Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

Faktor Pendukung Dalam Ekonomi Pertanian

Faktor pendukung dalam ekonomi pertanian dapat dibedakan atas 2


bagian yaitu: pertama, menyangkut tentang kebijaksanaan penetapan harga dan
kedua, menyangkut kebijaksanaan bukan harga.

A. Kebijaksanaan Harga
Kebijaksanaan penetapan harga adalah wewenang pemerintah yang
diturunkan dalam bentuk peraturan dan keputusan pejabat berwenang, seperti
surat keputusan menteri atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu. tujuan
dilakukannya kebijaksanaan harga adalah untuk melindungi petani dan
menstabilkan perekonomian.
Dasar penetapan harga adalah hubungan antara input dengan output dalam
proses produksi suatu komoditas. Harga-harga komoditas yang ditetapkan
menyangkut barang-barang pokok, komoditas pangan, komoditas industri, serta
komoditas strategis lainnya. Komoditas strategis seperti BBM, komoditas
pangan, pupuk, dan lainnya, pemerintah masih memberi kebijaksanaan berbentuk
subsidi untuk membantu masyarakat yang tidak mampu.
Kebijaksanaan harga dalam bentuk peraturan pemerintah merupakan
kebijaksanaan harga dasar/harga lantai (floor price) dan harga tertinggi/harga atap
(ceiling price). Harga dasar bertujuan untuk menjaga agar harga pasar pada saat
panen tidak turun, supaya produsen bisa menerima hasilnya sesuai dengan harga
yang ditetapkan tersebut ialah harga dasar ditetapkan berdasarkan perhitungan
besarnya input yang ditanamkan untuk masing-masing komoditas yang
diusahakan.
Harga atap merupakan kisaran berdasarkan besarnya masukan yang
diberikan petani dalam proses produksi komoditas tersebut. Kebijaksanaan
penetapan harga dasar dan harga atap ini secara teoritis harus diiringi oleh
penampungan produk oleh pemerintah untuk menjaga jika terjadi lonjakan
produksi pada waktu panen raya.
Kebijaksanaan penetapan harga atap (harga maksimum) diperlukan pada
musim-musim paceklik, saat persediaan produksi terbatas untuk melindungi
produsen dari tekanan pasar yang tidak berfungsi sempurna.
1. Situasi pada Saat Panen Raya
Hukum ekonomi berlaku bila penawaran naik sementara
permintaan tetap maka harga akan turun. Hal tersbut terjadi pada saat
panen raya (harga turun ketika harga pasar berada dibawah harga
keseimbangan. Atau dilakukan kebijakan lain untuk meningkatkan harga
dasar menjadi lebih tinggi dari harga pasar.
Bila terjadi sesuatu yang menyebabkan pasar tidak berfungsi
dengan sempurna, maka dapat menyebabkan beberapa penyimpangan.
Contohnya: adanya unsur spekulasi barang atau komoditi pertanian;
resesi ekonomi yang sulit diduga sebelumnya atau faktor eksternalitas
lain yang tidak terduga.

2. Situasi Paceklik
Situasi paceklik merupakan kebalikan dari situasi panen raya.
Paceklik adalah produksi terbatas atau permintaan besar dari penawaran.
Hukum ekonomi yaitu harga menjadi lebih tinggi/naik dari harga dasar.
Pada situasi ini yang paling beruntung adalah produsen bisa mematok
harga jauh melebihi harga dasar. yang dirugikan yaitu konsumen akhir.
Bila harga di tingkat produsen melebihi harga atap maka di
tingkat konsumen akhir akan jauh lebih tinggi, karena diperhitungkan
biaya tata niaga dan margin tataniaga dari produsen sampai ke konsumen
akhir.
Untuk mengatasi hal diatas, pemerintah mengambil kebijakan
menetapkan harga atap (ceiling price) harus diikuti atau diimbangi
dengan melepas stok. Kelebihan produksi yang ditampung pemerintah
kemudian dilepas ke pasar, sehingga jumlah penawaran akan meningkat
mengimbangi permintaan dan harga bisa dijaga tetap stabil.

