Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. ASPEK DISTRIBUSI PANGAN


1. Latar Belakang
Pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam peningkatan
produktivitas nasional dan perbaikan kualitas hidup penduduk. Penyediaan pangan
harus memenuhi kebutuhan gizi, keamanan pangan dan terjangkau seluruh individu
setiap saat. Ketahanan pangan dan perbaikan gizi merupakan suatu kesatuan. Oleh
karena itu, jika kita membahas mengenai ketahanan pangan, kita juga harus
membicarakan perbaikan gizi, begitu pula sebaliknya.
Distribusi pangan merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan yang
peranannya sangat strategis, apabila tidak dapat terselenggara secara baik dan lancar,
bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi. Distribusi pangan ini
diharapkan dapat terlaksana secara efektif, efisien dan merata di setiap lokasi
berlangsungnya transaksi bahan pangan kebutuhan masyarakat. Gangguan distribusi
pangan ini berdampak terhadap kelangkaan bahan pangan dan kenaikan harga pangan
serta berpengaruh terhadap rendahnya akses pangan masyarakat karena daya beli
bahan pangan menjadi menurun.
Masalah pangan adalah keadaan kelebihan pangan, kekurangan pangan
dan/atau ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan. Masih
adanya penduduk miskin, daerah rawan pangan, produksi pangan dihasilkan tidak
merata antar wilayah dan sepanjang waktu, potensi SDA yang berbeda di masing-
masing daerah akan berpengaruh terhadap distribusi dan pasokan bahan pangan.
Kondisi ini, pada akhirnya akses pangan bagi setiap individu rumah tangga akan
semakin menjadi rendah apabila ketersediaan pangan setempat terbatas, pasar tidak
tersedia, transportasi terbatas, pendapatan rendah, pendidikan terbatas, pengangguran
tinggi, budaya setempat belum memadai. Oleh sebab itu, peranan distribusi pangan
yang terjangkau dan merata sepanjang waktu kiranya akan berpengaruh terhadap
peningkatan akses pangan bagi setiap rumah tangga di dalam memenuhi kecukupan
pangannya.
Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia,
sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma
(1996). Dalam UU No. 7/1996 tentang Pangan di sebutkan bahwa ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman, merata, dan terjangkau.
Dengan demikian, ketahanan pangan dihasilkan oleh suatu sistem ketahanan pangan
yang terdiri tiga subsistem, yaitu:
a. ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh
masyarakat,
b. distribusi pangan yang lancar dan merata, dan
c. keterjangkauan pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi dan
kaidah kesehatan.
Permasalahan dalam mencapai ketahanan pangan adalah ketidak seimbangan
antara ketersediaan dengan keterjangkauan. Ketahanan Pangan merupakan system
untuk perbaikan gizi sedangan salah satu subsistem yang ada dalam ketahanan pangan
yaitu Dristibusi Pangan

2. Rumusan Masalah
1. Pengertian distribusi pangan
2. Aapa masalah dari Sistem Distribusi Pangan
3. Apa tujuan dari Sistem Distribusi Pangan

3. Tujuan
1. Untuk memngetahui pengertian distribusi pangan
2. Untuk mengetahui masalah masalah yang terjadi dari Sistem Distribusi Pangan
3. Untuk mengetahui tujuan dari Sistem Distribusi Pangan
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian distribusi pangan


