Anda di halaman 1dari 44

i

TINJAUAN TENTANG TEKNIK PEMBENIHAN IKAN KOI


( Cyprinus carpio L ) DI BALAI BENIH IKAN BUDIDAYA AIR TAWAR
BOYOLALI JAWA TENGAH

LAPORAN MAGANG


Oleh :
FURQON
NPM : 09.0545.C

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2013
i

PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T , yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan kegiatan magang dengan judul TINJAUAN TENTANG
PEMBENIHAN IKAN KOI (Cyprinus carpio L) DI BALAI BENIH IKAN BUDIDAYA
AIR TAWAR BOYOLALI JAWA TENGAH. Dalam kesempatan ini tidak lupa saya
mengucapkan banyak terimakasih.
Kepada :
1. Bapak Ir. Hadi Pranggono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Perikanan
Universitas Pekalongan, sekaligus Dosen Pembimbing kegiatan Magang,
yang telah memberikan bimbingan dan arahan.
2. Ibu Tri Yusufi Mardiana, S.Pi, M.Si. selaku Ka. Prodi serta Dosen Koordinator
kegiatan Magang.
3. Bapak Ir. Bahrus Syakirin, M.si. dan Ibu Drs.Ir. Benny Diah Madusari M.pi
selaku dosen penguji.
4. Bapak St. Dwi Priyatmoko selaku kepala Balai Benih Ikan Tlatar yang telah
memberikan izin dan membantu dalam kegiatan Magang.
5. Ibu Ir. Tutik Kadarini, M.si selaku pembimbing lapangan yang telah banyak
membantu dilapangan dalam kegiatan Magang.




i

Penulis menyadari bahwa laporan yang dibuat ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun semangat penulis untuk menyempurnakan laporan ini agar lebih baik
lagi.
Demikian laporan magang ini disusun semoga bermanfaat, dan dapat
menjadi acuan untuk keberhasilan serta menjadi wacana yang berguna bagi
generasi-generasi berikutnya.




Pekalongan, 23 Oktober 2012

Penulis









i

DAFTAR ISI


Halaman Judul....................................................................................i
Halaman Pengesahan Pembimbimg Magang.....................................ii
Halaman Pengesahan Penguji Magang..............................................iii
Prakata................................................................................................iv
Daftar Isi..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................3
1.3 Manfaat..................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Koi.........................................................................4
2.2 Variates Ikan Koi............................................................................5
2.3 Morfologi Ikan Koi.........................................................................11
2.4 Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Koi..........................................11
2.5 Sifat Biologi...................................................................................12
2.6 Pakan dan Kebiasaan Makan........................................................13
2.7 Syarat Induk yang Berkualitas.......................................................14
2.8 Kualitas Air....................................................................................15
2.9 Hama dan Penyakit.......................................................................16
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................18
3.2 Bahan dan Alat..............................................................................18
3.2.1 Induk Ikan...........................................................................18
3.2.2 Kolam Pemijahan................................................................18
3.2.3 Peralatan Pendukung.........................................................19
3.3 Metode Kerja.................................................................................19
3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................19
3.4.1 Data Primer..........................................................................19
3.4.1.1 Observasi................................................................20
i

3.4.1.2 Wawancara...............................................................20
3.4.1.3 Partisipasi Aktif.........................................................21
3.4.2 Data sekunder......................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Lokasi...................................................................22
4.1.1 Kolam Pemeliharaan Induk...................................................22
4.1.2 Bak Pemberokan Ikan...........................................................22
4.1.3 Air dan Sisitem Suplai...........................................................22
4.1.3.1 Sumber Air................................................................22
4.1.3.2 Sistim Aerasi.............................................................22
4.2 Teknik Pembenihan Ikan Koi..........................................................23
4.2.1 Persiapan Wadah.................................................................23
4.2.2 Pemeliharaan dan Pematangan Induk..................................24
4.2.3 Seleksi Induk........................................................................25
4.2.4 Pemi8jahan Ikan Koi.............................................................26
4.2.5 Penetasan Telur...................................................................27
4.2.5.1 Persiapan Wadah......................................................27
4.2.5.2 Penetasan Telur........................................................27
4.2.5.3 Perhitungan Telur yang Menetas..............................29
4.2.5.4 Perawatan Larva.......................................................33
4.3 Pakan..............................................................................................33
4.3.1 Pakan Alami...........................................................................33
4.4 Penanggulangan Penyakit..............................................................34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan.........................................................................................35
5.2 Saran...............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................37
DOKUMENTASI....................................................................................39
LAMPIRAN




i


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan koi termasuk ikan hias eksotis yang semakin banyak penggemarnya.
Selain dipelihara sebagai hobi, Ikan koi juga bisa dijadikan lahan bisnis yang
menjanjikan. Tentu saja bagi mereka yang benar-benar serius menekuninya.
Selain pesona warna dan lekukannya yang indah, keistimewaan lain dari koi
adalah keelokan yang dipertontonkan tatkala menyembul dan melompat ke atas
air. Sungguh sebuah pemandangan yang istimewa bagi yang hobi
memeliharanya.
Ikan koi termasuk ikan yang harganya relatif mahal dan ikan koi juga
selalu diburu para penghobi yang mencari jenis eksklusif. Keuntungan bisnis ikan
hias jauh lebih besar daripada ikan konsumsi, karena ikan hias memiliki pasar
tak terbatas di luar negeri. Di samping memiliki harga yang relatif mahal di
pasaran, maraknya kontes koi baik didalam negeri maupun luar negeri ikut
memberikan andil dalam meramaikan bisnis koi. Akibatnya bisnis ini cukup
memberikan jaminan keuntungan yang lebih dari cukup bagi pembudidaya ikan
koi.
Jenis ikan koi yang paling populer adalah koi jenis kohaku. Kohaku adalah
varietas koi yang mempunyai badan putih dengan bercak merah pada badannya.
Kohaku boleh dikatakan paling populer di antara varietas koi. Ini bisa dimaklumi
sebab corak warna-nya langsung mengingatkan orang pada bendera ke-
i

bangsaan Jepang. Dan tidaklah berlebihan bila Kohaku dianggap sebagai koi
yang "pertama dan terakhir", karena umumnya pertama kali orang akan
memilih Kohaku, lalu berpindah-pindah varietas,lantas pada akhirnya kembali
lagi pada Kohaku.
Ikan koi relatif mudah untuk dibudidayakan dan hanya membutuhkan
perlakuan yang sederhana. Dalam perkembangbiakan di alam aslinya, ikan mas
(koi) memijah di awal musim penghujan. Telur yang dihasilkan akan menempel
pada rerumputan atau benda lain yang ada di dalam air. Atas dasar inilah orang
kemudian beranggapan bahwa untuk memijahkan ikan mas harus didahului
dengan tindakan memanipulasi lingkungan meliputi pengeringan kolam dan
pengisian air baru. Sebagai bahan penempel telur digunakan kakaban, yaitu ijuk
yang dijepit dua buah bambu (Susanto H. dan Agus R, 1997).
Pembenihan ikan koi merupakan kegiatan yang sangat penting karena,
selain digunakan untuk peluang usaha yang menjanjikan pembenihan ikan koi
juga dapat dijadikan usaha untuk melestarikan ikan koi di Indonesia dan tidak
perlu mengeluarkan uang banyak dan jarak yang jauh untuk mendapatkannya
karena pembenihan ikan koi sudah berkembang di Indonesia.


Terdorong karena budidaya ini cukup menjanjikan keuntungan, saya ingin
mengetahui teknik pembenihan ikan koi yang selain untuk menambah
pengetahuan dapat diaplikasikan dan dikembangkan di daerah sendiri.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui teknik pembenihan ikan koi di Balai Benih Ikan Tlatar
kabupaten Boyolali, Jawa tengah.
i

Untuk menambah pengalaman, keterampilan serta pengetahuan dalam
pembenihan ikan air tawar, khususnya Ikan koi.
Ingin mengaplikasikan pengetahuan dan pemikiran yang penulis miliki.

1.3. Manfaat
Kegunaan kegiatan magang ini diharapkan mahasiswa dan dapat
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan menambah wawasan tentang
teknik pembenihan ikan koi yang dilakukan di Balai Benih Ikan Tlatar
Kabupaten Boyolali, jawa Tengah.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Ikan Koi ( Cyprinus carpio L )
Menurut Effendi (1998) ikan koi berasal dari negara Jepang dan keturunan
ikan karper hitam atau ikan mas yang melalui proses perkawinan silang dan
menghasilkan keturunan yang berwarna warni. Ikan koi memiliki klasifikasi
yang sama dengan ikan mas, seperti berikut:
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
i

Super Kelas : Pisces
Kelas : Osteichtyes
Sub Kelas : Actinopterygi
Ordo : Cypriniformei
Sub Ordo : Cyprinidae
Suku : Cyrinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio L




2.2. Varietas Ikan Koi
Berikut ini merupakan jenis-jenis varietas ikan koi menurut Susanto (2008).
a. Kohaku
Kohaku adalah Koi putih dengan pola
warna merah. Warna putih pada Kohaku
menjadi pusat perhatian untuk menentukan
kualitasnya. Putihnya harus benar-benar
putih sedangkan warna merah harus pekat
dan cerah. Kohaku, Taisho Sanshoku dan
Showa Sanshoku adalah verietas yang
i

paling populer, mereka disebut "Gosanke
(3 Besar)."
b. Taisho Sankoku
Taisho Sanshoku adalah Koi putih dengan
pola warna merah dan hitam. Karena
varietas ini ditemukan pada era Taisho di
Jepang, maka disebut "Taisho Sanshoku"
atau disebut "Taisho Sanke" atau "Sanke".
c. Showa Sansoku
Showa Sanshoku adalah Koi hitam dengan
pola warna merah dan putih. Disebut
Showa karena varietas ini ditemukan pada
era Showa di Jepang. Singkatnya disebut
"Showa Sanshoku" atau "Showa".
d. Utsuri Mono
Utsuri mono adalah Koi hitam dengan pola
warna putih (Shiro Utsuri), merah (Hi
Utsuri) atau kuning (Ki utsuri).

e. Bekko
Bekko adalah Taisho Sanshoku yang tidak ada
pattern/pola warna merah (Shiro Bekko). Jenis yang
i

lain meliputi Aka Bekko (koi merah dengan pola
warna hitam), Ki Bekko (koi kuning dengan pola
warna hitam).
f. Asagi
Koi biru keabu-abuan dengan warna merah di sisi
badannya, sisi kepala dan sirip.


g. Shusui
Shusui adalah Koi jenis Asagi dari kelompok Doitsu
(Koi dengan sisik hanya dibagian punggung / sisi
saja).

h. Koromo
Koromo adalah Koi dengan pola warna merah yang
sekelilingnya berwarna gelap.




i

i. Gosiki
Goshiki adalah Koi jenis Asagi yang mempunyai
pattern warna merah.


j. Hikari Muji
Hikari Muji adalah Koi metalik yang berwarna tunggal.


k. Hikari Moyo
Hikari Moyo adalah Koi metalik dengan 2 atau 3
warna, kecuali jenis Utsuri dan Showa yang berwarna
metalik, jenisnya meliputi: Hariwake- Koi perak
dengan pola warna kuning keemasan. Kikusui- Doitsu
Hariwake dengan pola warna merah. Yamato Nishiki-
Taisho Sanshoku yang berwarna metalik. Heisei
Nishiki- Taisho Sanshoku metalik jenis Doitsu
Kujyaku- Goshiki metalik.
l. Hikari Utsuri
Hikari Utsuri adalah Jenis Utsuri yang berwarna
metalik, jenisnya meliputi:
i

Kin Showa- Showa metalik
Gin Shiro Utsuri- Shiro Utsuri metalik
Kin Ki Utsuri- Ki Utsuri metalik.
m. Tancho
Tancho adalah Koi dengan bulatan merah di
kepalanya. Berdasarkan pattern/pola warna lain
dibadannya, Tancho dibedakan jenisnya antara
lain:Tancho Kohaku, Doitsu Tancho Kohaku, Tancho
Showa, Tancho Goshiki.
n. Kin Ginrin
Kin Ginrin adalah Koi dengan
sisik keemasan atau
keperakkan.



o. Doitsu
Koi dengan sisik hanya dibagian punggung / sisi saja.


p. Kawari Mono
i

Adalah Koi non metalik yang
tidak termasuk dalam kelompok
lainnya. Contohnya Chagoi (Koi
coklat/hijau kecoklatan/kuning
kecoklatan),Ochiba shigure (Koi
biru abu-abu dengan pola
warna coklat), Kumonryu, Beni
Kumonryu, dll.


2.3. Morfologi Ikan Koi
Menurut Susanto (2000), badan ikan koi berbentuk seperti torpedo dengan
gerak berupa sirip. Sirip dada dan sirip ekor ikan koi hanya memiliki jari-jari
lunak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak.sirip perut
hanya memiliki jari-jari lunak, sebanyak 9 buah. Sirip anus mempunyai 3 jari-jari
keras dan jari-jari lunak. Pada sisi badan dari pertengahan batang sampai
batang ekor terdapat gurat sisi yang berguna untuk merasakan getaran suara.
Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelas dalam sisik yang
membayang hingga kesebelah luar.
2.4. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Koi
Ikan koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan
hidup pada daerah perairan tawar. Ikan koi dapat hidup pada kisaran suhu 8
30C, oleh sebab itu ikan koi dapat di pelihara di seluruh Indonesia, mulai dari
i

pantai hingga daerah pegunungan. Suhu ideal untuk tumbuh ikan koi adalah
1525C. Di daerah yang mempunyai musim dingin, ikan koi mampu bertahan
hidup pada suhu 23C. Ikan koi merupakan ikan yang tidak tahan terhadap
perubahan suhu secara drastis. Penurunan suhu hingga 5C dalam waktu
singkat sudah dapat mengakibatkan ikan koi stres (Susanto, 2002).
Ikan koi merupakan ikan air tawar, akan tetapi ikan koi masih dapat hidup
pada air yang agak asin. Ikan koi masih bisa bertahan hidup pada air dengan
salinitas 10 ppt. Ikan koi hidup pada salinitas netral, akan tetapi ikan koi masih
bisa hidup pada salinitas yang agak biasa. Kisaran pH yang dibutuhkan ikan koi
agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5 8,5 sedangkan nilai kesadahan
yang dapat ditoleransi ikan koi adalah 20 hardness (DH) (Effendi, 1993).
2.5. Sifat Biologi
Menurut Anonymous (2002), pertumbuhan ikan koi tergantung pada suhu
air, pakan dan jenis kelamin. Tidak ada hewan air yang mempunyai
pertumbuhan tidak teratur seperti ikan koi. Dalam tempo setengah tahun ikan
koi tumbuh sangat cepat. Pertumbuhan ikan koi, berat dan panjang badannya
berdasarkan umur disajikan pada tabel 1 Berat dan Panjang Badan Ikan Koi
berdasarkan Umurnya :
Umur
(Tahun)
Panjang
( Cm )
Berat
( gr )
1 10-20 75-100
2 24-30 188-375
3 27-40 563-938
5 45-50 1.125-2.250
i

10 55-70 2..620-11875
Sumber : Anonymous ( 2002 ).
Umumnya ikan koi jantan mempunyai bentuk tubuh langsing, sedangkan
ikan koi betina bentuk tubuhnya agak membulat. Sampai umur 2 tahun, ikan koi
jantan tumbuh pesat dibandingkan ikan koi betina. Namun setelah umur 2 tahun
ikan koi betina tumbuh pesat dibandingkan ikan koi jantan, betina tumbuh lebih
pesat dari pasangannya (Anonymous 2005).
2.6. Pakan dan Kebiasaan Makan
Menurut Effendi (1993), ikan koi bersifat omnivora, artinya pemakan
segala jenis pakan. Dengan demikian dapat diberikan jenis pakan yang
beranekaragam, misalnya ikan kecil, kerang kerangan atau jenis tumbuh
tumbuhan. Pakan utama anak koi adalah jenis kutu air sepertiDaphnia. Sejalan
dengan pertumbuhan badannya mereka dapat memakan serangga air, jentik
jentik nyamuk atau lumut lumut yang menempel pada tanaman. Pakan ikan
koi akan mempengaruhi pembentukan zat warna tubuhnya. Tubuh ikan koi yang
berwarna warni disebabkan oleh adanya zat warna yang antara lain : zat
pigmen karoten (jingga), rutin (kuning), atasantin (merah). Zat zat tersebut di
alam bebas dapat di jumpai pada tubuh hewan atau tumbuhan tertentu yang
dapat di jadikan pakan ikan Koi untuk meningkatkan warna tubuh ikan koi yang
dipelihara.
Menurut Susanto (2002), di dalam air ikan koi mampu mengenali
pakannya dan bahkan mencarinya di antara lumpur di dasar kolam, karena ikan
Koi mempunyai organ penciuman yang sangat tajam. Organ penciuman ini
berupa dua pasang kumis yang terletak pada bagian kiri dan kanan mulutnya.
i

Ikan Koi akan memburu sepotong pakan atau mengaduk aduk lumpur untuk
mendapatkan pakan yang dibutuhkan.
Mulut ikan Koi berukuran cukup besar dan dapat disembulkan. Letaknya
diujung moncong (terminal). Air bersama sama pakan memasuki rongga
mulut. Pakan yang kecil langsung ditelan dan air ditelan lewat insang setelah
flanella insang menyerap oksigen yang terdapat di air, pakan masuk kedalam
kerongkongan pakan dibawa langsung ke usus yang panjangnya sekitar 5x
panjang tubuh.
2.7. Syarat Induk yang Berkualitas
Syarat utama induk adalah calon induk sudah matang kelamin dan
matang tubuh. Matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan
sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang tubuh
artinya, secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif.
Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip-siripnya lengkap, juga
sisiknya. Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur jantan minimal 2
tahun, betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya
terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Jantan sebaliknya, lebih langsing
dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Sirip induk jantan siap kawin akan
muncul bintik-bintik putih (Susanti, 2005).
Seekor induk betina berpasangan dengan 2 atau 3 induk jantan. Jika
seekor betina hanya diberi seekor jantan di kolam pemijahan dan ternyata
sperma induk jantan tidak cukup banyak untuk membuahi telur maka pemijahan
akan gagal. Dengan menyediakan jumlah jantan lebih dari satu, kegagalan
pemijahan bisa dihindari.
i

Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus,
karena keturunannya biasanya jelek. Anak keturunannya belum tentu sebagus
induknya. Yang dipijahkan sebaiknya koi biasa saja, tetapi masih memiliki sifat-
sifat unggul, seperti warnanya pekat. Pada saat seleksi benih, nantinya bisa
dipilih mana yang bagus dan mana yang diafkir.
2.8. Kualitas Air
Kualitas air merupakan hal penting yang diperhatikan dalam budidaya
ikan. Air yang kurang baik akan menyebabkan ikan Koi mudah terserang
penyakit. Kualitas air memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
kelulusan hidup dan pertumbuhan ikan. Rendahnya kualitas sifat fisik dan kimia
air yang digunakan pada tempat tempat pembenihan akan berkaitan
rendahnya produksi benih ikan. Sifat sifat dan kimia air tersebut antara lain:
Kecerahan
Oksigen terlarut
pH
CO
2

Suhu
Kualitas air yang baik untuk induk koi yaitu pH air berkisar 6,58 dengan
suhu antara 2628 C, kandungan DO minimum 35 ppm dan ammoniak 0,01
ppm, sedangkan untuk larva kandungan DO minimum 6 ppm (Agus. 2002).
Karbondioksida (CO2) merupakan hasil buangan dari semua jasad pada proses
pernapasan. Dalam jumlah tertentu, gas ini dapat meracuni ikan. Biasanya ikan
yang mempunyai naluri kuat akan menghindari daerah atau habitat yang kadar
karbondioksidanya tinggi. Hal ini dapat diperhatikan ari tingkah laku ikan yang
i

seolah-olah ingin keluar dari habitat yang kadar karbondioksidanya tinggi.Kadar
karbondioksida ini pun mempengaruhi pH air menjadi asam. kandungan karbon
dioksida (CO2) maksimal 10 pp pada ikan koi.
2.9. Hama dan Penyakit Ikan
Hama yang sering menyerang ikan koi yaitu kucing dan musang. Ikan koi
sering berenang ke permukaan air ketika seseorang mendekati kolam, sehingga
mudah dimangsa oleh hewan pemangsa seperti kucing, burung elang, ular dan
bangau sering juga memangsa ikan koi yang masih kecil. Pertumbuhan kolam
yang memenuhi syarat misalnnya kontruksi dinding kolam yang dibuat agak
tinggi dapat mencegah masukkmya ganggunan hama pemangsa ikan koi
(Apryanto dan Livianawati, 1992).
Hama penyakit juga dapat menimbulkan kematian pada ikan Koi.
Penyakit yang menyerang ikan koi diantaranya penyakit lumpur (kulit mngalami
iritasi), white spot (bintik putih), lernea, kolumnaris, jamur, saprolegnia, cacing
kulit, argulus dan penyakit harves. Penyakit harves merupakan salah satu
penyakit yang dapat menyebabkan kematian massal pada ikan koi.
Saat ini belum ditemukan obat yang cocok untuk menaggulangi penyakit
ini. Upaya pencegahan dilakukan dengan cara meningkatkan pengelolaan
usaha budidaya, desinfeksi peralatan, pengeringan, pengapuran dasar kolam
dan pemberian pakan yang cukup dan berkualitas. Terhadap ikan yang baru
masuk, karantina merupakan cara yang tepat untuk mencegah penyaki tersebut
(Anonymous, 2002).

i

i

BAB III
MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 28 Agustus 10 September
2012, bertempat di BBI (Balai Benih Ikan) Tlatar, Boyolali Jawa Tengah.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Induk Ikan
Induk Ikan koi matang kelamin artinya induk jantan sudah menghasilkan
sperma dan induk betina sudah menghasilkan telur yang matang. Matang
tubuh artinya secara fisik mereka sudah siap menjadi induk-induk produktif.
Syarat lain fisiknya prima, tidak cacat. Sirip dan sisiknya lengkap.
Gerakannya anggun, seimbang, tidak loyo. Umur jantan minimal 2 tahun,
betina minimal 3 tahun. Betina lebih besar dibandingkan jantan, perutnya
terlihat lebih besar dibandingkan punggung. Seekor induk betina berpasangan
dengan 2 atau 3 induk jantan, dengan bobot berkisar 500-700 gr untuk jantan
dan untuk Betina 1,5 kg rata-rata berumur 1,5-2 tahun.
3.2.2. Kolam Pemijahan
Kolam pemijahan berukuran 2 x 3 x 1 m, terbuat dari semen dilapisi
keramik dengan dasar keramik memiliki pintu pemasukan dan pengeluaran
air secara paralel, kolam dilengkapi dengan hapa pemijahan berukuran 1 x
2,5 x 50 cm.
3.2.3. Peralatan Pendukung
Adapun alat-alat yang digunakan dalam teknik pembenihan ikan koi
sebagai berikut :
i

1. Ganggang (tanaman air untuk substrat penempelan telur)
2. Ember (tempat mengangkat induk dan benih ikan)
3. Seser (alat untuk mengambil benih)
4. Seser pakan alami (alat untuk menangkap pakan alami seperti
Daphnia)
5. Hapa (alat yang dipasang pada saluran air berfungsi untuk
menampung induk dan benih yang dipanen sementara)
3.3. Metode Kerja
Data yang diambil saat kegiatan magang ini menggunakan metode
deskriptif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran
umum, sistemis dan faktual mengenai data-data kegiatan pembenihan ikan
koi. Pengambilan data tidak hanya terbatas pada pengumpulan data dan
penyusunan data tetapi juga meliputi analisis dan pembahasan data-data
tersebut. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder (Azwar.
1998).
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya melalui prosedur dan
teknik pengambilan data berupa wawancara, observasi, partisipasi aktif
maupun memakai instrumen pengukuran yang khusus sesuai dengan tujuan
(Azwar, 1998).
3.4.1.1 Observasi
i

Observasi atau pengamatan secara langsung adalah pengambilan data
dengan menggunakan indera mata tanpa ada pertolongan alat standar lain
untuk keperluan tersebut (Nazir. 1988). Observasi dilakukan terhadap berbagai
hal yang berhubungan dengan kegiatan pembenihan meliputi seleksi induk,
perawatan induk, pemberokan, pemijahan serta sarana dan prasarana.
3.4.1.2 Wawancara
Wawancara merupakan cara mengumpulkan data dengan cara tanya
jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada
tujuan penelitian. Wawancara memerlukan komunikasi yang baik dan lancar
antara peneliti dengan subjek sehingga pada akhirnya bisa didapatkan data
yang dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan (Nazir. 1988).
Wawancara di BBI Tlatar dilakukan dengan cara tanya jawab dengan
pembimbing mengenai segala hal yang berhubungan dengan teknik
pembenihan ikan koi dan permasalahan yang dihadapi dalam menjalankan
kegiatan.
3.4.1.3 Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang
dilakukan secara langsung di lapangan (Nazir, 1998). Kegiatan yang dilakukan
adalah memilih dan menyiapkan induk, memilih benih, penebaran, pemberian
pakan, pengelolaan kualitas air serta sampling larva.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung
dan telah dikumpulkan serta dilaporkan oleh orang di luar dari penelitian itu
sendiri (Azwar, 1998). Data ini dapat diperoleh dari data dokumentasi,
i

lembaga penelitian, dinas perikanan, pustaka pustaka, laporan laporan
pihak swasta, masyarakat dan pihak lain yang berhubungan dengan sejarah
berdirinya BBI Tlatar, Boyolali Jawa Tengah maupun mengenai tenik
pembenihan ikan koi yang baik.


i

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi
4.1.1 Kolam Pemeliharaan Induk
Kolam pemeliharaan induk ikan koi yang berada di BBIAT Tlatar terdiri
dari dua jenis kolam yaitu kolam beton terbuka berbentuk persegi
pengeluaran dengan sistem monik dan kolam indor dengan ukuran 2 x 3 x 1
m ukuran seragam.
4.1.2 Bak pemberokan Induk
Bak pemberokan merupakan kolam pemisah antara jantan dan betina
dengan dilengkapi dengan aerasi. Kolam pemberokan berukuran 2 x 3 x 1 m.
4.1.3 Air dan Sistem Suplai
4.1.3.1 Sumber Air
Sumber air diperoleh langsung dari mata air yang berada di sekitar
wilayah BBI Tlatar
4.1.3.2 Sistem Aerasi
Fasilitas utama lain yang juga sangat dibutuhkan dalam kegiatan
budidaya pembenihan koi adalah aerasi. Aerasi berfungsi untuk menambah
kadar oksigen terlarut (DO) dalam media pemeliharaan. Sumber aerasi untuk
seluruh kebutuhan penetasan telur dan pemeliharaan larva bersumber dari
high blower.
i

4.2 Teknik Pembenihan Ikan Koi
4.2.1. Persiapan Wadah
Dalam mempersiapkan pemijahan ikan koi, tahap awal adalah
mempersiapkan wadah untuk proses pemijahan. Kolam pemijahan induk koi di
BBIAT Tlatar berukuran 2 x 3 x 1 m yang terbuat dari semen dilapisi keramik
dengan dasar keramik dan memiliki pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Sistem pengeluaran air secara paralel dengan pengeluaran air berupa pipa
dalam kolam, gunanya untuk mempermudah pengaturan ketinggian air.
Selanjutnya dilakukan pemasangan hapa hijau berdiameter 1 inchi
dengan ukuran 1 x 2,5 m sebelum hapa digunakan dibersihkan terlebih dahulu
dengan mencuci dan menjemur hapa tersebut yang bertujuan agar jamur dan
parasit yang sebelumnya menempel dihapa mati. Penggunaan hapa adalah
untuk menahan telur yang dikeluarkan oleh induk sehingga menempel pada
substrat yang ada pada happa tersebut, kemudian dilakukan pengisian air
setinggi 1 m.
Subtrat yang digunakan menggunakan ganggang atau tanaman air
yang banyak tersedia di BBIAT Tlatar, sebelum digunakan untuk substrat
penempelan telur ganggang terlebih dahulu diangin-anginkan selama 10 menit
untuk mematikan telur-telur keong yang menempel di ganggang. Tujuan
menggunakan ganggang untuk substrat penempelan telur yaitu untuk membuat
keadaan pemijahan seperti seolah-olah seperti dialam.
4.2.2 Pemeliharaan dan Pematangan Induk
i

Induk ikan koi di BBIAT Tlatar berasal dari Semarang. Induk jantan dan
induk betina ikan koi yang terdapat di BBIAT Tlatar rata-rata berumur 1-2 tahun.
Pemeliharaan induk dilakukan pada kolam induk, artinya induk koi dipelihara
pada kolam khusus untuk induk.
Agar induk ikan koi sehat dan tubuhnya berwarna cemerlang maka,
perlu diberikan pakan yang bergizi seimbang. Calon induk diberikan pakan
dengan menggunakan pellet terapung sankoi dengan kandungan protein 37%,
pakan ikan mas tenggelam dengan kandungan protein 36% dengan dosis
pakan 3% dari bobot biomasa dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari.
Bak pemeliharaan induk ikan koi di BBIAT Tlatar berjumlah 4 buah
dengan luas masing-masing 2 x 3 x 1 m dengan tinggi air 0,8 m. Bak
pemeliharaan induk dilengkapi dengan saluran pemasukan air (intlet) dan
saluran pengeluaran air (outlet). Padat tebar induk jantan dan betina dikolam
pemeliharaan induk tersaji pada tabel 1.
Substrat merupakan media untuk menempelnya telur ikan koi karena
telur ikan koi bersifat adhesilfe (telur yang bersifat menempel). Substrat
menggunakan ganggang atau tanaman air. Sebelum ganggang digunakan
terlebih dahulu ganggang diangin-anginkan agar telur keong yang menempel di
ganggang mati dan tidak mempengaruhi kualitas telur ikan koi.
4.2.3 Seleksi Induk
Seleksi induk merupakan salah satunya kegiatan yang penting dalam
pembenihan, karena induk yang berkualitas akan menghasilkan benih yang
unggul dan berkualitas baik. Induk koi yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu
i

2 betina kohaku, 3 jantan shiro, Ukuran berat dan umur induk disajikan pada
Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Induk Ikan Koi Hasil Seleksi di BBPBAT Sukabumi
No. Jenis Ikan Berat Ikan
(kg)
Umur Ikan
(tahun)
1.
2.
3.
4.
5.
.
Betina Kohaku I
Betina Kohaku II
Jantan Sanke I
Jantan Sanke II
Jantan Sanke III

1.1
0.9
0.8
0.4
0.6

2
2
1
1
1

Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (2012)
Dari tabel 2 dapat dilihat jenis, berat, dan umur induk. Induk betina rata-
rata berumur 2 tahun dan induk jantan rata-rata berumur 1 tahun.
Adapun cara membedakan antara induk jantan dan induk betina ikan koi
sebagai berikut :


Induk Bentina
Induk ikan koi betina memiliki kepala lebih kecil daripada induk jantan.
Tubuh induk betina tampak lebih bengkak dan perut menggelembung. Induk
koi betina yang telah matang gonad jika perutnya diurut akan mengeluarkan
telur. Lubang pelvic betina yang matang telur sangat lembek dengan kelamin
membulat dan operculumnya bila diraba terasa halus.
Induk Jantan
i

Induk koi jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dan kepal
tampak lebih besar dibandingkan induk betina, sedangkan sirip dibagian
pangkal ekor lebih tebal dan kuat. Lubang pelvic induk jantan lebih keras,
menyempit berbentuk runcing dan menonjol, tekstur sisik pada pipinya bila
diraba terasa kasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto (2002). Syarat
lain untuk pemilihan induk yang baik untuk pemijahan ikan koi yaitu : Induk
sudah matang kelamin, Induk sehat dan tidak membawa penyakit, Sirip dan
sisiknya lengkap, Induk betina gerakannya lamban dan induk jantan
gerakannya gesit dan lincah. Umur minimal untuk induk jantan 1 tahun dan
induk betina 2 tahun.
4.2.4 Pemijahan Ikan Koi
Proses pemijahan dilakukan di kolam yang telah dipasang hapa dan
ganggang untuk tempat penempelan telur. Induk hasil seleksi dimasukkan
pada kolam yang telah diberi hapa dan kakaban. Induk dimasukkan pada
sore hari pada pukul 16.00 WIB.
Pemijahan terjadi pada tengah malam dari jam 00.00-04.00 WIB. Proses
pemijahan dimulai pada saat induk jantan berenang mengejar-ngejar induk
betina. Induk jantan berusaha untuk menyentuh bagian perut induk betina
dengan mulutnya, sehingga induk betina akan mengeluarkan telurnya. Pada
saat yang bersamaan induk jantan akan mengeluarkan sperma dan terjadilah
pembuahan (fertilisasi).
Setelah terjadi proses fertilisasi, telur-telur yang dibuahi akan menempel
pada kakaban. Setelah pemijahan selesai, induk segera dipindahkan dari
dalam happa agar induk ikan koi tidak memakan telur-telur tersebut. Proses
i

pemindahan induk dari dalam hapa diharapkan tidak melewati 12 jam dari
proses pemijahan berlangsung.
4.2.5 Penetasan Telur
4.2.5.1 Persiapan Wadah
Persiapan wadah penetasan telur dilakukan bersamaan dengan
persiapan kolam pemijahan, kolam yang digunakan untuk pemijahan
digunakan untuk penetasan telur.
4.2.5.2 Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan dengan cara memindahkan induk ikan koi
ke bak pemeliharaan induk dan telur hasil pemijahan yang menempel pada
ganggang dibiarkan menetas di happa pemijahan.
Telur yang terbuahi akan berwarna hijau kekuningan transparan dan
berbentuk bulat sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berwarna putih
susu atau keruh. Induk yang sudah memijah dikembalikan ke kolam induk
untuk dipulihkan dan disiapkan untuk induk kembali.
Setelah proses pemijahan selesai, telur yang menempel pada
kakaban harus terendam air. Jika suhu air terlalu dingin penetasan akan
berlangsung lama dan jika suhu terlalu tinggi maka telur bisa mati dan
membusuk. Telur yang terbuahi oleh sperma induk jantan berwarna hijau
kekuningan transparan, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna putih
susu atau keruh.
i

Setelah 3 hari telur akan menetas dan larva akan terlihat
bergerombol disekitar kakaban dan dipinggir happa. Setelah 3 hari dari
penetasan ganggang baru diangkat. Larva yang sudah menetas dibiarkan
hidup tanpa ada pemberian pakan, hal ini dikarenakan larva masih memiliki
cadangan makanan berupa kuning telur selama 5 hari.



4.2.5.3 Perhitungan telur yang menetas.
Jumlah telur yang terbuahi dan tidak terbuahi /kakaban dengan luas kotak
sampel 2 cm
2.

Kakaban I
Tabel 3 : Jumlah telur yang dibuahi dan tidak dibuahi pada kakaban 1.

No
Telur yang terbuahi
(butir)
Telur yang tidak terbuahi
(butir)
Jumlah total
telur

(butir)
1 11 5 16
2 8 4 12
3 10 0 10
4 15 5 20
5 25 0 25
6 10 3 13
7 5 10 15
8 14 2 12
9 15 3 12
i

10 15 1 14
Sumber : PKL 2012 BBI Tlatar, Boyolali Jateng











Kakaban II
Tabel 4 : Jumlah telur yang dibuahi dan tidak dibuahi pada kakaban 2.

No
Telur yang terbuahi
(butir)
Telur yang tidak terbuahi
(butir)
Jumlah total
telur

(butir)
1 12 1 13
2 17 3 20
3 9 0 9
4 21 3 24
5 18 3 21
6 19 0 19
7 12 1 13
8 20 3 23
9 15 1 16
10 19 0 19

Sumber : PKL 2012 BBI Tlatar, Boyolali Jateng

Total Jumlah telur yang ada di kakaban I, dan II
i

Tabel 5 : jumlah seluruh telur pada kakaban 1 dan 2

Kakaban
Jumlah telur yang
terbuahi
(butir)
Jumlah telur yang
tidak terbuahi
(butir)
Jumlah total
telur
(butir)
I 12 3 15
II 16 2 18
28 5 33
Sumber : PKL 2012 BBI Tlatar, Boyolali Jateng

Rincian perhitungan jumlah total telur yang ada di kakaban I dan II sebagai
berikut :


Jumlah telur yang terbuahi (butir) = K I + K II

= 12 + 16

= 28 butir


Jumlah telur yang tidak terbuahi (butir) = K I + K II

=3 + 2

=6 butir


Jumlah total telur (butir) = K I + K II +

=15+ 18

= 33 butir

JUMLAH TOTAL TELUR SELURUH LUASAN KAKABAN I dan II


i

Diketahui : Luas kakaban 1200 cm
2


Luas kotak sampel 2 cm
2


Fekunditas(butir) merupakan
jumlah telur ikan yang dikeluarkan per satuan bobot badan




Jumlah telur yang terbuahi =
X Rata2 telur terbuahi

= x 28 butir

= 16.800 butir

Jumlah telur yang tidak terbuahi =
X Rata2 telur tidak terbuahi

= x 5 butir

= 3.000 butir


Fertilisasi rate (butir)

Jumlah telur seluruhnya =
X total telur

= x 33 butir

= 19.800 butir


Persentase Jumlah telur yang terbuahi (%)

% jumlah telur yang terbuahi = x 100%

= x 100%

i

= 84 %

Derajat penetasan (HR)

Persentase jumlah telur yang menetas = x 100%

= x 100 %

HR = 99 %

4.2.5.4 Perawatan Larva
Pada saat larva umur 5-10 hari diberi pakan alami berupa daphnia
dan pakan buatan berupa bubuk dengan pemberian pakan 2 kali sehari.
4.3 Pakan
4.3.1. Pakan Alami
Ketersediaan pakan alami dapat dipenuhi dengan cara kultur pakan.
Pemupukan kolam dilakukan pada awal produksi yaitu saat persiapan kolam.
Pemupukan kolam menggunakan kotoran burung puyuh dengan dosis 0,5
kg/m
3
yang dilakukan pada pagi hari. Pupuk yang telah siap dalam karung dan
ditebar sesuai dengan tempat yang telah ditentukan.
Jenis pakan alami yang tumbuh setelah dilakukan pemupukan kolam
selama 3 hari adalah Infusoria, Moina sp, dan Daphnia sp. Pemberian pakan
larva dilakukan setelah 3 hari sesudah larva menetas, hal ini dikarenakan larva
masih memiliki cadangan makanan, pakan yang diberikan setelah 3 hari yaitu
berupa kuning telur yang sudah direbus atau pelet yang sudah dihaluskan.
Apabila mulut larva sudah dapat terbuka seukuran Daphnia sp dan cara
berenangnya sudah seimbang dan tidak berputar-putar, maka larva sudah bisa
diberi makan berupa pakan alami sperti Daphnia sp.
i


