KELOMPOK 4
KETUA : SULFIANA WING PUTRI 202030012
: ARYO WARDHANI 202030006
: MARHABAN A. R. KABES PATTIRAN 202030018
: SONIA ELISABET KAFIAR 20203004
: SALMAN M. ALFARISI 202030027
: NOVA YOLANDA AYAMISEBA 202030047
: MARENCIA T. IVONNIE R. LOGOFF 202030039
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca, Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini pembaca bisa
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
P a g e 2 | 25
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 5
1.3 Manfaat ..................................................................................................................................... 7
1.2 Tujuan....................................................................................................................................... 7
BAB II ....................................................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................................ 8
BAB III .................................................................................................................................................... 10
METODE PENELITIAN ............................................................................................................................ 10
3.1 Lokasi dan waktu………………………………………………………………………………………………………………..10
P a g e 3 | 25
5.4 Morfologi Ikan Hasil Tangkap.................................................................................................. 21
BAB VI.................................................................................................................................................... 24
PENUTUP ............................................................................................................................................... 24
Kesimpulan.................................................................................................................................... 24
Saran ............................................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 25
P a g e 4 | 25
BAB I
PENDAHULUAN
P a g e 5 | 25
Teknik penangkapan ikan merupakan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan dengan cara
dan teknik tertentu. Alat tangkap yang digunakan nelayan Borobudur di Manokwari dalam
kegiatan penangkapan ikan yang hasil utamanya adalah ikan Tuna Besar, dan tempat
penangkapan ikan berbasis perairan Supiori adalah nelon, mata kail (berbagai ukuran),
rumpon, perahu, dan GPS. Potensi produksi tangkapan ikan tuna besar di Perairan Supiori
berkisar 25kg - 89kg. Namun dalam meningkatkan produksi tangkapan secara berimbang
diperlukan kerja sama yang baik antara nelayan di daerah Papua dan Papua Barat serta
pemerintah khususnya aparatur negara yang tugasnya menjaga laut Indonesia dari Negara
lain dikarenakan banyak keluhan dari nelayan setempat tentang Negara lain yang berhasil
masuk di perairan Indonesia khususnya manokwari dan mengambil berton-ton ikan. Hal ini
tentunya perlu tindakan nyata agar nelayan di daerah manokwari bisa menikmati hasil
tangkapannya dengan baik tanpa diganggu oleh kapal berteknologi tinggi milik Negara lain
yang mempengaruhi hasil tangkapan mereka yaitu ikan Tuna Besar. Penelitian dan sosialisasi
tentang ukuran mata kail sudah dilakukan di daerah setempat sehingga nelayan setempat
mengetahui ukuran ikan tuna yang layak diambil dan yang tidak boleh diambil (baby tuna)
sehingga dapat memberikan hasil tangkapan yang baik sesuai dengan ukuran mata jaring dan
komposisi ikan tangkapannya. Salah satu teknik tangkap yang ramah lingkungan yakni teknik
layang-layang.
P a g e 6 | 25
1.3 Manfaat
Manfaat praktikum dasar-dasar penangkapan ikan ini adalah agar mahasiswa mengetahui
secara umum cara bagaimana mendapatkan ikan tuna menggunakan teknik sederhana yaitu
pancing ulur agar ekosistem laut kita terjaga dengan baik.
1.2 Tujuan
A. Mengetahui spesifikasi alat tangkap
B. Mengetahui teknik penangkapan ikan
C. Mengetahui komposisi hasil tangkapan
D. Mengetahui potensi ikan tuna besar di perairan Supiori
P a g e 7 | 25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perikanan Tangkap Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 menyebutkan definisi
penangkapan ikan ialah kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan
dibudidayakan dengan alatatau dengan cara apapun, melainkan kegiatan yang menggunakan
kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan
mengawetkan. Perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi dalam penangkapan atau
pengumpulan binatang dan tanaman air,baik di laut maupun perairan umum secarabebas.
Secara umum usaha perikanan tangkap dapat dibedakan berdasarkan jenis alat tangkap yang
digunakan,antara lain gill net, payang, dogol, pancing tonda, dll, dimana masing-masing alat
tersebut mempunyai perbedaan dalam cara pengoperasiannya dalam menangkap ikan.
Kegiatan perikanan tangkap sangat tergantung pada tersedianya sumberdaya perikanan, baik
berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya buatan (sarana
dan prasarana pendukung).Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam
mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal adalah diterapkan-nya
pengelolaan yang rasional. Pengelolaan yang rasional menerapkan sistem pengelolaan yang
mencakup semua sumberdaya, termasuk diantaranya lingkungan sumberdaya ikan yang
dimanfaatkan,perencanaan,organisasi,,serta sumberdaya manusia, terutama pelaku dan peman
faat, baik lokal maupun pendatang (Nikijuluw, 2002). Dalam rangka mewujudkan perikanan
tangkap yang berkelanjutan (sustainable fisheries) sesuai dengan Code of conduct for
Responsible Fisheries (CCRF) maka eksploitasi sumberdaya hayati laut harus dapat
dilakukan secara bertanggung jawab ( Responsible fisheries). Code of Conduct for
Responsible Fisheries (CCRF) yang dicetuskan FAO tahun 1995 menyebutkan beberapa
prinsipmengenaipengelolaanperikananyangbertanggung jawab serta himbauan bagi negarane
gara lain untuk mengelola sumberdaya perikanannya. Butir-butir dalam prinsip-prinsip umum
CCRF tersebut antara lain:
P a g e 8 | 25
6.) penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan
7.) pengontrolan yang efektif terhadap upaya-upaya penangkapan di laut
8.) mencegah konflik antara nelayan skala kecil, menengah dan industry
9.) penjaminan mutuhasil tangkapan
10.) penjaminan terhadap keamanan dan keselamatan kapal, alat tangkap dan 4 ABK
11.) manajemen pengelolaan perikanan tangkap yang terpadu antarinstansi/lembaga
(Wisudo dan Solihin , 2008).
P a g e 9 | 25
BAB III
METODE PENELITIAN
1) Es Batu
2) Ikan Kecil ( sebagai umpan )
Ikan hasil tangkapan yang menjadi target nelayan setempat adalah Ikan Tuna Besar yaitu
salah satunya adalah Ikan Tuna Sirip Kuning (Thunnus albacares) dan Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis).
P a g e 10 | 25
BAB IV
a. Berbagai jenis ikan pelagis seperti tuna mata besar (Thunnus obesus), tuna ekor kuning
(Thunnus albacores), cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard), tenggiri
(Scomberomorus sp), dan jenis ikan pelagis kecil lainnya.
P a g e 11 | 25
b. Peningkatan jumlah penduduk yang berakibat pemanfaatan semberdaya alam diwilayah
pesisir dan daratan.
c. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk.
d. Persaingan untuk mendapatkan ruang diwilayah pesisir dari berbagai kepentingan.
Dengan adanya alasan-alasan tersebut, maka Kabupaten Supiori dalam 5 tahun kedepan
pengembangannya bertumpu pada sector perikanan yang meliputi dua program utama yaitu :
P a g e 12 | 25
BAB V
5.1.1 Kapal
Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan,
membudidayakan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan
eksplorasi perikanan. Kapal pancing rumpon merupakan salah satu kapal perikanan yang
digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan. Konstruksi kapal pancing rumpon terbuat dari
bahan kayu sengon (Paraserianthes falcataria) dengan menggunakan mesin motor tempel 5
dengan dimensi 6 x 0,6 x 0,7 m. Kekuatan mesin yang digunakan adalah 5,5 HP berbahan
bakar bensin (Nugroho 2002).
5.1.2 Nelayan
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan
ikan. Berdasarkan daerah asalnya, nelayan yang ada di wilayah Sendang Biru dikategorikan
sebagai nelayan pendatang. Yang dimaksud nelayan pendatang adalah nelayan yang berasal
dari luar wilayah Sendang Biru. Jumlah nelayan yang bekerja pada pengoperasian pancing di
sekitar rumpon sebanyak 4 – 6 orang. Masing – masing memiliki tugas yang berbeda – beda
yang terdiri dari 1 orang juru mudi atau nahkoda, 1 orang juru mesin, dan 2 – 4 orang anak
buah kapal yang masing – masing mengoperasikan satu atau lebih pancing (Ekasari 2008).
5.1.3 Produktivitas
Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang diperoleh secara
nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya produktivitas sama dengan
perbandingan hasil keluaran dengan masukan yang biasa juga disebut dengan perbandingan
output dengan input. Ukuran produktivitas yang paling sering digunakan adalah berkaitan
dengan tenaga kerja dengan cara membagi pengeluaran dengan jumlah yang digunakan
(Sinungan 2008).
Produktivitas yang akan ditekankan dalam tulisan ini adalah produktivitas alat tangkap
pancing yang beroperasi di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pancing diartikan sebagai unit
penangkapan yang digunakan selama proses penangkapan ikan di laut. Selanjutnya
perbandingan produktivitas yang dimaksud adalah produktivitas alat tangkap pancing yang
P a g e 13 | 25
beroperasi di suatu lokasi penangkapan ikan dengan lokasi penangkapan yang
lainnya.Pengertian produktivitas berdasarkan oleh Pusat Produktivitas Nasional dapat
dipahami dari berbagai sudut yang antara lain, secara filosofis maka produktivitas adalah
suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan
hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari pada hari ini. Sementara
secara teknis mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan
keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input), atau dapat dikatakan sebagai ukuran tingkat
efesiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama proses 4
produktivitas berlangsung, dengan membandingkan antara jumlah yang dihasilkan terhadap
setiap sumber yang dipergunakan atau seluruh sumberSecara umum produktivitas berarti
perbandingan, dan dapat dibedakan dalam tiga jenis (Sinungan, 2008).
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan daerah dimana operasi penangkapan
ikan berlangsung yang diduga tempat ikan – ikan bergerombol. Ikan merupakan organisme
yang bersifat mobile, artinya ikan sering berpindah – pindah tempat yang menyebabkan
sulitnya menentukan arah dan letak dari daerah penangkapan ikan. Tuna hidup di daerah
perairan seperti : pertemuan antara dua arus yang terjadi front, terjadinya upwelling,
konvergensi,dan divergensi yang merupakan daerah berkumpulnya plankton, temperatur
perairan optimum berkisar antara 15°C – 30°C (Handriana 2006). Penangkapan ikan di
Pelabuhan Sendang Biru umumnya dilakukan sepanjang tahun dan dikenal dengan dua
musim penangkapan yaitu Musim Timur dan Musim Barat. Musim Timur adalah musim
dimana jumlah ikan sangat banyak.atau berlimpah, yaitu pada bulan Juni - Oktober. Periode
ini ditandai dengan angin yang lemah, keadaan laut yang tenang, dan curah hujan sedikit.
P a g e 14 | 25
Sedangkan Musim Barat ditandai dengan sedikitnya hasil tangkapan yang didaratkan akibat
keadaan perairan yang cukup membahayakan untuk operasi penangkapan ikan. Musim Barat
berlangsung pada bulan November – April atau Mei, sedangkan Handriana (2006), hasil
tangkapan di Palabuhan Sendang Biru dapat digolongkan menjadi
P a g e 15 | 25
B. Pancing rumpon dengan layang-layang
Pancing rumpon dengan layang-layang yang berbasis di perairan supiori dioperasikan dengan
cara ditarik menggunakan layang-layang. Pertama-tama dilakukan pengikatan tali pancing
pada tali layang-layang. Kemudian layang-layang mulai diterbangkan, dengan terbangnya
layang-layang maka tali pancing akan ikut tertarik ke arah laut. Umpan tiruan cumi-cumi
diposisikan agar berada di permukaan laut dan layang-layang ditarik-tarik sehingga pada saat
layang-layang bergerak maka umpan tiruan cumi-cumi yang berada di permukaan laut akan
ikut bergerak menyerupai pergerakan cumi-cumi asli. Pada saat nelayan yang menerbangkan
layang-layang merasakan pergerakan tali karena umpan telah dimakan oleh ikan, maka
nelayan tersebut menarik tali pancing, menurunkan layang-layang dan menaikkan hasil
tangkapannya ke atas perahu.Pancing rumpon dengan layang-layang yang berbasis di
perairan Supiori, Pancing ini biasanya dioperasikan sekaligus dengan alat tangkap pancing
rumpon yang dihanyutkan dengan syarat terdapat angin di daerah penangkapan ikan. Angin
berfungsi untuk menerbangkan layang-layang, sehingga jika tidak ada angin di daerah
penangkapan tersebut maka layang-layang tidak bisa diterbangkan dan pancing ini tidak bisa
dioperasikan. Cara pengoperasian ketiga pancing rumpon di atas masing-masing memiliki
cara pengoperasian yang saling melengkapi tergantung dari kondisi daerah penangkapan.
Pada saat angin kencang atau arus kencang nelayan tidak dapat mengoperasikan pancing
yang berpelampung, karena pancing dapat hilang atau hanyut terbawa angin atau arus, disaat
seperti ini maka nelayan menggunakan pancing yang di tonda atau pancing dengan layang-
layang. Sebaliknya pada saat angin atau arus tidak ada atau tenang, maka nelayan tidak dapat
mengoperasikan pancing dengan layang-layang, melainkan menggunakan pancing
berpelampung atau pancing yang di tonda. Konstruksi kedua pancing rumpon di atas terdiri
dari beberapa bagian yaitu pelampung, tali pancing, mata pancing dan umpan. Berikut
penjelasan dari bagian-bagian tersebut :
P a g e 16 | 25
Gambar 3 : Konstruksi Pancing Layang-layang
C. Pelampung
Pelampung yang digunakan pada perikanan pancing rumpon berupa jerigen. Jerigen yang
digunakan memiliki ukuran 35 cm x 10 cm x 25 cm. Pelampung ini digunakan untuk
mengapungkan rangkaian pancing pada saat pengoperasian pancing rumpon yang
dihanyutkan. Selain itu pelampung ini juga berfungsi sebagai tempat menggulung tali
pancing pada saat pancing sedang tidak dioperasikan.
D. Tali pancing
Tali pancing yang digunakan pada perikanan pancing rumpon terbuat dari bahan nylon. Tali
pancing yang digunakan memiliki diameter 2 mm, dengan panjang tali pancing yang biasa
digunakan 50-70 m, tergantung dari kedalaman daerah penangkapan ikan. Pengikatan tali
pancing tergantung pada cara pengoperasian pancing rumpon yang dilakukan. Tali pancing
pada pancing yang ditonda diikatkan pada kapal, pada pancing yang dihanyutkan tali pancing
diikatkan pada pelampung, sedangkan pada pancing layang-layang tali pancing diikatkan
pada layang-layang.
E. Mata Pancing
Mata pancing yang digunakan pada pancing rumpon terbuat dari stainless atau besi baja.
Hasil wawancara terhadap responden nelayan didapatkan bahwa nomor mata pancing yang
digunakan oleh nelayan pancing rumpon di Borobudur untuk tempat pancing ikan yang
berbasis di Perairan Supiori beragam yaitu antara nomor 5–7, namun yang paling sering
digunakan adalah mata pancing no 6 (sesuai dengan Nugroho 2002).
P a g e 17 | 25
F. Umpan
Umpan yang digunakan nelayan perikanan pancing rumpon di perairan Supiori adalah umpan
asli dan umpan tiruan. Umpan hidup hanya digunakan pada operasi pancing rumpon yang
dihanyutkan. Umpan tiruan biasanya berbentuk cumi-cumi dari bahan plastik, ada pula yang
terbuat dari tali rafia atau benang sutra atau bulu-bulu kemonceng. Umpan ini bersifat
menarik perhatian ikan, dan diusahakan menyerupai bentuk dan warna mangsanya. Umpan
tiruan dari plastik berbentuk cumi-cumi digunakan pada jenis pancing rumpon dengan
layang-layang, sedangkan umpan yang terbuat dari tali rafia digunakan pada pancing rumpon
yang ditonda
A.) GPS
Prinsip kerja GPS (Global Positioning System)
Prinsip Kerja GPS(Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentu
posisi yang memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi waktu, secara
kontinyu diseluruh dunia tanpa tergantung kepada waktu dan cuaca (Abidin 2002). GPS atau
Global Positioning System, merupakan sebuah alat atau sistem yang dapat digunakan untuk
menginformasikan penggunanya dimana dia berada (secara global) di permukaan bumi
yang berbasiskan satelit. GPS bekerja dengan bantuan sinyal 28 satelit yang mengorbit di
sekeliling bumi.
