Anda di halaman 1dari 35

1

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

LARVA IKAN DAN ANALISA ISI SALURAN PENCERNAAN


IKAN

OLEH :
SISKA FITRI ADINDA
2204197376
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN
RABU / SESI 3 / 13.00 - 15.00
KELOMPOK 4
KHAIRUNNISYAH

LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya selaku penulis laporan ini. Sebagai penulis,
saya sangat bersyukur dapat menyelesaikan laporan “Larva Ikan dan Analisa Isi
Saluran Pencernaan Ikan” ini dengan baik. Tak lupa juga saya persembahkan
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa tentu saja saya tidak dapat menyelesaikan
laporan praktikum saya tanpa bantuan-Nya. Oleh karena itu, sebagai penulis
laporan ini, dengan kata pengantar ini saya sampaikan bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan, pembacaan dan tanda baca. Oleh
karena itu, dalam penulisan laporan ini, saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak, terutama dari asisten saya Khairunnisyah,
agar laporan saya menjadi lebih baik dan lengkap seperti yang diharapkan.
Sebagai penulis, saya mengucapkan terima kasih kepada asisten yang telah
menemani saya selama praktikum ini. Saya juga berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat sebagai referensi dan pedoman bagi yang membacanya. Akhirul
kalam, hanya kepada Allah SWT saya berserah diri, Semoga Dia selalu
memberikan pertolongan dan juga rahmat-Nya kepada kita.

Pekanbaru, September 2023

Siska Fitri Adinda


ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................. 2
1.3 Manfaat................................................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................... 7
3.2 Alat dan Bahan Praktikum................................................................... 7
3.3 Metode Praktikum................................................................................ 8
3.4 Prosedur Praktikum.............................................................................. 8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................... 10
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 21
5.2 Saran..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Bahan Praktikum.................................................................................... 7
2. Alat Praktikum....................................................................................... 7
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Larva Ikan Gupi (Poecilia reticulata).................................................... 10
2. Saluran Pencernaan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)............... 10
3. Chlamydomonas..................................................................................... 11
4. Botrydiopsis arhiza................................................................................ 11
5. Glenodinium cinctum............................................................................. 12
6. Microchaete tenera................................................................................ 12
7. Lagynion scherffelii................................................................................ 13
v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Bahan Praktikum.................................................................................... 25
2. Alat Praktikum....................................................................................... 26
3. Rumus Metode Volumetrik.................................................................... 28
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ikan hias di Indonesia terus mengalami kemajuan, khususnya
ikan hias air tawar yang berasal dari Indonesia. Ikan hias air tawar merupakan
ikan yang hidup di air tawar dan dipelihara bukan untuk dikonsumsi melainkan
untuk mempercantik taman dan ruang tamu. Warnanya yang indah dan bervariasi
serta perawatannya yang relatif mudah membuat banyak orang menaruh minat
terhadap pemeliharaannya. Di antara ikan hias, ikan guppy merupakan salah satu
jenis ikan hias yang biasa dipelihara oleh para pecinta ikan hias. Ukurannya yang
relatif kecil dan warnanya yang berwarna-warni dapat mempercantik akuarium
(Ali,2017).
Ikan guppy (Poecilia reticulata) atau dikenal sebagai million fish atau
rainbow fish merupakan ikan hias air tawar yang memiliki nilai komersial tinggi
di pasar dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, harga ikan guppy mencapai
harga dari Rp 15.000 - 35.000/ekor sedangkan diluar negeri harga guppy mulai
dari Rp. 275.000 - 780.000/ekor tergantung strain seperti guppy cobra dengan
mozaik halfmoon. Dari segi morfologi, ikan guppy jantan lebih menarik
dibandingkan ikan guppy betina. Hal ini membuat ikan guppy jantan monokultur
lebih menguntungkan berkat daya tarik dan daya jualnya yang tinggi. Salah satu
upaya untuk mencapai persentase ikan guppy jantan yang lebih tinggi dalam
budidaya guppy jantan adalah dengan menggunakan teknik sex reversal. Sex
reversal adalah salah satu cara untuk mendapatkan ikan yang bersifat
monoseksual (Tomi Malik,2019).
Ikan guppy (Poecilia reticulata) merupakan ikan berukuran kecil dengan
masa kehamilan yang singkat. Masa kehamilan ikan ini berkisar antara 21 hingga
30 hari (rata-rata 28 hari) tergantung pada suhu airnya. Suhu air yang paling
cocok untuk pemijahan adalah sekitar 27°C (72°F). Ikan guppy (Poecilia
reticulata) di akuarium bisa mencapai panjang 6 cm, namun di alam kebanyakan
hanya tumbuh sekitar 3 cm saja. Ukuran ini terlalu kecil untuk memangsa jentik -
jentik nyamuk. Saat ikan ini dapat ditemukan di berbagai lokasi di seluruh
2

nusantara dan mungkin menjadi ikan yang paling melimpah di Jawa dan Bali
(Lubis,2014).
Ikan guppy mudah beradaptasi dan sangat toleran terhadap berbagai suhu dan
salinitas, bahkan di perairan yang tercemar. Ini adalah salah satu spesies terakhir
yang mampu bertahan hidup di daerah yang sangat tercemar. Ikan guppy juga
banyak ditemukan di sejumlah habitat seperti danau, sungai, bahkan dapat
ditemukan hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Warna
mencolok ikan guppy dapat berubah tergantung pada sejumlah faktor, termasuk
keberadaan ikan berbahaya seperti predator, lingkungan baru, dan perbedaan
geografis (Muttaqin,2022).
Ikan tambakan (Helostoma temminckii) atau dikenal juga dengan nama ikan
gurami merupakan salah satu ikan air tawar yang populer dalam dunia perikanan
dan budidaya perikanan. Mereka mempunyai ciri mulut yang besar dan menonjol
dan dikenal sebagai ikan herbivora. Karena sifatnya yang herbivora, ikan
tambakan mempunyai sistem pencernaan yang unik dan sangat menarik untuk
dipelajari (Opastriani,2021). Sistem pencernaan merupakan aspek penting dalam
biologi ikan karena proses pencernaan berperan dalam mengubah makanan
menjadi energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Untuk lebih memahami adaptasi ikan tamba terhadap makanan yang
dikonsumsinya, maka perlu dilakukan analisis terhadap saluran pencernaannya
(Rini Anggraini,2018).
Menganalisis saluran pencernaan ikan tambakan dapat memberikan informasi
berharga tentang jenis makanan yang dikonsumsi, cara kerja proses pencernaan,
dan bagaimana ikan tersebut dapat mengoptimalkan penggunaan sumber
makanan yang tersedia di lingkungannya. Selain itu, penelitian ini juga dapat
berkontribusi pada perencanaan pakan yang lebih efektif dalam konteks budidaya
ikan tambak. Melalui praktikum ini, kami akan menganalisis saluran pencernaan
ikan tambakan untuk mengetahui jenis makanan yang terkandung dalam saluran
pencernaannya, mengamati perubahan fisik dan morfologi makanan selama proses
pencernaan serta memahami hubungan proses pencernaan dengan ekologi
tambakan ikan (Karsono,2022).

1.2 Tujuan
3

Laporan praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih


dalam tentang larva ikan gupi dan sistem pencernaan ikan tambakan juga
organisme yang ada di dalam lambung ikan. Melalui praktikum ini, kami akan
melakukan analisa yang lebih mendalam tentang bagaimana bentuk larva ikan
pada fase pro dan post larva juga komposisi makanan dalam saluran pencernaan
ikan tambakan, yang akan memberikan kontribusi penting dalam upaya
pelestarian dan pengelolaan ikan tambakan serta lingkungan air tawar yang
mereka huni.

1.3 Manfaat
Praktikum biologi perikanan yang mempelajari tentang larva ikan dan analisa
saluran pencernaan ikan memberikan pemahaman yang mendalam tentang aspek
sistem pencernaan dari ikan dan juga larva ikan. Dari praktikum yang kami
lakukan materi ini memiliki banyak cara untuk pengamatan yang akan dilakukan
baik secara visual maupun dengan mikroskop. Selain itu, pemahaman tentang
larva ikan dan sistem pencernaan ikan ini juga dapat membantu para praktikan
untuk mengetahui apa saja makanan dari ikan tambakan dan juga bagaimana
bentuk larva ikan gupi pada fase pro dan post larva. Dengan demikian, praktikum
ini memiliki nilai penting dalam menentukan fase larva pada larva ikan yang di
amati juga pengidentifikasian organisme yang ada di dalam saluran pencernaan
lebih tepatnya di lambung ikan.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Larva ikan merupakan tahap pertama dari siklus hidup ikan dan berperan
penting dalam ekosistem perairan, budidaya ikan, dan budidaya perikanan. Secara
umum morfologi larva ikan dapat bervariasi antar spesies, namun beberapa ciri
umum biasanya diamati. Pada tahap awal, larva ikan seringkali memiliki tubuh
transparan atau semi transparan sehingga organ dalamnya dapat terlihat. Pada
tahap ini, banyak larva ikan yang masih mengandalkan kantung kuning telur yang
terletak di bagian perut, yang berfungsi sebagai sumber nutrisi dari telurnya.
Namun seiring pertumbuhannya, kantung kuning ini mengecil dan larva beralih
ke makanan luar. Kebiasaan makan larva ikan sangat bervariasi antar spesies.
Kebanyakan larva ikan memakan plankton, termasuk fitoplankton (ganggang
mikroskopis) dan zooplankton (organisme mikroskopis lainnya) (Bambang,2015).
Namun, ada juga yang memakan sisa-sisa organik atau makanan yang lebih
besar tergantung spesiesnya. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain suhu air, kualitas air, dan
ketersediaan makanan. Oleh karena itu, pemahaman menyeluruh tentang ekologi
dan perilaku larva ikan sangat penting untuk konservasi sumber daya perairan dan
upaya budidaya ikan berkelanjutan (Luo,2017).
Larva Ikan guppy (Poecilia reticulata) merupakan topik yang menarik dalam
konteks biologi ikan dan budidaya perikanan. Larva guppy mempunyai ciri khas
yang membedakannya dengan jenis ikan lainnya. Pada tahap larva, mereka
memiliki tubuh transparan dengan warna mencolok seperti oranye atau kuning.
Salah satu ciri khas larva guppy adalah tanda pertama mulai terbentuknya sirip
punggung dan sirip dubur pada tahap ini. Larva guppy awalnya mengandalkan
sumber makanan mikroskopis seperti flagellata dan krustasea mikroskopis di
5

lingkungan perairannya. Selama fase pertumbuhan berikutnya, mereka beralih ke


makanan yang lebih besar seperti udang air asin dan cacing mikroskopis
(Widigdo,2017).
Salah satu ciri menarik dari ikan guppy adalah laju pertumbuhannya yang
cepat sehingga bisa mencapai usia dewasa dalam waktu yang relatif singkat. Ikan
guppy juga dikenal karena produksi yang subur, betinanya mampu melahirkan
larva secara mandiri alih-alih bertelur seperti kebanyakan spesies ikan. Pemilihan
warna adalah aspek menarik lainnya dari ikan guppy karena variasi warna yang
spektakuler pada ikan ini, yang dapat berkembang seiring pertumbuhan larva.
Pemahaman menyeluruh tentang larva guppy penting dalam konteks budidaya
ikan akuarium, studi evolusi, dan studi seleksi alam dalam biologi ikan
(Setiawati,2018).
Saluran pencernaan ikan merupakan sistem kompleks yang berperan penting
dalam pengolahan makanan dan pencernaan nutrisi. Saluran pencernaan ikan
biasanya terdiri dari banyak bagian yang berbeda, antara lain mulut,
kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar. Pencernaan dimulai dengan
masuknya makanan ke dalam mulut, yang mungkin dihancurkan oleh gigi yang
ada atau struktur lain di dalam mulut tergantung pada jenis makanannya. Setelah
melewati mulut, makanan mencapai kerongkongan dan kemudian lambung,
tempat pencernaan kimiawi dimulai melalui enzim pencernaan. Selanjutnya,
makanan mencapai usus kecil, tempat berlangsungnya penyerapan nutrisi penting.
Usus besar berperan dalam menyerap sisa air dan nutrisi tambahan sebelum sisa
makanan dikeluarkan melalui tinja. Faktor-faktor seperti jenis makanan yang
dikonsumsi, habitat, dan adaptasi spesies mempengaruhi struktur dan fungsi
saluran pencernaan ikan (Lea,2022).
Saluran pencernaan ikan tambakan (Helostoma temminckii) menunjukkan
adaptasi unik terhadap makanan yang sebagian besar terdiri dari tumbuhan dan
detritus organik. Mulut ikan tambakan yang besar memungkinkan mereka
mengunyah dan mencerna tumbuhan air, seperti alga dan dedaunan yang tumbuh
di perairannya. Sistem pencernaan ikan tambakan memiliki usus panjang yang
memungkinkan pencernaan dan penyerapan nutrisi secara menyeluruh dari
sebagian besar makanan yang tidak dapat dicerna. Selain itu, terdapat struktur
6

tambahan yang disebut “jengkal” pada usus ikan tambakan, yang membantu
memecah selulosa yang terdapat pada makanan tumbuhan (Huda S,2019).
Hal ini memungkinkan ikan tambakan memanfaatkan sumber makanan yang
mungkin tidak dapat dicerna oleh ikan lain. Selain itu, ikan tambakan juga
memiliki dinding usus yang bersifat vaskular, yang membantu penyerapan
nutrisi secara efektif. Struktur saluran pencernaan ini merupakan hasil adaptasi
spesies terhadap pola makan vegetarian dan merupakan contoh menarik tentang
bagaimana ikan dapat beradaptasi terhadap berbagai jenis makanan di lingkungan
air tawarnya (Setiawati V,2017).
Pemahaman menyeluruh tentang saluran pencernaan ikan secara umum, serta
adaptasi spesifik yang terjadi pada spesies seperti ikan tambakan, penting dalam
konteks ilmu perikanan, ekologi air tawar, dan budidaya ikan dalam akuakultur.
Saluran pencernaan merupakan salah satu sistem penting dalam tubuh ikan yang
memungkinkan mereka bertahan hidup dan berkembang di banyak lingkungan air
tawar.
7

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Biologi Perikanan mengenai “Larva Ikan dan Analisa Isi Saluran
Pencernaan Ikan” dilaksanakan pada Rabu, 27 September 2023 pukul 13.00
sampai dengan 15.00 dengan lokasi praktikum bertempat di Laboratorium Biologi
Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum larva ikan dan
analisa isi saluran pencernaan yang akan diamati dan dihitung pada praktikum kali
ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Bahan Praktikum
No Bahan Kegunaan
.
1 Larva ikan gupi (Poecilia Sebagai objek pengamatan saat
reticulata) praktikum
2 Saluran Pencernaan Ikan Tambakan Sebagai objek pengamatan dan
(Helostoma temminckii) perhitungan saat praktikum

Tabel 2. Alat Praktikum


No Alat Kegunaan
.
1 Buku panduan Sebagai panduan saat praktikum
dilakukan
2 Kain serbet Digunakan untuk mengelap selama
praktikum
3 Alat Tulis Digunakan untuk menggambar dan
mencatat data
4 Gunting Digunakan untuk membagi bagian
usus dan lambung juga membedah
8

lambung
5 Mikroskop Sebagai alat yang digunakan untuk
pengamatan plankton atau alga
yang ada pada lambung ikan
6 Object glass dan Cover glass Sebagai alat yang digunakan untuk
melakukan pengamatan di bawah
mikroskop
7 Tisu gulung Digunakan untuk membersihkan
bagian yang kotor
8 Wadah Kaca Sebagai wadah peletakan lambung
ikan yang akan diamati
9 Handphone Digunakan sebagai media
pengambilan gambar
10 Tabung pengukur Sebagai alat yang digunakan untuk
pengukur volume lambung
11 Cutter Sebagai pemotong bagian lambung
12 Pipet tetes Sebagai alat yang digunakan untuk
pengambilan sampel dari isi
lambung ikan
13 Pinset Sebagai alat yang digunakan untuk
mengeluarkan lambung dari botol
film

3.3 Metode Praktikum


Metode praktikum yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode
volumetrik yaitu mengukur volume makanan yang terdapat dalam setiap saluran
pencernaan ikan. Adapun caranya adalah sebagai berikut : Lambung berisi
makanan diawetkan dalam botol film dikeluarkan menggunakan pinset, kemudian
lambung ikan dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah diisi aquades sebanyak
10 ml. Kemudia dicatata pertambahan tinggi aquades didalam gelas ukur.
Lambung ikan tadi diambil dari gelas ukur dan dimasukkan kedalam petri disk
lalu lambung dibelah, sebaiknya dengan gunting untuk mengeluarkan isi lambung.
Kemudia lambung yang kosong tadi dimasukkan lagi ke dalam gelas ukur yang
berisi aquades sebanyak 10 ml. Dicatat berapa pertambahan tinggi aquades. Hasil
dari pengurangan volume lambung berisi dengan volume lambung kosong adalah
volume makanan ikan. Kemudian makanan yang telah dikeluarkan tadi
diencerkan dengan 1 ml aquades. Isi saluran pencernaan yang telah diencerkan
tadi diambil dengan pipet tetes dan diteteskan di atas objek glass untuk diamati
dibawah mikroskop binokuler dengan metode sapuan dengan 10 kali ulangan.

3.4 Prosedur Praktikum


9

Sebelum melakukan praktikum, kita perlu mengetahui langkah-langkah apa


saja yang harus dilakukan sebelum melakukan praktikum larva ikan dan analisa
isi saluran pencernaan ikan. Prosedur yang harus kita ketahui sebelum
melakukan praktikum secara langsung dan pengamatan kali ini adalah kita
sebagai praktikkan terlebih dahulu harus menyiapkan alat dan bahan seperti alat
tulis, serbet lembut atau kain, penggaris, buku penuntun, gunting, cutter dan juga
yang paling utama adalah jas lab juga alat – alat lainnya yang diberikan oleh
asisten lab seperti pinset, objek glass dan cover glass, wadah kaca dan juga
mikroskop, juga bahan yang disediakan di laboratorium yaitu sampel ikan.
Setelah menyiapkan alat dan bahan, kita akan mulai melakukan pengecekan
pada setiap saluran pencernaan yang telah diawetkan beberapa minggu
sebelumnya lalu pisahkan usus dan lambung yang diawetkan. Kemudian lakukan
pengukuran volume dengan mengisi gelas ukur dengan aquades dan masukkan
lambung dengan kondisi berisi lalu catat hasilnya dan lakukan pengangkatan pada
lambung tersebut, lalu lakukan pembelahan menggunakan gunting pada lambung
tersebut dan keluarkan isi lambung. Selanjutnya lakukan pengukuran volume pada
lambung kosong tersebut menggunakan gelas ukur. Lalu lakukan pengenceran
pada sisa makanan yang didalam lambung sebelumnya dan letakkan pada objek
glass dan lakukan pengamatan dibawah mikroskop. Kemudian identifikasi apa
saja jenis makanan alami yang terdapat pada saluran pencernaan tersebut. Setelah
itu lakukan perhitungan volumetrik dengan menggunakan rumus yang ada.
Selanjutnya setiap kelompok diberi satu sampel ikan yang masih hidup lalu setiap
kelompok harus melakukan stripping terhadap induk ikan yang masih hidup agar
mendapatkan sampel larva yang akan diamati di bawah mikroskop untuk
mengetahui larva ikan tersebut masuk ke dalam fase apa.
10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Larva Ikan Gupi (Poecilia reticulata)

Gambar 1. Larva Ikan Gupi (Poecilia reticulata)

4.1.2 Saluran Pencernaan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


11

Gambar 2. Saluran Pencernaan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

4.1.3 Chlamydomonas

Gambar 3. Chlamydomonas

4.1.4 Botrydiopsis arhiza


12

Gambar 4. Botrydiopsis arhiza

4.1.5 Glenodinium cinctum

Gambar 5. Glenodinium cinctum

4.1.6 Microchaete tenera


13

Gambar 6. Microchaete tenera


4.1.7 Lagynion scherffelii

Gambar 7. Lagynion scherffelii

4.2 Pembahasan
14

4.2.1 Larva Ikan Gupi (Poecilia reticulata)


Ikan guppy (Poecilia reticulata) merupakan ikan air tawar yang biasa
dipelihara di akuarium. Mereka ditemukan di banyak lingkungan air tawar yang
berbeda di Amerika Tengah dan Selatan dan telah mengalami berbagai perubahan
pemilihan warna selama budidaya, sehingga menghasilkan variasi warna yang
menarik. Selain itu ikan guppy juga dikenal dengan kemampuannya dalam
bereproduksi dengan cepat, betina dapat melahirkan larva secara mandiri tanpa
perlu bertelur. Klasifikasi ilmiah seperti yang dijelaskan di atas membantu untuk
memahami posisi taksonomi ikan guppy dalam kingdom hewan dan kerabat
dekatnya dalam kelompok dan genus yang sama (Ilma,2015). Berikut adalah
klasifikasi lengkap Ikan Gupi (Poecilia reticulata) :
Kerajaan : Animalia (Hewan)
Filum : Chordata (Kordata)
Subfilum : Vertebrata (Vertebrata)
Kelas : Actinopterygii (Ikan bertulang sejati)
Subkela : Neopterygii (Ikan bertulang sejati yang modern)
Infrakelas : Teleostei (Ikan yang memiliki rahang sejati)
Superordo : Acanthopterygii (Ikan yang memiliki sirip punggung keras)
Ordo : Cyprinodontiformes (Ikan yang termasuk dalam kelompok
Cyprinodontiformes)
Famili : Poeciliidae (Famili ikan guppy)
Genus : Poecilia
Spesies : Poecilia reticulata
Larva ikan guppy memiliki morfologi yang berbeda dari ikan dewasa.
Mereka umumnya memiliki tubuh yang transparan dengan warna yang mencolok
seperti oranye atau kuning. Tubuhnya memiliki bentuk yang lebih sederhana dan
terlihat fragil dibandingkan ikan dewasa. Salah satu ciri khas larva ikan guppy
adalah adanya tanda-tanda awal dari sirip dorsal dan anal yang mulai terbentuk
pada tahap ini. Sirip-sirip ini akan berkembang lebih baik seiring pertumbuhan
larva menjadi ikan dewasa. Larva ikan guppy pada awalnya memakan makanan
mikroskopis seperti infusoria, mikro-crustacea, dan partikel organik kecil di air.
Seiring pertumbuhan mereka, mereka beralih ke pakan berukuran lebih besar,
15

termasuk artemia dan cacing mikro. Pola makan larva guppy berkembang seiring
pertumbuhan mereka dan perubahan dalam struktur mulut mereka.
Salah satu karakteristik menarik dari guppy adalah pertumbuhannya yang
cepat. Larva guppy dapat tumbuh menjadi ikan dewasa dalam beberapa minggu
tergantung pada kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan. Guppy dikenal
sebagai ikan yang mudah berkembang biak dalam akuarium. Induk guppy betina
dapat melahirkan larva yang mandiri, bukan bertelur. Betina dapat menghasilkan
sejumlah besar larva dalam satu kali kelahiran. Guppy juga dikenal sebagai objek
penelitian dalam seleksi alam dan evolusi karena variasi warna yang besar pada
ikan ini. Beberapa larva guppy mungkin sudah menunjukkan tanda-tanda awal
warna yang akan mereka miliki saat dewasa. Larva ikan guppy memiliki peran
ekologis penting dalam ekosistem air tawar mereka. Mereka merupakan bagian
dari rantai makanan perairan dan merupakan sumber makanan bagi ikan dan
organisme air tawar lainnya.
Larva ikan gupi yang didapatkan setelah melakukan stripping pada induk
ikan gupi dengan cara mengurut induk ikan mulai dari dada mengarah ke anus.
Kemudian ambil salah satu larva ikan yang telah keluar dari induk ikan lalu
lakukan pengamatan dibawah mikroskop untuk mengamati apakah larav tersebut
masuk ke dalam fase pro larva yang belum terbentuk mulut dan belum mulai
berfungsi organ – organ pada larva tersebut atau post larva yang sudah mulai
terbentuk sempurna dan organ – organ yang sudah mulai berfungsi.

4.2.2 Saluran Pencernaan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)


Ikan tambakan (Helostoma temminckii) adalah spesies ikan air tawar yang
dikenal karena mulutnya yang besar dan bentuk tubuh yang khas. Mereka
umumnya ditemukan di berbagai perairan tawar di Asia Tenggara, termasuk
sungai, danau, dan rawa-rawa. Klasifikasi ilmiah ini membantu dalam memahami
posisi taksonomi ikan tambakan dalam kerajaan hewan dan kerabat dekatnya
dalam kelompok famili dan genus yang sama (Smith,2020).
Berikut adalah klasifikasi ilmiah lengkap dari ikan tambakan (Helostoma
temminckii):
Kerajaan : Animalia (Hewan)
Filum : Chordata (Kordata)
16

Subfilum : Vertebrata (Vertebrata)

Kelas : Actinopterygii (Ikan bertulang sejati)


Subkelas : Neopterygii (Ikan bertulang sejati yang modern)
Infrakelas : Teleostei (Ikan yang memiliki rahang sejati)
Superordo : Acanthopterygii (Ikan yang memiliki sirip punggung keras)
Ordo : Perciformes (Ikan perciformes)
Famili : Helostomatidae (Famili ikan tambakan)
Genus : Helostoma
Spesies : Helostoma temminckii
Mulut ikan tambakan memiliki bentuk khas yang menonjol, yaitu mulut
yang sangat besar. Ini adalah ciri khas utama yang membedakan ikan tambakan
dari banyak spesies ikan lainnya. Mulut yang besar ini memungkinkan ikan
tambakan untuk makan tumbuhan air dan detritus organik dengan efisien. Mereka
dapat mengunyah dan merobek materi tumbuhan dari substrat di lingkungan
perairan mereka. Setelah makanan dimasukkan ke dalam mulut, makanan
bergerak ke faringeks, yaitu area di belakang mulut. Di sini, makanan dapat
dihancurkan lebih lanjut oleh gigi-gigi ikan tambakan yang kuat. Saluran
pencernaan berlanjut melalui esophagus atau kerongkongan. Ini adalah bagian
yang menghubungkan faringeks dengan lambung. Lambung adalah tempat utama
di mana pencernaan kimia terjadi. Enzim-enzim pencernaan dan asam lambung
membantu dalam memecah makanan menjadi bentuk yang lebih sederhana
sehingga nutrisi dapat diserap lebih lanjut. Lambung ikan tambakan dapat
mengatasi pencernaan bahan tumbuhan yang seratnya cukup kuat.
Usus halus adalah bagian saluran pencernaan di mana penyerapan nutrisi
terjadi. Nutrisi yang sudah dicerna dari makanan diserap ke dalam aliran darah
melalui dinding usus halus. Ini adalah langkah penting dalam memperoleh energi
dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan
tambakan. Setelah nutrisi diserap, sisa-sisa makanan dan bahan yang tidak
tercerna bergerak ke usus besar. Di sini, sebagian besar air diserap kembali ke
tubuh, dan sisa-sisa makanan dikompakkan menjadi kotoran yang akan
dikeluarkan oleh ikan tambakan. Salah satu adaptasi menarik ikan tambakan
adalah adanya struktur tambahan yang disebut "jengkal" dalam ususnya
17

(Brown,2019). Jengkal adalah lipatan-lipatan pada dinding usus yang membantu


dalam pemecahan selulosa dalam makanan tumbuhan yang seratnya cukup kuat.
Hal ini memungkinkan ikan tambakan untuk memanfaatkan sumber makanan
yang mungkin kurang dapat dicerna oleh ikan lain.

4.2.3 Chlamydomonas
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlamydomonadales
Famili : Chlamydomonadaceae
Genus : Chlamydomonas
Spesies : Chlamydomonas reinhardtii.
Organisme Chlamydomonas adalah genus mikroalga yang termasuk dalam
kelompok alga hijau. Organisme ini memiliki ciri morfologi yang khusus, yaitu
sel mikroskopis dengan dua flagela yang bergetar, yang berperan dalam bergerak
dan berorientasi pada sumber cahaya pada saat fotosintesis. Chlamydomonas
dapat ditemukan di berbagai habitat perairan, termasuk air tawar dan air laut, serta
mampu hidup dalam kondisi ekstrim seperti air asam atau hangat (Rini,2019).
Selama siklus hidupnya, Chlamydomonas bereproduksi secara seksual dan
aseksual, melibatkan peleburan berbagai jenis sel atau pembelahan sel tunggal.
Fotosintesis merupakan proses utama yang dilakukan oleh Chlamydomonas,
dimana mereka menggunakan pigmen fotosintesis seperti klorofil untuk
mengubah energi matahari menjadi energi kimia dalam bentuk gula dan oksigen
(Sukandar,2016).
Di alam, mereka memainkan peran ekologis yang penting sebagai produsen
utama dalam rantai makanan perairan, menyediakan nutrisi bagi herbivora dan
menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengurangi tingkat nutrisi yang
berlebihan. Selain itu, Chlamydomonas juga digunakan sebagai subjek penelitian
di berbagai bidang, termasuk biologi sel, genetika, dan produksi biofuel karena
kemampuannya dalam mengakumulasi minyak. Secara keseluruhan,
Chlamydomonas merupakan organisme menarik yang memainkan peran penting
dalam ekologi perairan dan penelitian ilmiah.
18

4.2.4 Botrydiopsis arhiza


Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Sphaeropleales
Famili : Sphaeropleaceae
Genus : Botrydiopsis
Spesies : Botrydiopsis arhiza
Alga Botrydiopsis arhiza merupakan alga bersel tunggal yang termasuk
dalam kelompok alga coklat yang memiliki sejumlah ciri menarik. Morfologi
Botrydiopsis arhiza bisa bermacam-macam, namun umumnya memiliki sel
berbentuk bulat atau oval dengan flagela yang berfungsi untuk bergerak dan
berorientasi ke arah cahaya. Alga jenis ini banyak ditemukan di air tawar seperti
sungai, danau, dan rawa, serta terkadang dapat hidup di lingkungan air asin.
Botrydiopsis arhiza mampu melakukan reproduksi aseksual dan seksual, dimana
pembelahan sel tunggal adalah metode aseksual dan menggabungkan jenis sel
yang berbeda adalah metode reproduksi seksual. Selama fotosintesis, alga ini
bergantung pada pigmen coklat, seperti fucoxanthin, untuk membantu menyerap
sinar matahari guna menghasilkan energi kimia. Botrydiopsis arhiza berperan
penting dalam rantai makanan perairan dengan menyediakan nutrisi bagi
organisme herbivora (Kusumawati,2017).

4.2.5 Glenodinium cinctum


Kerajaan : Chromista
Divisi : Dinoflagellata
Kelas : Dinophyceae
Ordo : Gonyaulacales
Famili : Ceratiaceae
Genus : Glenodinium
Spesies : Glenodinium cinctum
Fitoplankton Glenodinium cinctum adalah dinoflagellata yang termasuk
dalam kelompok organisme uniseluler. Organisme ini memiliki ciri morfologi
yang khas, antara lain bentuk sel bulat atau oval dengan dua flagela untuk
19

pergerakannya. Glenodinium cinctum banyak ditemukan di perairan laut dan


merupakan jenis fitoplankton yang mampu melakukan fotosintesis. Mereka
mengandalkan pigmen fotosintesis, seperti klorofil, untuk menangkap energi
matahari dan mengubahnya menjadi energi kimia dalam bentuk gula dan oksigen.
Sebagai bagian dari rantai makanan laut, Glenodinium cinctum berperan penting
dalam menyediakan nutrisi bagi herbivora laut yang memakan fitoplankton.
Mereka juga dapat menjaga hubungan simbiosis dengan organisme lain, seperti
hewan laut yang hidup di sekitar karang. Meski penting dalam ekosistem laut,
beberapa jenis Glenodinium, khususnya G. cinctum, juga dapat menyebabkan
pertumbuhan alga yang berlebihan, sehingga berdampak negatif pada ekosistem
laut dan kualitas air (Suhendar,2019).

4.2.6 Microchaete tenera


Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chaetophorales
Famili : Chaetophoraceae
Genus : Microchaete
Spesies : Microchaete tenera
Alga Microchaete tenera merupakan mikroorganisme yang termasuk dalam
kelompok alga hijau. Alga jenis ini memiliki ciri morfologi yang luar biasa, yaitu
bentuk sel silinder dan filamen tipis yang membentuk filamen. Microchaete tenera
banyak ditemukan di air tawar seperti sungai, danau, rawa bahkan di air hujan.
Mereka dapat tumbuh menempel pada substrat seperti batu, tanaman air, atau
bahan organik lainnya. Microchaete tenera bersifat autotrof, artinya melakukan
fotosintesis menggunakan pigmen fotosintesis seperti klorofil. Selama
fotosintesis, mereka mengubah energi matahari menjadi energi kimia dalam
bentuk gula dan oksigen. Alga ini berperan penting dalam ekosistem air tawar
karena menyediakan nutrisi bagi herbivora yang memakan fitoplankton. Selain
itu, Microchaete tenera juga dapat mempengaruhi kualitas air dan kimia air,
terutama bila tumbuh dalam jumlah berlebihan atau “bloom” (Soegianto,2019).

4.2.7 Lagynion scherffelii


20

Kerajaan : Plantae
Divisi : Rhodophyta (Alga Merah)
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Ceramiales
Famili : Rhodomelaceae
Genus : Lagynion
Spesies : Lagynion scherffelii
Alga Lagynion scherffelii merupakan alga yang termasuk dalam kelompok
alga merah, dengan karakteristik dan peran unik dalam ekosistem perairan. Alga
jenis ini banyak ditemukan di perairan tawar, seperti danau, rawa, dan sungai,
serta terkadang dapat hidup di lingkungan payau. Morfologi Lagynion scherffelii
meliputi bentuk sel seperti sarang dan sering membentuk koloni yang padat. Alga
jenis ini mampu melakukan fotosintesis dan menggunakan pigmen fotosintesis
seperti klorofil dan fikobiliprotein untuk menangkap sinar matahari dan
mengubahnya menjadi energi kimia berupa gula dan oksigen (Kusumawati
A,2019).
Aspek menarik dari Lagynion scherffelii adalah perannya sebagai tempat
berlindung bagi organisme mikroskopis lainnya. Sel sarang yang mereka bentuk
dapat menjadi tempat berlindung bagi bakteri, protozoa, dan organisme
mikroskopis lainnya yang hidup di sana. Hal ini menciptakan ekosistem mikro
yang kompleks dan penting di wilayah air tawar. Lagynion scherffelii juga
mungkin berperan dalam mengendalikan kualitas air dan ketersediaan nutrisi di
ekosistem perairan. Mereka dapat menangkap partikel organik dan mineral dari
air, yang dapat mempengaruhi kualitas air dan komposisi kimia perairan di
sekitarnya. Secara keseluruhan, Lagynion scherffelii merupakan spesies alga
merah yang berperan khusus dalam ekosistem air tawar. Mereka adalah rumah
bagi organisme mikroskopis yang berperan dalam siklus nutrisi perairan dan
mempengaruhi kualitas air di lingkungannya (Setyowati,2018).
21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dalam laporan ini, saya telah menjelaskan klasifikasi ilmiah dan karakteristik
organisme-organisme yang beragam, mulai dari ikan guppy (Poecilia reticulata)
yang dikenal dengan reproduksi cepatnya dan variasi warna menariknya, ikan
tambakan (Helostoma temminckii) dengan mulut besar khasnya, mikroalga
Chlamydomonas yang berperan dalam fotosintesis dan sebagai subjek penelitian
ilmiah, alga bersel tunggal Botrydiopsis arhiza dengan adaptasi pencernaan yang
unik, fitoplankton Glenodinium cinctum yang penting dalam rantai makanan laut,
alga hijau Microchaete tenera yang tumbuh di air tawar, dan alga merah Lagynion
scherffelii yang membentuk sel sarang dan berperan dalam ekosistem mikro
perairan. Setiap organisme memiliki peran penting dalam ekologi dan
22

ekosistemnya masing-masing, baik sebagai produsen, nutrisi bagi herbivora, atau


dalam menjaga kualitas air. Pengetahuan tentang klasifikasi ilmiah dan
karakteristik ini membantu kita memahami keragaman hayati dalam kerajaan
hewan dan tumbuhan serta peran mereka dalam ekosistem air tawar dan laut.

5.2 Saran
Agar praktikan dapat melakukan praktikum larva ikan dan analisa saluran
pencernaan ikan ini dengan lancar tanpa hambatan diharapkan untuk para
praktikan bersungguh-sungguh dalam melakukan proses selama praktikum
berlangsung terutama pada saat perhitungan volume lambung, pengenceran dan
volume makanan pada analisa isi saluran pencernaan. Dan juga pada saat
pengamatan identifikasi alga, plankton dan fitoplankton yang ada pada sisa isi
lambung. Tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan tentang perikanan di
era sekarang, diharapkan juga sarana dan prasarana yang dapat mendukung
kegiatan praktikum yang dilakukan untuk mengamati organisme – organisme
yang ada dan juga perhitungan pada lambung dan makanan ikan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2017). Variasi Fenotipe Ikan Guppy (Poecilia reticulata) di Beberapa


Sungai berdasarkan Ketinggian Tempat yang Berbeda. Doctoral
dissertation, Universitas Airlangga.
Bambang, I. (2015). Kajian Keragaman dan Komposisi Jenis Fitoplankton pada
Danau Rawapening, Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia,
105-113.
Brown, A. (2019). Ekologi dan Diet Ikan Tambakan. Pustaka Perikanan.
Ilma, M. E. (2015). Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.
Karsono, A. (2022). Pengaruh Kombinasi Bahan Pakan Pellet dan Phytogenic
Terhadap Pertumbuhan dan FCR Benih Ikan Tambakan (Helostoma
temminckii). Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau.
Kusumawati, A. S. (2017). Interaksi Botrydiopsis arhiza dengan Organisme
Herbivora dalam Ekosistem Perairan. Jurnal Biologi Perikanan, 21-35.
23

Kusumawati, A. S. (2019). Karakteristik Morfologi dan Peran Lagynion


scherffelii dalam Dinamika Ekosistem Air Tawar. Jurnal Biologi
Perairan, 45-56.
Lea, L. R. (2022). Digestive Anatomy and Enzyme Activities of the Rockfish
Aebastes goodei (Osteichthyes, Scorpaenidae) and the Conger Eel Conger
triporiceps (Osteichthyes, Congridae). Marine Biology, 245-255.
Lubis, M. Z. (2014). Bioakustik stridulatory gerak ikan guppy (Poecilia
reticulata) saat proses aklimatisasi kadar garam . Jurnal Institut Bogor,
Bogor.
Luo, Q. T. (2017). Microbial diversity in the digestive tract of a wild-bred grass
carp (Ctenopharyngodon idellus) population as determined by PCR-TGGE
analysis. Aquaculture Research, 161-170.
Muttaqin, H. Z. (2022). Penerapan Internet of Things (IoT) untuk Monitoring dan
Controlling PH Air Suhu Air dan Pemberian Pakan Ikan Guppy pada
Aquarium menggunakan Aplikasi WhatsApp. Doctoral dissertation,
Institut Teknologi Nasional Malang.
Opastriani, B. (2021). Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap Kelulushidupan
Dan Pertumbuhan Benih Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) .
Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau.
Rini Anggraini, D. E. (2018). Stomach content analysis of Helostoma temminckii
from swamp in the Bencah Kelubi Village, Tapung Kiri Sub-Regency,
Kampar Regency, Riau Province. Doctoral dissertation, Riau University.
Rini, E. W. (2019). Reproduksi dan Siklus Hidup Chlamydomonas . Jurnal
Biologi Sel, 35-43.
S, I. Y. (2019). Pola Pencernaan Serat pada Ikan Tambakan (Helostoma
temminckii) di Lahan Rawa Sekitar Danau Rawapening, Jawa Tengah.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 43-52.
Setiawati, L. W. (2018). Seleksi Warna pada Larva Ikan Guppy (Poecilia
reticulata) sebagai Model Studi Evolusi dalam Akuarium. Jurnal Ilmiah
Biologi, 55-62.
Setiawati, V. M. (2017). Karakteristik Saluran Pencernaan Ikan Tambakan
(Helostoma temminckii) . Jurnal Ilmiah Biologi, 67-74.
Setyowati, R. R. (2018). Ekologi dan Peran Lagynion scherffelii dalam Ekosistem
Perairan Tawar. Jurnal Ekologi Perairan, 89-101.
Smith, J. (2020). Anatomi Saluran Pencernaan Ikan Tambakan. Jurnal Ilmiah
Perikanan Indonesia.
Soegianto, S. H. (2019). Interaksi Microchaete tenera dengan Organisme
Herbivora dalam Ekosistem Perairan Tawar. Jurnal Ekologi Perairan,
24

120-132.
Suhendar, E. W. (2019). Interaksi Glenodinium cinctum dengan organisme laut
lainnya : implikasi bagi ekosistem Karang. Jurnal Ekologi Ekosistem Laut,
32-45.
Sukandar, Y. K. (2016). Karakteristik dan Manfaat Alga Mikroskopis
Chlamydomonas dalam Penelitian Biologi dan LingkungaP. Jurnal
Biologi Perikanan, 51-59.
Tomi Malik, M. S. (2019). Maskulinisasi ikan guppy (Poecilia reticulata) melalui
penggunaan air kelapa (Cocos nucifera) dengan konsentrasi berbeda.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 13-24.
Widigdo, H. S. (2017). Aspek Ekologi dan Konservasi Larva Ikan di Ekosistem
Perairan. Jurnal Lingkungan dan Perairan, 150-162.
25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Bahan Praktikum

Larva Ikan Gupi (Poecilia reticulata)


26

Saluran Pencernaan Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

Lampiran 2. Alat Praktikum

Alat Tulis Buku Panduan


27

Gunting Kain Serbet

Tisu Gulung Pinset

Handphone Cutter

Wadah Kaca Tabung Pengukur


28

Object Glass dan Cover Glass Pipet Tetes

Mikroskop

Lampiran 3. Rumus Metode Volumetrik


 V. Lambung berisi = 11 ml – 10 ml = 1 ml
 V. Lambung kosong = 10,5 ml – 10 ml = 0,5 ml
 Vm = v LB - v L K = 1 – 0,5 = 0,5 ml

 Vpeng = Vm × 2 kali pengenceran = 0,5 × 2 = 1 ml aquades


 Vpengenceran = Vm + Vpeng = 0,5 + 1 = 1,5
29

Metode Volumetrik :
n 2
 Vi = ( ) × Vp = ( ) × 1,5 = 0,4 × 1,5 = 0,6
εn 5
n 2
 Vi = ( ) × Vp = ( ) × 1,5 = 0,4 × 1,5 = 0,6
εn 5
n 1
 Vi = ( ) × Vp = ( ) × 1,5 = 0,2 × 1,5 = 0,3
εn 5
n 3
 Vi = ( ) × Vp = ( ) × 1,5 = 0,6 × 1,5 = 0,9
εn 5
n 2
 Vi = ( ) × Vp = ( ) × 1,5 = 0,4 × 1,5 = 0,6
εn 5

Anda mungkin juga menyukai