Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN HARGA BERAS DITINJAU DARI DIMENSI PENENTU HARGA Hermanto, Saptana 31

KEBIJAKAN HARGA BERAS DITINJAU DARI DIMENSI PENENTU HARGA

Rice Price Policy Reviewed from the Dimensions of Price Diterminations


Hermanto, Saptana
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
Jalan Tentara Pelajar No. 3B, Cimanggu Bogor 16111, Jawa Barat, Indonesia
*Korespondensi penulis. E-mail: hermanto809@yahoo.com

Naskah diterima: 17 Februari 2017 Direvisi: 10 Maret 2017 Disetujui terbit: 4 Mei 2017

ABSTRACT

Rice is a staple food for most of Indonesian and becoming a quasi-public commodity. The government of
Indonesia is implementing rice price policies in achieving domestic rice price stability. Floor price policy aims at
protecting farm-gate price, while ceiling price aims at protecting price at consumers’ level. This paper aims to
discuss a conceptual review of rice price policies. The current rice price policies lead to policies that take into
account some dimensions of the determining factors, namely the dimensions of products, varieties, qualities, and
levels in marketing chain. Existing rice price policies were governed by the segmented regulations. A
comprehensive rice price policy is required to improve effectiveness and efficiency of the policies. It is necessary
to formulate a policy capable of harmonizing the relationship between producer farmers, processing industries,
marketing institutions, and consumers in a supply chain system.
Keywords: pricing policy, price stabilization, floor price, ceiling price, rice price

ABSTRAK

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia, sehingga beras merupakan
komoditas kuasi publik yang memiliki nilai strategis, baik dari aspek ekonomi, lingkungan hidup, sosial, dan politik.
Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga gabah/beras, pemerintah menerapkan kebijakan harga dasar dan harga
maksimum. Harga dasar ditujukan untuk melindungi petani sebagai produsen dari jatuhnya harga gabah saat panen
raya, sedangkan harga maksimum ditujukan untuk melindungi konsumen terutama dari lonjakan harga saat musim
paceklik. Tulisan ini bertujuan untuk membahas tinjauan konseptual kebijakan harga gabah/beras kaitannya
dengan beberapa dimensi penentu harga gabah/beras. Kebijakan harga gabah/beras pada saat ini sudah
mengarah pada kebijakan harga yang memperhatikan dimensi perbedaan bentuk, jenis, kualitas, dan tingkatan
dalam rantai pasar, namun belum memperhatikan dimensi musim panen. Kebijakan harga tersebut juga masih
diatur dalam peraturan dan perundangan yang terpisah pisah. Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas
di dalam mengimplementasikan kebijakan stabilisasi harga beras diperlukan kebijakan harga gabah/beras yang
komprehensif. Untuk itu perlu dirumuskan suatu kebijakan yang mampu melakukan harmonisasi hubungan antara
petani produsen, industri pengolahan, lembaga pemasaran, hingga ke tingkat konsumen dalam suatu rantai pasok
dan rantai nilai tambah yang efisien dan memberikan keuntungan yang wajar bagi masing-masing pihak.
Kata kunci: kebijakan harga, stabilisasi harga, harga dasar, harga maksimum, harga beras

PENDAHULUAN menjadikan Indonesia masih sebagai negara


pengimpor beras (Warra and Yusuf 2014). Impor
beras terus berlangsung hingga kini, meskipun
Bagi negara Indonesia dengan jumlah
saat ini terbatas digunakan untuk cadangan
penduduk lebih dari 259 juta (BPS 2013), padi
beras pemerintah. Demikian strategisnya
atau beras merupakan komoditas kuasi publik
komoditas beras, sehingga beras senantiasa
yang memiliki nilai strategis, baik dari aspek
menjadi perhatian pemerintah, khususnya
ekonomi, lingkungan hidup, sosial, dan politik.
menyangkut kebijakan peningkatan produksi,
Meskipun pernah mencapai angka swasembada,
distribusi, pemasaran, perdagangan inter-
tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa
nasional, dan stabilitas harga di pasar domestik.
produksi beras dalam negeri belum sepenuhnya
dapat mencukupi kebutuhan konsumen. Karakteristik produksi dan pemasaran
Akibatnya, impor beras masih terus terjadi, dan komoditas padi atau beras tergolong unik dan
32 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 31-43

tidak sama dengan produk-produk industri dan ribuan pulau, menjadikan dimensi permasalahan
jasa lainnya, menyebabkan banyak negara di beras bukan hanya pada jumlah ketersediaan
Asia, seperti Bangladesh, Philipina dan Pakistan dan harga saja, namun lebih kompleks lagi
menerapkan langkah perlindungan terhadap termasuk masalah keberagaman kualitas dan
petani produsennya (Sudaryanto dan Rachman jenis produk beras. Salah satu permasalahan
2000; Rachman et al. 2004). Pemerintah sangat pokok yang menjadi penghambat dalam
berkepentingan dalam mengendalikan stabilitas kebijakan stabilisasi harga beras adalah
pasokan dan harga beras melalui kebijakan keberagaman produk beras yang tidak
gabah/beras baik yang bersifat protektif maupun memungkinkan kebijakan dengan satu harga
yang bersifat promotif, yang kesemuanya (single price). Tulisan ini bertujuan untuk
mempunyai dampak langsung ataupun tidak membahas tinjauan konseptual kebijakan harga
langsung terhadap kesejahteraan para petani. gabah/beras kaitannya dengan beberapa
dimensi penentu harga gabah/beras yang secara
Pada kondisi tertentu, intervensi pemerintah
komprehensif dapat menjaga stabilitas harga
untuk menstabilkan harga gabah/beras
beras yang beragam spesifikasi dan kualitasnya.
bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi
distribusi dan pemasaran gabah dan beras
sekaligus meningkatkan kapasitas produksi padi
TINJAUAN KONSEPTUAL KEBIJAKAN
dalam negeri guna meningkatkan ketahanan
HARGA
pangan dan mendorong perekonomian
perdesaan. Berdasarkan kondisi tersebut,
berbagai kalangan menganggap bahwa Ekonom neo-klasik dengan tokoh-tokohnya,
kebijakan fasilitasi dan perlindungan pemerintah seperti Carl Menger, William Stanley Jevons, dan
bagi petani padi dinilai masih diperlukan. Leon Walras mengemukakan bahwa penetapan
harga, output, dan distribusi pendapatan dalam
Kebijakan perdagangan dan harga
pasar dilakukan melalui mekanisme permintaan
merupakan strategi yang paling umum dilakukan
dan penawaran (Djojohadikusumo 1991).
untuk memberi stimulasi dan mengendalikan
Asumsi dasar yang digunakan adalah bahwa
arah pembangunan ekonomi suatu negara.
setiap individu memaksimumkan utilitas dan
Terdapat banyak ragam kebijakan perdagangan maksimisasi keuntungan. Sebagai ilustrasi teori
dan harga antara lain kebijakan tarif, quota pilihan rasional (rational choice theory)
impor, lisensi impor, subsidi ekspor, aturan
mengemukakan bahwa individu-individu
kepabean, dan stabilisasi harga (Lindert dan
bertindak independen atas dasar informasi yang
Kindleberger 1993).
lengkap dan relevan.
Permasalahan distribusi dan pemasaran,
Secara teoritis permintaan di tingkat
serta harga komoditas pertanian pada dasarnya
konsumen dapat langsung berhadapan dengan
meliputi bagaimana menerjemahkan permintaan
penawaran disisi produsen (Williamson 1985;
dari konsumen kepada produsen dan
Dixit 1996; dan Hutagaol 2007). Asumsi pokonya
menginformasikan produk yang diproduksi oleh
adalah: pertama, perilaku individu bersifat
produsen kepada konsumen, penyaluran produk
rasional sempurna (perfectly rational). Hal ini
pertanian dan jasa-jasa pemasaran dari
mengandung dua makna, yaitu: (a) individu
produsen kepada konsumen serta menyelaras-
berperilaku memaksimumkan kepuasan
kan proses distribusi dan pemasaran akibat
(maximizing ulitity), dan (b) individu berperilaku
adanya dinamika permintaan pasar dan
mementingkan diri sendiri (individualistic).
preferensi konsumen (Sudiyono 2001; Saptana
Kedua, informasi bersifat sempurna dan produk
et al 2015). Efektivitas kebijakan stabilisasi harga
identik total. Informasi sempurna berimplikasi
pangan ditentukan oleh tersedianya informasi
pada pasar bersaing secara sempurna, tidak ada
yang lengkap mengenai volatilitas harga
biaya transaksi tercakup biaya pemasaran
komoditas yang bersangkutan (Sumaryanto
(costless), dan barang atau jasa disampaikan
2009).
tanpa memerlukan waktu (timeless). Produk
Pemenuhan kebutuhan dan stabilitas harga identik secara total mengandung arti bahwa
beras merupakan isu yang tetap relevan dari produk sama sekali tidak dapat dibedakan satu
waktu ke waktu, karena beras merupakan sama lain (homogen).
pangan pokok bagi penduduk Indonesia. Jumlah
Dalam realitasnya, informasi tidak sempurna
penduduk Indonesia yang besar dan tersebar di
dan perlu biaya untuk memperolehnya.
KEBIJAKAN HARGA BERAS DITINJAU DARI DIMENSI PENENTU HARGA Hermanto, Saptana 33

Transaksi ekonomi dihadapkan pada masalah 1992; Pope and Hallam 1986; dan Simatupang,
informasi asimetris, terjadi perilaku moral 2003). Argumen pokok pentingnya kebijakan
hazards, dan ongkos transaksi positif. Diantara pembangunan pertanian dirancang dengan
produsen dan konsumen dihubungkan oleh seksama melalui suatu analisis kebijakan yang
sistem tataniaga yang diperankan oleh pelaku komprehensif (Simatupang 2003).
tataniaga (Rahman, 1997). Pelaku tataniaga
Kebijakan pertanian yang diterapkan dapat
memperoleh imbalan sebesar perbedaan harga
berupa kebijakan nonharga maupun kebijakan
yang diterima produsen dengan harga yang
harga. Kebijakan nonharga dan harga untuk
dibayar konsumen. Perbedaan harga tersebut
komoditas padi telah lama diterapkan oleh
dikenal dengan istilah marjin tataniaga
pemerintah Indonesia guna meningkatkan
(marketing margin) yang terdiri atas biaya
produksi dan stabilisasi harga. Namun kebijakan
pemasaran (marketing cost) yang dikeluarkan
nonharga saja ternyata belum cukup untuk
pelaku tataniaga dan keuntungan pemasaran
mendorong petani meningkatkan produksi dan
(profit margin) yang diterima pelaku tataniaga
stabilitas harga. Pada puncak panen raya petani
(Tomeck dan Robinson 1990).
padi seringkali menerima harga di bawah biaya
Harga merupakan suatu nilai barang dan jasa produksi. Oleh sebab itu, pemerintah
yang mencerminkan keinginan konsumen mengkombinasikan antara kebijakan non-harga
membayar berdasarkan nilai utilitasnya dan dengan kebijakan harga (Sawit dan Halid 2010;
curahan sumber daya yang digunakan produsen dan Maulana 2012).
untuk menghasilkannya. Derajat utilitas dapat
Hurriyati (2005) menyatakan bahwa harga
digunakan untuk membeli sejumlah barang atau
mempunyai peranan penting dalam proses
jasa tertentu. Harga merupakan salah satu
pengambilan keputusan. Peranan alokasi dari
pertimbangan dalam pertukaran hak kepemilikan
harga adalah membantu para konsumen atau
yang merupakan dasar yang esensial dalam
pelanggan untuk memutuskan cara memperoleh
transaksi komersial. Harga dapat ditetapkan
manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan
dengan cara: (a) Harga pasti yang sudah
berdasarkan kekuatan daya belinya. Harga
ditentukan melalui kontrak, (b) Harga yang akan
memainkan peranan penting bagi perekonomian
datang (future price) yang ditentukan menurut
secara makro, konsumen dan perusahaan
formula yang disepakati bersama, (c) Harga
(Tjiptono dan Chandra 2012; dan Abadi 2016)
pasar yang ditentukan melaui proses tawar
yaitu: (a) Bagi perekonomian, harga sebuah
menawar antara para pihak yang berkepentingan
produk dapat berpengaruh terhadap tingkat
(produsen dan konsumen). Dalam perdagangan,
upah, sewa, bunga, laba serta faktor produksi
harga ditentukan oleh: (a) Kesediaan pembeli
seperti tenaga kerja, modal dan kewirausahaan,
untuk membayar (willingness to pay)
(b) Bagi konsumen, faktor harga bisa menjadi
barang/jasa, (b) Kesediaan penjual untuk
salah satu hal yang dijadikan pertimbangan
menerima pembayaran (willingness to accept)
dalam pembelian suatu produk, dan (c) Bagi
atas barang/jasa, dan (c) Kesediaan pesaing
perusahaan, harga merupakan salah satu
untuk melepas barang/jasanya.
bauran pemasaran yang mendatangkan
Hampir setiap negara menerapkan kebijakan pendapatan.
pembangunan pertanian guna meningkatkan
Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga
produksi hasil pertanian. Kebijakan dalam
gabah dan beras, salah satu instrumen kebijakan
pembangunan pertanian bersifat paradoksal
harga yang diterapkan pemerintah adalah
dan ada di mana-mana (Gardner, 1987; dan
kebijakan harga dasar dan harga maksimum.
Simatupang, 2003) atau agricultural policy is
Harga dasar ditujukan untuk melindungi petani
ubiquitous and contentious (Gardner 1987;
sebagai produsen dari jatuhnya harga gabah
dan Simatupang 2003). Di satu sisi, kebijakan
saat panen raya, sedangkan harga maksimum
pertanian sangat dibutuhkan, namun di sisi lain
ditujukan untuk melindungi konsumen terutama
setiap kebijakan pertanian dapat dijustifikasi
dari lonjakan harga saat musim paceklik. Konsep
dengan argumen yang berbeda-beda dan
harga dasar selanjutnya disesuaikan menjadi
dampaknya bersifat dilematis (Timmer et al. 1983;
harga dasar pembelian pemerintah (HDPP) per 1
dan Simatupang 2003). Kebijakan pertanian
Januari 2002 dan kemudian menjadi Harga
umumnya tergolong kebijakan redistributif atau
Pembelian Pemerintah (HPP) pada tahun 2005
Political Economic Seeking Transfers (PEST)
(Maulana, 2012). Konsep harga maksimum
sehingga merupakan isu ekonomi-politik (Rausser
34 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 31-43

kemudian dituangkan dalam kebijakan Harga giling (GKG); (b) penyimpanan gabah kering
Eceran Tertinggi (HET) yang tercantum dalam giling untuk menjaga kontinuitas pasokan; (c)
Peraturan Menteri Perdagangan No. 57/M- penggilingan merubah GKG menjadi beras; dan
DAG/PER/8/2017 tentang Penetapan Harga (d) pengemasan yang merubah dari beras curah
Eceran Tertinggi Beras. menjadi beras kemasan.
Esensi dari penerapan HPP adalah untuk Pengeringan secara alam dengan
memberikan insentif bagi petani padi dengan penjemuran melalui panas matahari banyak
cara memberikan jaminan harga di atas harga dilakukan oleh industri penggilingan skala kecil
keseimbangan, terutama pada saat panen raya. dan menengah. Pengeringan dengan
Melalui kebijakan HPP pemerintah menggunakan mesin pengering banyak
mengharapkan produksi padi dapat ditingkatkan dilakukan oleh industri penggilingan skala
untuk memenuhi kebutuhan pasokan dalam menengah dan besar. Tahapan pada proses
negeri, terciptanya stabilitas harga gabah dan pengeringan dengan menggunakan mesin
beras di pasaran, serta meningkatkan adalah intake, pembersihan pendahuluan (pre-
pendapatan petani padi. Kebijakan penetapan cleaning) dan pengeringan. Intake adalah proses
HPP gabah yang dilakukan selama ini penerimaan dan pemasukan gabah basah ke
berdasarkan kadar air dan kadar hampa, dalam satuan pengering. Pembersihan
sedangkan HPP beras adalah kadar air dan butir pendahuluan dimaksudkan untuk memisahkan
patah beras (Sawit 2010). kotoran-kotoran nonpadi seperti daun, tangkai,
gabah kosong dan lain-lainnya. Pada tahapan
Hasil kajian Maulana (2012) tentang prospek
kegiatan ini digunakan bahan baku GKP dan
implementasi kebijakan harga pembelian
dihasilkan GKG.
pemerintah (HPP) multikualitas untuk gabah dan
beras di Indonesia diperoleh beberapa temuan Gabah Kering Panen (GKP) adalah bentuk
pokok berikut: (a) Penetapan HPP untuk kualitas gabah yang belum diproses, dengan kadar air
tunggal yang selama ini diterapkan memang 25%. Para petani umumnya menjual hasil
telah berhasil melindungi petani dari fenomena produksinya dalam bentuk GKP. GKG adalah
anjloknya harga pada saat panen raya, namun bentuk gabah yang sudah dikeringkan dan
belum dapat meningkatkan kualitas gabah dan sudah siap digiling menjadi beras, pada
beras yang dihasilkan petani; (b) Kebijakan HPP umumnya berkadar air 14%. Melalui proses
multikualitas pada gabah diperkirakan mampu pengeringan diperoleh konversi dari GKP ke
meningkatkan produksi gabah dengan kualitas GKG sekitar 85%. Beras adalah bentuk gabah
lebih baik, keuntungan usaha tani melalui yang sudah digiling. Konversi GKG ke beras
peningkatan produktivitas, dan adanya insentif sekitar 62,24%, tergantung kualitas gabah,
petani meningkatkan kualitas gabah dan beras kondisi mesin penggilingan, dan operator mesin.
dari kualitas medium ke premium; dan (c) Beras diperdagangkan dari petani/penggilingan
Kebijakan HPP multikualitas pada beras diyakini ke Sub Divre/Divre Bulog, pedagang besar antar
mampu mendorong pedagang/industri penggiling wilayah ke pedagang besar pasar, sampai ke
padi untuk meningkatkan produksi beras pasar tingkat pengecer. Konsumen akhir,
berkualitas. konsumen institusi (hotel, restauran, dan
katering). dan konsumen rumah tangga, membeli
beras dari pedagang untuk diproses selanjutnya
BEBERAPA DIMENSI YANG MENENTUKAN menjadi bahan makanan yang siap dikonsumsi.
HARGA BERAS Konsumen antara (industri pengolahan makanan
dan minuman) membeli beras sebagai bahan
Perubahan Harga Gabah/Beras karena baku untuk pengolahan produk pangan
Perubahan Bentuk selanjutnya.

Perubahan harga karena perubahan bentuk Mengingat bahwa padi yang diproduksi petani
ini terjadi melalui kegiatan penanganan harus mengalami beberapa kali perubahan
pascapanen dan pengolahan hasil. Menurut bentuk sebelum menjadi bentuk akhir yang
Bulog (2017), aktivitas dalam industri dikonsumsi oleh konsumen akhir, dan bahwa
penggilingan padi dibedakan menjadi empat setiap tahapan proses perubahan bentuk padi
yaitu : (a) pengeringan, yang mengubah dari memerlukan biaya untuk pengolahan dan
gabah kering panen (GKP) menjadi gabah kering pembentukan nilai tambah, maka dalam
KEBIJAKAN HARGA BERAS DITINJAU DARI DIMENSI PENENTU HARGA Hermanto, Saptana 35

perumusan kebijakan harga gabah/beras harus Perbedaan Harga Beras menurut Kualitas
memperhatikan tingkat harga bagi masing-
Menurut Inpres No. 5 Tahun 2015 ditetapkan
masing bentuk gabah/beras. Penetapan harga
bahwa Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
gabah/beras salah satunya harus
Beras sebesar Rp7.300,- per kilogram di gudang
memperhitungkan biaya pengolahan dan
BULOG dengan kualitas: (a) Kadar air
penciptaan nilai tambah pada masing-masing
maksimum 14%, (b) Butir patah maksimum 20%,
tahapan proses perubahan bentuk gabah/beras.
(c) Kadar menir maksimum 2%, (d) Derajat sosoh
Pertimbangan tentang besarnya biaya
minimum 95%. Harga pembelian gabah/beras di
pengolahan gabah/beras dan penciptaan nilai
luar kualitas sebagaimana dimaksud dalam
tambah yang dapat memberikan insentif industri
Inpres tersebut ditetapkan oleh Menteri
pengolahan beras, merupakan salah satu faktor
Pertanian.
penentu efektifitas kebijakan pengendalian harga
melalui kebijakan Harga Pembelian Pemerintah Sebagai tindak lanjut dari Inpres No. 5 tahun
(HPP). 2015, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
Pemerintah mengeluarkan kebijakan Harga
05/Permentan/Pp.200/2/2016 tentang Perubah-
Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah dan
an Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor
beras melalui Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang
71/Permentan/Pp.200/12/2015 tentang
Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan
Pedoman Harga Pembelian Gabah dan Beras di
Penyaluran Beras oleh Pemerintah . Kebijakan
Luar Kualitas.
HPP gabah/beras tersebut mempunyai tujuan
untuk melindungi petani dengan cara Pada Tabel 1 dan Tabel 2 disajikan Harga
meningkatkan pendapatan petani melalui Pembelian Beras di luar kualitas di Gudang Bulog
pembelian gabah/beras petani dengan harga dan Harga Pembelian Beras Premium Plus di
tertentu, minimal sesuai HPP sehingga petani gudang Bulog.
memperoleh keuntungan yang layak. Kebijakan
Terlihat bahwa yang menjadi faktor pembeda
HPP gabah/beras telah mempertimbangkan
mutu beras pada kelompok beras di luar kualitas
perbedaan HPP gabah/beras menurut
adalah besarnya persentase butir patah beras.
bentuknya, yaitu GKP, GKG dan beras (BKP
Sementara itu, yang membedakan beras di luar
2015).

Tabel 1. Pedoman harga pembelian beras di luar kualitas di gudang Bulog

Kriteria (persentase)
Derajat Butir Butir Harga
No Kualitas mutu Kadar air
sosoh patah menir (Rp/Kg)
(min) (maks) (maks) (maks)
1 Premium I 95 14 10 2 7.700,00
2 Premium II 95 14 15 2 7.500,00
3 Medium (HPP) 95 14 20 2 7.300,00
4 Kualitas rendah 95 14 25 2 7.150,00
Sumber: Permentan No. 05/Permentan/Pp.200/2/2016

Tabel 2. Pedoman harga pembelian beras premium plus di gudang Bulog

Kriteria (persentase)
Derajat Butir Butir Harga
No Kualitas mutu Kadar air
sosoh patah menir (Rp/Kg)
(maks)
(min) (maks) (maks)
1 Premium plus I 100 14 10 1 9.000,00
2 Premium plus II 100 14 15 1 8.850,00
3 Premium plus III 100 14 20 1 8.600,00
Sumber: Permentan No. 05/Permentan/Pp.200/2/2016
36 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 31-43

kualitas dengan beras premium plus adalah pada Preferensi terhadap kualitas beras juga dapat
derajat sosoh, butir patah dan butir menir. Pada dilihat dari apakah beras yang dikonsumsi
beras di luar kualitas derajat sosoh minimum bermerk ataukah tidak. Sama dengan informasi
95%, butir patah maksimum 25%, dan butir menir di atas, responden rumah makan besar dan hotel
maksimum 2%. Pada beras premium plus derajat lebih banyak yang menggunakan beras bermerk.
sosoh minimum 100%, butir patah maksimum Beras bermerk sesungguhnya adalah beras lokal
20%, dan butir menir maksimum 1%. yang penjualannya dikemas khusus, dengan
harga yang sedikit lebih tinggi. Selanjutnya, dari
Hasil kajian Ditjen Dagri, Kemendag (2011)
sisi asal beras, sebagian besar responden
diperoleh bahwa dari sisi preferensi terhadap
mengkonsumsi beras lokal. Hal ini mudah
kualitas, sebagian besar preferensi konsumen
dipahami, karena di samping beras yang tersedia
menyatakan lebih memilih atau menyenangi
di pasaran memang dipenuhi beras lokal, namun
kualitas “medium”, karena harganya yang
kualitasnya juga tidak kalah dibandingkan
terjangkau. Hanya responden restauran/rumah
dengan beras eks impor. Informasi tentang
makan besar dan hotel terlihat lebih memilih
preferensi terhadap kualitas beras dari merek
beras pada tingkatan kualitas “tinggi”. Hal ini
dagang disajikan pada Tabel 4.
sesuai dengan kebutuhan konsumen
restauran/rumah makan yang lebih menyenangi Hasil kajian Kemendag (2015) tentang
beras kualitas tinggi (premium). Informasi secara pemetaan sentra produksi dan konsumsi serta
lengkap dan rinci disajikan pada Tabel 3. sistem informasi barang kebutuhan pokok pada

Tabel 3. Kualitas yang paling laku atau lebih disenangi oleh responden pelaku tataniaga, konsumen
institusi, dan konsumen

Tingkat kualitas (%)


Jenis responden
Rendah Medium Tinggi Total
Rumah tangga 6,1 82,4 11,5 100,0
Rumah makan besar 1,3 75,1 23,6 100,0
Rumah makan kecil 4,3 86,8 8,9 100,0
Hotel 1,4 70,0 29,4 100,0
Pengecer 10,2 74,0 15,6 100,0
Grosir 11,4 69,1 19,5 100,0
Petani 9,8 81,2 9,0 100,0
KUD 5,6 80,0 15,2 100,0
RTU 9,8 84,0 6,3 100,0
Industri 7,5 85,2 7,3 100,0
Sumber: Ditjen Dagri, Kemendag (2011)

Tabel 4. Kualitas yang paling laku atau lebih disenangi oleh responden pelaku tataniaga dan
konsumen berdasarkan kemasan dan asal beras

Jenis berdasar kemasan (%) Asal beras (%)


Wilayah
Tidak Bermerk Total Lokal Impor lainnya
Rumah tangga 51,4 48,6 100,0 98,0 2,0 100,0
Rumah makan besar 35,7 64,.3 100,0 98,3 1,7 100,0
Rumah makan kecil' 6,4 53,7 100,0 98,5 1,5 100,0
Hotel 32,3 67,7 100,0 97,4 2,6 100,0
Petani 74,8 25,2 100,0 -
RTU 53,8 46,2 100,0 98,6 1,4 100,0
Sumber: Ditjen Dagri, Kemendag (2011)
KEBIJAKAN HARGA BERAS DITINJAU DARI DIMENSI PENENTU HARGA Hermanto, Saptana 37

bulan September hingga November 2015 kegunaan, kesenangan yang berhubungan


menyimpulkan bahwa harga harian beras dengan indera, dan nonmaterial seperti
medium cenderung sedikit menurun, sedangkan kesehatan dan kemudahan serta kenyamanan.
harga beras premium cenderung terus
Dalam perdagangan dikenal berbagai jenis
meningkat. Selang harga terendah dan tertinggi
beras yang masing-masing mempunyai harga
beras premium jauh lebih lebar dibandingkan
yang berbeda: (a) Beras aromatic, beras yang
beras medium. Harga eceran beras medium
nasinya mempunyai aroma wangi seperti
berada pada selang Rp9.129–9.338 per kg.
Pandan Wangi, Beras Cianjur, Yasmin Rice, dan
Harga jual beras premium bervariasi dari yang
Homali Rice; (b) Beras dengan tekstur yang
terendah sebesar Rp15.000 dan tertinggi
berbeda seperti beras pera (beras Siam Unus,
sebesar Rp30.000 per kg.
dan Barek Solok) dan beras pulen (beras
Rojolele, beras Cianjur, Japonica Rice, dan beras
Keragaman kualitas beras dan perbedaan
ketan); (c) Beras fungsional seperti beras
perilaku harga antar kelas kualitas beras di pasar
Paraboiled Rice yang umumnya dikonsumsi oleh
domestik inilah yang melatarbelakangi kebijakan
penderita penyakit Diabetes Melitus (DM); (d)
pengendalian harga beras di pasar dalam negeri
Beras berwarna seperti beras merah, dan beras
yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri
hitam; (e) Beras organik yaitu beras yang
Perdagangan No 57/M-DAG/PER/8/ 2017
ditanam dengan sitem organik (tanpa
tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi
menggunakan input yang berasal dari bahan an-
(HET) Beras. Peraturan Menteri Perdagangan
organik); dan (f) Beras umum yaitu beras yang
tersebut memuat HET beras ditetapkan
umum diperjualbelikan di pasar yang harganya
berdasarkan kualitas medium dan premium,
ditentukan oleh kualitasnya.
serta wilayah penjualan. Adapun yang dimaksud
dengan beras medium adalah beras yang Seringkali beras fungsional untuk memenuhi
mempunyai derajat sosoh minimal 95%, kadar air kebutuhan tertentu harus di impor dari luar negeri
maksimal 14%, dan butir patah maksimal 25%. dengan mekanisme yang berbeda. Impor beras
Sedangkan beras premium adalah beras yang jenis tertentu dilakukan untuk memenuhi
mempunyai derajat sosoh minimal 95%, kadar air keperluan terkait dengan penggunaan beras
maksimal 14%, dan butir patah maksimal 15%. untuk kesehatan/dietary, konsumen atau
segmen tertentu, yang tidak atau belum
sepenuhnya dapat dipenuhi dari produksi dalam
Perbedaan Harga karena Perbedaan Jenis
negeri (Ditjen P2HP 2014). Kebijakan yang
Beras
diterapkan adalah jumlah yang diimpor harus
Menurut Engel et al. (1994), keunikan suatu sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh
produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen khusus tersebut, sehingga
konsumen atau pelanggan. Keunikan suatu keberadaan beras khusus tidak mengganggu
produk dapat terlihat dari atribut-atribut yang stabilitas perberasan nasional.
dimiliki oleh suatu produk termasuk produk
Negara produsen beras jenis tertentu cukup
beras. Dengan demikian atribut produk beras
banyak, terutama beras jenis Japonica sudah
adalah karakteristik produk beras yang berfungsi
dapat diproduksi dibanyak negara. Selama ini
sebagai atribut evaluatif selama pengambilan
Indonesia mengimpor beras Thai Hom Mali dari
keputusan di mana atribut tersebut tergantung
Thailand dan Vietnam, serta impor beras
pada jenis produk beras dan tujuannya. Atribut
Japonika dari Australia, India, Italy, Jepang,
produk beras terdiri dari tiga tipe, yaitu ciri-ciri
Korea, Taiwan, Amerika Serikat dan Vietnam.
atau rupa (features) tercakup rasa, fungsi, dan
Selain itu, Indonesia juga mengimpor beras
manfaat. Atribut pada tipe ciri-ciri dapat berupa
Basmati dari India dan Pakistan.
ukuran, bentuk, karakteristik suatu produk (rasa,
warna, harga), komponen atau bagian- Beras Japonica banyak ditanam dan
bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, dikonsumsi di daerah iklim tropis, yaitu di
servis atau jasa, penampilan, harga, susunan Australia, China, Taiwan, the European Union
maupun trademark atau tanda merek dan lain- (EU), Japan, Korea, Russia, Turkey dan Amerika
lain. Atribut fungsi dapat berupa sumber Serikat (California State). Secara keseluruhan
karbohidrat dan sumber protein, rendah kalori rata-rata produksi beras Japonica pada periode
untuk penderita diabetes, mengandung zat gizi 2000-2005 sekitar 80 juta ton atau 13% dari
tertentu. Sementara tipe manfaat dapat berupa
38 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 31-43

produksi beras dunia (Ditjen P2HP Kementan Mutu Beras yang menyatakan bahwa beras
2014). khusus terdiri atas beras ketan, beras merah,
beras hitam, dan beras khusus dengan
Beras Thai Hom Mali popular sebagai beras
persyaratan. Beras khusus dengan persyaratan
Jasmine, merupakan varietas original yang
terdiri atas beras untuk kesehatan, beras
dikembangkan oleh petani lokal Thailand
organik, beras yang mempunyai hak Indikasi
menjadi beras putih premium. Setiap tahun,
Geografis dan atau beras varietas lokal yang
Thailand memproduksi sekitar 3 juta ton beras
telah mendapatkan pelepasan oleh Menteri
Hom Mali atau 10% dari total produksi berasnya.
Pertanian, serta beras tertentu yang tidak dapat
Sekitar 75% diantaranya untuk konsumsi lokal
diproduksi di dalam negeri.
dan 25% untuk ekspor. Negara importir utama
beras Thai Hom Mali adalah negara di Asia dan
Amerika Serikat, masing-masing dengan pangsa Perbedaan Harga Beras menurut Tingkatan
60% and 20%. Sisanya 20% diekspor ke Eropa, dalam Rantai Pasar
Afrika, dan Oceania (Thai e-book 2011).
Stuktur pendistribusian gabah dan beras pada
Harga beras Basmati sangat mahal, sekitar daerah-daerah sentra produksi di Indonesia dari
US$ 1.348 per ton atau harga paritas impor produsen (petani) ke konsumen akhir sudah
Rp39.563 per/kg. Oleh karena itu, ekspor beras terbentuk dalam pola yang relatif stabil (Gambar
Basmati di pasar dunia direpresentasikan oleh 1). Gambar 1. memperlihatkan bahwa pelaku
nilai yang tinggi dan volume yang rendah. distribusi terdiri beberapa jenis pelaku rantai
Walaupun pertanaman Basmati terutama berada pasok dengan besaran skala kegiatan dan
di dua negara, yaitu India dan Pakistan, luasan jaringan yang berbeda. Pelaku rantai
perdagangan Basmati pada tahun 2008 pasok gabah dan beras terdiri atas petani,
mencapai sekitar 8,3% dari total perdagangan penebas padi, pedagang pengumpul, mitra
beras dunia dengan volume sekitar 2,45 juta ton kerja/KUD Perum Bulog, industri penggilingan
(Giroud dan Wajid 2009). padi/RMU, pedagang besar antar wilayah,
pedagang di pasar induk, dan pedagang
Ijin impor hanya diberikan pada importir yang
pengecer. Secara umum, terjadi aliran
melakukan impor langsung dari negara
komoditas gabah/beras secara spasial geografis
produsen, dengan kata lain tidak boleh
dari wilayah sentra produksi di desa menuju
mengimpor dari negara yang melakukan
pusat konsumsi di kota-kota, dimana konsumen
reekspor. Kebutuhan beras untuk keperluan
terkonsentrasi lebih besar.
tertentu akan dihitung mulai dari pengguna akhir,
kemudian kepada distributor dan importir. Dari Perbedaan harga beras menurut tingkatan
sekitar 100 pedagang beras di pasar beras pelaku tataniaga dalam rantai pasar terdiri atas
Cipinang, 20 orang diantaranya melakukan impor harga beras di tingkat penggilingan padi, harga
beras jenis tertentu (PT Food Station 2014), beras di tingkat pedagang pengumpul, harga
impor beras lainnya (beras medium) hanya boleh beras di tingkat pedagang besar (grosir) yang
dilakukan oleh Perum Bulog. Beras untuk biasanya beroperasi di pasar induk, harga beras
keperluan tertentu ini tidak diijinkan masuk ke di pasar tradisional (harga eceran), dan harga
pasar retail menengah ke bawah. beras di tingkat konsumen (harga yang dibayar
konsumen pada umumnya di tingkat
Keragaman jenis beras yang tersedia di pasar
kios/warung).
beras dalam negeri inilah yang melatarbelakangi
kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras Hasil kajian Indrawati (2013) tentang perilaku
yang dikeluarkan oleh Kementerian pedagang dalam pembentukan harga barang
Perdagangan melalui Peraturan Menteri kebutuhan pokok diperoleh beberapa temuan
Perdagangan No. 57/M-DAG/PER/8/2017 berikut: Pertama, harga ditingkat konsumen
tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi dipengaruhi oleh pola distribusi barang di suatu
Beras yang mengklasifikasikan beras menjadi daerah. Kedua, harga jual rata-rata pedagang
beras medium, beras premium dan beras pasar untuk masing-masing komoditas
khusus. Beras khusus dikecualikan dari tergantung dari keadaan pasokan barang,
ketetapan mengenai HET. Adapun ketentuan sedikit atau banyak dibandingkan pasokan
mengenai jenis beras khusus diatur dalam barang normal. Ketiga, secara umum, harga beli
Peraturan Menteri Pertanian No. rata-rata pedagang lima macam kebutuhan
31/PERMENTAN/PP.130/8/2017 tentang Kelas pokok pada saat pasokan barang sedikit naik
KEBIJAKAN HARGA BERAS DITINJAU DARI DIMENSI PENENTU HARGA Hermanto, Saptana 39

PETANI

Penebas Pedagang Pengumpul Mitra Kerja


Perum/KUD
Bulog

Pedagang Penampungan
(Industri Penggilingan Padi/RMU)

Divre/Sub Divre Perum


Bulog

Pedagang Besar Antar Pasar Induk /Kota


Wilayah

Pedagang Pengecer
(pengecer pasar, toko, kios
pengecer, warung)

KON SUMEN
(rumah tangga, rumah makan, hotel, dll)

Sumber: Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag, 2011 dimodifikasi penulis.


Gambar 1. Struktur umum distribusi beras/gabah dari petani hingga konsumen

sebesar 63,78% dari pasokan barang normal, Berdasarkan fenomena masih besarnya
dan pada saat pasokan barang banyak disparitas harga beras di tingkat produsen
dibandingkan harga normal harga beli rata-rata dengan harga beras di tingkat konsumen, serta
pedagang turun sebesar sebesar 28,13%. adanya perbedaan harga antara harga beras di
daerah sentra produksi di wilayah tertentu
Hasil kajian BPS (2016) menyimpulkan
dengan daerah konsumen di daerah perkotaan,
bahwa pola distribusi komoditas beras di
maka kebijakan penetapan HET beras sebagai
Indonesia belum efisien. Hal ini dinilai dari masih
mana diatur dalam Peraturan Menteri
relatif besarnya disparitas harga beras di tingkat
Perdagangan No. 57/M-DAG/PER/8/2017
produsen dengan harga beras di tingkat
tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi
konsumen. Masih sering terjadi kekurangan
Beras yang menetapkan HET beras pada tingkat
pasokan beras pada saat dibutuhkan terutama di
pengecer dengan mempertimbangkan
kota-kota besar. Secara keseluruhan jalur utama
perbedaan HET menurut wilayah penjualan.
distribusi perdagangan beras di Indonesia adalah
Pengaturan HET pada tingkat pengecer
melalui produsen – distributor – agen – pedagang
diharapkan disparitas harga antara harga beras
eceran – rumah tangga. Perolehan rata-rata
di tingkat produsen dengan harga di tingkat
margin perdagangan dan pengangkutan
konsumen dapat ditekan. Perbedaan HET antar
perdagangan besar dan perdagangan pengecer
wilayah disamping mempertimbangkan
komoditas beras di Indonesia masing-masing
perbedaan biaya produksi beras antar wilayah,
adalah 9,84% dan 11,35%.
40 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 31-43

juga memperhatikan perbedaan biaya pola produksi padi dalam negeri, dimana
pemasaran dan distribusi beras antar wilayah. pengadaan tertinggi terjadi pada periode puncak
panen padi bulan April-Mei, dan realisasi
pengadaan gabah/beras terendah terjadi pada
Perbedaan Harga Beras menurut Musim periode Januari-Februari. Selama 5 (lima) tahun
Berdasarkan kajian Komisi Pemberantasan terakhir (2009-2013), realisasi pengadaan beras
Korupsi (KPK) terhadap Kebijakan Subsidi Beras Perum Bulog pada kisaran 1,55-3,65 juta ton,
Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah dimana realisasi terendah terjadi pada tahun
(Raskin), salah satu hasilnya menyebutkan: 2011, dan tertinggi terjadi pada tahun 2012.
“Adanya kelemahan dalam kebijakan penetapan Tahun 2014, periode Januari-Juni, realisasi
HPP yang diatur dalam Inpres No.3/2012 tentang pengadaan gabah/beras oleh Perum Bulog
Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan mencapai 1,71 juta ton. Selama tahun 2009-
Penyaluran Beras oleh Pemerintah”. Terkait hal 2013, pengadaan beras untuk periode Januari-
itu, KPK merekomendasikan dua hal, yaitu (KPK, Juni pada kisaran 1,09-2,80 juta ton. Kondisi
2014; Sitepu, 2015): (1) Penetapan harga dan tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
spesifikasi untuk beras kualitas medium yang pengadaan pada Januari-Juni 2014 dibanding
ditetapkan flat sepanjang tahun menyulitkan tahun 2010 dan 2011.
Perum Bulog untuk menyerap beras kualitas Hasil kajian BKP (2015) menunjukkan bahwa
baik; dan (2) Kebijakan HPP cenderung tidak perkembangan harga GKP tingkat petani pada
mendorong petani untuk meningkatkan produksi musim panen raya MH (Februari-Mei) cenderung
beras kualitas baik. turun dan relatif lebih rendah dibanding periode
BKP (2015) melakukan kajian (review) lainnya. Hal ini disebabkan meningkatnya
terhadap kebijakan HPP gabah/beras dalam pasokan dan kondisi kualitas gabah yang
Inpres 3/2012, sekaligus untuk menanggapi cenderung turun. Sebaliknya, pada panen musim
rekomendasi kajian KPK. Hasil kajian gadu, harga GKP tingkat petani cenderung tinggi
menunjukkan bahwa realisasi pengadaan karena kualitas gabah yang lebih baik. Pola
gabah/beras oleh Perum Bulog sejalan dengan perkembangan harga beras kualitas rendah,

Sumber: BPS (2017)


Gambar 2 Perkembangan harga gabah dan beras, 2013 – 2017
KEBIJAKAN HARGA BERAS DITINJAU DARI DIMENSI PENENTU HARGA Hermanto, Saptana 41

beras medium, dan beras premium di tingkat secara terus menerus disempurnakan dan
pedagang grosir juga mengikuti pola disesuaikan dengan dinamika pasar domestik
perkembangan harga musiman gabah. dan pasar internasional. Kebijakan HPP lebih
ditujukan untuk melindungi harga gabah/beras di
Perbedaan harga gabah dan beras menurut
tingkat petani. Sedangkan kebijakan HET
musim ini merupakan indikasi tentang perlunya
penetapan HPP gabah/beras ataupun HET beras bertujuan untuk melindungi daya beli konsumen
yang mempertimbangkan perbedaan musim. terhadap produk beras sebagai bahan pangan
Walaupun demikian implementasi perbedaan pokok.
harga gabah/beras menurut musim dalam Pemerintah telah melakukan penyempurnaan
penentuan HPP dan HET beras ini perlu kebijakan HPP tunggal menjadi HPP
pengkajian lebih lanjut, mengingat penentuan multikualitas . Demikian halnya dengan
awal dan akhir musim di Indonesia bersifat ditetapkannya kebijakan HET beras yang sudah
spesifik lokasi. Hal yang mungkin dilakukan memperhatikan kualitas beras medium dan
adalah HPP dan HET ditentukan untuk masa kualitas beras premium serta wilayah
satu tahun. Jika harga pasar gabah/ beras pada penjualannya. Namun ketetapan mengenai
suatu saat berada di atas HPP atau HET, maka beras khusus dikecualikan dari kebijakan HET
Pemerintah dapat memberikan batas toleransi tersebut.
harga gabah/beras maksimal yang dapat dibeli
oleh Bulog, dan atau Pemerintah dapat Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
memberikan toleransi harga eceran tertinggi di efektifitas di dalam mengimplementasikan
mana Pemerintah dapat melakukan intervensi kebijakan stabilisasi harga beras, diperlukan
pasar. kebijakan harga yang tidak tersekmentasi
menurut berbagai aturan dan perundangan
Mengingat bahwa kebijakan HET umumnya
tentang perberasan. Diperlukan rumusan
dilakukan pada komoditas yang rantai pasoknya
kebijakan harga perberasan nasional yang
dikelola oleh Pemerintah, maka efektivitas
komprehensif dan mampu melakukan
kebijakan HET ini perlu dikaji secara terus
harmonisasi hubungan antara petani produsen,
menerus. Sebagai alternatif dapat
industri pengolahan, lembaga pemasaran,
dipertimbangkan tentang kemungkinan
hingga ke tingkat konsumen dalam suatu rantai
diterapkannya kebijakan Harga Acuan
pasok dan rantai nilai tambah yang efisien dan
Pemerintah (HAP) terhadap komoditas beras.
Kebijakan HAP lebih mengutamakan memberikan keuntungan yang wajar bagi
pengendalian harga dengan menggunakan masing-masing pihak. Kebijakan harga dimaksud
instrumen intervensi pasar, bukan dengan hendaknya juga memperhatikan beberapa
mengemukakan pendekatan hukum. dimensi yang beras, di antaranya dimensi:
perubahan bentuk perbedaan jenis, perbedaan
kualitas, tingkatan dalam rantai pasar, dan
PENUTUP perbedaan waktu musim panen.
Mengingat bahwa kebijakan HET umumnya
Di era perdagangan bebas, Indonesia dituntut dilakukan pada komoditas yang rantai pasoknya
untuk meningkatkan kapasitas produksi dan dikelola oleh Pemerintah, maka kebijakan HET
daya saing industri perberasan nasional. Salah ini efektivitasnya perlu dikaji. Sebagai alternatif
satu strategi untuk meningkatkan produksi dan dapat dipertimbangkan tentang kemungkinan di-
daya saing industri perberasan nasional adalah terapkannya kebijakan Harga Acuan Pemerintah
dengan menjaga stabilitas pasokan dan harga (HAP) terhadap komoditas beras. Kebijakan HAP
beras di pasar domestik. Kebijakan HPP dengan lebih mengutamakan pengendalian harga dengan
kualitas tunggal yang telah diterapkan selama 45 menggunakan instrumen intervensi pasar.
tahun telah terbukti mampu melindungi harga
gabah/beras petani dari fenomena anjloknya
harga pada saat panen raya dan menjaga UCAPAN TERIMA KASIH
stabilitas pasokan dan harga beras di pasar
domestik. Ucapan terima kasih di sampaikan kepada
Sebagai upaya untuk meningkatkan produksi, Kepala PSEKP yang telah memotivasi dan
pendapatan petani padi, daya saing gabah/beras memfasilitasi penulisan artikel ini. Ucapan terima
di pasar global, serta untuk menjaga stabilitas kasih juga disampaikan kepada Prof. (R). Dr. Ir.
harga beras domestik, kebijakan HPP yang Tahlim Sudaryanto, MS atas saran dan
dikombinasikan dengan kebijakan HET perlu masukannya.
42 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 31-43

DAFTAR PUSTAKA [FAO] Food and Agriculture Organization. 2014.


Innovation in family farming. The State of Food and
Agriculture 2014 IN BRIEF. Rome (IT): Food and
Adebayo O, Olagunju K. 2015. Impact of agricultural Agriculture Organization.
innovation on improved livelihood and productivity
outcomes among smallholder farmers in Rural Firdaus N. 2014. Pengentasan kemiskinan melalui
Nigeria. Working Paper No. 2015/07. A paper pendekatan kewirausahaan sosial. JEkondan
prepared for presentation at the 5th MSM 5th Pembangunan. 22(1):55-67.
Annual Research Conference Managing African
Ibnu M, Hutabarat B. 2012. Predicting technology
Agriculture: Markets, Linkages and Rural
adoption in paddy (rice) cultivation at Sukoharjo
Economic Development 4 September 2015, MSM,
and Wonokarto Village of Sekampung Subdistrict
Maastricht, The Netherlands. Netherlands (NL):
in East District of Lampung Province, Indonesia. J
German Development institute and the Austrian
Agro Ekon. 30(1):59 -79.
Foundation for Development Research.
[IFAD] International Fund for Agricultural
Affandi S, Wahab SA. 2009. Pembangunan daerah
Development. 2016. Rural Development Report
dan penanggulangan kemiskinan (studi kasus
2016. Rome (IT): International Fund for Agricultural
implementasi Proyek Pembinaan Peningkatan
Development.
Pendapatan Petani Dan Nelayan Kecil (P4K) di
Kabupaten Jombang). Wacana 10(1):37-53. [IFAD] International Fund for Agricultural
Development. 2016 Fostering Inclusive Rural
Aji P. 2015. Summary of Indonesia’s poverty analysis.
Transformation. Printed by Quintily, Rome, Italy,
ADB Papers on Indonesia No. 04, Oktober 2015.
September 2016. Rome (IT): International Fund for
Jakarta (ID): Asian Development Bank.
Agricultural Development.
Arif S, Widjanarko H. 2016. Multidimentional poverty of
Ikhsan M. 2010. Kebijakan ekonomi makro khususnya
farmers: results of participatory poverty
stabilisasi harga dan penanggulangan kemiskinan.
assessment in Gampong Cahya, Kabupaten in
Pidato pada Upacara Pengukuhan sebagai Guru
Ahrens, B (Editor). Smeru Research Report.
Besar Tetap Bidang Ilmu Ekonomi Fakultas
Jakarta (ID): Social Monitoring and Early Response
Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta, 27
Unit (SMERU).
November 2010. Jakarta (ID): Universitas
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Website BPS. Indonesia.
https://www.bps.go.id/ (Agustus, 2017).
Iryanti R. 2014. Kemiskinan dan ketimpangan di
Dhrifi A. 2014. Agricultural productivity and poverty indonesia: permasalahan dan tantangan. deputi
alleviation: what role for technological innovation. J kemiskinan, ketenagakerjaan, dan UKM. Jakarta
Econ Soc Stud. 4(1):139–158. (ID): Kementerian PPN/Bappenas (tidak
dipublikasikan).
Direktur Jenderal PPMD. 2015. “Kerja mengabdi
desa”, kebijakan kemendes dalam pemberdayaan Jima. 2013. Analisis Program PNPM Mandiri
masyarakat desa. Bahan pada Rakornas Program Pedesaan terhadap kesejahteraan masyarakat di
Pembinaan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Desa Karkitan Bayat Klaten. Benefit. J Manajdan
Pusat dan Daerah. Jakarta, 30 Juli 2015. Direktorat Bisnis 17(2):152-161.
Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Lovo S, Bezabih M, Singer G. 2015. Green agricultural
Masyarakat Desa. Kementerian Desa, Pem-
policies and poverty reduction. Grantham
bangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Research Institute Climate Change and the
Jakarta (ID): Kementerian Desa, Pembangunan
Environment and Global Green Institute. Seoul
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
(KR): Global Green Growth Institute
Ernada SEZ, Gaol H.L. 2015. Poverty alleviation
Nainggolan K, Harahap IM, Erdiman. 2014. Teknologi
programmes lessons from Indonesia. Paper
melipatgandakan produksi padi nasional. Jakarta
Presented to the 6th Meeting of COMCEC Poverty
(ID): Kompas Gramedia.
Alleviation Working Group Ankara, Turkey 10-11
September 2015. Jakarta (ID): Ministry of Social [OECD] Organisation for Economic Co-operation and
Affairs of the Republic of Indonesia (unpublished). Development. 2012. Innovation for development: A
discussion of The issues and an overview of work
[ESCAP] Economic and Social Commission for Asia
of the OECD Directorate For Science, Technology
and the Pacific. 2015. Reducing poverty through
And Industry. May 2012. Paris (FR): Organisation
sustainable agriculture. Paper presented in the
for Economic Co-operation and Development.
Economic and Social Council of The United Nation
General Assembly. Third session. Bangkok, 1-3 Perdana AA. 2014. Masa depan program
December 2015. Committee on Macroeconomic kesejahteraan sosial di Indonesia: dari subsidi
Policy, Poverty Reduction and Inclusive bahan bakar fosil hingga perlindungan sosial yang
Development. Bangkok (TH): Economic and Social lebih baik. Jakarta (ID): The International Institute
Commission for Asia and the Pacific. for Sustainable Development.
KEBIJAKAN HARGA BERAS DITINJAU DARI DIMENSI PENENTU HARGA Hermanto, Saptana 43

Prawoto N. 2009. Memahami kemiskinan dan strategi Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi
penanggulangannya. J Ekondan Studi Khusus Dies Natalis UNY. Yogyakarta (ID):
Pembangunan 9(1):56 ‐ 68. Universitas Negeri Yogyakarta.
Saptana, Wahyuning KS< Rusastra IW. 2014. Sutoyo. 2012. Alternarif pendidikan dalam program
Kemandirian pangan berbasis pengembangan pengembangan masyarakat. Makalah pada
masyarakat: pelajaran dari Program Pidra, SPFS, Seminar Teaching Vulnerable Youth in
Dan Desa Mapan di Nusa Tenggara Timur dan Unconventional Settings, Jakarta 14 Maret 2012 di
Jawa Barat. AnalKebijakan Pert12(2):119-141. Jakarta. Jakarta (ID): World Education (tidak
dipublikasikan).
Schneider K, Gugerty MK. 2011. Agricultural
productivity and poverty reduction: linkages and Ustama DD. 2009. Peranan pendidikan dalam
pathways. The Evans School Review 1(1):56–74. pengentasan kemiskinan. Dialogue, J Ilmu Adm
dan Kebijakan Pub. 6(1):1-12.
Setiyanto A. 2015. Kemiskinan rumah tangga
perdesaan lahan kering perkebunan. Dalam: Wolff J, Lamb E. Zur-Szpiro E. 2015. A philosophical
Irawan B, Ariningsih E, Pasandaran E. (eds.). review of poverty. Joseph Rowntree Foundation
Panel Petani Nasional, Rekonstruksi Peningkatan Report. June 2015. [Internet]. [cited 2017 Feb 20].
Kesejahteraan Petani. Jakarta (ID): IAARD Press. Available from: https://www.jrf.org.uk/report/
philosophical-review-poverty.
Sumarno. 2011. Peran pendidikan nonformal dan
informal dalam pendidikan karakter bangsa.

Anda mungkin juga menyukai