Distribusi pangan adalah tersedianya pangan dan pasokan pangan secara
merata sepanjang waktu baik jumlah, mutu, aman dan keragamannya untuk
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, sedangkan akses pangan adalah
kemampuan rumah tangga untuk dapat menjangkau/mendapatkan pemenuhan
kebutuhan pangan sepanjang waktu baik jumlah, mutu, aman, keragaman untuk
menunjang hidup yang aktif, sehat dan produktif.
Subsistem distribusi pangan merupakan salah satu subsistem dari sistem
ketahanan pangan yang mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien,
sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh
pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga
yang terjangkau. Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar wilayah dan
antar musim menuntut kecermatan dalam mengelola sistem distribusi, sehingga
pangan tersedia sepanjang waktu di seluruh wilayah.
Kinerja subsistem distribusi dipengaruhi oleh kondisi prasarana dan sarana,
kelembagaan dan peraturan perundangan. Penguatan di subsistem
produksi/ketersediaan pasokan tidak akan memberi nilai tambah bagi masyarakat
apabila tidak didukung dengan berjalannya subsistem distribusi. Melihat kondisi
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki variasi kemampuan produksi
antar wilayah dan antar musim, manajemen distribusi yang baik dan berpihak
kepada seluruh lapisan masyarakat sangat mutlak diperlukan untuk menjaga
stabilitas harga dan pasokan sepanjang waktu. Hal ini membawa konsekuensi bagi
pemerintah untuk menciptakan perundangan dan sebuah lembaga yang mampu
memastikan terciptanya kondisi dimana seluruh masyarakat memiliki kemampuan
untuk mengakses pangan secara mudah dengan harga yang rasional dan
terjangkau sepanjang waktu.
Kebijakan menyerahkan kelancaran subsistem distribusi komoditi pangan
pokok kepada entitas bisnis dalam mekanisme pasar, tentu saja, akan memicu
kerawanan sosial dan berpotensi dimanfaatkan oleh spekulan tanpa
mempertimbangkan kepentingan nasional. Hal ini berkorelasi dengan fluktuasi
harga dan pasokan pada komoditi pangan pokok yang dampaknya akan
menimbulkan kerugian bagi konsumen rakyat. Hampir semua negara berkembang
di dunia memiliki perangkat hukum dan kelembagaan untuk melakukan intervensi
kebijakan, dalam rangka menjaga stabilitas harga dan pasokan untuk komoditi
pangan strategis yang mempengaruhi hidup orang banyak. Indonesia memiliki
Bulog sebagai lembaga pangan yang pada masanya diakui dapat menjamin
bekerjanya subsistem distribusi secara optimal. Dalam perjalananya, Bulog
mengalami berbagai proses transformasi, semisal kelembagaan, dengan
pembatasan kewenangan berkaitan dengan kegiatan operasional dan pengelolaan
komoditi (hanya beras). Transformasi Bulog paling signifikan adalah akibat dari
tekanan IMF dan World Bank pada era liberalisasi, yang berakibat tereduksinya
peran Bulog secara signifikan dalam menunjang keberhasilan subsistem distribusi
pangan. Bulog mempunyai beban untuk menjalankan fungsi komersial, ditengah
fungsi sosial menjaga stabilisasi harga pangan.
Indikator keberhasilan dalam distribusi pangan adalah pada saat pangan telah
mencapai ke konsumen. Bahan pangan tersebut harus cukup secara kuantitas,
aman bagi kesehatan, bergizi baik, sesuai selera konsumen, harganya terjangkau,
dan tersedia sepanjang tahun.

2. Masalah sisstem distribusi pangan


2.1 sistem pemasaran
Sistem adalah sekolompok item atau bagian-bagian yang saling berhubungan
dan saling berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan terpadu.
Jadi dapat diartikan sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga
yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor
lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta
mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.
2.1.1 Kendala Dalam Pemasaran Bahan Pangan
Pada saat panen raya, pasokan pangan hasil pertanian berlimpah ke
pasar sehingga menekan harga dan kurang menguntungkan petani. Sebaliknya,
pada musim panen rendah, harga – harga bahan pangan meningkat dengan
tajam karena kekurangan pasokan sehingga memberatkan konsumen.
Kelembagaan pemasaran belum mampu mewujudkan system yang adil di
antara para pelakunya. Pemasaran pangan biasanya melalui rantai
perdagangan yang panjang. Dari petani, pangan berturut – turut bergerak ke
pedagang pengumpul desa, pedagang menengah konsumen di kecamatan,
pedagang besar di kota, pengecer penjaja sampai ke konsumen. Masing –
masing pelaku pada mata rantai perdagangan tersebut mengambil keuntungan
serta memperhitungkan penyusutan, jasa pengangkutan, jasa penyimpanan,
dan jasa pelayanan sehingga perbedaan harga penjualan oleh produsen dan
harga pembelian oleh konsumen sangat besar.

2.1.2 Pemerataan Distribusi dan Pasokan Pangan


Konsep ketahanan pangan dapat diterapkan untuk menyatakan situasi
pangan pada berbagai tingkatan yaitu tingkat global, nasional, regional, dan
tingkat rumah tangga serta individu yang merupakan suatu rangkaian. Hal ini
menunjukkan bahwa konsep ketahanan pangan sangat luas dan beragam serta
merupakan permasalahan yang kompleks. Ketahanan pangan menghendaki
ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk dan setiap rumah
tangga. Dalam arti setiap penduduk dan rumah tangga mampu untuk
mengkonsumsi pangan dalam jumlah dan gizi yang cukup. Ketersediaan bahan
pangan bagi penduduk akan semakin terbatas akibat kesenjangan yang terjadi
antara produksi dan permintaan, adanya pangan yang cukup bagi seluruh
aspek yang membutuhkan dapat tergantung dari system distribsi pangan yang
terlaksana dengan baik.
Untuk wilayah Indonesia Bagian Timur, kepulauan dan perbatasan
pada umumnya memiliki pasokan bahan pangan yang masih kurang dan
sangat kurang. Jika kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan pangan
semakin besar maka akan berdampak pada stabilitas ketahanan pangan
wilayah.
Permasalahan utama yang menyebabkan kurangnya pasokan bahan
pangan di wilayah yaitu masalah distribusi pangan, dimana ada 4 akar
permasalah, yaitu :
 dukungan infrastruktur, yaitu kurangnya dukungan akses terhadap
pembangunan sarana jalan, jembatan, dan lainnya.
 sarana transportasi, yakni kurangnya perhatian pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota serta masyarakat di dalam pemeliharaan sarana
transportasi.
 sistem transportasi, yakni sistem transportasi yang masih kurang efektif
dan efisien. Selain itu juga kurangnya koordinasi antara setiap moda
transportasi mengakibatkan bahan pangan yang diangkut sering
terlambat sampai ke tempat tujuan.
 masalah keamanan dan pungutan liar, yakni pungutan liar yang
dilakukan sepanjang jalur transportasi di Indonesia.

2.1.3 Kebijakan dan Program Distribusi Pangan Daerah


Arah kebijakan dan program distribusi pangan di tingkat daerah adalah
dalam rangka untuk mewujudkan distribusi pangan yang efektif dan efisien
sehingga dapat dijangkau secara merata untuk memenuhi akses pangan
masyarakat sepanjang waktu baik jumlah, mutu, aman dan beragam untuk
mendukung hidup yang aktif, sehat dan produktif.
Implementasi kebijakan dan program tersebut diatas, ditempuh melalui
pemberdayaan masyarakat sehingga memiliki kemampuan untuk
mengoptimalkan potensi sumberdaya yang dikuasai serta dikembangkan
koordinasi, komunikasi dan konsultasi dengan para pihak sehingga dapat
berjalan dengan baik dan lancar dalam rangka untuk mewujudkan ketahanan
pangan secara berkelanjutan.
Penanganan distribusi di daerah sentra produksi pangan,
dikembangkan pengaturan cadangan pangan, pengaturan distribusi pangan
serta stabilisasi harga sehingga produksi yang dihasilkan dapat didistribusikan
secara merata di tingkat wilayah dengan harga yang stabil sepanjang waktu.
Selanjutnya untuk distribusi di daerah konsumen pangan dengan tingkat akses
pangannya dikatagorikan rendah, dikembangkan pengaturan cadangan pangan,
pengaturan distribusi pangan dan akses pangan produktif, sehingga bahan
pangan dapat didistribusikan secara efisien serta mendorong
tumbuhberkembangnya optimalisasi peningkatan produksi setempat. Di dalam
penerapan kegiatan-kegiatan tersebut, pemantauan perkembangan distribusi
dan harga pangan terus dikembangkan sehingga setiap saat dapat diketahui
terjadinya perubahan gejolak pasokan pangan dan harga dalam rangka
merumuskan kebijakan upaya mengatasi penanganannya

3. Tujuan distribusi pangan


A. Tujuan
Tujuan pengembangan distribusi pangan di tingkat daerah sesuai kebijakan
dan program seperti uraian diatas, adalah :
a. Berkembangnya subsistem distribusi, cadangan dan akses pangan
masyarakat dalam rangka memelihara stabilisasi pasokan dan harga
pangan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat.
b. Terselenggaranya koordinasi dalam rangka pengembangan potensi
sumberdaya secara optimal untuk meningkatkan distribusi pangan secara
merata dan berkesinambungan.
c. Terselenggaranya pemantauan distribusi dan harga pangan secara tertib,
baik dan berkelanjutan.
B. Sasaran
Sasaran kegiatan sesuai kebijakan dan program pengembangan distribusi
pangan tahun 2009 -2014, adalah :
a. Fasilitasi Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
sebanyak 100 Gapoktan dari jumlah Gapoktan sentra produksi sebanyak
392 Gapoktan.
b. Fasilitasi Lembaga Akses Pangan Masyarakat (LAPM) sebanyak 50
Gapoktan/Desa dari sejumlah 137 Gapoktan/Desa yang dikatagorikan
rawan pangan atau daerah konsumen pangan.
c. Pemantauan Distribusi dan Harga Pangan yang diselenggarakan setiap
tahun sehingga tersedia data/informasi perkembangan stok, pasokan dan
harga pangan selama 5 tahun.
d. Kajian Distribusi Pangan Masyarakat yang berlaku selama 5 tahun (2010-
2014), sehingga dapat diketahui jaringan distribusi bahan pangan pokok
sekaligus permasalahan yang dihadapi.
e. Kajian Akses Pangan Masyarakat yang berlaku selama 5 tahun (2010-
2014), sehingga dapat diketahui tingkat akses pangan di masing-masing
wilayah serta penyebab rendahnya akses pangan masyarakat.
BAB III

KESIMPULAN

Distribusi pangan merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan yang


peranannya sangat strategis, apabila tidak dapat terselenggara secara baik dan lancar, bahan
pangan yang dibutuhkan masyarakat tidak akan terpenuhi. Distribusi pangan ini diharapkan
dapat terlaksana secara efektif, efisien dan merata di setiap lokasi berlangsungnya transaksi
bahan pangan kebutuhan masyarakat. Gangguan distribusi pangan ini berdampak terhadap
kelangkaan bahan pangan dan kenaikan harga pangan serta berpengaruh terhadap rendahnya
akses pangan masyarakat karena daya beli bahan pangan menjadi menurun.
Keberhasilan dalam distribusi pangan adalah pada saat pangan telah mencapai ke
konsumen. Bahan pangan tersebut harus cukup secara kuantitas, aman bagi kesehatan, bergizi
baik, sesuai selera konsumen, harganya terjangkau, dan tersedia sepanjang tahun. Ketahanan
Pangan bagi masyarakat akan terealisasi dengan baik jika terjadi kelancaran dalam Distribusi
Pangan.

Anda mungkin juga menyukai