Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Analisis Kebijakan Pertanian

Strategi & Kerangka Kebijakan Pertanian

Dosen:
Rilya Karuntu, S.P., M.Si

Oleh:
Kelompok 1
Inri Lotulung
Samuel Solung
Theofany Singal

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON


FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas hikmat dan
penyertaan-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Kami juga berterima kasih kepada Ibu. Rilya Karuntu, S.P., M.Si
selaku dosen mata kuliah ANALISIS KEBIJAKAN PERTANIAN yang ada di
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON Fakultas Pertanian yang
sudah memberikan tugas ini kepada kami.
Adapun materi yang telah diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan referensi internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan dan menyampaikan banyak terima
kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan saran dan
kritik, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan kami. Maka
dari itu, mengharapkan segala bentuk saran dan masukan serta kritik dari berbagai
pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

TOMOHON 27 MARET 2024

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................6
2.1Strategi & Kebijakan Pertanian……...................................

2.2 Kerangka Kerja & Implementasi Kebijakan Pertanian..…………...….. 6

2.3 Hubungan Antara .…………………....................................................... 12

- Strategi & Kerangka Kebijakan Pertanian

- Sistem Pasar & Peran Pemerintah

- Nilai Tukar & Pengaruhnya Pada Kesejahteraan

BAB III PENUTUP......................................................................................13


3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah Indonesia memasuki masa reformasi, kebijakan pertanian Indonesia juga


banyak berubah. Salah satu penyebabnya adalah adanya desentralisasi, pemerintah
pusat tidak lagi memegang penuh kendali atas daerah. Sebelumnya, pada tahun
1996 Indonesia juga ikut dalam perjanjian pertanian (agreement on agriculture)
yang dicetuskan oleh WTO sehingga kebijakan pertanian Indonesia mulai
mencoba searah jalan dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian tersebut salah
satunya adalah terkait dengan pengurangan domestic support untuk pertanian.
imbas dari krisis yang terjadi pada tahun 1998 juga membuat Indonesia
mengurangi berbagai bentuk subsidi terhadap sektor pertanian, kebijakan ini
bertahan hingga pertengahan dekade awal tahun 2000-an. Pada periode sekarang
ini isu ketahanana pangan kembali menjadi isu yang terus diperbincangkan,
pemerintah hampir setiap tahun mencanangkan untuk kembali bisa mencapai
swasembada pangan. Oleh karena itu, berbagai bentuk bantuan kembali giat
ditingkatkan salah satunya adalah subsdi untuk input pertaian seperti pupuk,
benih, dan alsintan (alat mesin pertanian). selain itu pemerintah lewat Bulog juga
aktif menjaga harga lewat kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) dimana
program ini dimaksudkan untuk melindungi petani ketika harga jatuh di pasaran.

Data dari OECD menunjukkan bahwa setelah tahun 2000 PSE Indonesia terus
naik. Meskipun sempat turun pada tahun 2008, akan tetapi turunnya ini
disebabkan karena adanya krisis finasial dunia dan kenaikan harga BBM yang
tinggi sehingga bantuan terhadap sektor pertanian menjadi terganggu. Pada tahun
2000 PSE Indonesia sebesar $1,7 miliar, kemudian pada tahun 2015 menjadi
$35,96 miliar atau naik hampir 20 kali lipat. Kenaikan paling stabil terjadi dalam
periode 2011 – 2015, dimana pada periode ini nilai PSE Indonesia naik rata-rata
17% per tahun.

4
1.2. Rumusan Masalah
 Strategi dalam kebijakan pertanian
 Kerangka & implementasi dalam kebijakan pertanian

1.3. Tujuan
 Dapat memahami bagaimana strategi dalam kebijakan pertanian.
 Mengetahui hubungan antara Hubungan Antara
 Strategi & Kerangka Kebijakan Pertanian
 Sistem Pasar & Peran Pemerintah
 Nilai Tukar & Pengaruhnya Pada Kesejahteraan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Stategi & Kerangka Kebijakan Pertanian


Kebijakan Pertanian adalah adalah serangkaian tindakan yang telah,
sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu.
Adapun tujuan umum kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian,
mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi
produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan kesejahteraan petani
meningkat. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, pemerintah baik di pusat maupun di
daerah mengeluarkan peraturan-peraturan tertentu; ada yang berbentuk Undang-
undang, Peraturan-peraturan Pemerintah, Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur
dan lainlain. Peraturan ini dapat dibagi menjadi dua kebijakan-kebijakan yang
bersifat pengatur (regulating policies) dan pembagian pendapatan yang lebih adil
merata (distributive policies).

 contoh dari Kebijakan yang bersifat pengaturan (regulating policies)


misalnya peraturan rayoneering dalam perdagangan/distribusi pupuk.
 contoh peraturan yang sifatnya mengatur pembagian pendapatan yang
lebih adil merata (distributive policies) adalah penentuan harga kopra
minimum yang berlaku sejak tahun 1969 di daerah-daerah kopra di
Sulawesi.