4.4 Penanggulangan Penyakit
Pada saat kegiatan tidak ditemukan induk ataupun benih ikan koi yang
terjangkit penyakit. Hal ini mungkin dikarenakan sirkulasi air tempat budidaya
berjalan lancar dan berasal dari mata air yang ada di BBIAT Tlatar langsung
belum tercampur dengan limbah apapun.













i


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Adapun simpulan dari hasil kegiatan adalah sebagai berikut :
1. Teknik pembenihan ikan koi (Cyprinus carpio) secara alami dapat
dilakukan di kolam pemijahan yang bagian dasar kolamnya berupa lapisan
keramik kolam, dengan demikian dapat digunakan langsung untuk tempat
penetasan telur, dan pemeliharaan larva.
2. Seleksi induk merupakan salah satu tahapan yang sangat penting karena
akan berpengaruh terhadap kualitas benih yang dihasilkan.
3. Substrat penempelan telur dapat menggunakan ganggang atau tanaman
air sejenisnya.
4. Selama proses pemijahan presentase jumlah telur yang menetas adalah
99% dan tingkat mortalitas larva dihitung dari telur yang tidak terbuahi
yaitu 1%.
5. - Kualitas air selama kegiatan pemijahan ikan koi
Parameter Fisika yang ideal untuk ikan koi adalah :
suhu 15c 25c , salinitas 0 10 Ppt
- Parameter Kimia yang ideal untuk ikan koi adalah : pH 7
8, DO 5 8 ppm CO2 10 ppm , NO3 20-60 ppm NO3 0 0,25
NH3 ppm 0 0,25 ppm
i

- Parameter Biologi untuk ikan koi yaitu macrobenthic dan plankton,
namun parameter ini terdapat kelemahan yaitu Indeks keragamanan
makrobenthic dan plankton hanya mencerminkan perubahan struktur
komunitas pada saat mengalami gangguan (stress period) dan tidak
dapat membedakan antara ekosistem yang terganggu dengan
ekosistem yang sehat. Ikan Koi dapat bertahan hidup pada air dengan
salinitas 10 ppt. Ikan Koi merupakan ikan yang tidak tahan terhadap
perubahan suhu secara drastis. Penurunan suhu hingga 5C dalam
tempo singkat sudah dapat mengakibatkan ikan Koi stress.

5.2. Saran
1. Teknik pembenihan ikan koi meliputi proses pemijahan, penetasan telur,
serta pemeliharan larva. Apabila teknik tersebut dilakukan pada satu
kolam maka sisa telur yang tidak menetas akan mempengaruhi kualitas air
dan pertumbuhan larva. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan di kolam ter

DAFTAR PUSTAKA
Agus, 2002. Koi (Revisi). Anda Bertanya, Pakar dan Praktisi Menjawab. Agro Media
Pustaka. Jakarta.

Alawi dalam Sabar (2010). Teknik Pembenihan Ikan Baung (Mysitus nemurus C, V)
Di Balai benih ikan sentral SEI TIBUN Desa Padang mutung Kab Kumpar
Provinsi Riau. Laporan Praktek Magang Prodi Diploma III Budidaya
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau,
Pekanbaru.

Anonymous, 2002. Koi si ikan panjang umur. Agro media. Jakarta.

i

Anonymous, 2005. Budidaya Ikan Mas. Proyek Pengembangan Ekonomi
Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Jakarta.

Apryanto dan Livianawati. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kansius.
Yogyakarta.

Anzwar, S. 1998. Metode Penelitian. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Arini, M. 2005. Teknik Pembenihan Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di kelompok tani
maina sejahtera dusun surowono desa camgu kediri. Jurnal perikanan
Indonesia. Vol VII (3); 15-24.

Effendi, H. 1993. Mengenali Beberapa Jenis Koi (Karper Jepang-Nishikigoi).
Kansius. Yogyakarta.

Effendi, I. 1998. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://warisanjelai.blogspot.com/2009/11/sejarah-ikan-koi.html.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Santoso, B. 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius Yogyakarta.
Susanti, S. 2005. Teknik Penanganan Induk Ikan Koi (Cyprinus Carpio) di Kelurahan
Beru Jawa Timur. Jurnal Penelitian Indonesia Vol IX (4) ; 42-48.

Susanto, H. dan Agus, R. 1997. Kiat Budidaya Ikan Mas Dilahan Kritis. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Susanto, 2000. Budidaya Ikan Koi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto, H. 2002. Koi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanto. H. 2008. Panduan memelihara koi. Penebar swadaya. Jakarta.


i

DOKUMENTASI




i




Gambar 1. Happa

Gambar 2. Peralatan Penunjang Pembenihan Ikan Koi

i


Gambar 3. Bak Pemberokan Induk

Gambar 4. Penjemuran ganggang untuk tempat penempelan telur ikan

i


Gambar 5. Kolam Penetasan dilengkapi Hapa



Gambar 6. Kolam Pemeliharaan Larva
i


Gambar 7. Obat-obatan




Gambar 8. Pakan

Anda mungkin juga menyukai