P a g e 18 | 25
B.) Perahu
Gambar 5 : Perahu
Perahu merupakan salah satu komponen unit penangkapan ikan yang mempunyai peran
penting dalam mendukung kegiatan operasi penangkapan ikan. Perahu dengan ukuran
panjang 13 meter dan lebar 1,20 meter Jenis kapal pancing layang-layang yang beroperasi di
daerah supiori adalah perahu motor tempel (PMT) dan perahu tanpa motor (PTM).
P a g e 19 | 25
bermacam mata kail sudah dapat dibuat dari berbagai macam logam keras seperti
dari besi (yang diberi lapisan chrome), baja atau bisa juga dengan campuran bahan logam
lainnya misalnya dari bahan karbon. Mata kail mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam.
Sedangkan untuk ukuran besar-kecilnya pada mata kail biasanya dibedakan dengan
menggunakan nomor.
D.) Rumpon
Gambar 7 : Rumpon
Rumpon adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikanyang dipasang di laut, baik laut
dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan
ikan agar berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap. Rumpon
dalam bahasa kelautan adalah karang buatanyang dibuat oleh manusia dengan tujuan sebagai
tempat berkumpul ikan. Rumpon merupakan rumah buatan bagi ikan di dasar laut yang
dibuat secara sengaja dengan menaruh berbagai jenis barang di dasar laut seperti ban, dahan
dan ranting dengan pohonnya sekaligus. Barang–barang tersebut dimasukkan dengan
diberikan pemberat berupa beton, batu–batuan dan penberat lainnya sehingga posisi dari
rumpon tidak bergerak karena arus laut. Barang–barang yang dimasukkan kedalam laut dapat
terus ditambah secara berlanjut untuk menambah massa rumpon.
P a g e 20 | 25
E.) Cool Box
Cool Box adalah alat yang dipergunakan untuk tempat menyimpan bahan makanan seperti,
daging, ikan, udang, sayur, buah-buahan, es batu, minuman dingin dan lain-lain. Cool Box
juga dapat dipergunakan sebagai Vaccine Carrier, Blood Carrier dan kebutuhan lain yang
dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, agar selalu fresh dan suhunya tetap
terjaga sampai tempat tujuan.
Dalam kegiatan pemancingan ikan tuna besar ini menggunakan perahu dengan ukuran
panjang 13 meter dan lebar 1,20 meter , menggunakan bensin PP 150 Liter dan yang harus
disiapkan untuk kemungkinan yang akan terjadi diperlukan 50 liter paling sedikit 30 liter.
Para nelayan mengandalkan alat-alat seperti diatas yaitu GPS. Nelayan juga menggunakan
petunjuk alam yaitu bintang dan arah angin. Jumlah nelayan yang ada Borobudur sekarang
mancapai 318 nelayan khususnya ikan tuna besar,kemudian ikan yang menjadi target nelayan
di sekitar Borobudur adalah ikan tuna dan ikan cakalang.
P a g e 21 | 25
Perciformes. Ikan tuna ini memiliki bentuk tubuh menyerupai topedo dengan sedikit pipih di
bagian sisinya dan juga dengan mulut meruncing. Ikan ini memiliki sirip punggung dua
berkas, pertama berukuran kecil da terpisah dengan sirip kedua.
Ikan ini pada umumnya berwarna perak dan keabu-abuan dibagian seluruh tubuh. ikan tuna
ini juga memiliki kecepatan beranang yang sangat cepat dibandingkan dengan ikan lainnya
mencapai 77 km/jam bahkan lebih. Seara sistematis ikan tuna ini diklasifikasi dan morfologi
diantara adalah sebagai berikut:
5.4.1 Klasifikasi ikan tuna
Kelas : Teleostei
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Spesies : Thunnus sp
Berdasarkan ukuran dan jenis ikan tuna, di Indonesia ada dua kelompok yaitu tuna besar dan
kecil. Ikan tuna besar ini hidup di perairan laut Indonesia yaitu tuna maddihang ( Thunnus
albacares ), tuna mata besar ( Thunnus obesus ) tuna albakora ( Thunnus alalunga ) dan tuna
sirip biru ( Thunnas maccayii ).
