Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN PERBERASAN INDONESIA DAN

SOLIDARITAS PANGAN ASEAN

(Indonesia’s Rice Policy and ASEAN Food Solidarity)

Iwan Hermawan

Alamat penulis di Pusat Penelitian, Bagian Ekonomi dan Kebijakan Publik,


Gedung Nusantara 1, Lantai 2, Setjen DPR RI,
Jl. Jend. Gatot Subroto, Jakarta Pusat, 10270
Alamat email: iwan.hermawan@dpr.go.id.

Naskah Diterima: 23 Februari 2016


Naskah Diterima: 13 Mei 2016
Naskah Disetujui: 23 Mei 2016

Abstract
The objectives of this essay are to describe Indonesia’s rice policy under different regimes and to analyse ASEAN
food solidarity in supporting the country’s rice availability. Methodology applied in this study is a descriptive analysis
and simple calculation such as rice self-sufficiency ratio and trade flow. Secondary data used is from Comtrade, IMF,
FAO, IRRI, BPS, Ministry of Agriculture, and Bulog. Its result indicates that rice policies in Indonesia dynamically
developed through different regime. Further, rice stabilization becomes a major issue in order to secure inflation
rate. When rice availability through self-sufficiency hard to achieve, food ASEAN cooperation becomes an option to
support the country’s rice policy, especially to support price stability.
Keywords: rice policy, food solidarity, Indonesia, ASEAN.

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan perkembangan kebijakan perberasan di Indonesia dan
mengkaji soliditas pangan ASEAN dalam mendukung ketersediaan beras di Indonesia. Metodologi yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan perhitungan sederhana, seperti tingkat rasio swasembada beras
dan arus perdagangan. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diterbitkan Comtrade, IMF, FAO,
IRRI, BPS, Kementerian Pertanian, dan Bulog. Hasil kajian menunjukkan bahwa kebijakan perberasan
mengalami perubahan secara dinamis mulai dari rezim Orla hingga saat ini. Kebijakan stabilisasi harga padi/
beras menjadi kebijakan yang utama, namun cenderung ditujukan untuk menjaga inflasi atau kepentingan
konsumen. Ketika ketersediaan beras melalui swasembada beras sulit diwujudkan, kerja sama pangan
ASEAN menjadi opsi untuk mendukung kebijakan perberasan di Indonesia, khususnya dalam rangka
mendukung stabilisasi harga.
Kata kunci: kebijakan perberasan, solidaritas pangan, Indonesia, ASEAN.

I. PENDAHULUAN di Indonesia. Selain itu, beras juga berhubungan


A. Latar Belakang langsung dengan dimensi kemiskinan yang
Beras memiliki peran yang sangat strategis notabene menjadi target pembangunan.
bagi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari Menurut data BPS hingga September 2014, lebih
indikatornya sebagai bahan pangan pokok dari 60 persen penduduk miskin yang tinggal di
utama bagi sebagian besar masyarakat (90 wilayah perdesaan ternyata berkecimpung pada
persen), melibatkan lebih dari 14 juta rumah kegiatan subsektor tanaman pangan, khususnya
tangga petani, dan menyerap lebih dari 40 padi. Oleh sebab itu, kontribusi (harga) beras
persen tenaga kerja terhadap total tenaga kerja terhadap garis kemiskinan di perdesaan relatif

102 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016


lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan, adalah penentuan harga atap (ceiling price)
yaitu masing-masing 31,61 persen dan 23,39 untuk melindungi kepentingan konsumen
persen.1 beras dan penetapan harga dasar (floor price)
Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk melindungi kepentingan produsen padi.
memberikan perhatian yang lebih besar Salah satu institusi yang berperan sangat krusial
dibandingkan dengan komoditas lainnya. dalam operasionalisasi kebijakan perberasan
Perhatian tersebut diwujudkan dalam bentuk tersebut adalah badan urusan logistik (Bulog).
intervensi yang didasari oleh pertimbangan Sedangkan intervensi pemerintah secara tidak
ekonomi terjadinya kegagalan pasar (market langsung, antara lain berupa subsidi (pupuk,
failure)2 sehingga pasar padi/beras tidak benih) dan tarif/pajak (tarif impor).
dapat diserahkan kepada mekanisme pasar. Di sisi lain, intervensi pemerintah juga
Struktur pasar yang dihadapi oleh petani menyasar pada objek konsumen beras, yaitu
padi cenderung kompetitif atau mendekati melalui pemberian bantuan beras langsung
monopsoni, sedangkan struktur pasar oligopoli kepada keluarga miskin yang biasanya dikenal
dihadapi oleh para pedagang padi/beras. dengan istilah beras untuk keluarga sejahtera
Kondisi ini berimplikasi pada kerugian yang (rastra). Resultan dari kebijakan perberasan
cenderung terus-menerus dialami oleh petani. tersebut sejatinya untuk mengakomodasi
Ketika terjadi kenaikan harga beras ternyata berbagai kepentingan pelaku ekonomi padi/
para petani hanya menikmatinya sebesar 33 beras guna mencapai ketahanan pangan (food
persen dan lembaga tata niaga beras (seperti security) dan bahkan kedaulatan pangan (food
pedagang pengumpul padi, pedagang beras sovereignty)5.
besar, dan sebagainya) menikmati sebesar 67 Hingga saat ini, swasembada beras (food
persen.3 Menurut McCulloch and Timmer, self-sufficient) masih sulit dicapai. Padahal
kenaikan harga beras tersebut tidak serta swasembada tersebut menjadi bagian terpenting
merta meningkatkan pula kesejahteraan petani dari pencapaian ketahanan pangan nasional.
karena pada dasarnya distribusi lahan sawah di Menurut Dawe6, geografi Indonesia yang
Indonesia tidak merata.4 berbentuk kepulauan dan tidak adanya delta
Bentuk intervensi pemerintah terhadap sungai besar menjadi penyebab utamanya. Hal
pasar beras bersifat langsung dan tidak langsung. ini menstimulasi terbukanya opsi impor beras
Contoh intervensi pemerintah secara langsung untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras
masyarakat (stok beras) melalui Bulog dan
1

Razali Ritonga, “Kemiskinan dan Pembangunan Manusia”,
(http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/9108/ kebutuhan industri (beras premium) melalui
Kemiskinan-dan-Pembangunan-Manusia/2015/03/10, importir terdaftar. Stok beras yang memadai
diakses 23 September 2015). menjadi prasyarat ketika melakukan kebijakan
2
Kegagalan pasar terjadi saat mekanisme harga
stabilisasi harga beras melalui penetapan harga
gagal memperhitungkan semua biaya dan manfaat
yang diperlukan, baik untuk memproduksi maupun pembelian pemerintah (HPP). Bagaimanapun
mengkonsumsinya. Sebelum menuju kegagalan pasar, harga yang terbentuk akan menjadi sinyal bagi
kondisi penawaran dan permintaan di pasar tidak petani untuk berproduksi padi/beras dan bagi
menghasilkan jumlah barang dengan harga yang
konsumen untuk menyesuaikan konsumsi
mencerminkan manfaat terhadap konsumsi. Hal ini
menyebabkan inefisiensi alokatif yang ditunjukkan berasnya.
dengan ekses ataupun kekurangan konsumsi. Oleh
sebab itu, struktur sistem pasar berkontribusi terhadap 5
Termonologi kedaulatan pangan mencakup hak
kegagalan pasar tersebut.
menentukan kebijakannya secara mandiri, menjamin hak
3
Irhan Lihan, “Analisis Struktur Pasar Gabah dan Pasar
pangan bagi rakyat, dan memberi hak masyarakat untuk
Beras di Indonesia”, Jurnal NeO-Bis, Vol. 3, No. 2,
menentukan sistem usaha sesuai dengan potensi sumber
Desember 2009, hal. 170.
daya yang ada (UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan)
4
Neil McCulloch and C. Peter Timmer, “Rice Policy 6
David Dawe, “Can Indonesia Trust The World Rice
in Indonesia: A Special Issue”, Bulletin of Indonesian
Market?”, Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 44,
Economic Studies, Vol. 44, No. 1, 2008, pp. 35-36.
No. 1, 2008, p. 115.

Iwan Hermawan: Kebijakan Perberasan Indonesia dan Solidaritas Pangan ASEAN 103
Di sisi lain, perubahan lingkungan beras, fluktu­
asi produksi akibat berbagai hal
yang cepat dan lebih terbuka (liberalisasi) (iklim dan hama), sumber ketersediaan beras,
menyebabkan pengelolaan perberasan nasional dan sumber pemasaran beras dalam rangka
tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi internal, memperkuat ketahanan pangan domestik.
tetapi juga eksternal. Krisis pangan global
pada tahun 2007/2008 menjadi pelajaran yang B. Rumusan Masalah
sangat berharga bagi negara-negara di kawasan Kebijakan perberasan Indonesia
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) berkembang sangat dinamis selama lebih dari
untuk bekerja sama di bidang ketahanan pangan. empat dekade. Berbagai kebijakan perberasan
Pada ASEAN Summit tahun 2008 disusun tersebut pada dasarnya ditujukan untuk
kerangka ASEAN Integrated Food Security mendorong pemenuhan kebutuhan konsumen
(AIFS) dan Strategic Plan of Action on Food beras dan peningkatan kesejahteraan petani
Security (SPA-FS) di wilayah ASEAN hingga padi di dalam negeri. Namun demikian,
tahun 2020. Tujuan umumnya adalah untuk konsistensi tujuannya berhubungan erat
memastikan ketahanan pangan dalam jangka dengan rezim pemerintahan yang sedang
panjang dan meningkatkan kesejahteraan berkuasa. Orientasi pembangunan ekonomi
petani di wilayah ASEAN. Komitmen yang yang akan diwujudkan oleh pemerintah
tinggi tersebut ditegaskan kembali pada berdampak pada berbagai kebijakan dan
ASEAN Summit keempat belas tahun 2009, di program kerja di bidang perberasan. Contohnya
mana “food security as permanent and high policy pada era Pemerintahan Soeharto, setelah
priority”. tahun 1984, kebijakan industri substitusi
Apabila dibandingkan dengan negara- impor mulai menjadi arus utama kebijakan
negara lain, khususnya ASEAN, pada tahun nasional. Kondisi ini banyak memengaruhi
2015 ketahanan pangan Indonesia menempati perkembangan perberasan, misalnya dimulainya
urutan ke 16 dibandingkan negara-negara liberalisasi produksi tanaman (beras) sehingga
yang ada di kawasan Asia Pasifik. Rangking program panca usahatani mulai ditinggalkan.
tersebut menurun jika dibandingkan dengan Efek domino berikutnya, produksi padi/
tahun 2014 yang menempati ranking ke 15.7 beras menurun sehingga impor beras yang
Oleh sebab itu, kerja sama tersebut membuka seringkali menimbulkan ‘kegaduhan’ menjadi
peluang bagi Indonesia untuk mendukung rutin dilakukan oleh pemerintah. Saat ini,
capaian ketahanan pangannya (beras), baik era Pemerintahan Jokowi Widodo mulai
melalui penguatan ketersediaan beras maupun mengembalikan peran pertanian dan pangan
peningkatan akses masyarakat terhadap tersebut sebagai sektor prioritas seperti yang
beras dengan harga yang lebih kompetitif. disampaikan dalam program Nawa Cita.
Salah satu instrumen yag dapat digunakan Namun, kebijakan untuk tidak melakukan
oleh Pemerintah Indonesia adalah ASEAN impor pada awal pemeritahannya telah menjadi
Plus Three Emergency Rice Reserve Agreement titik tolak kenaikan harga beras domestik yang
(APTERR), di samping penghapusan tarif beras membuat masyarakat resah.
secara gradual. Meskipun awalnya APTERR Di sisi lain, kawasan ASEAN merupakan
digunakan sebagai sarana menyalurkan bantuan sentra penghasil beras utama di dunia. Hal ini
beras, namun lambat laun fungsinya mulai dapat menjadi opsi bagi Pemerintah Indonesia
dikembangkan untuk mendukung efisiensi sebagai sumber ketersediaan beras dan
pasar beras. APTERR dapat menjadi sarana mendorong efisiensi pengelolaan perberasan
mengatasi kekurangan ataupun kelebihan nasional. Namun demikian, beras juga menjadi
7
The Economist Intelligence Unit, Global Food Security bahan pangan pokok bagi sebagian besar
Index 2014, An Annual Measure of the State of global Food masyarakat di negara-negara anggota ASEAN.
Security, (London, New York, Hong Kong, and Geneva: Oleh sebab itu, pencapaian swasembada
The Economist Intelligence Unit, 2014 and 2015).

104 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016


pangan di masing-masing negaranya menjadi atau sasaran tertentu, baik eksplisit maupun
kebijakan yang jamak dilakukan. Padahal implisit, (g) kebijakan muncul dari suatu
ketika era Masyarakat Ekonomi ASEAN proses yang berlangsung sepanjang waktu, (h)
(MEA) bergulir, paradigma perdagangan beras kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang
dituntut untuk menjadi bermandiri pangan bersifat antarorganisasi dan yang bersifat intra-
(food self-reliance) dengan lebih membuka diri organisasi, (i) kebijakan publik meskipun tidak
terhadap negara lain. Hal ini tentu saja akan eksklusif menyangkut peran kunci lembaga-
menjadi pertimbangan krusial bagi Pemerintah lembaga pemerintah, dan (j) kebijakan itu
Indonesia ketika menggantungkan kebutuhan dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.
beras kepada negara-negara anggota ASEAN. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, maka
dapat dirangkum bahwa kebijakan merupakan
C. Tujuan Penulisan tindakan tertentu untuk mencapai tujuan
Berdasarkan latar belakang dan tertentu pula.
permasalahan yang telah dikemukakan 2. Ekonomi Politik Beras
maka tujuan tulisan ini adalah untuk (1) Ekonomi politik beras sangat berhubungan
menggambarkan perkembangan kebijakan dengan dimensi kemiskinan dan perubahan
perberasan di Indonesia dan (2) mengkaji sistem pangan. Keduanya berjalan seiring
solidaritas pangan (beras) ASEAN dalam bergulirnya sistem demokrasi Indonesia
mendukung ketersediaan beras di Indonesia. sebagai bagian dari tata kelola pemerintahan.
Bagaimanapun mengurangi kemiskinan
D. Kebijakan dan Politik Pangan berkaitan dengan upaya meningkatkan
1. Kebijakan ketahanan pangan (beras). Pengalaman
Terminologi kebijakan dijelaskan oleh Carl dari sejarah memberikan pelajaran tentang
J. Friedrick dalam Agustino8 sebagai serangkaian komitmen pemerintah terhadap pertumbuhan
tindakan atau kegiatan yang diusulkan ekonomi yang pro-poor dan ketahanan pangan
seseorang, kelompok, ataupun pemerintah (beras). Pada saat rezim Pemerintahan
dalam suatu lingkungan tertentu di mana Soekarno, perhatian terbesar berada pada isu
terdapat hambatan atau kesulitan dan sekaligus redistribusi, termasuk land reform. Kemudian
kesempatan terhadap pelaksanaan usulan fokus bergeser pada saat rezim Pemerintahan
kebijakan tersebut dalam rangka mencapai Soeharto yang lebih aktif melakukan kebijakan
tujuan tertentu. Sedangkan menurut Wahab9 pertumbuhan ekonomi yang pro-poor. Saat
bahwa istilah kebijakan itu sendiri masih ini ketika pemerintahan memilih untuk lebih
diperdebatkan hingga saat ini, oleh sebab itu pluralisme dalam bentuk demokrasi, upaya
terdapat beberapa pedoman sebagai berikut (a) membantu masyarakat miskin dilakukan
kebijakan harus dibedakan dari keputusan, (b) dengan bentuk transfer fiskal langsung ke
kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat target masyarakat yang berhak mendapatkan
dibedakan dari administrasi, (c) kebijakan beras, bantuan pendidikan, dan kartu jaminan
mencakup perilaku dan harapan-harapan, kesehatan.10
(d) kebijakan mencakup ketiadaan tindakan Di antara rezim pemerintahan tersebut,
ataupun adanya tindakan, (e) kebijakan Pemerintahan Soeharto menjadi masa yang
biasanya mempunyai hasil akhir yang akan paling menarik untuk dielaborasi dan menjadi
dicapai, (f) setiap kebijakan memiliki tujuan refleksi mengelola politik ekonomi beras di
masa depan. Peran tata kelola ekonomi dan
8
Agustino Leo, Dasar-dasar Kebijakan Publik, (Bandung:
Alfabeta, 2008), hal. 7. 10
C. Peter Timmer, “Food Security in Indonesia: Current
9
Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijaksanaan dari Challenges and the Long-Run Outlook”, Working Paper
Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Edisi No. 48, Center for Global Development, November 2004,
Kedua, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal. 40-50. pp. 20-22.

Iwan Hermawan: Kebijakan Perberasan Indonesia dan Solidaritas Pangan ASEAN 105
komitmen politik untuk mengurangi kemiskinan subsidinya relatif besar. Di sisi lain membangun
menjadi kunci sukses Orde Baru (Orba). koalisi untuk pertumbuhan ekonomi akan
Namun terdapat paradoks mengapa autocratic membutuhkan waktu lama dan sangat
dari regim Soeharto mendukung pertumbuhan tergantung pada tata kelola ekonomi, stabilitas
ekonomi dan ketahanan pangan, sedangkan politik, hukum, kontrol terhadap korupsi, dan
pemerintahan demokrasi yang baru tidak?. sebagainya. Oleh sebab itu, langkah nyata
Beberapa prediksi dari alasan logis menjelaskan dalam jangka pendek (3-5 tahun) adalah
bahwa komitmen Presiden Soeharto berasal tetap melakukan transfer fiskal langsung ke
dari tingginya dukungan politik terhadap masyarakat miskin, sedangkan dalam jangka
ketahanan pangan. Oleh sebab itu, peningkatan panjang dilakukan dengan mempertahankan
produktivitas sektor pertanian menjadi faktor ketahanan pangan melalui pertumbuhan
utama pertumbuhan ekonomi yang pro-poor ekonomi yang pro-poor.13
sehingga pangan (beras) tersedia cukup pada
level rumah tangga hingga negara. Di samping E. Metode Penelitian
itu, pada rezim Pemerintahan Orba terdapat Untuk menjawab tujuan penelitian maka
dua konstituen penting, yaitu yang mem-back digunakan pendekatan analisis deskriptif dan
up program pertumbuhan ekonomi dan yang perhitungan sederhana. Analisis deskriptif
fokus pada isu kemiskinan.11 Retorika politik digunakan untuk memaparkan gambaran dan
saat ini menunjukkan jika upaya pengurangan analisis dari kebijakan perberasan nasional
kemiskinan tidak lagi berhubungan dengan dan regional ASEAN. Sedangkan perhitungan
pertumbuhan ekonomi. sederhana digunakan untuk mengkalkulasi
Berbeda dengan di Amerika Serikat, di (a) rice self-suffiency ratio dari negara-negara
mana Bulog membangun koalisi politik untuk anggota ASEAN berdasarkan metode dari
mendukung Food Stamps di Kongres Amerika Food and Agriculture Organization (FAO) dan
Serikat. Dukungan berasal dari conservative (b) ekspor-impor beras intra dan inter-negara-
rural legislators yang mempunyai keinginan negara anggota ASEAN.
untuk memperluas pasar pangan dari kawasan Data yang digunakan merupakan data
pertanian konstituennya dan dari urban liberals sekunder dari (a) tahun 1969-2015 untuk data
yang memiliki banyak masyarakat miskin harga beras nasional dan dunia serta (b) tahun
pengguna Food Stamps sebagai sumber utama 2008-2012 untuk data perdagangan, produksi,
pendapatan mereka. Analogi dengan hal itu, dan konsumsi beras regional ASEAN. Sumber
Bulog di Indonesia melakukan pengadaan data berasal dari Comtrade, International
beras untuk melindungi kepentingan petani Monetary Fund (IMF), FAO, Badan Pusat
padi/beras dan kepentingan konsumen melalui Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, dan
Operasi Pasar Khusus (OPK)12. Namun Bulog, serta sumber pustaka lainnya.
demikian, menurut Stephen Mink dari World
Bank bahwa ternyata tidak ada Anggota DPR II. HASIL DAN PEMBAHASAN
RI yang terlibat di kedua dimensi program A. Kebijakan Perberasan pada Berbagai
beras tersebut (kemiskinan dan pertumbuhan Rezim di Indonesia
ekonomi) secara simultan, padahal anggaran
Pada dasarnya, intervensi pemerintah
11
Ibid., C. Peter Timmer, pp. 20-22. merupakan pilihan yang di dalamnya
12
OPK kemudian diubah menjadi beras untuk rumah mengandung trade off. Dari berbagai sudut
tangga miskin (raskin) sejak tahun 2002, raskin diperluas
pandang yang ada, pilihan kebijakan beras
fungsinya tidak hanya menjadi program darurat (social
safety net) melainkan sebagai bagian dari program sering diletakkan pada dilema apakah bias
perlindungan sosial masyarakat, informasi lebih lanjut pada produsen atau konsumen atau dua-
dapat dilihat di http://www.bulog.co.id/sekilas_raskin.
php.
13
Loc.Cit., C. Peter Timmer, pp. 20-22.

106 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016


duanya.14 Kondisi itu dapat direfleksikan pada samping itu, kebijakan pangan pada rezim Orla
perkembangan kebijakan beras selama lebih diwujudkan dalam bentuk swasembada beras
dari 45 tahun terakhir. Perubahan kebijakan dengan mendirikan institusi pangan16 dan
terbagi-bagi dapat fase sesuai dengan rezim program panca usahatani. Pada 14 Mei 1967
pemerintahan dan juga kondisi eksternal saat badan urusan logistik (Bulog) dibentuk dengan
itu. Fase pertama dimulai pada tahun 1945an fungsi utama sebagai agen pembeli beras tunggal
hingga tahun 1968 (Orde Lama) dan fase kedua untuk menjaga ketahanan pangan melalui
dimulai tahun 1969-1997 (Orde Baru). Kedua kebijakan stabilisasi harga beras dan pengadaan
fase tersebut disebut rezim isolasi pasar beras. beras bulanan untuk PNS dan militer.17
Fase ketiga pada tahun 1998-1999 atau disebut Namun menurut Ketua Pusat Studi Sejarah
rezim pasar bebas, dan fase keempat pada tahun dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
2000-2015 atau disebut rezim pasar terbuka Ichwan Azhari, yang dikutip Tambunan18,
terkendali. Secara detail, Gambar 1 menyajikan masalah pangan memuncak pada tahun 1960an,
seluruh periode rezim tersebut. di mana Presiden Soekarno tidak mengambil

Sumber: Timmer, 2014.


Gambar 1. Rezim Pemerintahan dan Perkembangan Harga Beras Indonesia dan Dunia
Tahun 1969-2014
Saat rezim Pemerintahan Soekarno (Orde langkah strategis tapi justru terjebak pada retorika
Lama (Orla) periode tahun 1945-1967), politik untuk mempertahankan kekuasaannya.
kebijakan pertanian banyak berkaitan erat Retorika untuk tidak mengimpor beras terlihat
dengan isu redistribusi, termasuk land reform. sebagai sebuah upaya untuk kemandirian pangan
Hal ini karena tatanan agraria warisan kolonial tapi tidak diimbangi dengan penyelamatan
dinilai timpang sehingga memerlukan distribusi
16
Pertama kali didirikan Yayasan Bahan Makanan
tanah bagi buruh tani dan petani miskin.15 Di
(BAMA), lalu berganti menjadi Yayasan Urusan Bahan
14
Widjanarko, Puspoyo, Bulog dan Beras: Bias-Bias Cara Makanan (YUBM) pada tahun 1953-1956. Pada tahun
Pandang terhadap Peranannya. Kumpulan Naskah dalam 1967 dibentuk Bulog yang sebelumnya bernama Komando
Rangka Menyambut 35 Tahun Bulog. Bulog: Pergulatan Logistik Nasional (Kolognas).
dalam Pemantapan Peranan dan Penyesuaian Kelembagaan, 17
“Kebijakan Pangan”, (http://www.suaramerdeka.com/
(Bogor: IPB Press, 2002), hal. 3. harian/0802/04/nas04.htm, diakses 04 Februari 2016).
15
Hiski Darmayana, “Reformasi Agraria di Era Bung Karno”, 18
Tulus Tambunan, “Ketahanan Pangan di Indonesia,
(http://www.berdikarionline.com/reformasi-agraria-di- Mengidentifikasi Beberapa Penyebab”, Pusat Studi
era-bung-karno/, diakses 05 Februari 2016). Industri dan UKM, Universitas Trisakti, Agustus 2008.

Iwan Hermawan: Kebijakan Perberasan Indonesia dan Solidaritas Pangan ASEAN 107
lumbung padi dan justru meminta masyarakat ini membuat peran Bulog berkurang dalam
melakukan diversifikasi pangan dengan jagung. mengintervensi pasar, termasuk mengimpor beras.
Di sisi lain, kondisi perekonomian yang sulit Rezim pasar bebas terjadi pada periode
dan kemarau panjang pada tahun 1966-1967 tahun 1998-1999. Bersamaan dengan
semakin memperparah kondisi tersebut sehingga berakhirnya pemerintahan Orba, terjadi krisis
melahirkan krisis pangan dan selanjutnya multidimensi yang berpengaruh terhadap
menstimulasi krisis politik pasca G30S/PKI. kebijakan perberasan nasional. Bulog sebagai
Rezim Orba atau isolasi pasar beras dimulai pada lembaga pelaksana kebijakan stabilisasi harga
periode tahun 1969-1997. Pengalaman mengelola beras tidak lagi mendapat fasilitas pendukung
pangan (beras) pada rezim sebelumnya menjadi dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, seperti
pelajaran berharga bagi pemerintahan Soeharto. dicabutnya monopoli impor beras melalui SK
Paradigma pembangunan sektor pertanian dan Memperindag No. 439 tentang Bea Masuk yang
pangan bergeser dari redistribusi lahan kepada ditentukan sebesar nol persen, kredit likuiditas
kebijakan pertumbuhan ekonomi yang pro-poor Bank Indonesia (KLBI) tidak lagi diberikan
dan munculnya eksistensi para teknokrat ekonomi. kepada Bulog, dan subsidi bagi petani juga tidak
Hal ini sejalan dengan kondisi struktural ekonomi diberikan. Saat itu, harga beras dunia cenderung
Indonesia yang masih didominasi oleh sektor lebih rendah dari harga beras di dalam negeri.
pertanian. Kesejahteraan petani (khususnya padi) Sedangkan rezim pasar terbuka-terkendali
dan pembangunan wilayah perdesaan menjadi terjadi pada periode tahun 2000-sekarang. Era
kunci dasar untuk mengurangi kemiskinan tersebut. reformasi menstimulasi pemerintah memilih
Berbagai kebijakan perberasan diterapkan secara untuk lebih pluralisme dalam bentuk demokrasi.
holistik, mulai subsidi pupuk dan benih, program Kuota impor beras dilakukan kembali, di mana
panca usahatani dan penyuluhan, stabilisasi harga untuk beras kualitas medium dimonopoli oleh
gabah/padi oleh Bulog, dan dukungan pembiayaan/ Bulog dan kuota impor beras premium (misalnya
pemodalan melalui bank dan Koperasi Unit Desa beras Basmati) dilakukan oleh swasta (importir
(KUD). terdaftar). Kebijakan perberasan yang dilakukan
Pada awal pemerintahan Orba, peran Bulog masih ditujukan untuk membantu masyarakat
telah bergeser, yaitu dari penunjang peningkatan miskin. Bentuknya berupa kebijakan stabilisasi
produksi pangan menjadi buffer stock holder dan harga padi/beras melalui Bulog, pemberian
distribusi untuk golongan anggaran. Selama rezim subsidi (pupuk, benih, dan kredit bunga), serta
Orba, stabilisasi harga beras yang dilakukan Bulog pendistribusian rastra. Selain itu, kebijakan-
ternyata tidak selalu berhasil, baik harga dasar kebijakan lain yang tidak terkait langsung dengan
maupun harga atap. Begitu pula dengan impor beras juga diberikan melalui transfer fiskal langsung
beras, meskipun pemerintah berhasil merangsang ke target masyarakat yang berhak mendapatkan,
peningkatan produksi beras dalam negeri dan pernah bantuan pendidikan, dan kesehatan. Di era
mencapai swasembada beras tahun 1984, Bulog pemerintahan Presiden Susilo Bambang
tetap melakukan impor beras untuk memperkuat Yudhoyono (SBY), swasembada beras tercapai
stok beras. Ketika Indonesia melakukan perjanjian pada tahun 2008 tanpa diikuti impor beras seperti
dengan IMF guna menanggulangi dampak krisis yang terjadi pada tahun 1984.20 Namun demikian,
ekonomi tahun 1997/1998, salah satu butir dari beberapa pihak menduga jika pencapaian tersebut
Letter of lntent (LoI) menyepakati pengurangan semu karena menjelang pemilu tahun 2009.21
monopoli impor oleh Bulog dan pengawasan harga
terhadap produk pertanian, seperti beras, gula,
20
“Setelah Swasembada Beras, Lalu Apa Lagi?”, (http://nasional.
kompas.com/read/2008/12/16/09544795/setelahswasembada.
dan cengkeh.19 Konsekuensi dari kesepakatan beras.lalu.apa.lagi, diakses 01 November 2015).
21
“Komoditas Beras dan Garam Harus Swasembada”, (http://
19
T. Pranolo, LoI-IMF dan Implikasinya terhadap Peranan
www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2014/12/14/308401/
Bulog. Kumpulan Naskah dalam Rangka Menyambut 35
komoditas-beras-dan-garam-harus-swasembada, diakses
Tahun Bulog. Bulog: Pergulatan dalam Pemantapan Peranan
05 Februari 2016).
dan Penyesuaian Kelembagaan, (Bogor: IPB Press, 2002).

108 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016


Menurut Bulog, selain tahun 2008, pada tahun spekulasi beras. Kredibilitas pemerintah
2009 dan 2013, Indonesia juga mengalami surplus dipertaruhkan meskipun anggaran Kementerian
sehingga tidak perlu mengimpor beras.22 Pertanian pada tahun 2015 telah ditambah dua
kali lipat menjadi Rp32,7 triliun.25 Menurut
B. Kebijakan Perberasan Saat Ini Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi
Di era pemerintahan Joko Widodo, kebijakan dan Beras Indonesia (Perpadi), Nellys Soekidi,
perberasan relatif tidak banyak berubah. Sejalan kebijakan pemerintah terkait impor beras
dengan agenda prioritas nasional pada Nawa kerap memicu kegiatan penimbunan beras
Cita tahun 2015-2019, pembangunan pertanian (hoarding behavior) oleh para spekulan. Ketika
diarahkan untuk mencapai kedaulatan pangan pemerintah mengatakan tidak akan impor
dan lebih mengedepankan kepentingan petani. beras, para pedagang berekspektasi terhadap
Salah satu bentuk konkrit agenda tersebut arah kebijakan tersebut dan mengantisipasinya.
berupa swasembada pangan atau lebih luas Berdasarkan pengalaman, para spekulan sudah
kedaulatan pangan (swasembada surplus 10 mengetahui seberapa besar produksi beras
persen) tercapai pada tahun 2016. Menurut Indonesia, termasuk tambahan informasi terkait
Kementerian Pertanian, target produksi padi kondisi lahan pertanian padi yang semakin
ditetapkan sebesar 73,40 juta ton gabah kering berkurang dan hanya menghasilkan 5-6 ton di
panen (GKP) atau setara 37 juta ton beras pada tiap hektar. Hal ini yang menyebabkan para
tahun 2015 dan sebesar 76,23 juta ton pada pelaku usaha melakukan penyimpanan stok
tahun 2016. Khusus pada tahun 2015, produksi beras sehingga akan mengurangi distribusi beras
padi naik 6,64 persen dari tahun 2014 atau di masyarakat pada saat tertentu.26
mencapai 75,55 juta ton gabah kering giling Berbeda halnya pada pemerintahan SBY,
(GKG). Apabila dikonversi dalam beras dengan di mana secara terbuka tetap konsisten akan
rendemen 63 persen, produksi padi tersebut impor beras guna memenuhi stok beras Bulog
setara dengan 47,6 juta ton beras dan Indonesia jika diperlukan. Oleh sebab itu, impor beras
seharusnya mengalami surplus beras. Namun sebesar 236 ribu ton pada tahun 2004 cenderung
kenyataannya pemerintah mengimpor beras meningkat hingga tahun 2013 sebesar 472 ribu ton
sekitar 1,5 juta ton pada akhir tahun 2015. (kecuali tahun 2008). Hal ini relatif mengurangi
Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara aksi spekulasi para pelaku usaha perberasan
pengimpor beras terbesar di dunia setelah (rent seeker) di Indonesia yang dikhawatirkan
Nigeria, di mana pada tahun 2014 diperkirakan dapat memengaruhi fluktuasi harga beras.27
mengimpor 2 juta ton beras. Bagaimanapun beras sebagai komoditas yang
Pemerintah Indonesia mengimpor menguasai hajat hidup rakyat harus diutamakan
beras untuk mengisi stok beras nasional23, di atas opsi impor atau tidak impor.28 Selain itu,
khususnya untuk rastra dan untuk mendukung 25

Tambahan anggaran tersebut untuk rehabilitasi jaringan
efektivitas kebijakan stabilisasi harga.24 irigasi tersier seluas 1,1 juta hektar lahan (Rp1,32 triliun),
Ketidakkonsistenan antara pernyataan political pengadaan benih untuk 12.000 hektar lahan tebu (Rp1,18
will Presiden Jokowi di awal pemerintahannya triliun), bantuan pupuk untuk Rp3,6 juta hektar padi dan
jagung (Rp2,33 triliun), dan lain-lain.
yang tidak mengimpor beras lagi dan tindakan 26
Hardiat Dani Satria, “Kebijakan Pemerintah yang
impor tersebut, telah mendorong perilaku Dimanfaatkan Spekulan”, (http://telusur.metrotvnews.
com/read/2015/06/07/133785/kebijakan-pemerintah-yang-

22
Sigit A. Nugroho, Arie Dwi Budiawati, “6 Tahun Terakhir, dimanfaatkan-spekulan, diakses 01 November 2015).
Bulog Sempat Tak Impor Beras”, (http:// bisnis.news.viva. 27
Pingit Aria, “Tahun Lalu, Indonesia Impor Beras
co.id/news/read/572805-6-tahun-terakhir---bulog-sempat- dari Lima Negara”, (http://bisnis.tempo.co/read/
tak-impor-beras, diakses 01 November 2015). news/2014/02/05/090551264/tahun-lalu-indonesia-impor-
23
Cadangan beras pemerintah harus dipenuhi via Bulog beras-dari-lima-negara, diakses 01 November 2015).
sebesar 4 juta ton. 28
Anas Urbaningrum, “Sisi Politik Beras”, (http://
24
Santo Thomas, “Jangan Ada Dusta dalam Produksi Beras”, nasional.sindonews.com/read/971262/18/sisi-politik-
Suara Pembaharuan, 6 Oktober 2015, hal. A.10-A.11 beras-1425354377, diakses 12 Oktober 2015).

Iwan Hermawan: Kebijakan Perberasan Indonesia dan Solidaritas Pangan ASEAN 109
rencana impor beras perlu dilihat sebagai alternatif Untuk melihat efektivitas peran Bulog
terakhir dan bukan sebagai rutinitas kebijakan.29 tersebut, dapat dilihat dari perkembangan
1. Eksistensi Badan Urusan Logistik harga pembelian pemerintah (HPP) padi/beras.
Menurut hasil penelitian Suparmin32, tingkat
Kebijakan perberasan di Indonesia tidak
stabilisasi HPP padi pada rezim pasar terbuka
dapat dipisahkan dari peran Bulog sebagai
terkendali relatif lebih stabil dibandingkan
lembaga pangan pemerintah. Perannya
dengan rezim Orba dan rezim pasar bebas.
mencakup operasionalisasi kebijakan
Sedangkan tingkat stabilisasi HPP beras pada
perberasan yang ditetapkan oleh pemerintah,
rezim Orba relatif lebih stabil dibandingkan
khususnya berhubungan dengan (a) stabilisasi
rezim lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
harga melalui kebijakan harga dasar (floor
pengendalian harga padi/beras domestik
price) untuk melindungi kepentingan produsen
terhadap harga beras internasional memberikan
padi/beras dan harga atap (ceiling price) untuk
manfaat bagi stabilitas HPP padi/beras. Namun
melindungi kepentingan konsumen beras, serta
demikian, sayangnya selama ini, kebijakan
(b) buffer stock beras untuk kegiatan public
stabilisasi harga lebih difokuskan pada upaya
service obligation (PSO) berupa penyaluran rasta
menjaga stabilitas harga beras di tingkat
dan operasi pasar (OP).
konsumen sebagai instrumen dari pengendali
Semenjak adanya kesepakatan dengan IMF
inflasi. Oleh sebab itu untuk menjaga
pada tahun 1997, peran Bulog dalam monopoli
kepentingan produsen dan konsumen beras,
beras berkurang dan peran swasta melalui quota
kebijakan stabilisasi harga di masa mendatang
impor justru semakin meningkat. Akibatnya
seharusnya berimbang antara kepentingan
terjadi kekacauan manajemen pangan karena
produsen dan konsumen. Harapan ini akan
semuanya diserahkan kepada sektor swasta.
mendapat tantangan ketika pemerintah daerah
Walaupun belum ada bukti secara ilmiah bahwa
juga berperan dalam menjaga stok beras dan
mengecilnya peran Bulog pada pasca krisis
mempertahankan ketahanan pangan lokalnya.
ekonomi menjadi penyebab utama lemahnya
Kebijakan beras saat ini tidak lagi sentralistik,
ketahanan pangan di Indonesia, namun dapat
namun menjadi desentralistik seiring
dipastikan bahwa reformasi Bulog tersebut
berjalannya era otonomi daerah.
juga turut berperan.30 Di sisi lain, pertengahan
Pada Gambar 2 disajikan perkembangan
tahun 2003 pemerintah mengembalikan
harga gabah kering panen dan beras dengan
fungsi Bulog sebagai state trading enterprise31
HPP pada periode tahun 2010-2015. Kebijakan
yang secara sentralistik mengendalikan impor
harga dasar gabah yang berada di bawah
beras dan harga beras, namun perannya sudah
harga gabah di pasaran berarti menunjukkan
jauh berkurang dibandingkan sebelum tahun
efektivitasnya kebijakan untuk meningkatkan
1997/1998.
kesejahteraan petani padi, bahkan kondisi ini
29
Bustanul Arifin, “Soal Impor Beras 1,5 Juta Ton”, mengindikasikan padi petani cenderung lebih
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015
banyak diserap oleh pasar. Dampaknya stok
/10/03/152421026/Soal.Impor.Beras.1.5.Juta.Ton, diakses
12 Oktober 2015). beras Bulog akan berkurang karena petani
30
Tulus Tambunan, “Ketahanan Pangan di Indonesia cenderung menjualnya ke tengkulak atau
Inti Permasalahan dan Alternatif Solusinya”, Makalah pengepul dibandingkan ke Bulog. Oleh sebab
untuk Kongres ISEI, Mataram, 2008, (http://
itu, untuk memenuhi stok beras hingga 4 juta
www.kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/
KADIN-98-2918-10062008.pdf, diakses 12 Oktober ton diperlukan sumber-sumber pengadaan
2015). beras lainnya.
31
State trading enterprise untuk pangan juga dibentuk
di negara-negara berkembang dan maju, antara lain
Malaysia memiliki Bernas, Filipina memiliki National 32
Suparmin, “Analisis Ekonomi Perberasan Nasional: Peran
Food Authority, Cina memiliki COFCO, Mesir memiliki Bulog dalam Stabilisasi Harga Beras di Pasar Domestik”,
GASC, Jepang memiliki Food Agency, dan Peru memiliki Disertasi, Bogor: Ilmu Ekonomi Pertanian, Institut
ENSACA. Pertanian Bogor, 2005, hal. 205-207.

110 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016


Sumber: Bulog, 2015.33
Gambar 2. Harga Gabah Kering Panen dan Beras Termurah dengan HPP Tahun 2010-2015
Di sisi lain, kebijakan harga atap beras publik (PSO) bagi Bulog tidak hanya sebatas
cenderung berada di bawah harga eceran penambahan anggaran untuk rastra, namun
beras termurah. Hal ini menunjukkan apabila juga pada fleksibilitas pembelian padi petani.
kebijakan yang dilakukan Bulog belum mampu Bulog harus lebih proaktif daripada para
memberikan jaminan kepada konsumen beras tengkulak yang telah menjalankan fungsi door
untuk mendapatkan harga beras yang wajar. to door mencari padi/gabah petani sampai ke
Termasuk saat masa paceklik atau ketika petani pelosok. Selain itu, kebijakan penambahan
berperan sebagai konsumen beras, di mana penyaluran rastra sampai bulan ke-13 dan ke-14
harga eceran beras domestik cenderung tinggi/ perlu disesuaikan secara terus-menerus antara
mahal sehingga sulit dijangkau, khususnya stok beras Bulog dengan perubahan iklim saat
oleh petani kecil/miskin. Banyak pihak menilai itu35, dan (c) pemerintah juga perlu lebih tegas
kegagalan operasi pasar yang dilakukan oleh untuk segera mendirikan kelembagaan Badan
Bulog dikarenakan waktunya tidak tepat, di Pangan Nasional sebagaimana amanat Pasal
mana dilakukan pada saat harga beras sudah 126-129 Undang-Undang Nomor 18 Tahun
naik tajam dan rendahnya pengawasan distribusi 2012 Tentang Pangan.36
beras operasi pasar terbuka (OPT) tersebut.34 2. Impor Beras Indonesia yang Semu
Berdasarkan kondisi tersebut, solusi yang
Impor beras dilakukan apabila penawaran
dapat ditempuh, antara lain (a) mempertegas
beras tidak mencukupi permintaannya. Namun
penugasan negara kepada Perum Bulog
sayangnya menurut Rosner and McCulloch37,
untuk melakukan pengadaan padi dan beras
data produksi dan konsumsi beras di Indonesia
dalam negeri, tidak secara ad hoc, tetapi
adalah kontroversial. Data konsumsi beras
lebih permanen, (b) kewajiban pelayanan
diestimasi dari survei rumah tangga yang
cenderung underestimate dibandingkan dengan
33

Bahan Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR RI dengan
Perum Bulog, Jakarta 17 September 2015. 35
Loc.Cit., Bustanul Arifin, “Soal Impor Beras 1,5 Juta Ton”.
34
Agust Supriadi, “Harga Naik, Pemerintah Gagal 36
Ibid., Bustanul Arifin, “Soal Impor Beras 1,5 Juta Ton”.
Antisipasi Paceklik Beras”, (http://www.cnnindonesia. 37
L. Peter Rosner and Neil McCulloch, “A Note on Rice
com/ekonomi/20150224162738-92-34494/harga-naik- Production, Consumption and Import Data in Indonesia”,
pemerintah-gagal-antisipasi-paceklik-beras/, diakses 08 Bulletin of Indonesian Economic Studies, Vol. 44, No. 1,
November 2015). 2008, p. 81.

Iwan Hermawan: Kebijakan Perberasan Indonesia dan Solidaritas Pangan ASEAN 111
data produksi beras yang cenderung overestimate. Oleh sebab itu, data produksi tersebut perlu
Kondisi tersebut pada akhirnya menghasilkan dikalibrasi dengan data konsumsi atau data
simpulan semu bahwa Indonesia sebagai negara hasil audit lahan sawah dan hasil pendataan
net exporter beras walaupun dalam kenyataannya industri penggilingan padi, walaupun surveinya
adalah negara net importer beras.38 tidak dilakukan setiap tahun. Pada tahun 2014,
Pada awal Juli 2015, berdasarkan angka berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional
ramalan pertama BPS, produksi padi mencapai bahwa konsumsi beras menurun menjadi
75,55 juta juta ton GKG atau meningkat 6,65 85,04 kg per kapita dari 90,10 kg per kapita
persen dibandingkan produksi padi pada tahun dibandingkan tahun 2011. Di sisi lain, konsumsi
2014 yang mencapai 70,8 juta ton atau setara 41 beras oleh rumah makan dan industri makanan-
juta ton beras. Jika konsumsi beras sebesar 114,12 minuman juga menurun menjadi 19,32 kg per
kg per kapita per tahun dan total konsumsi beras kapita dari 20,51 kg per kapita dibandingkan
untuk 253 juta penduduk diperkirakan 30 juta tahun 2011. Jadi rata-rata tingkat konsumsi
ton, maka seharusnya Indonesia mengalami beras sebesar 114,13 kg per kapita pada tahun
surplus beras lebih dari 10 juta ton. Apabila 2014 dan angka ini dianggap lebih realistis
menggunakan metode estimasi yang sama, dibandingkan dengan 139,15 kg per kapita
pada tahun 2014 Indonesia seharusnya surplus yang selama ini digunakan oleh pemerintah.40
beras sebesar 8,8 juta ton dan sebesar 9,5 juta Pada akhirnya, dengan akurasi data produksi
ton pada tahun 2013. Seandainya perhitungan dan konsumsi beras tersebut akan membantu
surplus beras itu tersebut benar, stok beras yang untuk menentukan kebijakan perberasan yang
dikuasai Perum Bulog, yang beredar di tengah sesuai, termasuk menetukan jumlah stok beras
masyarakat, dan yang dijadikan stok tahun yang diperlukan dalam mendukung stabilisasi
berjalan (carry-over stock) menjadi sangat besar. harga beras di dalam negeri. Menurut Menteri
Namun kenyataannya perhitungan estimasi Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution,
data produksi padi berasal dari perkalian data bahwa manfaat lain dari data stok beras yang
produktivitas (ton per hektar) dengan luas riil dan akurat akan mempersempit munculnya
panen (hektar). Sedangkan data produktivitas spekulasi beras, khususnya kartel impor beras.41
padi merupakan aproksimasi sampel lahan
petani 2,5 meter x 2,5 meter (ubinan) yang C. Solidaritas Pangan (Beras) Negara-
dilakukan petugas lapangan BPS bekerja sama Negara ASEAN
dengan kantor cabang dinas pertanian tanaman Volatilitas harga beras sebagai resultan
pangan atau dengan penyuluh pertanian lapang. dari pergerakan penawaran dan permintaan
Untuk data luas panen diperoleh dari metode disebabkan juga oleh kebijakan yang diambil
kira-kira sejauh mata memandang (eye estimate) negara-negara eksportir dan produser beras,
menggunakan sistem blok pengairan dan lain- khususnya di wilayah Asia Tenggara (price setter).
lain, bukan dari pengukuran riil. Oleh sebab itu, Pilihan kebijakan tersebut sangat dipengaruhi
bias data dapat terjadi pada metode ubinan yang pertimbangan politik di masing-masing negara.
tidak bebas dari sampling error dan non-sampling Kawasan Asia Tenggara, khususnya ASEAN,
error ataupun pada metode eye estimate yang merupakan daerah penghasil dan pengkonsumi
tidak lepas dari kepentingan tertentu (politik dan padi/beras terbesar di dunia, setelah Cina dan
birokrasi). Kondisi ini semakin diperparah apalagi India. Dua dari negara produsen dan eksportir
sistem pelaporan data dari lapangan melibatkan beras di dunia dikuasai oleh Thailand dan
petugas yang tidak memiliki kompetensi khusus Vietnam, sedangkan Indonesia dan Filipina
pengukuran variabel produksi pangan.39
40
Ibid., Bustanul Arifin, “Soal Impor Beras 1,5 Juta Ton”.
41
Artika Rachmi Farmita, “Ini Strategi Darmin Hadapi
38
Loc.Cit., Bustanul Arifin, “Soal Impor Beras 1,5 Juta Kartel Pangan”, (http://bisnis.tempo.co/read/news
Ton”. /2015/08/24/090694486/ini-strategi-darmin-hadapi-
39
Ibid., Bustanul Arifin, “Soal Impor Beras 1,5 Juta Ton”. kartel-pangan, diakses 26 September 2015).

112 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016


Tabel 1. Respon Kebijakan terhadap Krisis Pangan Global di Negara-Negara ASEAN

Kontrol Harga/
Kurangi Pajak/

Cash Transfers

Pangan untuk
(buffer stock)

Subsidi thd.
Tingkatkan

Konsumen

Makanan

Stimulasi
Produksi
Restriksi

Program
Bantuan
Pekerja

Pangan
Negara

Ekspor

Bergizi
Suplai
Tarif
CAM -  - - - - - - 
INO  - - - - -  - 
LAO    - - - - - 
PHI - -  - - -  - -
THA   - - - - - 
VIE - -  - - - - - 
MAL* -  -  - - - - 
MYA* - - - - - - - - 
SIN* -  - -  - - - -
Sumber: ADB, (2011: 17).
Keterangan: CAM: Kamboja, INO: Indonesia, LAO: Laos, PHI: Filipina, THA: Thailand, VIE: Vietnam,
MAL: Malaysia, MYA: Myanmar, dan SIN: Singapura.
*: data dari ADB, (2008: 31).

menjadi negara konsumen dan importir beras kebutuhan beras kepada negara-negara anggota
dengan kontribusi terbesar di dunia. Bahkan ASEAN.
Myanmar sebagai salah satu negara Cambodia, Pada Tabel 1 disajikan respon kebijakan
Laos, Myanmar, dan Vietnam (CLMV), negara-negara anggota ASEAN ketika terjadi
diprediksikan akan menjadi negara eksportir beras krisis pangan global dan strategi yang dipilihnya.
terbesar di dunia.42 Berdasarkan hasil perhitungan Respon kebijakan pangan tersebut dapat dianggap
self-suffiency ratio43 beras pada negara-negara merepresentasikan kebijakan perberasan karena
kontinental, seperti Thailand dan negara-negara beras masih mendominasi dalam menu makanan
CLMV memiliki nilai self-suffiency ratio relatif sehari-hari dan banyak negara ASEAN berusaha
lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara memastikan agar fluktuasi harga beras dalam
kepulauan, seperti Indonesia dan Filipina. Hal jangka pendek tidak memengaruhi masyarakat
ini karena negara-negara kontinental memiliki miskin dari kekurangan gizi.44 Pada umumnya
dukungan sumber daya alam (air dan delta sungai) negara-negara anggota ASEAN mengambil
yang lebih memadai untuk melakukan budidaya kebijakan menstimulasi produksi (padi/beras) di
padi dibandingkan negara-negara kepulauan. dalam negeri atau berswasembada pangan (beras)
Di sisi lain, ketika era Masyarakat Ekonomi dan cenderung menutup diri dari pasar beras
ASEAN bergulir, paradigma perdagangan beras internasional. Menurut Demeke, et al.45, negara-
dituntut untuk menjadi lebih terbuka (food
self-reliance). Hal ini tentu saja akan menjadi 44
Alexander C. Chandra and Lucky A. Lontoh, “Regional
pertimbangan bagi negara-negara importir, Food Security and Trade Policy in Southeast Asia: The
Role of ASEAN”, Series on Trade and Food Security-
termasuk Indonesia, untuk menggantungkan
Policy Brief 3, Trade Knowledge Network, 2010, p. 2.
42

V. Bruce J. Tolentino, “ASEAN Cooperation: Crucial 45
Mulat Demeke, Guendalina Pangrazio, and Materne Maetz,
to Global Food Security”, (http://irri.org/blogs/ bruce- “Country Responses to the Food Security Crisis: Nature
tolentino-s-blog/asean-cooperation-crucial-to-global- and Preliminary Implications of the Policies Pursued-
food-security, diakses 06 November 2015). Initiative on Soaring Food Prices”, Food and Agriculture
43
Formulasi Self Suffiency Ratio diadposi dari FAO. Organization of the United Nations, 2009, pp. 24-28.

Iwan Hermawan: Kebijakan Perberasan Indonesia dan Solidaritas Pangan ASEAN 113
negara eksportir pangan justru mengisolasi negara-negara net eksportir beras ASEAN
harga pangan (beras) domestiknya dari harga terhadap negara-negara lain di kawasan
dunia untuk melindungi konsumennya. ASEAN. Berbagai motif melatarbelakanginya,
Sedangkan negara-negara importir pangan, antara lain untuk menjaga status swasembada
seperti Indonesia dan Filipina, mengedepankan pangannya guna mencapai ketahanan pangan
upaya swasembada pangan untuk melindungi masing-masing negara dan juga aksi profit
produsen dan konsumennya. Oleh sebab taking dari kenaikan harga beras internasional
itu, tidak mengherankan apabila beras yang di saat terjadi krisis pangan global. Contohnya
diperdagangkan di pasar dunia menjadi relatif Pemerintah Kamboja awalnya melakukan
tipis.46 restriksi ekspor beras pada akhir Maret 2008,
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa lalu memutuskan merelaksasi kebijakan
solidaritas pangan (beras) ASEAN relatif ekspornya untuk memperoleh keuntungan dari
rendah karena masing-masing negara berusaha harga beras dunia yang tinggi.
melidungi kepentingan konsumen dan Kondisi tersebut menginisiasi kerja sama
produsen beras, khususnya saat krisis pangan pangan antara negara-negara anggota ASEAN.
terjadi. Pada Gambar 3 disajikan kalkulasi data Pada ASEAN Summit tahun 2008 disusun
yang memperkuat pernyataan tersebut melalui kerangka ASEAN Integrated Food Security
perkembangan ekspor dan impor beras yang (AIFS) dan Strategic Plan of Action on Food
dilakukan secara intra atau antarnegara-negara Security (SPA-FS) untuk tahun 2009-201347
di Asia Tenggara. Ketika terjadi krisis pangan dan direvisi hingga periode tahun 2015-2020.

Sumber: Comtrade, (diolah).


Gambar 3. Perkembangan Intra Ekspor dan Impor Beras
di Kawasan Negara-Negara Asia Tenggara Tahun 2006-2012

global tahun 2007/2008 dan tahun 2011/2012, Tujuan umumnya adalah untuk memastikan
tampak apabila secara umum ekspor beras ke ketahanan pangan dalam jangka panjang dan
wilayah ASEAN dari negara-negara produsen/ meningkatkan kesejahteraan petani di wilayah
eksportir beras ASEAN justru menurun. ASEAN. Momentum ini diperjelaskan melalui
Hal ini menunjukkan rentannya solidaritas ASEAN Summit keempat belas pada tahun
46
Eric J. Wailes and Eddie C. Chavez, “ASEAN and Global
Rice Situation and Outlook”, ADB Sustainable Development 47
ADB, “Food Security in Asia: The 2007-2008 Food Price
Working Paper Series No. 22, Asian Development Bank, Crisis”, (http://www.adb.org/features/has-world-learned-
Manila, 2012, p. 1.7. 2007-2008-food-price-crisis, diakses 21 Mei 2014).

114 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016


2009 di mana “food security as permanent and dan memonitor pasokan pemanfaatan komoditas
high policy priority” (Gambar 4). pangan utama secara efektif, dan (4) inovasi
AIFS terdiri dari empat komponen, yaitu (1) pertanian dengan strate­ gi utama meningkatkan
ketahanan pangan dan darurat pangan terhadap produksi pangan berkelanjutan, mendorong
kekurangan pangan dengan strategi utama investasi di sek­
tor pangan dan industri berbasis
penguatan pengaturan ketahanan pangan, (2) pertanian, serta identifikasi dan membahas isu
pertumbuhan perdagangan pangan berkelanjutan terkait ketahanan pangan. Versi revisi AIFS
dengan strategi utama meningkatkan perdagangan menambahkan satu komponen lagi, yaitu (5) nutrisi/

Komponen 1: Darurat/kekurangan pangan


ST 1: Penguatan pengaturan ketahanan pangan
(APTERR)

ASEAN Multi-Sectoral Framework on Climate Change and Food Security


Komponen 2: Pengembangan perdagangan pangan berkelanjutan
ST 2: Peningkatan perdagangan dan pasar pangan yang kondusif
ASEAN Integrated Food Security (AIFS)

Mitigation & Adaptation:


Komponen 3: Sistem informasi ketahanan pangan terintegrasi
ST 3: Penguatan sistem informasi ketahanan pangan
terintegrasi

(AFCC)
(AFSIS)

Komponen 4: Inovasi pertanian


ST 4: Penguatan produksi pangan berkelanjutan
ST 5: Mendorong investasi pangan dan industri berbasis pertanian
ST 6: Identifikasi dan membahas isu terkait ketahanan pangan

Komponen 5: Nutrisi yang mendukung pembangunan pertanian


ST 7: Penggunaan informasi nutrisi
ST 8: Identifikasi kebijakan, institusi, dan tata kelola nutrisi
ST 9: Mengembangkan dan menguatkan nutrisi

Sumber: Desker, et al.48 dan Minh49.


Keterangan: ST: startegic thrust, AFSIS: ASEAN Food Security Information System.
Gambar 4. Skema Ketahanan Pangan ASEAN Tahun 2015-2020
dan pasar pangan yang kondusif, (3) sistem informasi gizi yang dapat mendorong pertumbuhan pertanian
ketahanan pangan yang terintegrasi dengan strategi dengan strategi utama menggunaan informasi
utama memperkuat sistem informasi yang terintegrasi nutrisi untuk mendukung ketahanan pangan dan
untuk dapat memprediksikan, merencanakan, kebijakan pertanian, mengidentifikasi kebijakan,
institusi, dan tata kelola nutrisi guna mendukung
48
Barry Desker, Mely Caballero-Anthony, and Paul Teng, perkembangan pertanian, dan mengembangkan
“Thought/Issues Paper on ASEAN Food Security: serta menguatkan nutrisi dalam kebijakan pangan,
Towards a More Comprehensive Framework”, ERIA pertanian, dan kehutanan serta membangun
Discussion Paper Series 2013-20, October 2013, p. 21.
kapasitas untuk implementasi, monitoring, dan
49
Pham Quang Minh, “ASEAN Integrated Food Security
Framework & SPA-FS 2015-2020”, ASEAN Economic evaluasi. Seluruh sumber daya yang menggerakkan
Community Departement, ASEAN Secretariat, no year, AIFS berasal dari cost-sharing antara negara-
pp. 11-12.

Iwan Hermawan: Kebijakan Perberasan Indonesia dan Solidaritas Pangan ASEAN 115
negara anggota ASEAN, dialogue partners, dan mewujudkannya, contoh melalui perbaikan
donor agencies.50 Sedangkan tujuan pembentukan jaringan irigasi, penggunaan bibit bersertifikat,
SPA-FS adalah untuk mengamankan pasokan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), dan
pangan di kawasan ASEAN melalui peningkatan menggalakkan kembali penyuluhan pertanian.
produksi pangan, pengurangan kegagalan panen, Namun demikian, menurut Dawe,52 kondisi
peningkatan perdagangan, serta penciptakan pasar geografi Indonesia tidak mendukung hal tersebut.
yang kondusif, di mana seluruhnya digunakan Oleh sebab itu, kebijakan food self-reliance dengan
untuk menjamin stabilitas pangan di kawasan dan opsi impor beras menjadi opsi yang lebih realistis
untuk mengoperasionalkan pengaturan mengenai dan sekaligus dapat menjamin efektivitas kebijakan
darurat pangan kawasan. Selain beras, cakupan stabilisasi harga padi/beras di dalam negeri. Di
komoditas pangan lain adalah jagung, kedelai, sisi lain, trade off ketika hanya fokus pada upaya
gula, dan singkong. ASEAN Ministerial Meeting on memproduksi beras di dalam negeri maka subsektor
Agriculture and Forestry (AMAF), yang didukung lainnya akan terbengkelai. Hal ini terindikasi
oleh ASEAN Secretariat (ASEC) menjadi badan dengan adanya peningkatan pertumbuhan impor
yang bertanggung jawab terhadap implementasi pangan non-biji-bijian, seperti susu, mentega, telur,
SPA-FS tersebut. buah-buahan, sayuran, sapi, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, kerja sama pangan antara
D. Hubungan Kebijakan Perberasan negara-negara anggota ASEAN melalui AIFS
Indonesia dengan Solidaritas Pangan dan SPA-FS dapat menjadi sarana untuk
(Beras) ASEAN meningkatkan ketahanan pangan (beras) di
Evaluasi kebijakan perberasan Indonesia dalam negeri. Di antara kelima komponen AIFS,
dapat dilihat dari capaian ketahanan pangannya. komponen pertama sangat relevan dengan krisis
Berdasarkan laporan The Economist Intelligence pangan global dan pembentukan cadangan
Unit51 tahun 2015, bahwa ketahanan pangan pangan (beras) regional. Pemikiran tentang
Indonesia menduduki rangking ke 74 dari 109 cadangan beras regional telah lama digulirkan,
negara, atau rangking ke 15 dari 22 negara di yaitu saat Agreement on the ASEAN Food Security
kawasan Asia Pasifik, di bawah Singapura, Reserve yang ditandatangani di New York pada 4
Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Oktober 1979, di mana mengatur dan menetapkan
Rangking tersebut menurun dari tahun 2014 yang jumlah total bahan pangan dasar, khususnya
menduduki ke 72. Hal ini menunjukkan apabila beras, dari masing-masing negara ASEAN sebagai
tingkat ketahanan pangan Indonesia relatif rendah, bagian kebijakan nasionalnya, termasuk jumlah
baik dalam kaitannya dengan keterjangkauan, komit­men dari beras yang dicadangkan masing-
ketersediaan, dan kualitas serta keamanan pangan. masing negara anggota ASEAN dan digunakan
Terminologi pangan di sini mencakup pula dalam situasi krisis (ASEAN Emergency Rice
beras dan di Indonesia pengeluaran untuk beras Reserve (AERR)). Perkembangan selanjutnya
masih relatif besar sehingga ketahanan pangan muncul pilot project berupa East Asia Emergency
tersebut dapat pula menjadi proksi dari ketahanan Rice Reserve (EAERR)53 dari pertemuan ASEAN
beras. Pemerintah Indonesia saat ini fokus
pada upaya penyediaan beras dari dalam negeri 52
Loc.Cit., David Dawe, p. 115.
53
Pada pertemuan ASEAN Ministers on Agriculture and
guna mencapai swasembada beras sebagaimana
Forestry dengan negara ASEAN+3 (Jepang, China, dan
dituangkan di dalam Undang-Undang No. 18 Korea Selatan) di Laos pada Oktober 2002, disepakati
Tahun 2012 tentang Pangan. Berbagai kebijakan pilot project berupa East Asia Emergency Rice Reserve
pertanian dan non-pertanian diarahkan untuk (EAERR) berjangka waktu tiga ta­hun untuk memastikan
ketersediaan pangan saat situasi bencana di kawasan.
50
Ibid., Pham Quang Minh, pp. 11-12. Masa kerja EAERR berakhir pada 28 Februari 2010.
51
The Economist Intelligence Unit, Global Food Security Namun demikian, sesuai dengan hasil pertemuan ke-6
Index 2015, An Annual Measure of the State of Global AMAF+3 di Singapura pada 16 November 2006 per­
Food Security, (London, New York, and Hongkong: The temuan merekomendasikan transformasi EAERR menjadi
Economist Intelligence Unit, 2015), p. 10. ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR).

116 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016


Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF+3) ton. Komitmen ini akan ditinjau secara berkala
di Laos pada Oktober 2002. Indonesia telah dengan mempertimbangkan kondisi pangan
menerima manfaat dari proyek ini ketika di kawasan dan ketersediaan beras setiap
membantu korban banjir di Jawa Tengah dan negara. Setiap perubahan cadangan beras harus
Jawa Timur pada tahun 2008. Kemudian pada menda­pat persetujuan AMAF+3. Komitmen
pertemuan ke-6 AMAF+3 di Singapura pada beras ini berupa virtual, di mana setiap negara
16 November 2006, merekomendasikan untuk diharapkan menghor­mati komitmennya dalam
mentransformasi EAERR menjadi ASEAN penyediaan beras saat kondisi darurat.
Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR)
seiring dengan berakhirnya masa kerja III. KESIMPULAN
EAERR. Persetujuan pembentukan APTERR Kebijakan perberasan Indonesia
ditandatangani pada pertemuan ke-11 AMAF+3 berkembang sangat dinamis dari satu rezim
pada 7 Oktober 2011. APTERR mulai berlaku ke rezim pemerintahan lainnya. Berbagai
pada 12 Juli 2012 menyusul diterimanya Piagam pengalaman sejarah tersebut dapat menjadi
Ratifikasi dari enam negara ASEAN (Kamboja, pertimbangan dalam pembuatan kebijakan
Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan perberasan di masa mendatang, khususnya
Vietnam) dan Jepang. untuk kembali memprioritaskan pembangunan
Indonesia telah meratifikasi persetujuan sektor pertanian dan wilayah perdesaan secara
APTERR tersebut melalui Peraturan Presiden konsisten dan nyata. Kebijakan stabilisasi
No. 62 Tahun 2012 tentang Pengesahan harga padi/beras menjadi kebijakan esensial
ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve yang digunakan untuk mendukung pencapaian
Agreement (Persetujuan Cadangan Beras swasembada beras dan ketahanan pangan.
Darurat ASEAN Plus Tiga).54 Bagi Indonesia, Keberpihakan ini memiliki arti penting karena
APTERR dapat berperan sebagai sarana untuk berkaitan erat dengan dimensi kemiskinan
mengatasi kelebihan pangan, fluktu­asi produksi yang notabene memiliki potensi sebagai sumber
akibat berbagai hal (iklim dan hama), sumber instabilitas pemerintahan. Oleh sebab itu, upaya
ketersediaan pangan, dan sumber pemasaran revitalisasi peran Bulog melalui pembentukan
pangan dalam rangka memperkuat ketahanan badan pangan nasional dan akurasi data
pangan domestik. Namun menurut Desker, et perberasan menjadi prasyarat bagi efektivitas
al.,55 kendala utama yang dihadapi APTERR kebijakan perberasan nasional.
saat ini adalah jumlah stok beras yang relatif Perubahan lingkungan eksternal yang
kecil, yaitu sekitar 787.000 ton, sementara bergeser ke paradigma outward looking oriented
kebutuhan konsumsi beras di Kawasan Asia telah membuka kesempatan bagi peningkatan
Tenggara dan Asia Timur diperkirakan sebesar sisi ketersediaan beras dari pasar regional
542.000 ton per hari. Hal ini berarti bahwa stok ASEAN. Trade off antara impor (atau ekspor)
beras APTERR hanya dapat digunakan untuk beras dan produktivitas padi/beras dalam negeri
memenuhi kebutuhan konsumsi kurang dari menjadi pertimbangan penting dalam kaitannya
dua hari. Padahal kebutuhan jumlah cadangan untuk meningkatkan kerja sama pangan (beras)
pangan ideal adalah paling sedikit cukup dengan negara-negara ASEAN. Solidaritas
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi satu pangan ASEAN yang relatif rendah pada saat
hingga dua minggu. Oleh sebab itu, ASEAN krisis pangan menjadi catatan penting bagi
sepakat menjajaki peningkatan cadangan beras Indonesia agar tidak sepenuhnya bergantung
APTERR. Indonesia berkomitmen memberikan pada padi/beras dari negara lain. Optimalisasi
12.000 ton dan dapat dinaikkan menjadi 25.000 pengusahaan padi/beras di dalam negeri harus
54
“Menjaga Ketahanan Pangan di ASEAN”, Buletin tetap dilakukan dengan tanpa memaksakan diri
Komunitas ASEAN, Edisi 3, November 2013, hal. 28. mengalokasikan seluruh sumber daya hanya
55
Op.Cit., Barry Desker, Mely Caballero-Anthony, and Paul pada kebijakan swasembada beras.
Teng, pp. 22-23.

Iwan Hermawan: Kebijakan Perberasan Indonesia dan Solidaritas Pangan ASEAN 117
DAFTAR PUSTAKA McCulloch, N. and Timmer, C. P. “Rice Policy
in Indonesia: A Special Issue”. Bulletin of
Indonesian Economic Studies, Vol. 44, No. 1,
2008, pp. 33-44.
Buku Rosner, L. P. and McCulloch, N. “A Note on
Leo, A. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Rice Production, Consumption and Import
Alfabeta, 2008. Data in Indonesia”. Bulletin of Indonesian
Pranolo, T. LoI-IMF dan Implikasinya terhadap Economic Studies, Vol. 44, No. 1, 2008, pp.
Peranan Bulog. Kumpulan Naskah dalam 81-92.
Rangka Menyambut 35 Tahun Bulog. Bulog:
Pergulatan dalam Pemantapan Peranan dan Makalah dan Working Paper
Penyesuaian Kelembagaan. Bogor: IPB Press, Chandra, A. C. and Lontoh, L. A. “Regional
2002. Food Security and Trade Policy in Southeast
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Asia: The Role of ASEAN”. Series on Trade
Buletin Konsumsi Pangan, Vol. 5, No. 1 and Food Security-Policy Brief 3, Trade
Tahun 2014. Jakarta: Sekjen Kementerian Knowledge Network, 2010.
Pertanian, 2014. Demeke, M., Pangrazio, G., and Maetz, M.
Puspoyo, W. Bulog dan Beras: Bias-Bias Cara “Country Responses to the Food Security
Pandang terhadap Peranannya. Kumpulan Crisis: Nature and Preliminary Implications
Naskah dalam Rangka Menyambut 35 Tahun of the Policies Pursued-Initiative on
Bulog. Bulog: Pergulatan dalam Pemantapan Soaring Food Prices”. Food and Agriculture
Peranan dan Penyesuaian Kelembagaan. Organization of the United Nations, 2009.
Bogor: IPB Press, 2002. Desker, B., Caballero-Anthony, M., and Teng,
The Economist Intelligence Unit. Global Food P. “Thought/Issues Paper on ASEAN Food
Security Index, An Annual Measure of the Security: Towards A More Comprehensive
State of Global Food Security. London, Framework”. ERIA Discussion Paper Series
New York, Hong Kong, and Geneva: The 2013-20, October 2013.
Economist Intelligence Unit, 2014 and Minh, P. Q. “ASEAN Integrated Food
2015. Security Framework & SPA-FS 2015-
Wahab, S. A. Analisis Kebijaksanaan dari 2020”. ASEAN Economic Community
Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Departement, ASEAN Secretariat, no year.
Negara. Edisi Kedua. Jakarta: PT Bumi Tambunan, T. “Ketahanan Pangan di Indonesia,
Aksara, 2008. Mengidentifikasi Beberapa Penyebab”.
Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas
Jurnal Trisakti, Agustus 2008.
Dawe, D. “Can Indonesia Trust The World Rice Tambunan, T. “Ketahanan Pangan di
Market?”. Bulletin of Indonesian Economic Indonesia Inti Permasalahan dan Alternatif
Studies, Vol. 44, No. 1, 2008, pp. 115-132 Solusinya”. Makalah untuk Kongres
Lihan, I. “Analisis Struktur Pasar Gabah dan ISEI, Mataram, 2008, (http://www.kadin-
Pasar Beras di Indonesia”. Jurnal NeO-Bis, indonesia.or.id/enm/images/dokumen/
Vol. 3, No. 2, Desember 2009, hal. 163- KADIN-98-2918-10062008.pdf, diakses 12
181. Oktober 2015).

118 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016


Timmer, C. P. “Food Security in Indonesia: bisnis Indonesia.com. “Tajuk Bisnis
Current Challenges and the Long-Run Indonesia: Mengejar Swasembada
Outlook”. Working Paper No. 48, Center Beras”. (http://koran.bisnis.com/
for Global Development, November 2004. read/20150519/245/434557/tajuk-bisnis-
Wailes, E. J. and Chavez, E. C. “ASEAN and indonesia-mengejar-swasembada-beras,
Global Rice Situation and Outlook”. ADB diakses 26 Juni 2015).
Sustainable Development Working Paper Darmayana, H. “Reformasi Agraria di Era Bung
Series No. 22, Asian Development Bank, Karno”. (http://www.berdikarionline.com
Manila, 2012. /reformasi-agraria-di-era-bung-karno/,
diakses 05 Februari 2016).
Tesis dan Disertasi Farmita, R. A. “Ini Strategi Darmin Hadapi
Suparmin. “Analisis Ekonomi Perberasan Kartel Pangan”. (http://bisnis.tempo.co/
Nasional: Peran Bulog dalam Stabilisasi read/news/2015/08/24/090694486/ini-
Harga Beras di Pasar Domestik”. Disertasi. strategi-darmin-hadapi-kartel-pangan,
Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2005. diakses 26 September 2015).
“Kebijakan Pangan”. (http://www.
Majalah dan Koran suaramerdeka.com/ harian/0802/04/nas04.
“Menjaga Ketahanan Pangan di ASEAN”. htm, diakses 04 Februari 2016).
Buletin Komunitas ASEAN, Edisi 3, “Komoditas Beras dan Garam Harus
November 2013. Swasembada”. (http://www.pikiran-
Saputri, D. S. dan Yudha, S. K. “Darmin: rakyat.com/ekonomi/2014/12/14/308401/
Kemiskinan sudah Diprediksi. Republika, komoditas-beras-dan-garam-harus-
17 September 2015. swasembada, diakses 05 Februari 2016).

Thomas, S. “Jangan Ada Dusta dalam Produksi Nugroho, S. A. dan Budiawati, A. D. “6


Beras”. Suara Pembaharuan, 6 Oktober Tahun Terakhir, Bulog Sempat Tak Impor
2015. Beras”. (http://bisnis.news.viva.co.id/
news/read/572805-6-tahun-terakhir---
bulog-sempat-tak-impor-beras, diakses 01
Portal November 2015).
Aria, P. “Tahun Lalu, Indonesia Impor Beras
“Politik Pangan Indonesia-Ketahanan Pangan
dari Lima Negara”. (http://bisnis.tempo.co
Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian”.
/read/news/2014/02/05/090551264/tahun-
(http://www.setneg.go.id/index.php?
lalu-indonesia-impor-beras-dari-lima-
option=com_content&task=view&
negara, diakses 01 November 2015).
id=6739, diakses 31 Januari 2016).
Arifin, B. “Soal Impor Beras 1,5 Juta Ton”.
Ritonga, R. “Kemiskinan dan Pembangunan
(http://bisniskeuangan.kompas.com/
Manusia”. (http://www.mediaindonesia.
read/2015/10/03/152421026/Soal.Impor.
com/mipagi/read/9108/Kemiskinan-dan-
Beras.1.5.Juta.Ton, diakses 12 Oktober
Pembangunan-Manusia/2015/03/10,
2015).
diakses 23 September 2015).
ADB. “Food Security in Asia: The 2007-2008
Satria, H. D. “Kebijakan Pemerintah yang
Food Price Crisis”. (http://www.adb.org /
Dimanfaatkan Spekulan”. (http://telusur.
features/has-world-learned-2007-2008-
metrotvnews.com/read/2015/06/07/133785/
food-price-crisis, diakses 21 Mei 2014).
kebijakan-pemerintah-yang-dimanfaatkan-
spekulan, diakses 01 November 2015).

Iwan Hermawan: Kebijakan Perberasan Indonesia dan Solidaritas Pangan ASEAN 119
“Setelah Swasembada Beras, Lalu Apa Urbaningrum, A. “Sisi Politik Beras”. (http://
Lagi?”. (http://nasional.kompas. nasional.sindonews.com/read/971262/18/
com/read/2008/12/16/09544795/ sisi-politik-beras-1425354377, diakses 12
setelahswasembada.beras.lalu.apa.lagi, Oktober 2015).
diakses 01 November 2015).
Tolentino, V. B. J. “ASEAN Cooperation:
Crucial to Global Food Security”. (http://
irri.org/blogs/bruce-tolentino-s-blog/
asean-cooperation-crucial-to-global-food-
security, diakses 06 November 2015).

120 Politica Vol. 7 No. 1 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai