dilaksanakan dan disusun sebagai salah satu nilai ujian tengah semester dalam
mata kuliah Manajemen Rantai Pasok Industri Kelautan
oleh
Rais Fikri Azhari
NIM. L2A021001
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
makalah ini Penulis ingin membahas mengenai Kitosan Berbahan Dasar Limbah
Rajungan Kaleng.
sehingga dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu,
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang berperan
Penulis
ii
`
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................1
I. PENDAHULUAN................................................................................................................................2
1.1. Latar Belakang...........................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................................4
2.1. Rajungan (Portunus pelagicus)...............................................................................................4
2.2 Jenis Limbah..............................................................................................................................5
2.3 Kitosan........................................................................................................................................6
III. MATERI DAN METODE.................................................................................................................8
3.1 Materi..........................................................................................................................................8
3.2 Metode........................................................................................................................................8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................................9
4.1 Proses Pengolahan Rajungan Kaleng...................................................................................9
4.2 Proses Pengelolaan Limbah Rajungan Kaleng Menjadi Kitosan...................................10
V. PENUTUP...........................................................................................................................................14
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................................14
5.2 Saran.........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15
1
`
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki karunia besar di sektor
perikanan dan kelautan. Sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang nomer 3
Adanya sumberdaya alam yang melimpah dapat mejadi salah satu pendorong majunya
perekonomian apabila dikelola dengan baik. Berbagai macam jenis ikan, terumbu
Tidak jarang Indonesia sebagai salah satu suplier terbesar di bidang perikanan dunia
dengan salah satu andalan produknya adalah crustacea. Terdapat berbagai macam
Crustacea yang dihasilkan oleh sektor perikanan Indonesia, antara lain kepiting bakau,
lobster dan juga rajungan. Rajungan merupakan salah satu komoditi ekspor andalan
umumnya dalam produk jadi berupa kalengan. Hal ini dikarenakan rajungan mentah
memiliki tingkat kerusakan yang cukup tinggi apabila dibiarkan dalam waktu lama.
Adanya industri pengalengan rajungan menjadi solusi mengatasi masalah ini. Namun,
disisi lain industri pengalengan dapat menjadi senjata makan tuan bagi indonesia
lingkungan. Perlu adanya penanganan lebih lanjut dalam pengolahan limbah agar
2
`
semua bahan yang digunakan dapat menjadi bermanfaat seperti produk sampingan
berupa kitosan.
kaleng?
berupa kitosan?
1.3 Tujuan
berikut :
rajungan kaleng.
1.4 Manfaat
Bagi pihak terkait, terutama pihak pemerintah daerah, Instansi, wasta, lembaga
3
`
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis crustacea yang hidup di
laut, dan memiliki kalsifikasi menurut Gerdenia ( 2006) dalam Arif (2018) sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Divisi : Eucoelomata
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili :Portunidae
Genus : Portunus
Rajungan mempunyai capit yang lebih panjang dibanding kepiting bakau. Secara
morfologis Kepiting rajungan (Portunus pelagicus) adalah sejenis kepiting renang atau
4
`
swimming crab; disebut demikian karena memiliki sepasang kaki belakang yang
berfungsi sebagai kaki renang, berbentuk seperti dayung. Karapasnya memiliki tekstur
yang kasar, karapas melebar dan datar; sembilan gerigi disetiap sisinya; dan gigi
terakhir dinyatakan sebagai tanduk. Rajungan memiliki 4 buah gigi pada frontal margin
Hewan ini dapat mencapai lebar 18 cm, capitnya memanjang, kokoh, dan
berduri-duri. Warna karapas pada rajungan jantan adalah kebiru-biruan dengan bercak-
bercak putih terang, sedangkan pada betina memiliki warna karapas kehijau-hijauan
dengan bercak-bercak keputih-putihan agak suram. Perbedaan warna ini jelas pada
individu yang agak besar walaupun belum dewasa (Nontji, 1993). Rajungan
mempunyai duri yang panjang yang keluar dari tiap sisi karapas, dan tentu saja
Portunus pelagicus biasanya berwarna biru. Meskipun warnanya dapat berkisar dari
coklat hingga biru atau bahkan ungu, jantan mempunyai capit yang lebih panjang
daripada betina dan biasanya warnanya lebih biru. Rajungan ini tidak takut untuk
limbahnya menjadi 3 bagian, yakni limbah berbahaya, limbah cair, dan limbah padat.
Limbah berbahaya umumnya berupa kaleng rusak, lampu rusak, baterai bekas, oli,
cairan pest control, dan bahan bakar. Karakteristik limbah B3 yaitu mudah meledak,
mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif.
5
`
Menurut peraturan pemerintah nomor 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah dalam
pasal tujuh menyebutkan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) meliputi limbah B3
dari sumber tidak spesifik, limbah B3 dari sumber spesifik, dan limbah B3 dari bahan
memenuhi spesifikasi.
