( Cyprinus carpio L ) DI BALAI BENIH IKAN BUDIDAYA AIR TAWAR BOYOLALI JAWA TENGAH
LAPORAN MAGANG
Oleh : FURQON NPM : 09.0545.C
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN UNIVERSITAS PEKALONGAN 2013 i
PRAKATA
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T , yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kegiatan magang dengan judul TINJAUAN TENTANG PEMBENIHAN IKAN KOI (Cyprinus carpio L) DI BALAI BENIH IKAN BUDIDAYA AIR TAWAR BOYOLALI JAWA TENGAH. Dalam kesempatan ini tidak lupa saya mengucapkan banyak terimakasih. Kepada : 1. Bapak Ir. Hadi Pranggono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan, sekaligus Dosen Pembimbing kegiatan Magang, yang telah memberikan bimbingan dan arahan. 2. Ibu Tri Yusufi Mardiana, S.Pi, M.Si. selaku Ka. Prodi serta Dosen Koordinator kegiatan Magang. 3. Bapak Ir. Bahrus Syakirin, M.si. dan Ibu Drs.Ir. Benny Diah Madusari M.pi selaku dosen penguji. 4. Bapak St. Dwi Priyatmoko selaku kepala Balai Benih Ikan Tlatar yang telah memberikan izin dan membantu dalam kegiatan Magang. 5. Ibu Ir. Tutik Kadarini, M.si selaku pembimbing lapangan yang telah banyak membantu dilapangan dalam kegiatan Magang.
i
Penulis menyadari bahwa laporan yang dibuat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun semangat penulis untuk menyempurnakan laporan ini agar lebih baik lagi. Demikian laporan magang ini disusun semoga bermanfaat, dan dapat menjadi acuan untuk keberhasilan serta menjadi wacana yang berguna bagi generasi-generasi berikutnya.
Pekalongan, 23 Oktober 2012
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................i Halaman Pengesahan Pembimbimg Magang.....................................ii Halaman Pengesahan Penguji Magang..............................................iii Prakata................................................................................................iv Daftar Isi..............................................................................................v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1 1.2 Tujuan....................................................................................................................3 1.3 Manfaat..................................................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ikan Koi.........................................................................4 2.2 Variates Ikan Koi............................................................................5 2.3 Morfologi Ikan Koi.........................................................................11 2.4 Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Koi..........................................11 2.5 Sifat Biologi...................................................................................12 2.6 Pakan dan Kebiasaan Makan........................................................13 2.7 Syarat Induk yang Berkualitas.......................................................14 2.8 Kualitas Air....................................................................................15 2.9 Hama dan Penyakit.......................................................................16 BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat........................................................................18 3.2 Bahan dan Alat..............................................................................18 3.2.1 Induk Ikan...........................................................................18 3.2.2 Kolam Pemijahan................................................................18 3.2.3 Peralatan Pendukung.........................................................19 3.3 Metode Kerja.................................................................................19 3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................19 3.4.1 Data Primer..........................................................................19 3.4.1.1 Observasi................................................................20 i
3.4.1.2 Wawancara...............................................................20 3.4.1.3 Partisipasi Aktif.........................................................21 3.4.2 Data sekunder......................................................................21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi...................................................................22 4.1.1 Kolam Pemeliharaan Induk...................................................22 4.1.2 Bak Pemberokan Ikan...........................................................22 4.1.3 Air dan Sisitem Suplai...........................................................22 4.1.3.1 Sumber Air................................................................22 4.1.3.2 Sistim Aerasi.............................................................22 4.2 Teknik Pembenihan Ikan Koi..........................................................23 4.2.1 Persiapan Wadah.................................................................23 4.2.2 Pemeliharaan dan Pematangan Induk..................................24 4.2.3 Seleksi Induk........................................................................25 4.2.4 Pemi8jahan Ikan Koi.............................................................26 4.2.5 Penetasan Telur...................................................................27 4.2.5.1 Persiapan Wadah......................................................27 4.2.5.2 Penetasan Telur........................................................27 4.2.5.3 Perhitungan Telur yang Menetas..............................29 4.2.5.4 Perawatan Larva.......................................................33 4.3 Pakan..............................................................................................33 4.3.1 Pakan Alami...........................................................................33 4.4 Penanggulangan Penyakit..............................................................34 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan.........................................................................................35 5.2 Saran...............................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................37 DOKUMENTASI....................................................................................39 LAMPIRAN
i
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan koi termasuk ikan hias eksotis yang semakin banyak penggemarnya. Selain dipelihara sebagai hobi, Ikan koi juga bisa dijadikan lahan bisnis yang menjanjikan. Tentu saja bagi mereka yang benar-benar serius menekuninya. Selain pesona warna dan lekukannya yang indah, keistimewaan lain dari koi adalah keelokan yang dipertontonkan tatkala menyembul dan melompat ke atas air. Sungguh sebuah pemandangan yang istimewa bagi yang hobi memeliharanya. Ikan koi termasuk ikan yang harganya relatif mahal dan ikan koi juga selalu diburu para penghobi yang mencari jenis eksklusif. Keuntungan bisnis ikan hias jauh lebih besar daripada ikan konsumsi, karena ikan hias memiliki pasar tak terbatas di luar negeri. Di samping memiliki harga yang relatif mahal di pasaran, maraknya kontes koi baik didalam negeri maupun luar negeri ikut memberikan andil dalam meramaikan bisnis koi. Akibatnya bisnis ini cukup memberikan jaminan keuntungan yang lebih dari cukup bagi pembudidaya ikan koi. Jenis ikan koi yang paling populer adalah koi jenis kohaku. Kohaku adalah varietas koi yang mempunyai badan putih dengan bercak merah pada badannya. Kohaku boleh dikatakan paling populer di antara varietas koi. Ini bisa dimaklumi sebab corak warna-nya langsung mengingatkan orang pada bendera ke- i
bangsaan Jepang. Dan tidaklah berlebihan bila Kohaku dianggap sebagai koi yang "pertama dan terakhir", karena umumnya pertama kali orang akan memilih Kohaku, lalu berpindah-pindah varietas,lantas pada akhirnya kembali lagi pada Kohaku. Ikan koi relatif mudah untuk dibudidayakan dan hanya membutuhkan perlakuan yang sederhana. Dalam perkembangbiakan di alam aslinya, ikan mas (koi) memijah di awal musim penghujan. Telur yang dihasilkan akan menempel pada rerumputan atau benda lain yang ada di dalam air. Atas dasar inilah orang kemudian beranggapan bahwa untuk memijahkan ikan mas harus didahului dengan tindakan memanipulasi lingkungan meliputi pengeringan kolam dan pengisian air baru. Sebagai bahan penempel telur digunakan kakaban, yaitu ijuk yang dijepit dua buah bambu (Susanto H. dan Agus R, 1997). Pembenihan ikan koi merupakan kegiatan yang sangat penting karena, selain digunakan untuk peluang usaha yang menjanjikan pembenihan ikan koi juga dapat dijadikan usaha untuk melestarikan ikan koi di Indonesia dan tidak perlu mengeluarkan uang banyak dan jarak yang jauh untuk mendapatkannya karena pembenihan ikan koi sudah berkembang di Indonesia.
Terdorong karena budidaya ini cukup menjanjikan keuntungan, saya ingin mengetahui teknik pembenihan ikan koi yang selain untuk menambah pengetahuan dapat diaplikasikan dan dikembangkan di daerah sendiri. 1.2. Tujuan Untuk mengetahui teknik pembenihan ikan koi di Balai Benih Ikan Tlatar kabupaten Boyolali, Jawa tengah. i
Untuk menambah pengalaman, keterampilan serta pengetahuan dalam pembenihan ikan air tawar, khususnya Ikan koi. Ingin mengaplikasikan pengetahuan dan pemikiran yang penulis miliki.
1.3. Manfaat Kegunaan kegiatan magang ini diharapkan mahasiswa dan dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan menambah wawasan tentang teknik pembenihan ikan koi yang dilakukan di Balai Benih Ikan Tlatar Kabupaten Boyolali, jawa Tengah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Koi ( Cyprinus carpio L ) Menurut Effendi (1998) ikan koi berasal dari negara Jepang dan keturunan ikan karper hitam atau ikan mas yang melalui proses perkawinan silang dan menghasilkan keturunan yang berwarna warni. Ikan koi memiliki klasifikasi yang sama dengan ikan mas, seperti berikut: Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata i
Super Kelas : Pisces Kelas : Osteichtyes Sub Kelas : Actinopterygi Ordo : Cypriniformei Sub Ordo : Cyprinidae Suku : Cyrinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio L
2.2. Varietas Ikan Koi Berikut ini merupakan jenis-jenis varietas ikan koi menurut Susanto (2008). a. Kohaku Kohaku adalah Koi putih dengan pola warna merah. Warna putih pada Kohaku menjadi pusat perhatian untuk menentukan kualitasnya. Putihnya harus benar-benar putih sedangkan warna merah harus pekat dan cerah. Kohaku, Taisho Sanshoku dan Showa Sanshoku adalah verietas yang i
paling populer, mereka disebut "Gosanke (3 Besar)." b. Taisho Sankoku Taisho Sanshoku adalah Koi putih dengan pola warna merah dan hitam. Karena varietas ini ditemukan pada era Taisho di Jepang, maka disebut "Taisho Sanshoku" atau disebut "Taisho Sanke" atau "Sanke". c. Showa Sansoku Showa Sanshoku adalah Koi hitam dengan pola warna merah dan putih. Disebut Showa karena varietas ini ditemukan pada era Showa di Jepang. Singkatnya disebut "Showa Sanshoku" atau "Showa". d. Utsuri Mono Utsuri mono adalah Koi hitam dengan pola warna putih (Shiro Utsuri), merah (Hi Utsuri) atau kuning (Ki utsuri).
e. Bekko Bekko adalah Taisho Sanshoku yang tidak ada pattern/pola warna merah (Shiro Bekko). Jenis yang i
lain meliputi Aka Bekko (koi merah dengan pola warna hitam), Ki Bekko (koi kuning dengan pola warna hitam). f. Asagi Koi biru keabu-abuan dengan warna merah di sisi badannya, sisi kepala dan sirip.
g. Shusui Shusui adalah Koi jenis Asagi dari kelompok Doitsu (Koi dengan sisik hanya dibagian punggung / sisi saja).
h. Koromo Koromo adalah Koi dengan pola warna merah yang sekelilingnya berwarna gelap.
i
i. Gosiki Goshiki adalah Koi jenis Asagi yang mempunyai pattern warna merah.
j. Hikari Muji Hikari Muji adalah Koi metalik yang berwarna tunggal.
k. Hikari Moyo Hikari Moyo adalah Koi metalik dengan 2 atau 3 warna, kecuali jenis Utsuri dan Showa yang berwarna metalik, jenisnya meliputi: Hariwake- Koi perak dengan pola warna kuning keemasan. Kikusui- Doitsu Hariwake dengan pola warna merah. Yamato Nishiki- Taisho Sanshoku yang berwarna metalik. Heisei Nishiki- Taisho Sanshoku metalik jenis Doitsu Kujyaku- Goshiki metalik. l. Hikari Utsuri Hikari Utsuri adalah Jenis Utsuri yang berwarna metalik, jenisnya meliputi: i
Kin Showa- Showa metalik Gin Shiro Utsuri- Shiro Utsuri metalik Kin Ki Utsuri- Ki Utsuri metalik. m. Tancho Tancho adalah Koi dengan bulatan merah di kepalanya. Berdasarkan pattern/pola warna lain dibadannya, Tancho dibedakan jenisnya antara lain:Tancho Kohaku, Doitsu Tancho Kohaku, Tancho Showa, Tancho Goshiki. n. Kin Ginrin Kin Ginrin adalah Koi dengan sisik keemasan atau keperakkan.
o. Doitsu Koi dengan sisik hanya dibagian punggung / sisi saja.
p. Kawari Mono i
Adalah Koi non metalik yang tidak termasuk dalam kelompok lainnya. Contohnya Chagoi (Koi coklat/hijau kecoklatan/kuning kecoklatan),Ochiba shigure (Koi biru abu-abu dengan pola warna coklat), Kumonryu, Beni Kumonryu, dll.
2.3. Morfologi Ikan Koi Menurut Susanto (2000), badan ikan koi berbentuk seperti torpedo dengan gerak berupa sirip. Sirip dada dan sirip ekor ikan koi hanya memiliki jari-jari lunak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak.sirip perut hanya memiliki jari-jari lunak, sebanyak 9 buah. Sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan jari-jari lunak. Pada sisi badan dari pertengahan batang sampai batang ekor terdapat gurat sisi yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelas dalam sisik yang membayang hingga kesebelah luar. 2.4. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Koi Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup pada daerah perairan tawar. Ikan koi dapat hidup pada kisaran suhu 8 30C, oleh sebab itu ikan koi dapat di pelihara di seluruh Indonesia, mulai dari i
pantai hingga daerah pegunungan. Suhu ideal untuk tumbuh ikan koi adalah 1525C. Di daerah yang mempunyai musim dingin, ikan koi mampu bertahan hidup pada suhu 23C. Ikan koi merupakan ikan yang tidak tahan terhadap perubahan suhu secara drastis. Penurunan suhu hingga 5C dalam waktu singkat sudah dapat mengakibatkan ikan koi stres (Susanto, 2002). Ikan koi merupakan ikan air tawar, akan tetapi ikan koi masih dapat hidup pada air yang agak asin. Ikan koi masih bisa bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt. Ikan koi hidup pada salinitas netral, akan tetapi ikan koi masih bisa hidup pada salinitas yang agak biasa. Kisaran pH yang dibutuhkan ikan koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5 8,5 sedangkan nilai kesadahan yang dapat ditoleransi ikan koi adalah 20 hardness (DH) (Effendi, 1993). 2.5. Sifat Biologi Menurut Anonymous (2002), pertumbuhan ikan koi tergantung pada suhu air, pakan dan jenis kelamin. Tidak ada hewan air yang mempunyai pertumbuhan tidak teratur seperti ikan koi. Dalam tempo setengah tahun ikan koi tumbuh sangat cepat. Pertumbuhan ikan koi, berat dan panjang badannya berdasarkan umur disajikan pada tabel 1 Berat dan Panjang Badan Ikan Koi berdasarkan Umurnya : Umur (Tahun) Panjang ( Cm ) Berat ( gr ) 1 10-20 75-100 2 24-30 188-375 3 27-40 563-938 5 45-50 1.125-2.250 i
10 55-70 2..620-11875 Sumber : Anonymous ( 2002 ). Umumnya ikan koi jantan mempunyai bentuk tubuh langsing, sedangkan ikan koi betina bentuk tubuhnya agak membulat. Sampai umur 2 tahun, ikan koi jantan tumbuh pesat dibandingkan ikan koi betina. Namun setelah umur 2 tahun ikan koi betina tumbuh pesat dibandingkan ikan koi jantan, betina tumbuh lebih pesat dari pasangannya (Anonymous 2005). 2.6. Pakan dan Kebiasaan Makan Menurut Effendi (1993), ikan koi bersifat omnivora, artinya pemakan segala jenis pakan. Dengan demikian dapat diberikan jenis pakan yang beranekaragam, misalnya ikan kecil, kerang kerangan atau jenis tumbuh tumbuhan. Pakan utama anak koi adalah jenis kutu air sepertiDaphnia. Sejalan dengan pertumbuhan badannya mereka dapat memakan serangga air, jentik jentik nyamuk atau lumut lumut yang menempel pada tanaman. Pakan ikan koi akan mempengaruhi pembentukan zat warna tubuhnya. Tubuh ikan koi yang berwarna warni disebabkan oleh adanya zat warna yang antara lain : zat pigmen karoten (jingga), rutin (kuning), atasantin (merah). Zat zat tersebut di alam bebas dapat di jumpai pada tubuh hewan atau tumbuhan tertentu yang dapat di jadikan pakan ikan Koi untuk meningkatkan warna tubuh ikan koi yang dipelihara. Menurut Susanto (2002), di dalam air ikan koi mampu mengenali pakannya dan bahkan mencarinya di antara lumpur di dasar kolam, karena ikan Koi mempunyai organ penciuman yang sangat tajam. Organ penciuman ini berupa dua pasang kumis yang terletak pada bagian kiri dan kanan mulutnya. i
Ikan Koi akan memburu sepotong pakan atau mengaduk aduk lumpur untuk mendapatkan pakan yang dibutuhkan. Mulut ikan Koi berukuran cukup besar dan dapat disembulkan. Letaknya diujung moncong (terminal). Air bersama sama pakan memasuki rongga mulut. Pakan yang kecil langsung ditelan dan air ditelan lewat insang setelah flanella insang menyerap oksigen yang terdapat di air, pakan masuk kedalam kerongkongan pakan dibawa langsung ke usus yang panjangnya sekitar 5x panjang tubuh. 2.7. Syarat Induk yang Berkualitas Syarat utama induk adalah calon induk sudah matang kelamin dan matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif. Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip-siripnya lengkap, juga sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan siap kawin akan muncul bintik-bintik putih (Susanti, 2005). Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan. Jika seekor betina hanya diberi seekor jantan di kolam pemijahan dan ternyata sperma induk jantan tidak cukup banyak untuk membuahi telur maka pemijahan akan gagal. Dengan menyediakan jumlah jantan lebih dari satu, kegagalan pemijahan bisa dihindari. i
Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus, karena keturunannya biasanya jelek. Anak keturunannya belum tentu sebagus induknya. Yang dipijahkan sebaiknya koi biasa saja, tetapi masih memiliki sifat- sifat unggul, seperti warnanya pekat. Pada saat seleksi benih, nantinya bisa dipilih mana yang bagus dan mana yang diafkir. 2.8. Kualitas Air Kualitas air merupakan hal penting yang diperhatikan dalam budidaya ikan. Air yang kurang baik akan menyebabkan ikan Koi mudah terserang penyakit. Kualitas air memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kelulusan hidup dan pertumbuhan ikan. Rendahnya kualitas sifat fisik dan kimia air yang digunakan pada tempat tempat pembenihan akan berkaitan rendahnya produksi benih ikan. Sifat sifat dan kimia air tersebut antara lain: Kecerahan Oksigen terlarut pH CO 2
Suhu Kualitas air yang baik untuk induk koi yaitu pH air berkisar 6,58 dengan suhu antara 2628 C, kandungan DO minimum 35 ppm dan ammoniak 0,01 ppm, sedangkan untuk larva kandungan DO minimum 6 ppm (Agus. 2002). Karbondioksida (CO2) merupakan hasil buangan dari semua jasad pada proses pernapasan. Dalam jumlah tertentu, gas ini dapat meracuni ikan. Biasanya ikan yang mempunyai naluri kuat akan menghindari daerah atau habitat yang kadar karbondioksidanya tinggi. Hal ini dapat diperhatikan ari tingkah laku ikan yang i
seolah-olah ingin keluar dari habitat yang kadar karbondioksidanya tinggi.Kadar karbondioksida ini pun mempengaruhi pH air menjadi asam. kandungan karbon dioksida (CO2) maksimal 10 pp pada ikan koi. 2.9. Hama dan Penyakit Ikan Hama yang sering menyerang ikan koi yaitu kucing dan musang. Ikan koi sering berenang ke permukaan air ketika seseorang mendekati kolam, sehingga mudah dimangsa oleh hewan pemangsa seperti kucing, burung elang, ular dan bangau sering juga memangsa ikan koi yang masih kecil. Pertumbuhan kolam yang memenuhi syarat misalnnya kontruksi dinding kolam yang dibuat agak tinggi dapat mencegah masukkmya ganggunan hama pemangsa ikan koi (Apryanto dan Livianawati, 1992). Hama penyakit juga dapat menimbulkan kematian pada ikan Koi. Penyakit yang menyerang ikan koi diantaranya penyakit lumpur (kulit mngalami iritasi), white spot (bintik putih), lernea, kolumnaris, jamur, saprolegnia, cacing kulit, argulus dan penyakit harves. Penyakit harves merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian massal pada ikan koi. Saat ini belum ditemukan obat yang cocok untuk menaggulangi penyakit ini. Upaya pencegahan dilakukan dengan cara meningkatkan pengelolaan usaha budidaya, desinfeksi peralatan, pengeringan, pengapuran dasar kolam dan pemberian pakan yang cukup dan berkualitas. Terhadap ikan yang baru masuk, karantina merupakan cara yang tepat untuk mencegah penyaki tersebut (Anonymous, 2002).
i
i
BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 10 September 2012, bertempat di BBI (Balai Benih Ikan) Tlatar, Boyolali Jawa Tengah. 3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Induk Ikan Induk Ikan koi matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang tubuh artinya secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif. Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip dan sisiknya lengkap. Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan, dengan bobot berkisar 500-700 gr untuk jantan dan untuk Betina 1,5 kg rata-rata berumur 1,5-2 tahun. 3.2.2. Kolam Pemijahan Kolam pemijahan berukuran 2 x 3 x 1 m, terbuat dari semen dilapisi keramik dengan dasar keramik memiliki pintu pemasukan dan pengeluaran air secara paralel, kolam dilengkapi dengan hapa pemijahan berukuran 1 x 2,5 x 50 cm. 3.2.3. Peralatan Pendukung Adapun alat-alat yang digunakan dalam teknik pembenihan ikan koi sebagai berikut : i
1. Ganggang (tanaman air untuk substrat penempelan telur) 2. Ember (tempat mengangkat induk dan benih ikan) 3. Seser (alat untuk mengambil benih) 4. Seser pakan alami (alat untuk menangkap pakan alami seperti Daphnia) 5. Hapa (alat yang dipasang pada saluran air berfungsi untuk menampung induk dan benih yang dipanen sementara) 3.3. Metode Kerja Data yang diambil saat kegiatan magang ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum, sistemis dan faktual mengenai data-data kegiatan pembenihan ikan koi. Pengambilan data tidak hanya terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data tetapi juga meliputi analisis dan pembahasan data-data tersebut. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder (Azwar. 1998). 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan teknik pengambilan data berupa wawancara, observasi, partisipasi aktif maupun memakai instrumen pengukuran yang khusus sesuai dengan tujuan (Azwar, 1998). 3.4.1.1 Observasi i
Observasi atau pengamatan secara langsung adalah pengambilan data dengan menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir. 1988). Observasi dilakukan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan meliputi seleksi induk, perawatan induk, pemberokan, pemijahan serta sarana dan prasarana. 3.4.1.2 Wawancara Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan lancar antara peneliti dengan subjek sehingga pada akhirnya bisa didapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan (Nazir. 1988). Wawancara di BBI Tlatar dilakukan dengan cara tanya jawab dengan pembimbing mengenai segala hal yang berhubungan dengan teknik pembenihan ikan koi dan permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan. 3.4.1.3 Partisipasi Aktif Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir, 1998). Kegiatan yang dilakukan adalah memilih dan menyiapkan induk, memilih benih, penebaran, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air serta sampling larva. 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung dan telah dikumpulkan serta dilaporkan oleh orang di luar dari penelitian itu sendiri (Azwar, 1998). Data ini dapat diperoleh dari data dokumentasi, i
lembaga penelitian, dinas perikanan, pustaka pustaka, laporan laporan pihak swasta, masyarakat dan pihak lain yang berhubungan dengan sejarah berdirinya BBI Tlatar, Boyolali Jawa Tengah maupun mengenai tenik pembenihan ikan koi yang baik.
i
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi 4.1.1 Kolam Pemeliharaan Induk Kolam pemeliharaan induk ikan koi yang berada di BBIAT Tlatar terdiri dari dua jenis kolam yaitu kolam beton terbuka berbentuk persegi pengeluaran dengan sistem monik dan kolam indor dengan ukuran 2 x 3 x 1 m ukuran seragam. 4.1.2 Bak pemberokan Induk Bak pemberokan merupakan kolam pemisah antara jantan dan betina dengan dilengkapi dengan aerasi. Kolam pemberokan berukuran 2 x 3 x 1 m. 4.1.3 Air dan Sistem Suplai 4.1.3.1 Sumber Air Sumber air diperoleh langsung dari mata air yang berada di sekitar wilayah BBI Tlatar 4.1.3.2 Sistem Aerasi Fasilitas utama lain yang juga sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembenihan koi adalah aerasi. Aerasi berfungsi untuk menambah kadar oksigen terlarut (DO) dalam media pemeliharaan. Sumber aerasi untuk seluruh kebutuhan penetasan telur dan pemeliharaan larva bersumber dari high blower. i
4.2 Teknik Pembenihan Ikan Koi 4.2.1. Persiapan Wadah Dalam mempersiapkan pemijahan ikan koi, tahap awal adalah mempersiapkan wadah untuk proses pemijahan. Kolam pemijahan induk koi di BBIAT Tlatar berukuran 2 x 3 x 1 m yang terbuat dari semen dilapisi keramik dengan dasar keramik dan memiliki pintu pemasukan dan pengeluaran air. Sistem pengeluaran air secara paralel dengan pengeluaran air berupa pipa dalam kolam, gunanya untuk mempermudah pengaturan ketinggian air. Selanjutnya dilakukan pemasangan hapa hijau berdiameter 1 inchi dengan ukuran 1 x 2,5 m sebelum hapa digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan mencuci dan menjemur hapa tersebut yang bertujuan agar jamur dan parasit yang sebelumnya menempel dihapa mati. Penggunaan hapa adalah untuk menahan telur yang dikeluarkan oleh induk sehingga menempel pada substrat yang ada pada happa tersebut, kemudian dilakukan pengisian air setinggi 1 m. Subtrat yang digunakan menggunakan ganggang atau tanaman air yang banyak tersedia di BBIAT Tlatar, sebelum digunakan untuk substrat penempelan telur ganggang terlebih dahulu diangin-anginkan selama 10 menit untuk mematikan telur-telur keong yang menempel di ganggang. Tujuan menggunakan ganggang untuk substrat penempelan telur yaitu untuk membuat keadaan pemijahan seperti seolah-olah seperti dialam. 4.2.2 Pemeliharaan dan Pematangan Induk i
Induk ikan koi di BBIAT Tlatar berasal dari Semarang. Induk jantan dan induk betina ikan koi yang terdapat di BBIAT Tlatar rata-rata berumur 1-2 tahun. Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam induk, artinya induk koi dipelihara pada kolam khusus untuk induk. Agar induk ikan koi sehat dan tubuhnya berwarna cemerlang maka, perlu diberikan pakan yang bergizi seimbang. Calon induk diberikan pakan dengan menggunakan pellet terapung sankoi dengan kandungan protein 37%, pakan ikan mas tenggelam dengan kandungan protein 36% dengan dosis pakan 3% dari bobot biomasa dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Bak pemeliharaan induk ikan koi di BBIAT Tlatar berjumlah 4 buah dengan luas masing-masing 2 x 3 x 1 m dengan tinggi air 0,8 m. Bak pemeliharaan induk dilengkapi dengan saluran pemasukan air (intlet) dan saluran pengeluaran air (outlet). Padat tebar induk jantan dan betina dikolam pemeliharaan induk tersaji pada tabel 1. Substrat merupakan media untuk menempelnya telur ikan koi karena telur ikan koi bersifat adhesilfe (telur yang bersifat menempel). Substrat menggunakan ganggang atau tanaman air. Sebelum ganggang digunakan terlebih dahulu ganggang diangin-anginkan agar telur keong yang menempel di ganggang mati dan tidak mempengaruhi kualitas telur ikan koi. 4.2.3 Seleksi Induk Seleksi induk merupakan salah satunya kegiatan yang penting dalam pembenihan, karena induk yang berkualitas akan menghasilkan benih yang unggul dan berkualitas baik. Induk koi yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu i
2 betina kohaku, 3 jantan shiro, Ukuran berat dan umur induk disajikan pada Tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Induk Ikan Koi Hasil Seleksi di BBPBAT Sukabumi No. Jenis Ikan Berat Ikan (kg) Umur Ikan (tahun) 1. 2. 3. 4. 5. . Betina Kohaku I Betina Kohaku II Jantan Sanke I Jantan Sanke II Jantan Sanke III
1.1 0.9 0.8 0.4 0.6
2 2 1 1 1
Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (2012) Dari tabel 2 dapat dilihat jenis, berat, dan umur induk. Induk betina rata- rata berumur 2 tahun dan induk jantan rata-rata berumur 1 tahun. Adapun cara membedakan antara induk jantan dan induk betina ikan koi sebagai berikut :
Induk Bentina Induk ikan koi betina memiliki kepala lebih kecil daripada induk jantan. Tubuh induk betina tampak lebih bengkak dan perut menggelembung. Induk koi betina yang telah matang gonad jika perutnya diurut akan mengeluarkan telur. Lubang pelvic betina yang matang telur sangat lembek dengan kelamin membulat dan operculumnya bila diraba terasa halus. Induk Jantan i
Induk koi jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dan kepal tampak lebih besar dibandingkan induk betina, sedangkan sirip dibagian pangkal ekor lebih tebal dan kuat. Lubang pelvic induk jantan lebih keras, menyempit berbentuk runcing dan menonjol, tekstur sisik pada pipinya bila diraba terasa kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2002). Syarat lain untuk pemilihan induk yang baik untuk pemijahan ikan koi yaitu : Induk sudah matang kelamin, Induk sehat dan tidak membawa penyakit, Sirip dan sisiknya lengkap, Induk betina gerakannya lamban dan induk jantan gerakannya gesit dan lincah. Umur minimal untuk induk jantan 1 tahun dan induk betina 2 tahun. 4.2.4 Pemijahan Ikan Koi Proses pemijahan dilakukan di kolam yang telah dipasang hapa dan ganggang untuk tempat penempelan telur. Induk hasil seleksi dimasukkan pada kolam yang telah diberi hapa dan kakaban. Induk dimasukkan pada sore hari pada pukul 16.00 WIB. Pemijahan terjadi pada tengah malam dari jam 00.00-04.00 WIB. Proses pemijahan dimulai pada saat induk jantan berenang mengejar-ngejar induk betina. Induk jantan berusaha untuk menyentuh bagian perut induk betina dengan mulutnya, sehingga induk betina akan mengeluarkan telurnya. Pada saat yang bersamaan induk jantan akan mengeluarkan sperma dan terjadilah pembuahan (fertilisasi). Setelah terjadi proses fertilisasi, telur-telur yang dibuahi akan menempel pada kakaban. Setelah pemijahan selesai, induk segera dipindahkan dari dalam happa agar induk ikan koi tidak memakan telur-telur tersebut. Proses i
pemindahan induk dari dalam hapa diharapkan tidak melewati 12 jam dari proses pemijahan berlangsung. 4.2.5 Penetasan Telur 4.2.5.1 Persiapan Wadah Persiapan wadah penetasan telur dilakukan bersamaan dengan persiapan kolam pemijahan, kolam yang digunakan untuk pemijahan digunakan untuk penetasan telur. 4.2.5.2 Penetasan Telur Penetasan telur dilakukan dengan cara memindahkan induk ikan koi ke bak pemeliharaan induk dan telur hasil pemijahan yang menempel pada ganggang dibiarkan menetas di happa pemijahan. Telur yang terbuahi akan berwarna hijau kekuningan transparan dan berbentuk bulat sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih susu atau keruh. Induk yang sudah memijah dikembalikan ke kolam induk untuk dipulihkan dan disiapkan untuk induk kembali. Setelah proses pemijahan selesai, telur yang menempel pada kakaban harus terendam air. Jika suhu air terlalu dingin penetasan akan berlangsung lama dan jika suhu terlalu tinggi maka telur bisa mati dan membusuk. Telur yang terbuahi oleh sperma induk jantan berwarna hijau kekuningan transparan, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu atau keruh. i
Setelah 3 hari telur akan menetas dan larva akan terlihat bergerombol disekitar kakaban dan dipinggir happa. Setelah 3 hari dari penetasan ganggang baru diangkat. Larva yang sudah menetas dibiarkan hidup tanpa ada pemberian pakan, hal ini dikarenakan larva masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur selama 5 hari.
4.2.5.3 Perhitungan telur yang menetas. Jumlah telur yang terbuahi dan tidak terbuahi /kakaban dengan luas kotak sampel 2 cm 2.
Kakaban I Tabel 3 : Jumlah telur yang dibuahi dan tidak dibuahi pada kakaban 1.
No Telur yang terbuahi (butir) Telur yang tidak terbuahi (butir) Jumlah total telur
Total Jumlah telur yang ada di kakaban I, dan II i
Tabel 5 : jumlah seluruh telur pada kakaban 1 dan 2
Kakaban Jumlah telur yang terbuahi (butir) Jumlah telur yang tidak terbuahi (butir) Jumlah total telur (butir) I 12 3 15 II 16 2 18 28 5 33 Sumber : PKL 2012 BBI Tlatar, Boyolali Jateng
Rincian perhitungan jumlah total telur yang ada di kakaban I dan II sebagai berikut :
Jumlah telur yang terbuahi (butir) = K I + K II
= 12 + 16
= 28 butir
Jumlah telur yang tidak terbuahi (butir) = K I + K II
=3 + 2
=6 butir
Jumlah total telur (butir) = K I + K II +
=15+ 18
= 33 butir
JUMLAH TOTAL TELUR SELURUH LUASAN KAKABAN I dan II
i
Diketahui : Luas kakaban 1200 cm 2
Luas kotak sampel 2 cm 2
Fekunditas(butir) merupakan jumlah telur ikan yang dikeluarkan per satuan bobot badan
Jumlah telur yang terbuahi = X Rata2 telur terbuahi
= x 28 butir
= 16.800 butir
Jumlah telur yang tidak terbuahi = X Rata2 telur tidak terbuahi
= x 5 butir
= 3.000 butir
Fertilisasi rate (butir)
Jumlah telur seluruhnya = X total telur
= x 33 butir
= 19.800 butir
Persentase Jumlah telur yang terbuahi (%)
% jumlah telur yang terbuahi = x 100%
= x 100%
i
= 84 %
Derajat penetasan (HR)
Persentase jumlah telur yang menetas = x 100%
= x 100 %
HR = 99 %
4.2.5.4 Perawatan Larva Pada saat larva umur 5-10 hari diberi pakan alami berupa daphnia dan pakan buatan berupa bubuk dengan pemberian pakan 2 kali sehari. 4.3 Pakan 4.3.1. Pakan Alami Ketersediaan pakan alami dapat dipenuhi dengan cara kultur pakan. Pemupukan kolam dilakukan pada awal produksi yaitu saat persiapan kolam. Pemupukan kolam menggunakan kotoran burung puyuh dengan dosis 0,5 kg/m 3 yang dilakukan pada pagi hari. Pupuk yang telah siap dalam karung dan ditebar sesuai dengan tempat yang telah ditentukan. Jenis pakan alami yang tumbuh setelah dilakukan pemupukan kolam selama 3 hari adalah Infusoria, Moina sp, dan Daphnia sp. Pemberian pakan larva dilakukan setelah 3 hari sesudah larva menetas, hal ini dikarenakan larva masih memiliki cadangan makanan, pakan yang diberikan setelah 3 hari yaitu berupa kuning telur yang sudah direbus atau pelet yang sudah dihaluskan. Apabila mulut larva sudah dapat terbuka seukuran Daphnia sp dan cara berenangnya sudah seimbang dan tidak berputar-putar, maka larva sudah bisa diberi makan berupa pakan alami sperti Daphnia sp. i
4.4 Penanggulangan Penyakit Pada saat kegiatan tidak ditemukan induk ataupun benih ikan koi yang terjangkit penyakit. Hal ini mungkin dikarenakan sirkulasi air tempat budidaya berjalan lancar dan berasal dari mata air yang ada di BBIAT Tlatar langsung belum tercampur dengan limbah apapun.
i
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Adapun simpulan dari hasil kegiatan adalah sebagai berikut : 1. Teknik pembenihan ikan koi (Cyprinus carpio) secara alami dapat dilakukan di kolam pemijahan yang bagian dasar kolamnya berupa lapisan keramik kolam, dengan demikian dapat digunakan langsung untuk tempat penetasan telur, dan pemeliharaan larva. 2. Seleksi induk merupakan salah satu tahapan yang sangat penting karena akan berpengaruh terhadap kualitas benih yang dihasilkan. 3. Substrat penempelan telur dapat menggunakan ganggang atau tanaman air sejenisnya. 4. Selama proses pemijahan presentase jumlah telur yang menetas adalah 99% dan tingkat mortalitas larva dihitung dari telur yang tidak terbuahi yaitu 1%. 5. - Kualitas air selama kegiatan pemijahan ikan koi Parameter Fisika yang ideal untuk ikan koi adalah : suhu 15c 25c , salinitas 0 10 Ppt - Parameter Kimia yang ideal untuk ikan koi adalah : pH 7 8, DO 5 8 ppm CO2 10 ppm , NO3 20-60 ppm NO3 0 0,25 NH3 ppm 0 0,25 ppm i
- Parameter Biologi untuk ikan koi yaitu macrobenthic dan plankton, namun parameter ini terdapat kelemahan yaitu Indeks keragamanan makrobenthic dan plankton hanya mencerminkan perubahan struktur komunitas pada saat mengalami gangguan (stress period) dan tidak dapat membedakan antara ekosistem yang terganggu dengan ekosistem yang sehat. Ikan Koi dapat bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt. Ikan Koi merupakan ikan yang tidak tahan terhadap perubahan suhu secara drastis. Penurunan suhu hingga 5C dalam tempo singkat sudah dapat mengakibatkan ikan Koi stress.
5.2. Saran 1. Teknik pembenihan ikan koi meliputi proses pemijahan, penetasan telur, serta pemeliharan larva. Apabila teknik tersebut dilakukan pada satu kolam maka sisa telur yang tidak menetas akan mempengaruhi kualitas air dan pertumbuhan larva. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan di kolam ter
DAFTAR PUSTAKA Agus, 2002. Koi (Revisi). Anda Bertanya, Pakar dan Praktisi Menjawab. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Alawi dalam Sabar (2010). Teknik Pembenihan Ikan Baung (Mysitus nemurus C, V) Di Balai benih ikan sentral SEI TIBUN Desa Padang mutung Kab Kumpar Provinsi Riau. Laporan Praktek Magang Prodi Diploma III Budidaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.
Anonymous, 2002. Koi si ikan panjang umur. Agro media. Jakarta.
i
Anonymous, 2005. Budidaya Ikan Mas. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Jakarta.
Apryanto dan Livianawati. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kansius. Yogyakarta.
Anzwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Arini, M. 2005. Teknik Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di kelompok tani maina sejahtera dusun surowono desa camgu kediri. Jurnal perikanan Indonesia. Vol VII (3); 15-24.
Effendi, H. 1993. Mengenali Beberapa Jenis Koi (Karper Jepang-Nishikigoi). Kansius. Yogyakarta.
Effendi, I. 1998. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. http://warisanjelai.blogspot.com/2009/11/sejarah-ikan-koi.html. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius Yogyakarta. Susanti, S. 2005. Teknik Penanganan Induk Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di Kelurahan Beru Jawa Timur. Jurnal Penelitian Indonesia Vol IX (4) ; 42-48.
Susanto, H. dan Agus, R. 1997. Kiat Budidaya Ikan Mas Dilahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, 2000. Budidaya Ikan Koi. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto, H. 2002. Koi. Penebar Swadaya. Jakarta. Susanto. H. 2008. Panduan memelihara koi. Penebar swadaya. Jakarta.
i
DOKUMENTASI
i
Gambar 1. Happa
Gambar 2. Peralatan Penunjang Pembenihan Ikan Koi
i
Gambar 3. Bak Pemberokan Induk
Gambar 4. Penjemuran ganggang untuk tempat penempelan telur ikan