Ikan tuna madidihang dan tuna mata besar terdapat pada bafian seluruh lautan Indonesia. Ikan
tuna ini memiliki ciri dan morfologi yang sangat berbeda – beda ikan tuna madiding ini
memiliki bentuk pipih dan memanjang disertai dengan srip punggung bawah dan atas yang
panjang serta memiliki warna kekuningan. Sedangkan ikan tuna mata besar ini memiliki sirip
punggung atas dan bawah kecil dan memiliki bentuk lebih besar dibandingkan ikan tuna
madidihang serta memiliki ciri khusus mata besar.
Ikan tuna albakora dan ikan tuna siri biru juga memiliki ciri dan morfologi yang berbeda
diantaranya ikan tuna albakora ini memiliki sirip pendek dengan sirip pungggung yang
P a g e 22 | 25
menjang hingga pangkal ekor dan juga berbentuk memanjang dan pipih serta bewarna abu –
abu keperakan. Sedangkan ikan tuna sirip biru ini memiliki bentuk mengembung dan jauh
lebih besar dibandingkan ikantuna albakora dan memiliki sirip punggung pendek berwarna
kebiruan hingga keseluruhan tubuh.
Ikan tuna merupakan jenis ikan yang banyak mengandung lemak rendah ( kurang dari 5 % )
dan protein tinggi ( lebih dari 20 % ). Komposisi gizi ikan tuna ini sangat bervariasi dan
beragam tergantung dengan jenis spesies, umur, musim dan tingkat kematangan gonad.
P a g e 23 | 25
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan
Nelayan sangat dibutuhkan oleh suatu Negara Karena dengan adanya nelayan kita bisa
memakan ikan yang berbagai jenis dan bentuk serta kita bisa mendapatkan gizi dari ikan
tersebut. Oleh karena itu perlu adanya perhatian yang baik dari pemerintah untuk nelayan,
khususnya nelayan di Papua Barat. Banyak laporan dari nelayan khususnya nelayan di
Borobudur bahwa banyak kapal asing yang berhasil masuk ke daerah papua dan papua barat,
dengan membiarkan kapal asing masuk ke daerah papua dan papua barat tentunya ini
meresahkan para nelayan mengingat cara nelayan asing yang bermodalkan kapal berteknologi
tinggi. Para nelayan Indonesia pun punya andil besar dalam memajukan pendapatan daerah,
apalagi untuk mengekspor ikan tuna. Karna ikan tuna di daerah papua dan papua barat
termasuk ikan yang bagus kualitasnya. Para nelayan di daerah Borobudur 2 sudah tidak
menggunakan bom ikan lagi, karna mereka juga sadar pentingnya terumbukarang bagi tempat
hidup ikan maka mereka mulai menggunakan rumpon atau jaring sebagai alat bantu dalam
mencari ikan.
Saran
Saran untuk Pemerintah agar lebih memperhatikan nelayan dalam hal membantu nelayan
yang mendapatkan ikan agar di buatkan mungkin seperti perusahaan yang khusus jual beli
ikan,mungkin dengan begitu dalam harga jual yang lumayan tinggi.
P a g e 24 | 25
DAFTAR PUSTAKA
Http://eprints.umm.ac.id/54666/3/bab%20ii.pdf
Diakses : 18 februari 2021, pukul 14:41
Https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jitpt/article/viewfile/6960/7640
Diakses : 18 februari 2021, pukul 15:20
https://repository.ipb.id/bitstream/handle/123456789/55617/bab%205%20kondisi%20aktual
%20perikanan%20pancing%20rumpon%2c%20dan%20fasilitas%20dan%20pelayanan%20k
epelabuhanan%20terkait%20di%20ppn%20palabuhanratu.pdf
Diakses : 15 februari 2021, pukul 13.40
https://id.wikipedia.org/wiki/rumpon
Diakses : 13 februari 2021, pukul 12.30
http://bangunindoku.com/2013/04/supiori-kabupaten-dengan-jumlah.html
Diakses :17 februari 2021, pukul 14.30
http://eprints.umm.ac.id/54666/3/BAB%20II.pdf
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JITPT/article/viewFile/6960/7640
P a g e 25 | 25