Berbeda halnya dengan limbah cair, Limbah cair berupa air bekas sanitasi dan
air bekas pasteurisasi. Karakteristik limbah cair umumnya sedikit berbau dan bewarna
cokelat. Timbulnya bau busuk disebabkan oleh dekomposisi lanjut protein, yang kaya
akan asam amino bersulfur (sistein), menghasilkan asam sulfide, gugus thiol, dan
amoniak. Asam lemak rantai pendek hasil dekomposisi bahan organik juga
Limbah organik meliputi shell rajungan, daging lunak, dan daging basi, sedangkan
limbah anorganik meliputi plastik, toples rusak, kardus, isolasi, masker bekas, dan
sarung tangan bekas. Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa
organik dan tersusun oleh unsur karbon, hidrogen, dan oksigen (Wulandari, 2018).
2.3 Kitosan
Kitosan adalah produk deasetilasi kitin yang merupakan polimer rantai panjang
serpihan putih kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa. Kitosan tidak larut
6
`
dalam air, dalam larutan basa kuat, dalam asam sulfat, dalam pelarut-pelarut
dalam dimetilsulfoksida. Sedikit larut dalam asam klorida dan dalam asam
nitrat, larut dalam asam asetat 1 -2\% , dan mudah larut dalam asam format
diproduksi secara komersial memiliki kedua gugus asetamido dan gugus amino pada
kimia kitin dan kitosan. Sebenarnya kitin dan kitosan. Umunya, kitosan dapat dibuat
sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa dari
kelompok jamur. Selain dari kerangka hewan invertebrate, juga banyak ditemukan
pada bagian insang ikan, trachea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi. Sebagai
sumber utamanya ialah cangkang Crustaceae sp, yaitu rajungan, udang, lobster,
kepiting, dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal hewan laut.
7
`
3.1 Materi
macam literature sebagai pendukung baik berbentuk penelitain thesis, buku, jurnal,
maupun ebook. adapun terkait alat dan bahan yang digunakan berupa alat penghalus,
3.2 Metode
menggunakan data data yang ada pada penelitian sebelumnya. Adapun berdasarkan
8
`
pengertian daging rajungan dalam kaleng secara pasteurisasi (canned pasteurized crab
meat) adalah produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku rajungan segar yang
hati-hati, cepat, cermat, bersih dengan suhu dingin maksimal 5°C dan
2. Sortasi, daging rajungan yang dihasilkan selanjutnya disortir menurut mutu dan
3. Pengisian dalam kaleng, daging yang telah bersih dimasukkan kedalam kaleng
secara manual sesuai dengan jenis daging kemudian ditambahkan SAPP (Sodium
4. Penutupan kaleng, kaleng yang telah berisi daging rajungan kemudian ditutup
9
`
5. Pelabelan, setiap produk yang akan diperdagangkan harus diberi label dengan
perebusan dengan suhu 70 – 80°C selama 115 – 180 menit tergantung ukuran
kaleng. Selama proses perebusan suhu dan waktu pasteurisasi harus selalu
diamati.
dengan cara memasukkan kaleng kedalam hancuran es dan air pada suhu ± 0°C
selama 2 jam.
harus dalam gudang dingin (Chilling room) dengan suhu produk maksimal 5°C
limbah, tidak hanya yang berasal dari rajungan, namun dari perebusan, pelabelan,
pengepakan, dan yang lainnya. Perlu adanya menejemen dalam mengatasi limbah yang
dihasilkan, salah satu contohnya adalah apa yang di lakukan oleh PT. Sumber Mina
Bahari Rembang Jawa Tengah, antara lain seperti berikut, pengolahan limbah padat
10
`
berupa cangkang rajungan maupun daging rajungan yang tidak lulus sortasi.
Pemanfaatan daging yang tidak lulus sortasi umumnya dimanfaatkan menjadi produk
Sedangkan cangkang kerang umunya diolah untuk sebagai bahan baku kitin dan
kitosan. Kitin dan kitosan memiliki kegunaan yang sangat luas dalam kehidupan sehari-
hari misalnya sebagai adsorben limbah logam berat dan zat warna, pengawet, anti
jamur, kosmetik, farmasi, flokulan, anti kanker, dan anti bakteri. Terdapat berbagai
macam penelitian mengenai cara pengolahan limbah rajungan menjadi kitin dan
kitosan, adapun misalnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rochima (2005) dalam
cangkang rajungan atau deproteinasi yang mengacu pada metode Fawzya et al. (2008)
dengan sedikit modifikasi pada konsentrasi NaOH, suhu, dan waktu deproteinasi.
24 jam pada suhu ruang (30–32 ˚C) tanpa pemanasan sambil dilakukan pengadukan
manual dengan sendok kayu secara berkala. Tahap deproteinasi kemudian dilanjutkan
menghilangkan sifat basa yang masih ada pada cangkang rajungan sampai pH netral.
Cangkang rajungan hasil proses deproteinasi yang telah memiliki pH netral kemudian
dijemur dibawah sinar matahari selama ±12 jam atau sampai kering.
zat mineral atau demineralisasi yang memodifikasi dari penelitian Fawzya et al. (2008)
11
`
dalam Natalia e al., (2021) dengan konsentrasi HCl, waktu dan suhu yang berbeda.
Demineralisasi pada penelitian ini menggunakan larutan asam klorida (HCl) 18%
dengan perbandingan 1:6 (b/v) dari berat awal bahan baku. Proses demineralisasi
dilakukan pada suhu ruang (30–32 ˚C) selama satu hari (24 jam) disertai pengadukan
manual secara berkala, untuk memaksimalkan proses pelepasan zat-zat mineral yang
masih ada pada cangkang rajungan. Cangkang rajungan yang telah direndam dalam
larutan HCl, kemudian dinetralisasi kembali dengan air mengalir untuk menghilangkan
sifat asam pada cangkang rajungan dengan cara mengukur pH air cucian hingga netral
(suhu 37–40 ˚C) sampai kering. Cangkang rajungan yang telah kering kemudian
ditimbang agar diketahui rendemen kitin yang dihasilkan. Cangkang rajungan yang
pada penelitian ini mengacu pada Fawzya et al. (2008) dalam Natalia e al., (2021) yang
telah dimodifikasi dengan penambahan NaOH 70% 1:5 (b/v), yang dilakukan pada
suhu ruang (30– 32˚C) dengan penambahan hari yaitu selama 7 hari, dengan
deasetilasi (DD) yang tinggi tanpa adanya pemanasan. Tahap deasetilasi selesai
kertas pH universal, penyaringan residu kitosan dengan kain saring ukuran 100 mesh
kemudian dijemur kembali sampai benar- benar kering dibawah sinar matahari (suhu
37-40 ˚C) dan dihitung kembali rendemen hasil proses deasetilasi. Proses pembuatan
12
`
kitosan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada waktu yang berbeda dengan metode
13
`
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berikut :
1. Upaya untuk mengatasi permintaan pasar yang cukup tinggi dengan kekurangan
dari rajungan yang cepat rusak salah satunya adsalah dengan industry
menjadi berbagai bentuk seperti menjadi bahan baku kitin dan kitosan dengan
5.2 Saran
Saran yang ingin penulis berikan adalah pemantauan tetap terhadap hasil
tangkapan rajungan dan juga perlu adanya strategi pengolahan limbah rajungan bukan
hanya dlimbah bahan baku namun juga bahan pelengkap yang lainnya sehingga tidak
14
`
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, E. R., Mudzakir, A. K., & Yulianto, T. (2014). Analisis Distribusi Pemasaran
Rajungan (Portunus Pelagicus) di Desa Betahwalang Kabupaten
Demak. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology, 3(3), 190-199.
Al Faruqi, M. U. (2020). Pemanfaatan limbah cangkang rajungan (Portunus pelagicus)
sebagai produk pangan di Kabupaten Cirebon. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat
(PIM), 2(1), 12-17.
Azizi, A., Fairus, S., & Mihardja, E. J. (2020). Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan
sebagai Bahan Kitin dan Kitosan di Purchasing Crap Unit Eretan “Atul
Gemilang”, Indramayu. Jurnal Solma, 9(2), 411-419.
Hakim, I., Syafiuddin, S., & Salam, N. I. (2018). Demonstrasi Plot Pembesaran Kepiting
Rajungan Dengan Teknik Budidaya Tambak Di Desa Mattiro Bombang
Kabupaten Pangkep. Ngayah: Majalah Aplikasi IPTEKS, 9(2), 294-307.
Luhur, E. S., Asnawi, A., Arthatiani, F. Y., & Suryawati, S. H. (2020). Determinan
Permintaan Ekspor Kepiting/Rajungan Olahan Indonesia ke Amerika Serikat:
Pendekatan Error Correction Model. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan
dan Perikanan, 10(2), 131-139.
Muawanah, U., HUda, H. M., Koeshenderajana, S., Nugroho, D., Mira, M., & Ghofar,
A. (2018). Keberlanjutan perikanan rajungan Indonesia: pendekatan model
bioekonomi. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 9(2), 71-83.
Natalia, D. A., Dharmayanti, N., & Dewi, F. R. (2021). Produksi Kitosan dari Cangkang
Rajungan (Portunus sp.) pada Suhu Ruang. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Indonesia, 24(3), 301-309.
Setiyowati, D., & Sulistyawati, D. R. (2019). Analisis stok rajungan (Portunus pelagicus
Linnaeus, 1758) di pantai utara Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Acta Aquatica:
Aquatic Sciences Journal, 6(2), 46-51.
Sulwartiwi, L., & Yus, J. T. H. (2010). Teknik Pemeliharaan Benih Rajungan (Portunus
pelagicus Linn.) Di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 2(1), 87-96.
Wulandari, S., & Pramono, H. (2018). Penerapan Pengolahan Limbah Pengalengan
Rajungan (Portunus Pelagicus) di PT. Sumber Mina Bahari Rembang Jawa
Tengah Processing of waste of canning and swimming crab (Portunus
pelagicus) in PT. Sumber Mina Bahari Rembang, Central Java. Journal of
Marine and Coastal Science, 7(2), 3-4.
15
`
16