B. Kebijakan Dalam Berbagai Bidang Pertanian


1. Kebijakan Harga
Merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak negara dan
biasanya digabung dengan kebijakan pendapatan sehingga disebut kebijakan
harga dan pendapatan (price and economic policy). Segi harga dari kebijakan itu
bertujuan untuk mengadakan stabilitas harga, sedangkan segi pendapatannya
bertujuan agar pendapatan petani tidak terlalu berfluktuasi dari musim ke musim
dan dari tahun ke tahun. Kebijakan harga dapat mengandung pemberian

6
penyangga (support) atas harga-harga hasil pertanian supaya tidak terlalu
merugikan petani atau langsung mengandung sejumlah subsidi tertentu bagi
petani. Di banyak negara seperti; Amerika Serikat, Jepang, dan Australia banyak
sekali hasil pertanian seperti gandum, kapas, padi, dan gula yang mendapat
perlindungan pemerintah berupa harga penyangga dan atau subsidi. Indonesia
baru mulai mempraktekkan kebijakan harga untuk beberapa hasil pertanian sejak
tahun 1969.
Secara teoritis kebijakan harga yang dapat dipakai untuk mencapai tiga
tujuan yaitu:
1. stabilitas harga hasil-hasil pertanian terutama pada tingkat petani
2. meningkatkan pendapatan petani melalui pebaikan dasar tukar (term of
trade)
3. memberikan arah dan petunjuk pada jumlah produksi.

2. Kebijakan Pemasaran
Di samping kebijakan harga untuk melindungi petani produsen,
pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan khusus dalam kelembagaan
perdagangan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan tekanan pada perubahan
mata rantai pemasaran dari produsen ke konsumen, dengan tujuan utama untuk
memperkuat daya saing petani. Di negara-negara Afrika seperti Nigeria dan
Kenya apa yang dikenal dengan nama Badan Pemasaran Pusat (Central Marketing
Board) berusaha untuk mengurangi pengaruh fluktuasi harga pasar dunia atas
penghasilan petani.

3. Kebijakan Struktual
Dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi
misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan pengusahaan alat-alat pertanian
yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik
maupun sosial ekonomi. Kebijakan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan
kerjasama yang erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang
dimaksud disini tidak mudah untuk mencapainya dan biasanya memakan waktu
lama. Hal ini disebabkan sifat usahatani yang tidak saja merupakan unit usaha

7
ekonomi tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan petani dengan segala
aspeknya. Oleh karena itu tindakan ekonomi saja tidak akan mampu mendorong
perubahan struktural dalam sektor pertanian sebagaimana dapat dilaksanakan
dengan lebih mudah pada sektor industri. Pengenalan baru dengan penyuluhan-
penyuluhan yang intensif merupakan satu contoh dari kebijakan ini.

4. Kebijakan Pertanian & Industri


Ciri-ciri pokok perbedaan antara pertanian dan industri adalah:
1. Produksi pertanian kurang pasti dan risikonya besar karena tergantung
pada alam yang kebanyakannya di luar kekuasaan manusia untuk
mengontrolnya, sedangkan industri tidak demikian.
2. Pertanian memproduksi bahan-bahan makanan pokok dan bahan-bahan
mentah yang dengan kemajuan ekonomi dan kenaikan tingkat hidup
manusia permintaannya tidak akan naik seperti pada permintaan atas
barang-barang industry
3. Pertanian adalah bidang usaha dimana tidak hanya faktor-faktor ekonomi
saja yang menentukan tetapi juga faktor-faktor sosiologi, kebiasaan dan
lain-lain memegang peranan penting. Industri lebih bersifat lugas
(zakelijk).

5. Pendapatan Penduduk Desa & Kota


Perbedaan pendapatan antara penduduk kota dan penduduk pedesaan
adalah sedemikian rupa sehingga mempunyai akibat dalam pola pengeluaran
konsumsi dan perilaku ekonomi lain-lainnya. Ada tiga hal yang meyebabkan rata-
rata pendapatan penduduk kota lebih tinggi dibanding penduduk desa yaitu:
• Kestabilan dan kemantapan pendapatan penduduk kota lebih besar dibanding
pendapatan penduduk desa.
• Lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan yang dapat mendorong kegiatan
ekonomi di kota lebih banyak dibandingkan di desa.
• Lebih banyaknya fasilitas pendidikan dan kesehatan di kota yang
memungkinkan rata-rata produktivitas tenaga kerja di kota lebih tinggi.

8
Salah satu upaya untuk mengurangi perbedaan pendapatan ini adalah
dengan Menambah persediaan modal di desa serta mengurangi jumlah tenaga
kerja di pedesaan dan diserap bagi lapangan industri di kota-kota. Dengan lebih
banyaknya investasi di desa misalnya dalam alat-alat pertanian yang lebih
modern, huler, traktor dan juga dalam pembangunan-pembangunan prasarana fisik
seperti jembatan-jembatan baru, bendungan irigasi dan lain-lain maka timbul
adanya keperluan akan peningkatan keterampilan tenaga kerja.

C. Permasalahan Pertanian
1. Jarak Waktu yang Lebar Antara Pengeluaran dan Penerimaan Pendapatan
dalam Pertanian, Banyak persoalan yang dihadapi oleh petani baik yang
berhubungan langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil
pertaniannya maupun yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari
segi ekonomi pertanian, berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat
harga yang diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi perilaku dan kehidupan petani.
2. Tekanan Penduduk dan pertanian, Persoalan lain yang sifatnya lebih jelas
lagi dalam ekonomi pertanian adalah persoalan yang menyangkut
hubungan antara pembangunan pertanian dan jumlah penduduk. Ditinjau
dari sudut ekonomi pertanian maka adanya persoalan penduduk dapat
dilihat dari tanda-tanda berikut:
• persediaan tanah pertanian yang makin kecil
• produksi bahan makanan per jiwa yang terus menurun
• bertambahnya pengangguran
• memburuknya hubungan-hubungan pemilik tanah dan
bertambahnya hutang-hutang pertanian.
3. Pertanian Subsistem, Pertanian yang subsisten diartikan sebagai suatu
sistem bertani dimana tujuan utama dari si petani adalah untuk memenuhi
keperluan hidupnya beserta keluarganya.
4. Mekanisai,pemecahan Masalah Efisiensi Kerja Petani, Pertanian yang
subsisten diartikan sebagai suatu sistem bertani dimana tujuan utama dari
si petani adalah untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya.

9
5. Perlunya Efisiensi, efisiensi yang diartikan sebagai kedayagunaan suatu
sumber tenaga dapat menangani suatu bahan, masih belum mendapat
perhatian secara serius. Padahal fungsi perbaikan pertanian adalah
menaikkan pendapatan, kesejahteraan, taraf hidup dan daya beli petani.
Sangat kecilnya efisiensi petani merupakan hambatan bagi faktor-faktor
lain yang merupakan penetrasi pembangunan pertanian.
6. Tuntutan Inovasi
 Dalam arah kebijakan Pembangunan nasional,Pembangunan sektor
pertanian di arahkan untuk meningkatkan pendapatan
kesejahteraan,daya beli,taraf hidup,kapasitas dan kemandirian serta
akses Masyarakat pertanian dalam proses Pembangunan melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta distribusi dan
keanekaragaman hasil pertanian.
 Upaya menuju pertanian industry antara lain dapat dikembangkan
dengan peningkatan penggunaan alat dan mesin pertanian dalam
pengolahan tanah dan penanganan pasca panen. Salah satu
keuntungan yang diperoleh adalah terjadinya peningkatan efisiensi
dan produktivitas pemanfaatan sumber daya alam.
7. Mekanisasi & Distribusi Kerja, Penggunaan alat dan mesin pertanian saat
ini memang sudah merupakan suatu kebutuhan. Efisiensi tinggi saat ini
harus mulai diperkenalkan kepada petani. Hal ini tentu beralasan karena
tenaga kerja yang digunakan saat ini tidak mempunyai kesinambungan
(kontinuitas). Seorang buruh tani hanya akan dibutuhkan pada saat
pengolahan tanah dan panen. Pada proses lain mereka kurang dibutuhkan,
akhirnya terjadi pengangguran yang tidak kentara (disguised
unemployment). Pembuangan waktu yang lama dan sia-sia ini menyebabkan
efisiensi menjadi lebih rendah.

10
D. Strategi & Kebijakan Pokok Pembangunan Pengolahan Dan Pemasaran
Hasil Pertanian
Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan pengolahan
dan pemasaran hasil pertanian, maka strategi kebijakan yang ditempuh harus
mencerminkan visinya, yaitu: tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan. Dalam
hubungan tersebut maka strategi pokok pembangunan pengolahan dan pemasaran
hasil pertanian ada 5 yaitu :
1. Meningkatkan Kapasitas dan Memberdayakan SDM serta Kelembagaan
Usaha di Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
2. Meningkatkan Inovasi Dan Diseminasi Teknologi Pasca Panen Dan
Pengolahan
3. Meningkatkan Efisiensi Usaha Pasca Panen, Pengolahan Dan Pemasaran
Hasil
4. Meningkatkan Pangsa Pasar Baik di pasar domestic maupun internasional
5. Pendekatan Pengembangan Industri Melalui Konsep Cluster Dalam Konteks
Membangun Daya Saing Industri Yang Berkelanjutan

2.2 Kerangka Kerja dan Implementasi Kebijakan Pertanian


Kerangka kerja dan implementasi kebijakan pertanian adalah proses yang
kompleks dan terdiri dari berbagai aspek, mulai dari perencanaan, pengembangan,
pelaksanaan, hingga pengawasan dan pengendalian. Berikut ada beberapa hal
yang perlu di perhatikan:

1. Perencanaan: Perencanaan adalah langkah awal dalam implementasi


kebijakan pertanian. Dalam perencanaan, diperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pertanian, seperti lingkungan, sumber daya, tingkat
kelayakan, dan faktor-faktor teknis.
2. Pengembangan: Pengembangan pertanian mencakup peningkatan teknologi,
pengembangan komoditas, dan peningkatan kesejahteraan petani.
3. Pelaksanaan: Pelaksanaan kebijakan pertanian adalah langkah yang dilakukan
untuk mengubah paradigma pikir masyarakat terhadap pertanian, yang tidak
hanya sebagai usaha bercocok tanam, tetapi sebagai salah satu alternatif
sumber penghasilan bagi petani.

11
4. Pengawasan dan Pengendalian: Pengawasan dan pengendalian adalah langkah
yang dilakukan untuk memastikan bahwa kebijakan pertanian tetap berjalan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
5. Implementasi Kebijakan Pengembangan Pertanian: Implementasi
kebijakan pengembangan pertanian meliputi beberapa aspek, seperti
kebijakan pengembangan pertanian, karakteristik kelembagaan
pemerintah, dan kompilasi kebijakan-kebijakan yang terkait dengan usaha
pengembangan pertanian.

2.3 Hubungan Antara

- Strategi & Kerangka Kebijakan Pertanian

- Sistem Pasar & Peran Pemerintah

- Nilai Tukar & Pengaruhnya Pada Kesejahteraan

Strategi dan kerangka kebijakan pertanian adalah sangat penting untuk


meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, serta mengurangi
kemiskinan. Sedangkan Sistem pasar dan peran pemerintah dalam
pembangunan pertanian adalah sangat penting. Pemerintah membuat strategi
pembangunan pertanian dengan menentukan seperangkat kebijakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi dapat mempengaruhi sistem pasar
dalam pertanian melalui: kemitraan,ketahanan pangan,pengembangan sumberdaya
pertanian,dsb. Dan Nilai tukar adalah salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kesejahteraan petani. Tingkat pendapatan rumah tangga dapat
mencerminkan menjadi salah satu ukuran kemampuan dalam mengakses
konsumsi pangan yang dibutuhkan beserta keragamannya.

Dengan Demikian, hubungan antara ketiga konsep tersebut adalah


kompleks dan saling terkait. Kebijakan pertanian yang efektif dan strategis dapat
membentuk dasar untuk pertumbuhan sektor pertanian yang berkelanjutan,
sementara pengaturan pasar dan nilai tukar yang tepat dapat memperkuat
kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan, termasuk dalam konteks pertanian.

12
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Strategi dan kerangka kebijakan pertanian adalah bahwa strategi yang
diperlukan adalah alternatif lain dari upaya peningkatan produksi yang telah dan
masih terus dilakukan. Terdapat beberapa strategi yang diperlukan, seperti
meningkatkan usaha penyimpanan, mengembangkan ketahanan pangan, dan
mengembangkan teknologi pertanian. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian dan memiliki keunggulan efisiensi dan daya saing sesuai
dengan tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Strategi ini juga memiliki
sasaran akhir, yakni mewujudkan kemandirian pangan nasional, mencukupi
kebutuhan pangan penduduk indonesia, dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Pentingnya adanya kesinambungan dalam implementasi kebijakan dan


strategi pertanian, namun juga penting untuk dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan dan dinamika pasar yang terus berkembang.

Keberhasilan strategi dan kebijakan pertanian juga bergantung pada


keterlibatan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, petani,
produsen, konsumen, akademisi, dan sektor swasta. Strategi dan kebijakan
pertanian yang berhasil akan memberikan dampak positif pada kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan, melalui peningkatan pendapatan petani,
penyediaan pangan yang cukup dan terjangkau, serta kontribusi pada
pembangunan ekonomi dan sosial.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/604304/mod_resource/content/
1/13.%20Kebijakan%20Pertanian-upload_compressed.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/136368-ID-implementasi-kebijakan-
perlindungan-laha.pdf
repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/13785/BAB%20V.pdf?
isAllowed=y&sequence=6
Kementerian Pertanian. Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian tahun
2010 -2014

14

Anda mungkin juga menyukai