0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
112 tayangan12 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kesenjangan antara teori dan realitas kebijakan distribusi pangan di Indonesia, di mana teori kebijakan yang diajarkan di perguruan tinggi tidak selaras dengan kondisi nyata. Pilar-pilar kebijakan pangan yang berdasarkan teori runtuh sejak 1990-an akibat berbagai krisis. Diperlukan penyempurnaan kebijakan dengan mengintegrasikan seluruh kebijakan pertanian dan ekonomi mak
Deskripsi Asli:
Power point tentang Kesenjangan Antara Teori Dan Realitas Distribusi
Dokumen tersebut membahas tentang kesenjangan antara teori dan realitas kebijakan distribusi pangan di Indonesia, di mana teori kebijakan yang diajarkan di perguruan tinggi tidak selaras dengan kondisi nyata. Pilar-pilar kebijakan pangan yang berdasarkan teori runtuh sejak 1990-an akibat berbagai krisis. Diperlukan penyempurnaan kebijakan dengan mengintegrasikan seluruh kebijakan pertanian dan ekonomi mak
Dokumen tersebut membahas tentang kesenjangan antara teori dan realitas kebijakan distribusi pangan di Indonesia, di mana teori kebijakan yang diajarkan di perguruan tinggi tidak selaras dengan kondisi nyata. Pilar-pilar kebijakan pangan yang berdasarkan teori runtuh sejak 1990-an akibat berbagai krisis. Diperlukan penyempurnaan kebijakan dengan mengintegrasikan seluruh kebijakan pertanian dan ekonomi mak
Pangan Adanya kesenjangan (gap) antara teori dan realitas distribusi pangan, sebagai landasan untuk penyempurnaan kebijakan distribusi pangan dan aspek pertanian secara umum Landasan Teori Kebijakan Distribusi Masalah harga : Harga eceran beras umumnya meningkat pada musim tanam (Desember-Januari); musim kering/paceklik (Juni-Agustus), hari2 besar (Idul Fitri, Natal, Tahun Baru). Sewaktu-waktu harga gabah di tingkat petani anjlok, kadang di bawah biaya produksi padi. Landasan Teori • Instrumen kebijakan pangan yang dikenal dan dijalankan pemerintah dlm sejarah Indonesia modern adalah kebijakan harga dasar gabah (kini berganti nama “harga pembelian pemerintah”) dan kebijakan perlindungan konsumen melalui operasi pasar (kini berubah menjadi “beras untuk orang miskin”) • Kebijakan harga dasar adalah untuk melindungi petani akibat anjloknya harga yang lebih parah lagi karena kelebihan penawaran pada musim panen--- untuk menjaga stok pangan nasional dan stok penyangga (buffer stock) apabila sewaktu-waktu diperlukan • Instrumen kebijakan operasi pasar (dg basis teori harga atap) dimaksudkan untuk melindungi konsumen, terutama karena melambungnya harga eceran beras pada saat stok rumah tangga dan stok nasional menipis.
-Teori dasar kebijakan distribusi pangan ini
yang diajarkan di perguruan tinggi manapun di Indonesia. • Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atau 90% dari total volume produksi beras di Indonesia digunakan untuk konsumsi sendiri • Petani di Indonesia sebagian besar (76%) juga berfungsi sebagai net- consumer beras Keruntuhan Pilar Kebijakan Pangan • Landasan kebijakan pangan standar –mulai rentan sejak 1990 an. Kemudian runtuh, seiring runtuhnya orba thn 1998. • Bulog tidal lagi memiliki kekuatan monopoli baik dalam impor maupun dlm perdagangan domestik beras. • Sejak awal 1990an, terdapat beberapa pukulan: 1992-93 kemarau/kekeringan hebat dimana- mana; 1995-96 hama wereng/belalang di bbrp sentra produksi; 1997-98 El nino dan krisis moneter, krisis ekonomi multidimensional---gagal panen/rawan pangan, tercatat impor beras 5,8 juta ton (rekor tertinggi dlm sejarah Indonesia modern). • Setelah di desak utk memperbaharui kebijakan ttg beras: Pada akhir tahun 2001 Indonesia memiliki kebijakan beras yang dituangkan dlm Inpres No. 9/2001 yang diberlakukan Januari 2002. • Semangatnya tidak jauh berbeda dari kebijakan standar yg disebutkan di atas – Inpres terlalu umum dan tidak rinci mencakup tanggung jawab cakupan pekerjaan 15 instansi yg disebut di dalamnya. • Kesenjangan antara teori dan realitas terletak pada aspek rinci (detail) dari perjalanan kebijakan tersebut. Peta Distribusi Pangan • Daerah Defisit beras: Riau, Jambi, Bengkulu, DKI Jakarta, NTT, Kalteng, Kaltim, Kalbar, Maluku, Irian Jaya • Distribusi beras : Petani –PPD—Penggilingan Padi ---Grosir/Pengecer ---Konsumen • Petani ---Kelompok Tani --- KUD---Bulog– Pasar Perkotaan Upaya Membendung Arus Impor • Pemerintah secara terang-terangan mengenakan pajak impor atau bea masuk cukup tinggi bagi komoditas pangan dan pertanian penting • Apakah kesejahteraan petani akan terbantu ? (76% net consumer beras) Produksi komoditas yang memperoleh perlindungan tarif akan meningkat, sedangkan tk konsumsi akan berkurang. • Dampak pengenaan tarif thd harga beras tergantung stok yg dimiliki yg dimiliki pemerintah dan swasta Beberapa faktor yg menyebabkan ketidakefektifan adanya bea masuk impor • Buruknya administrasi ttg identitas importir – importir tdk resmi leluasa beroperasi • Adanya kartel perdagangan yang mengarah pada mafia impor beras – satu dua orang importir menguasai sekian banyak importir yg tersebar di beberapa tempat • Kuatnya indikasi penyelundupan impor beras. Penyempurnaan Kebijakan • Di sektor hulu dan paling strategis – integrasi seluruh kebijakan bidang pertanian dengan kebijakan ekonomi makro dan pemulihan ekonomi secara umum • Aspek distribusi– tindakan thd pelanggar aturan, insentif bagi investasi dan manajemen stok oleh swasta, restitusi pendapatan bagi pedagang dan bulog yg telah mengambil margin yg besar • Hilir, aspek konsumsi—penyempurnaan data base ttg data kaum miskin dan kelompok rawan pangan lainnya.