merupakan salah satu sentra produksi

v
pengolahan ikan asap potensial yang terdapat di Kota Ternate. Usaha pengolahan ikan asap pada
umumnya tergantung pada kondisi alam, sementara disisi lain pelaku usaha secara ekonomis
harus profitable dan sustainable, sehingga perlu dilakukan analisis usaha untuk mengetahui dan
menilai apakah usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk keberlanjutannya di masa yang
akan datang. Berdasarkan kondisi tersebut sehingga penulis tertarik untuk melakukan Analisis
dengan judul: “Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Ikan Asap di Kelurahan Dufa - Dufa Kota
Ternate”.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengolahan ikan asap?
2. Bagaimana perhitungan analisis usaha ikan asap di Kelurahan Dufa-dufa Ternate Utara?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pengolahan ikan asap
2. Untuk mengetahui perhitungan analisis usaha ikan asap di Kelurahan Dufa-dufa Ternate
Utara

vi
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Pengolahan Ikan Asap
Subsistem pengolahan dalam struktur perikanan adalah aktivitas ekonomi yang
mengkonversi komoditas primer (bahan baku) menjadi produk olahan untuk menghasilkan nilai
tambah komersil. Ikan asap sebagai salah satu produk pengolahan ikan memiliki aroma, rasa dan
warna yang khas sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Ikan asap merupakan ikan yang
diolah dengan memanfaatkan panas dan asap dari pembakaran kayu, sabuk kelapa, tempurung
dan serbuk kayu. Panas pembakaran akan membunuh mikroba penyebab pembusukan pada ikan
dan menurunkan kadar air sehing-ga ikan lebih sulit dirusak oleh mikroba. Asap mengandung
senyawa fenol dan folmaldehida yang masing-masing bersifat bakterisida (membunuh bakteri).
Kombinasi kedua senyawa ini juga bersifat fungisida (membunuh kapang). Senyawa fenol dan
senyawa karbonil pada asap memberikan rasa dan aroma yang khas. Warna kuning keemasan
atau kuning kecoklatan disebabkan oleh senyawa fenol yang bereaksi dengan oksigen dari udara.
Sedangkan permukaan yang mengkilat pada ikan asap diakibatkan oleh senyawa fenol yang
bereaksi dengan formaldehida yang juga dari asap (Margono, dkk., 1993)
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa usaha pengolahan ikan asap menggunakan
bahan baku dari hasil tangka-pan nelayan sendiri. Untuk subsistem pen-golahan, keterkaitan
yang timbul dari artikulasi antar subsistem ini adalah keterkaitan ke belakang (backward
linkages), yaitu keterkai-tan yang tercipta karena suatu usaha menggunakan produk dari usaha
lain sebagai bahan baku. Tersedianya pasokan input dan adanya kepastian untuk memperoleh
pasokan tersebut merupakan syarat agar volume produksi dapat ditingkatkan. Relasi ini akan
mengefisienkan pengembangan usaha pengasapan karena antara kegiatan penga-daan input dan
proses berada dalam satu kesatuan manajemen sehingga secara simul-tan aktivitas produksi
dapat diharmoniskan dan relatif mudah dikendalikan. Metode pengolahan ikan asap yang
dilakukan nelayan di lokasi penelitian adalah secara sederhana/tradisional. Asap yang dihasilkan
diperoleh dari pembakaran sabut kelapa, dan tempurung dan serbuk kayu. Jenis kayu ini relatif
mudah diperoleh oleh nelayan karena di wilayah ini banyak pohon ke-lapa dan memang ada
pedagang sabut kelapa.
Penentuan jenis bahan bakar juga didasarkan pada pertimbangan bahwa mutu dan volume
asap yang dapat menghasilkan rasa maupun warna daging ikan (tekstur) yang khas (mengkilat
dan berwarna coklat keemasan atau coklat kekuningan), tidak merusak warna ikan selama di
vii
asap, volume asap yang dihasilkan relatif besar dan tahan lama. Jika menggunakan kayu yang
lunak atau arang, biasanya ikan asap yang dihasilkan berwarna hitam dan menimbulkan bau dan
hal-hal yang tidak diharapkan. Peralatan yang digunakan dalam proses pengasapan ikan dibuat
secara sederhana. Oven sebagai tempat pengasapan ikan dibuat khusus yang biasa disebut rumah
pengasapan dan ada juga yang terbuat galian sedalam 1 meter. Bahan yang digunakan sebagai
tempat untuk meletakkan ikan adalah besi. Tempat penyimpanan ikan terletak pada bagian atas
oven dan dipasang secara horizontal dan ikan berada di atas besi pajangan.
Proses dalam pembuatan ikan Cakalang Asap yaitu :
1. Pertama-tama, dibersihkan ikan yang telah ditangkap dengan dibersihkan isi perutnya
menggunakan air hingga bersih atau tidak berdarah lagi.
2. Selanjutnya, ikan cakalang diasapkan dengan pemanggangan atau pengasapan yang berasal
dari bambu. Ikan bandeng yang diasapkan ini merupakan ikan yang ditangkap langsung dan
diasapkan, tidak ikan yang dibiarkan berhari-hari karena mutu ikan asap dipengaruhi oleh mutu
ikan mentah, jika ikan yang digunakan telah berhari-hari maka akan mengeluarkan aroma yang
tidak sedap. Ikan yang diasapkan diletakkan pada bambu tingkat pertama yang dekat dengan
bahan bakar maka ikan akan lebih cepat matang karna asap yang dihasilkan pun lebih banyak.
3. Jika ikan telah matang, kemudian ikan dipindahkan pada bambu tingkat dua. Hal ini dilakukan
agar ikan memperoleh asap sehingga lebih tahan lama, sedangkan ikan mentah diasapkan lagi
pada bambu tingkat satu.
4. Jika semua ikan yang diasapkan telah matang, maka ikan asap dimasukkan ke dalam rogak
atau keranjang ikan untuk dibawa pulang dan dijual.
1.2. Analisis Usaha
Analisis usaha merupakan sebuah analisa yang merupakan yang berupa kegiatan dalam
melakukan perencanaan, riset, mempredksi serta mengevaluasi sebua usaha atau bisnis. Analisis
usaha bertujuan untuk mengdentifikasi kebutuhan Analisis usaha merupakan sebuah analisa yang
berupa kegiatan dalam melakukan perencanaa, riset, memprediksi serta mengevaluasi sebuah
usaha atau bisnis. Analisis usaha bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan masalah dalam
suatu usaha, kemudian memberikan solusi yang dibutuhkan.
1.1.1. Biaya Investasi
Biaya investasi diperlukan dalam menjalankan suatu usaha. Biaya investasi juga kita kenal
dalam dunia penanaman modal, di mana kita menginvestasikan sejumlah dana untuk perusahaan

viii
demi mendapatkan keuntungan. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari mengenai pengertian
biaya investasi, jenis-jenis, hingga contoh dan cara menghitungnya.
Mengutip rizkylrs.lecture.ub.ac.id, biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan aktiva tetap yang akan digunakan perusahaan untuk menjalankan aktivitas
usahanya. Secara umum, biaya investasi digunakan untuk properti dan operasional seperti sewa
tanah dan bangunan, pembelian mesin dan peralatan produksi, kendaraan operasional, peralatan
kantor, hingga penyediaan instalasi listrik, air, dan jalan.
Sementara itu menurut OJK, investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan aktiva
lengkap atau pembelian saham-saham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan.
a. Konstruksi bangunan

No Nama Barang Jumlah Barang Harga


.
1. Semen 5 sak Rp. 325.000
2. Tela 500 buah Rp. 600.000
3. Kayu Lata 5x10 7 buah Rp. 455.000
4. Kayu Lata 5x5 10 buah Rp. 500.000
5. Paku 7cm, 1 Kg Rp. 20.000
6. Paku Payung (seng) ½ Kg Rp. 21.000
7. Seng 17 lembar Rp. 1.139.000,
8. Sewa Tukang - Rp. 2.000.000
9 Coolbox 1buah -
10 Besi 1 Staf Rp. 70.000
11 Baskom 2 buah RP. 800.000
12 Parang 1buah Rp. 130.000
Total Rp.6.060.000

1.1.2.Biaya tetap
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan secara periodik dan besarnya
selalu konstan atau tetap, tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume usaha atau proses bisnis
yang terjadi pada periode tersebut. Biaya tetap juga bisa disebut sebagai biaya operasional.
Biaya tetap juga diartikan sebagai biaya minimal yang harus dikeluarkan oleh suatu perusahaan
agar dapat melakukan proses produksi baik berupa barang ataupun jasa. Biaya ini jelaslah tidak
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah produk atau jasa yang bisa dihasilkan. Biaya tetap
merupakan jenis biaya yang bersifat statis (tidak berubah) dalam ukuran tertentu. Biaya ini akan
tetap dikeluarkan meskipun tidak melakukan aktivitas apapun atau bahkan ketika melakukan
aktivitas yang sangat banyak sekalipun.

ix
Dalam proses produksi, biaya tetap akan selalu dibayarkan atau dikeluarkan tanpa
menghitung berapa banyak produksi yang dilakukan, baik ketika tidak berproduksi atau
sebaliknya saat produksi dilakukan dalam kapasitas maksimal. Jadi, dengan kata lain, secara
total biaya ini akan selalu sama, tidak terpengaruh oleh jumlah unit yang diproduksi atau jumlah
aktivitas yang dilakukan. Bagaimana jika dihitung per-unit produk yang dihasilkan atau
peraktivitas yang dilakukan? Biaya tetap dan unit yang diproduksi atau aktivitas yang dilakukan
memiliki hubungan yang terbalik. Hubungan terbalik ini maksudnya adalah semakin banyak
unit yang diproduksi atau semakin banyak aktivitas yang dilakukan, maka biaya tetap per-unit
atau per-aktivitas yang dilakukan akan semakin kecil jumlahnya.
berikut hasil penelitian analisis kelayakan usaha pengolahan ikan asap d kelurahan Dufa
– Dufa, Yaitu :

No Biaya tetap Keterangan Masa Pakai Jumlah (Rp)


1 Sewa lahan Diberikan oleh - -
pemerintah
2 Perizinan usaha Diijinkan olah - -
pemerintah
3 Gaji TK Tidak ada - -
4 Pemeliharan Seng 8 Bulan 2.680.000
Kayu lata 1 Tahun 955.000
Besi 1 Tahun 70.0000
Bambu 5 Bulan 300.000
5 Penyusutan Seng 8 Bulan 2.680.000
Total (Rp) 4.273.000

1.1.3. Biaya variabel


Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan
aktivitas bisnis. Biaya variabel adalah jumlah biaya marjinal terhadap semua unit yang
diproduksi. Hal ini juga dapat dianggap biaya normal. Biaya tetap dan biaya variabel membentuk
dua komponen dari total biaya. Biaya langsung, bagaimanapun, adalah biaya yang dapat dengan
mudah dikaitkan dengan objek biaya tertentu. Namun, tidak semua biaya variabel adalah biaya
langsung. Sebagai contoh, biaya overhead variabel produksi adalah biaya variabel yang
merupakan biaya tidak langsung, tidak langsung menjadi suatu biaya. Biaya variabel
kadangkadang disebut biaya tingkat-unit karena mereka bervariasi dengan jumlah unit yang
diproduksi.

x
Tabel variabel

No Nama Barang Jumlah Harga total/bulan


Barang
1 Ikan 30 ekor Rp. 600.000
2 Kayu bakar 90 ikat Rp. 1.350.000
3 Kulit kelapa 3 karung Rp. 750.000
4 Tusuk ikan 3 pak Rp. 75.000
4 Bambu 5 bambu Rp. 300.000
6 Air - Rp150.000
7 Minyak kelapa 2 kg Rp.32.000
8 Daun pisang 22 pak Rp220.000
9 Minyak tanah 2 botol Rp. 38.000
10 Packing - -
11 Transportas Kendaraan ojek Rp1.320.000
Total Rp.4.835.000

2.3 Penetapan harga jual


Harga yang ditetapkan oleh pedagang ikan asap melalui perhitungan mark up, dengan
laba yang diharapkan sebesar 10%. Berdasarkan informasi harga pokok produksi yang diperoleh,
maka harga jual ikan asap berdasarkan metode cost plus pricing dapat dihitung sebagai berikut:

2.4 Pendapatan Usaha


1.1.4. Total Revenue (TR)
Total perhitungan TR untuk usaha pengolahan ikan asap di Kelurahan Dufa-dufa Ternate Utara
dengan menggunakan rumus :
TR = P x Q
Keterangan :
TR :
P : Harga Output (Produksi) Per Unt
Q : Jumlah Output (Produksi)
TR = P x Q
= 40.000 x 30 ekor x 22 hari
= 26.400.000
1.1.5. Total Cost (TC)
Total perhitungan TC usaha pengolahan ikan asap di Kelurahan Dufa-dufa Ternate Utara dengan
menggunakan rumus :

xi
TC = C x E
Keterangan :
TC :
C : Jumlah Pengeluaran Rata-rata Unit
E : Jumlah Unit
TC = C x E
= 4.273.000 x 4.835.000
= 20. 659.955
1.1.6. Keuntungan
Keuntugan dari kelayakan usaha pengolahan ikan asap di kelurahan dufa-dufaTernate
Utara, di peroleh dari mengurangkan total pemasukan (penerimaan) dengan total biaya
pengeluaran (produksi). Dengan rumus :
π = TR-TC
= 26.400.000 - 20. 659.955
= 5.740.045
1.1.7. Payback Period (PP)
Payback period (pp) dmaksud untuk penghitugan perkiraan waktu pengembalian modal
(investasi ) uang yang ditanamkan (Edris 1983). Atau payback period digunakan untuk
menentukan lamanya waktu pengembalian modal dari hasil dari keuntungan usaha. Dengan
mengunakan rumus:

investasi
PP ¿ x periode
keuntugan

6.060.000
= x 9 Tahun
5.740.045

= 9,5 Tahun

1.1.8. R/C Ratio


Revenue cost Ratio, di gunakan untuk menentukan kelayakan dari usaha pengolahan ikan
atau digunakan untuk mengetahui apakah suatu usaha memberikan keuntugan bagi pelaku usaha,
dengan mengunakan rumus :
(R/C Ratio)₌ TR

xii
TC
Ket. TR₌ Total revenue (Total penerimaan)
TC₌Total cost (Total pengeluaran)
TR 26.400 .000
R/C Ratio = = =1 ,27
TC 20. 659.955

investasi
PP ¿ x peri ode
keuntugan

1.1.9. Break Even Point (BEP)


Break even point (BEP) digunakan untuk menentukan suatu usaha tersebut mengalami
keuntugan atau kerugian ataupun berada pada titik pulang pokok.

Total biayatetap
BEP Unit ¿
Harga Jual−Biaya Investasi

4.273 .000
= =106 unit
40.000−6.060 .000

Biaya Tetap
BEP Rp =
Biaya Variabel
1 _______________
Hasil Penjualan
4.273 .000
=
4.835 .000
1 _______________
40.000
= Rp. 2.209.410

Usaha pengolahan ikan asap merupakan usaha yang cukup menjanjikan dan memiliki
peluang untuk dikembangkan karena di dukung oleh ketersediaan sumber daya ikan yang
berlimpah serta biaya produksi yang rendah. Dan dari pembahasan di atas tentang pengolahan
ikan asap di kelurahan dufa-dufa ternate utara. sangatlah menguntukan bagi pengusaha tersebut
karena biaya investasi,tetap dan varabel sebesar Rp.15.168.000 Dan pendapatan perbualn sebesar
Rp.24.400.000 dari data tersebut bahwa ikan asap yang di produksi sangatlah menguntungkan
untuk dikembangkan.

BAB III
PENUTUP

xiii
1.1. KESIMPULAN
Usaha pengolahan ikan asap di Kelurahan Dufa-dufa Kota Ternate utara menguntungkan
dan layak dijalankan dengan total biaya investasi sebesar Rp. 6.060.000 . Biaya produksi per
bulan sebesar Rp. 24.400.000, yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp. 4.273.000 dan biaya
variabel sebesar Rp.4.835.000 . Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha
pengolahan ikan asap di Kelurahan Dufa-dufa Ternate Utara layak dan menguntungkan karena
memberikan nilai

Simpulan
Hasil pembahasan yang dibahas
penulis telah dilakukan secara
rinci di setiap
penjelasan dan poin dari
makalah pengasapan ikan. Hal
ini dikarenakan sumber yang
diambil penulis sebagai
informasi utama dalam
pembuatan makalah ilmiah
ini
xiv
berdasarkan dari pendapat ahli,
buku, jurnal, skripsi, dan
penelitian. Penulis berharap
dengan adanya penjelasan dari
para ahli ini dapat dijadikan
sebagai referensi dan
pengetahuan bagi pembaca
dan semoga dapat dipahami
dengan baik. Setelah
melakukan pembahasan
mengenai pengasapan ikan,
penulis dapat menyimpulkan
dari

xv
pembahasan yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya
yaitu definisi, prosedur, dan
kandungan gizi dari ikan asap.
Hasil pembahasan yang dibahas penulis telah dilakukan secara rinci di setiap penjelasan
dan poin dari makalah pengasapan ikan. Hal ini dikarenakan sumber yang diambil penulis
sebagai informasi utama dalam pembuatan makalah ilmiah ini berdasarkan dari
pendapat pengusaha ikan asap tersebut, jurnal, skripsi, dan penelitian. Penulis berharap dengan
adanya penjelasan di atas dapat dijadikan sebagai referensi danpengetahuan bagi pembaca
dan semoga dapat dipahami dengan baik. Setelah melakukan pembahasan mengenai
pengasapan ikan, penulis dapat menyimpulkan dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya yaitu definisi, dan perhitugan untung dan rugi usaha ikan asap di kelurahan dufa-
dufa ternate utara.

3.2 Saran
Perlu adanya proses pendampingan, pembinaan dan pelatihan terhadap usaha pengolahan ikan
asap secara intensif dan berkelanjutan agar pelaku usaha dapat memanfaatkan sumberdaya yang
tersedia secara optimal dan mampu menerapkan teknologi tepat guna dalam pengolahan produk
sehingga menghasilkan produk ikan asap yang memenuhi standar SNI dan meningkatan
manajemen usaha.

xvi
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf, Arief Rachmawan. 2019. "Pengaruh biaya tetap dan biaya variabel terhadap
profitabilitas pada pt. Pecel lele lela internasional, cabang 17, tanjung barat, jakarta
selatan." Jurnal Ekonomi dan Industri 20.1

Assegaf, A. R. (2019). Pengaruh biaya tetap dan biaya variabel terhadap profitabilitas pada pt.
Pecel lele lela internasional, cabang 17, tanjung barat, jakarta selatan. Jurnal Ekonomi
dan Industri, 20(1).

Margono, T, D. Suryati, dan S. Hartinah. 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan. Pusat
Informasi Wanita dalam Pembangunan. PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss
Development Cooperation. Jakarta

Ammy, B. (2020). Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Volume Penjualan Sebagai Variabel
Moderating Pada Perusahaan Tekstil Dan Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2016-2019. Seminar of Social Sciences Engineering & Humaniora.
Medan

Kadaryanto, Yanuar. (2018).


Penggunaan Metode
Pengasapan Untuk
Mempengaruhi
Karakteristik Organoleptik Otak
– Otak Ikan Tenggiri. Jurnal
Majapahit. 4(2),
175-192
xvii
Kadaryanto, Yanuar. (2018). Penggunaan Metode Pengasapan Untuk Mempengaruhi
Karakteristik Organoleptik Otak – Otak Ikan Tenggiri. Jurnal Majapahit. 4(2),175-192

Lampiran

xviii
xix

Anda mungkin juga menyukai