3. Operasi Bufferstock dan Impor


Di Indonesia terdapat Badan Urusan Logistik (BULOG) yang
mempunyai cabang di daerah (DOLOG = Depot Logistik) yang berfungsi
mengatasi permasalahan harga seperti contoh kasus diatas, terutama
komiditas pangan seperti padi, jagung atau kedelai, pemerintah harus
menyediakan dana dan stok barang agar produsen, pedagang dan
konsumen tidak dirugikan.
Kenyataannya program ini tidak mudah dilaksanakan karena
kondisi masing-masing daerah yang beragam. Bila persediaan pangan
dalam negeri kurang, Bulog harus segera memperbesar stok dengan
mengimpor dari luar negeri. Tetapi harus diperhatikan dan
dipertimbangkan harga yang berlaku, diluar maupun dalam negeri. Harus
diperhatikan harga di negara pengekspor atau harga pasar di dunia karena
jika komoditi tersebut dibawah naungan sekelompok negara kesepakatan
tertentu, misalnya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).
Perlu pula diperhatikan harga impor lebih murah dari harga dalam
negeri. Bila harga impor/harga di pasar dunia lebih murah dari harga
dalam negeri maka pemerintah untung. Tetapi sebaliknya bila harga
impor lebih mahal dari harga dalam negeri maka pemerintah rugi dan
pemerintah perlu memberikan subsidi impor. Maksud dari kebijakan
impor adalah untuk:
a. Memenuhi kebutuhan dalam negeri, baik jumlah maupun
ketetapan diperlukan untuk komoditi tersebut
b. Menjaga stabilitas harga pada tahapan yang riil, yang tidak
merugikan produsen dan tidak memberatkan konsumen
c. Menjaga ketahanan nasional di bidang pangan agar tidak terjadi
kekurangan persediaan pangan.
4. Beberapa Masalah
Beragamnya daerah dan wilayah serta kondisi negara kita maka
masalah yang timbul akan beragam pula. Misalnya di Aceh yang
merupakan daerah sentral produksi, sudah pasti tidak akan sama dengan
masalah yang muncul di Jawa atau sulawesi, dan sebaliknya masalah di
Jawa tidak akan sama dengan masalah di daerah lainnya.
Beberapa penulis dan pengamat ekonomi mengemukakan bahwa
masalah yang banyak ditemui sekitar pengelolaan kebijaksanaan
pertanian perangsang berproduksi, seperti kebijakan harga, antara lain
masalah:
a. penetapan harga dasar
b. waktu mengumumkan harga dasar
c. efektivitas kebijaksanaan harga, dan
d. penyuluhan harga dasar dan teknologi pascapanen.
Dalam praktek penetapan harga dasar, timbul masalah yang
berkaitan dengan keadaan daerah dalam wilayah negara kita. Harga yang
ditetapkan berlaku secara nasional, sementara pada beberapa daerah
harga yang berkembang dan berlaku untuk beberapa input produksi tidak
sama. Dasar penetapan harga dasar dan harga atap adalah besaran input
yang diberikan dan perkiraan hasil yang diperoleh dari proses produksi
suatu komoditas.
Perbedaan harga di beberapa daerah merupakan menyebabkan
perbedaan biaya dan masukan yang dibayarkan, sementara katakanlah
kuantitas produksi bisa sama.
Permasalahan lainnya adalah keragaman jenis tanah. Jenis tanah
yang beragam, tentu masukan usahatani yang dikehendaki beragam pula.
Karena perbedaan jenis tanah akan menyebabkan perbedaan kesuburan,
perbedaan keadaan fisik tanah akan mempunyai konsekuensi pada hasil
yang diperoleh serta masukan yang diberikan.
Kita tahu bahwa selama ini kebijaksanaan pemerintah selalu
merekomendasikan teknologi secara massa/nasional tanpa melihat dan
mempertimbangkan keadaan dan kesuburan tanah, faktor sosial dan
ekonomi daerah, yang sudah pasti hasil yang diperoleh tidak akan sama.

B. Kebijaksanaan Bukan Harga


Kebijaksanaan bukan harga meliputi pengadaan sarana dan prasarana
seperti infrastruktur, pengadaan jaringan irigasi, pelaksanaan program
intensifikasi, pembentukan kelembagaan, menggalang kemitraan, dll.
Infrastruktur sarana dan prasarana yang disediakan baik oleh pemerintah
ataupun oleh swasta untuk dimanfaatkan guna menunjang kegiatan proses
produksi dan proses pembangunan pertanian, seperti jalan, jembatan, pasar, lantai
jemur, gudang, dsb.
Program intensifikasi juga dibutuhkan dalam mendukung proses
pembangunan pertanian. Intensifikasi terutama untuk tanaman pangan dan
hortikultura telah dijalankan pemerintah melalui berbagai proyek seperti Bimas,
Inmas, Insus, Supra-Insus, Inbis, Opsus, dsb. Hasilnya dapat dilihat pada
pencapaian swasembada beras, peningkatan produksi jagung dan kedelai, dsb.
Pencapaian tersebut hanya dinikmati sesaat dan kemudian kita masih mengimpor
komoditas pangan dari luar negeri merupakan intensifikasi yang dilakukan
sampai sekarang belum memberikan manfaat yang sangat berarti bagi
pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai