Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara pertanian yang mana


mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian baik itu sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan,
perikanan, peternakan, maupun kehutanan. Hal tersebut didukung pula oleh
keadaan tanah dan iklim yang sesuai sehingga memungkinkan produksi yang
lebih besar dari berbagai sub sektor pertanian yang ada di Indonesia yang di
dalamnya termasuk tanaman horltikultura.
Hortikultura merupakan Subsektor penting dalam memenuhi kebutuhan
pokok manusia. Khususnya tanaman buah dan sayuran merupakan komoditas
hortikultura yang berkembang pesat di Indonesia. Kebanyakan sayuran
mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi disebabkan produk hortikultura
ini senantiasa dikonsumsi setiap saat. Komoditas unggulan nasional
hortikultura adalah pisang, mangga, manggis, jeruk, durian, anggrek,
rimpang, kentang, bawang merah, dan cabai (Direktorat Jenderal Hortikultura
2008).
Cabai rawit merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak
diminati oleh masyarakat karena memiiki kandungan gizi yang bermanfaat
bagi kesehatan. Cabai dapat dikonsumsi dalam keadaan mentah ataupun
diolah terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan yang akan digunakan. Cabai
juga menjadi komoditas agribisnis yang besar pengaruhnya terhadap
dinamika perokonomian nasional sehingga dimasukkan dalam jajaran
komoditas penyumbang inflasi yang terjadi setiap tahun (Heryanto, 2018).
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) termasuk salah satu komonditas sayuran
yang diusahakan oleh petani karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Konsumen akan tetap membutuhkan cabai rawit karena manfaat dan
1
kandungan yang dimilikinya tidak terdapat pada komoditas lain. Cabai
mengandung capsaisin

2
yang berkhasiat sebagai stimulan, dihidrocapcaisin, Vitamin A dan Vitamin
C, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin, kriptosantin, clan
lutein. Capsaicin jika dikonsumsi dalam jumlah banyak akan mengakibatkan
rasa terbakar di mulut serta dengan keluarnya air mata. Kalium, fosfor,
kalsium, zat besi, dan niasin juga terkandung pada cabai (Priyadi, 2015).
Cabai rawit merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat
digemari oleh sebagian besar penduduk. Oleh karena itu dapat dinilai sangat
prospektif dan potensial dalam upaya peningkatan taraf hidup petani. Dalam
proses pemasaran, permintaan pasar terhadap cabai rawit tergolong cukup
tinggi, mulai dari pasar tradisional hingga ke supermarket hal ini dikarenakan
kecenderungan masyarakat yang mengkonsumsi cabai sebagai penyedap dan
pelengkap berbagai menu masakan. Oleh karena itu sistem pemasaran cabai
rawit perlu untuk terus ditingkatkan agar dapat memenuhi permintaan pasar
secara efisien dalam hal ini memperoleh nilai jual yang baik.Untuk
memperoleh nilai jual yang baik, maka mekanisme pemasaran harus berjalan
dengan baik dengan tujuan agar semua pihak yang terlibat diuntungkan.Bagi
konsumen, tingkat harga yang tinggi merupakan beban.Bagi petani produsen
perolehan keuntungan dapat diterima rendah atau berkurang, karena
rendahnya tingkat harga yang diterima.Pendapatan petani sangat dipengaruhi
oleh pemasaran hasil produksinya dan harga yang berlaku, dimana pemasaran
yang kurang efisien adalah kecilnya bagian yang diterima petani dari harga
yang dibayar konsumen akhir (Soekartawi, 2005).
Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat kompleks
meliputi proses pengumpulan produk dari para petani, pengepakan,
penyimpanan, pendistribusian, termasuk didalamnya pemilihan saluran
pemasaran. Kegiatan- kegiatan tersebut bukan tanpa biaya. Efisiensi
pemasaran dapat dinilai dari biaya akumulasi semua proses tersebut. Sistem
pemasaran akan semakin efisien apabila semua kegiatan tersebut dilakukan
dengan mengeluarkan biaya minimum. Sistem pemasaran yang efisien akan
mendorong rendahnya margin
3
pemasaran sehingga perbaikan pendapatan dipihak produsen, harga yang
relatif murah bagi konsumen serta keuntungan yang normal bagi para pelaku
kegiatan pemasaran akan tercapai. Sebuah sistem pemasaran dikatakan
efisien apabila semua kegiatan pemasaran yang meliputi kegiatan
pengumpulan komoditas ditingkat petani (tersebar pada daerah yang cukup
luas), kemasan komoditas, transportasi, pengolahan serta distribusi
(wholesaling dan retailing) berjalan dengan biaya minimum (Zen, 2010).
Oleh karena itu kegiatan pemasaran tentunya harus memperhatikan saluran
pemasaran agar para petani cabai rawit dapat memperoleh keuntungan yang
sebanding dengan hasil produksi mereka. Saluran atau rantai pemasaran
cabai tergantung pada jumlah lembaga pemasaran yang terlibat
dalam pemasaran dari petani produsen ke
konsumennya. Perbedaan harga antara harga yang dibayarkan konsumen
dengan harga yang diterima petani (marjin pemasaran) akan semakin besar
apabila saluran pemasaran yang ada terlalu panjang (banyak lembaga
pemasaranyangterlibat). Berdasarkan saluran pemasaran yang ada dapat
diketahui posisi petani dalam tawar-menawar, yaitu dilihat dari besarnya
kontribusi atau bagian harga petani terhadap harga yang dibayarkan
konsumen. Jika saluran pemasaran makin panjang maka bagian harga yang
diterima oleh petani semakin kecil, begitupun sebaliknya. Jika bagian yang
diterima petani cukup besar, maka petani produsen yang mengusahakan cabai
akan lebih mengintensifkan usahataninya, (Zen, 2010). Masalah pemasaran
cabai rawit hampir dialami oleh seluruh petani di Indonesia, salah satunya
adalah petani
cabai rawit di kota Kupang.
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap pemasaran cabai rawit di
kota Kupang, terlihat bahwa pemasaran cabai rawit di Kota Kupang belum
terlalu efektif. Hal ini dikarenakan harga cabai rawit yang terus melambung
dan ketersediaan di pemasaran yang belum memadai. Pemasaran cabai yang
efektif tentunya berpengaruh terhadap efisiensi yang menentukan pendapatan
4
petani. Jika saluran pemasaran terlalu panjang tentu menambah biaya dan
berimbas

5
pada harga produk ditingkat petani. Begitu sebaliknya, saluran pemasaran
yang pendek akan mendorong naiknya harga produk di tingkat petani
sehingga pendapatan petani meningkat. Pada umumnya lokasi pertanian ada
di daerah perkampungan sehingga untuk memasarkan hasil pertanian
terutama cabai rawit, petani membutuhkan pedagang perantara (pengumpul
dan pengecer).Begitu juga dalam hal pemasaran, para pedagang tidak hanya
menjual hasil cabai rawit pada pasar lokal saja, tetapi pedagang juga
menjualnya ke pasar induk bahkan ada yang di ekspor.Oleh karena itu banyak
terdapat permasalahan dalam hal pemasaran cabai merah.Petani sebagian
besar menjual hasil budidayanya kepada pedagang pengumpul.Selama ini
petani cabai rawit belum memperhitungkan efisiensi usahataninya karena
terbatasnya pengetahuan petani tentang jalur pemasaran yang
ada.Berdasarkan uraian tersebut di atas maka pemesaran ini bertujuan untuk
mengetahui pola pemasaran cabai rawit dan farmer share yang diterima oleh
petani dari setiap saluran cabai merah di Kota Kupang.
Dari uraian latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan menyusun business plan dengan judul “Pemasaran Cabai Rawit
Di Kota Kupang”
1.2 Tujuan
Tujuan dari laporan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui:
1. Strategi dan fungsi pemasaran cabai rawit.
2. Biaya usaha pemasaran cabai rawit.
3. Penerimaan, keuntungan dan kelayakan usaha pemasaran cabai rawit.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai acuan bagi penulis dalam menyusun tugas akhir
b. Sebagai referensi bagi semua pihak yang membutuhkan

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemasaran

Kegiatan pemasaran sering diartikan sebagai kegiatan dalam


memasarkan suatu produk yang diperjual belikan oleh perusahaan dan
ditujukan kepada para konsumen. Namun jika dilihat makna sebenarnya
pemasaran bukan hanya sekedar menjual produk saja, akan tetapi pemasaran
juga memiliki aktvitas penting dalam menganalisis dan mengevaluasi segala
kebutuhan dan keinginan para konsumen. Pemasaran juga meliputi segala
aktivitas di dalam perusahaan.
Menurut Kotler (2012) pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok
yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa
dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.”
Sedangkan menurut Tjiptono dan Chandra (2012) pemasaran berarti kegiatan
individu yang diarahkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan melalui
barter.” Pemasaran berarti menentukan dan memenuhi kebutuhan manusia
dan sosial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia,
sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemasaran merupakan kunci
kesuksesan dari sebuah perusahaan.
Sunyoto (2013) menjelaskan pemasaran adalah fungsi bisnis yang
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen yang harus dipuaskan
oleh kegiatan manusia lain, yang menghasilkan alat pemuas kebutuhan, yang
berupa barang maupun jasa. Dalam meningkatkan pasar sasaran, yang mana
dapat dilayani oleh suatu industri secara baik guna merancang produk,
pelayanan dan program yang tepat untuk melayani pasar dan mengajak setiap
orang da lam organisasi berpikir tentang pelayanan. Oleh karena itu
konsumen tidak perlu menghasilkan sendiri barang atau jasa yang telah
disediakan oleh industri pasar.

7
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang digunakan
untuk merencanakan, menentukan harga, mendistribusikan dan
mempromosikan suatu barang atau jasa yang bertujuan untuk memuaskan
kebutuhan pembeli.
2.2 Fungsi Pemasaran
Menurut Armand (2002), lembaga pemasaran merupakan badan usaha
atau individu yang menyelanggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan
komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan
dengan badan usaha atau individu lainnya. Dalam melakukan fungsi pemasaran
pada prinsipnya ada empat tipe fungsi pemasaran yaitu:
1. Fungsi pertukaran (Exchange Function) dalam pemasaran produk-produk
pertanian meliputi kegiatan yang menyangkut pengalihan hak pemelikan
dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari fimgsi penjualan
dan pembelian.
2. Fungsi fisik (Physycal Function) meliputi kegiatan-kegiatan yang secara
langsung diperlukan terhadap komoditi-komoditi pertanian, sehingga
komoditi-komoditi pertanian tersebut mengalami tambahan guna tempat dan
guna waktu.
3. Fungsi penyediayaan fasilitas (Fasilatating Functition), pada hakekatnya
adalah untuk melancarkan fungsi pertukaran dan fungsi fisik, yang meleputi
standarisasi, penanggulangan resiko, informasi harga, dan penyediaan dana.
4. Fungsi penyimpanan, dalam masyarakat modern sangat kompleks sekali dan
membutuhkan biaya yang besar sekali. Usaha untuk mengurangi biaya
fungsi penyimpanan ini yang dapat di lakukan adalah;
a. Menyediakan struktur dan konstruksi tempat penyimpanan sesuai dengan
karakteristik hasil pertanian,
b. Penggunaan bahan kimia untuk mengurangi atau menhindari serangan
hama penyakit selama penyimpanan,
c. Perlu dilakukan pengendalian hasil sebelum dilakukan penyimpanan,
8
d. Penetapan waktu panen yang sesuai, dan
e. Menekan ongkos fasilitas fisik yang kurang penting.
Apabila fungsi-fungsi pemasaran diatas berjalan dengan lancar maka
aliran produk pertanian dari produsen sampai kepada konsumen akhir
mengalami kenaikan nilai guna komoditi-komoditi pertanian.
2.3 Strategi Pemasaran
Secara umum pengertian strategi merupakan cara untuk mencapai tujuan
jangka panjang. Strategi dalam bisnis dapat berupa perluan geografis,
diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi
karyawan, divestasi, likuidasi dan joit venture. Oleh karena itu maka dapat
dikatakan bahwa strategi adalah rencana tindakan yang menjabarkan alokasi
sumber daya dan aktifitas-aktifitas untuk menanggapi lingkungan dan
membantu mencapai sasaran atau tujuan organisasi, (David, 2004).
Sedangkan pemasaran seringkali dikaitkan oleh banyak pihak dengan
penjualan (sales), sales promotion girl, iklan, promosi, atau produk. Bahkan
seringkali orang menyamakan profesi marketer (pemasar) dengan sales
(penjual). Namun sebenarnya pema-saran tidaklah sesempit yang diindentikkan
oleh banyak orang, karena pemasaran berbeda dengan penjualan. Pemasaran
lebih merupakan “suatu seni menjual produk”, sehingga pemasaran proses
penjualan yang dimulai dari perencanaan produk sampai dengan setelah produk
itu terjual. Berbeda dengan penjualan yang hanya berkutat pada terjadinya
transaksi penjualan barang atau jasa. Secara keseluruhan pemasaran adalah
suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,
menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang yang dapat
memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.
(Sondang, 2018).
Strategi pemasaran adalah rencana menyeluruh, terpadu, dan menyatu
dibidang pemasaran yang memberikan pedoman tentang kegiatan yang akan
dilakukan dalam mencapai tujuan perusahaan melalui periklanan, program

9
promosi, penjualan, program produk, dan pendistribusian. Selain itu strategi
pemasaran adalah memilih dan menganalisa pasar sasaran yang merupakan
suatu kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan atau usaha dan
menciptakan suatu bauran pemasaran yang cocok dan dapat memuaskan pasar
sasaran tersebut, (Buchari, 2008). Sofian juga menambahkan bahwa Strategi
pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran kebijakan dan aturan yang
memberi arah kepada usaha dan pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu,
pada masing-masing tingkatan dan acuan serta lokasinya, terutama sebagai
tanggapan perusahaan yang selalu berubah, (Sofyan, 2007).
Strategi pemasaran terdapat seperangkat alat pemasaran yang dikenal
dengan marketing mix 4P, yaitu product (produk), price (harga), place (tempat
atau saluran distribusi), promotion (promosi), sedangkan dalam pemasaran di
bidang jasa memiliki beberapa alat pemasaran tambahan yaitu people (orang),
process (proses), dan physical evidence (fasilitas fisik). Berdasarkan definisi
diatas dapat diartikan bahwa bauran pemasaran terdiri dari aspek-aspek yang
terkendali, bertujuan untuk mendapatkan tanggapan yang diharapkan dari pasar
sasaran. Berikut ini aspek-aspek yang ada dalam strategi bauran pemasaran
(Hurriyati, 2005):
a. Produk (Product)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar
untuk memenuhi kebutuhan, produk-produk yang dipasarkan meliputi
barang fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan. Produk adalah
segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, dicari,
dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan
atau kegiatan pasar yang bersangkutan. Produk jasa merupakan suatu
kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat dirasakan
dari pada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam
proses mengkonsumsi jasa tersebut. Pelanggan tidak membeli barang atau
jasa, tetapi membeli manfaat dan nilai dari sesuatu yang ditawarkan Produk

10
merupakan aspek penting dalam bidang pemasaran, Strategi produk dapat
mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Pembelian sebuah produk
bukan sekedar untuk memiliki produk tersebut tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen, (Kotler dalam Hurriyati, 2005).

b. Harga (Price)
Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga merupakan
bagian yang vital dalam bauran pemasaran jasa, sebab harga merupakan
salah satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel. Harga
merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa
atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Dengan kata lain,
harga yang ditetapkan merupakan kesesuaian nilai tukar dengan produk
atau jasa yang ditawarkan dan dapat dijangkau oleh konsumen agar dapat
merasakan manfaat dari produk atau jasa tersebut, (Kotler dalam Hurriyati,
2005).
c. Promosi (Promotion)
Promosi adalah kegiatan mengomunikasikan informasi dari penjual kepada
konsumen atau pihak lain dalam Saluran penjualan untuk mempengaruhi
sikap dan perilaku. Melalui periklanan suatu perusahaan mengarahkan
komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan masyarakat melalui media-
media yang disebut dengan media massa seperti koran, majalah, tabloid,
radio, televisi dan direct mail. Promosi juga merupakan kegiatan yang
ditunjukan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi
kenal akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan kepada mereka dan
kemudian mereka menjadi senang lalu membeli produk tersebut, (Hurriyati,
2005).
d. Saluran

11
Saluran atau tempat dalam jasa merupakan gabumgan antara lokasi
dan kepuasan saluran distribusi, dalam hal ini berhubungan dengan cara

12
penyampaian jasa kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis.
Saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan segala
kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
pemiliknya dari produsen ke konsumen.” Berdasarkan definisi tersebut
dapat diartikan bahwa saluran distribusi suatu barang adalah keseluruhan
dari kegiatan atau fungsi untuk memindahkan produk disertai dengan hak
pemiliknya dari produsen ke konsumen akhir atau pemakai industry,
(Hurriyati, 2005)
Tempat adalah kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia
bagi sasaran. Tempat merupakan saluran distribusi yaitu serangkaian
organisasi yang saling tergantung yang saling terlihat dalam proses untuk
menjadikan produk atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Lokasi
berarti berhubungan dengan di mana perusahaan harus bermarkas dan
melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang
mempengaruhi tempat atau lokasi yaitu, (Kotler dalam Hurriyati, 2005):
1. Konsumen mendatangi perusahaan apabila keadanya seperti ini maka
lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat
atau lokasi dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, atau
bisa disebut mempunyai lokasi yang strategis.
2. Perusahaan mendatangi konsumen merupakan lokasi yang tidak terlalu
penting, tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa harus
tetap berkualitas.
3. Perusahaan (pemberi jasa) dan konsumen tidak bertemu secara
langsung service provider dan konsumen berinteraksi melalui sarana
tertentu seperti telepone, komputer atau surat. Dalam hal ini lokasi
menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua belah
pihak dapat terlaksana.
Distribusi atau penetapan tempat berkaitan dengan kemudahan
memperoleh produk di pasar serta tersedia saat konsumen mencarinya.

13
Selain itu distribusi juga dapat memperlihatkan berbagai kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk atau jasa diperoleh dapat
tersedia bagi konsumen sasaran dan mampu memenuhi kebutuhan serta
keinginan konsumen.
e. Orang (People)
Orang dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka people yang
berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang
diberikan. Agar dapat mencapai kualitas yang terbaik maka para pegawai
harus dilatih untuk menyadari betapa pentingnya pekerjaan tersebut dengan
memberikan kepuasana kepada konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
Yang dimaksud dengan orang disini adalah karyawan yang terlibat dalam
perusahaan atau organisasi penyedia jasa, atau orang-orang yang terlibat
secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pelayanan(Hurriyati,
2005).
f. Proses (Process)
Proses merupakan gabungan semua aktifitas yang terdiri dari prosedur,
jadwal pekerjaan, mekanisme, aktifitas, dan hal-hal rutin dimana jasa
dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen. Proses merupakan kegiatan
yang menunjukan seperti apa pelayanan yang diberikan atau diterapkan
perusahaan kepada konsumen atau pelanggan selama pembelian barang
atau penggunaan jasa, (Kotler dalam Hurriyati, 2005).
g. Fasilitas Fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang
ditawarkan. Fasilitas fisik merupakan hal nyata yang mampu
mempengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan produk atau jasa
yang ditawarkan perusahaan. Unsur yang dapat dikatakan masuk kedalam
fasilitas fisik atau bisa juga disebut sarana fisik ini antara lain lingkungan
atau bangunan fisik,

14
peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya yang
bersangkutan dengan perusahaan tersebut, (Kotler dalam Hurriyati, 2005)
2.4 Aspek Keuangan
2.4.1 Modal
Modal merupakan faktor produksi yang mempunyai pengaruh kuat
dalam mendapatkan produktivitas atau output, secara makro modal merupakan
pendorong besar untuk meningkatkan investasi baik secara langsung pada
proses produksi maupun dalam prasarana produksi, sehingga mampu
mendorong kenaikan produktivitas dan output, (Prawirosentono, 2002).
Pengertian masing-masing modal dilihat dari sumber asalnya dapat
diuraikan sebagai berikut, (Prawirosentono, 2002):
1. Modal sendiri
Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan
cara mengeluarkan saham. Saham yang dikeluarkan perusahaan dapat
dilakukan secara tertutup atau terbuka. keuntungan menggunakan modal
sendiri untuk membiayai suatu usaha adalah tidak adanya beban biaya
bunga, tetapi hanya akan membayar deviden. Pembayaran deviden
dilakukan apabila perusahaan memperoleh keuntungan dan besarnya
deviden tergantung dari keuntungan perusahaan. Kemudian, tidak ada
kewajiban untuk mengembalikan modal yang telah digunakan. Kerugian
menggunakan modal sendiri adalah jumlahnya sangat terbatas dan relatif
sulit untuk memperolehnya.
2. Modal asing (pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang diperoleh dari pihak
luar peusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Penggunaan modal
pinjaman untuk membiayai suatu usaha akan menimbulkan beban biaya
bunga, biaya administrasi, serta biaya provisi dan komisi yang besarnya
relatif. Penggunaan modal pinjaman mewajibkan pengembalian pinjaman
setelah jangka waktu tertentu.

15
2.4.2 Biaya Usaha
Pengertian biaya secara umum adalah semua pengorbanan yang perlu
dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang
menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi ataupun yang akan
terjadi. Biaya sebagai pengorbanan sumber ekonomi yang berwujud maupun
tidak berwujud yang dapat diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu, dengan kata lain biaya merupakan
pengorbanan atau pengeluaran yang dilakukan oleh sesuatu perusahaan atau
perorangan yang bertujuan untuk memperoleh manfaat lebih dari aktivitas yang
dilakukan. Biaya sebagai kas atau nilai kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat untuk
saat ini maupun masa mendatang bagi organisasi atau perorangan, (Mursyidi,
2008). Biaya terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable
cost)”.Total Fixed Cost (TFC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh faktor produksi (input) yang tidak dapat diubah
jumlahnya dinamakan biaya tetap total, contohnya membeli mesin dan
mendirikan bangunan pabrik.Total Variabel Cost (TVC) adalah keseluruhan
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya dinamakan biaya berubah total, misalnya bahwa faktor
produksi yang dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja, bahan-bahan
mentah merupakan variabel yang berubah jumlahnya dan nilainya dalam
proses produksi yang dapat
dirumuskan sebagai berikut, (Case Karl E. & Ray C. Fair, 2006);
TC = TFC + TVC

16
2.4.3 Penerimaan dan Keuntungan
Penerimaan (revenue) adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan
outputnya. Untuk mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil
produksi dikalikan dengan harga jual output. Secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut, (Boediono, 2002):
TR = P x Q
Dimana:
TR = penerimaan total
P = harga jual.
Q = jumlah output/produk yang dihasilkan
Jadi untuk mengetahui jumlah penerimaan total produksi maka harga
jual dikalikan dengan jumlah output/produk yang dihasilkan maka akan keluar
total penerimaan barang tersebut.
Untuk menghitung jumlah pendapatan/keuntungan maka digunakan
rumus sebagai berikut, (Boediono, 2002):
𝜋 = TR − TC
Dimana:
π = Total Pendapatan/Keuntungan
TR = Total Revenue/Penerimaan
TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan
Jadi untuk menerima hasil pendapatan/keuntungan maka total
penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan maka akan muncul
hasil total pendapatan/keuntungan
2.4.4 Analisis Kelayakan Usaha
Pada dasarnya sebuah usaha akan dikatakan layak untuk dijalankan
apabila nilai R/C yang didapatkan lebih besar daripada 1. Hal ini bisa terjadi
karena semakin tinggi R/C dari sebuah usaha, maka tingkat keuntungan yang
akan didapatkan suatu usaha juga akan semakin tinggi. R/C adalah singkatan

17
dari Revenue Cost Ratio atau dikenal dengan perbandingan antara total
penerimaan (R) dan total biaya (C).Analisis Revenue Cost Ratio merupakan
analisis yang melihat perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran.
Tujuannya adalah untuk mengetahui layak atau tidak usahatani itu
dilaksanakan, dengan rumus, (Boediono, 2002):
R
a=
C
Keterangan:
a = Perbandingan antara Total Revenue dengan Total Cost
R = Total Revenue (total penerimaan)
C = Total Cost (total biaya)
Apabila R/C = 1, berarti tidak untung tidak pula rugi atau impas,
selanjutnya bila R/C < 1, menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak
diusahakan dan jika R/C > 1, maka usahatani tersebut layak untuk diusahakan.
2.5 Cabai Rawit
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman
hortikultura dari famili Solanaceae yang tidak saja memiliki nilai ekonomi
tinggi, tetapi juga karena buahnya yang memiliki kombinasi warna, rasa, dan
nilai nutrisi yang lengkap.Tanaman ini termasuk tanaman semusim atau
tanaman berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu atau semak, dengan
tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 m. Produksi buah dipengaruhi oleh tinggi
tanaman (92%), diameter buah (89%), dan panjang buah (78%), dengan
demikian, semakin tinggi tanaman maka produksi buah akan semakin
meningkat, (Cahyono, 2003). Tanaman cabai rawit dalam bahasa latinnya
Capsicum frustescens L. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropika, yang
menyukai daerah kering di temukan pada ketinggian 0,5 hingga 1250 meter
di atas permukaan laut.Bagi masyarakat Indonesia, buah cabai merupakan
salah satu bahan yang tidak di bisa dipisahkan dengan masakan sehari-hari,
dalam 100 gram cabai rawit mengandung 103 kal energi, 4.7g protein, 2.4g
lemak, 19.9g karbohidrat, 45 mg kalsium, 8 mg fosfor, vitamin A 11 mg ,
18
vitamin C 70 mg. Buahnya mengandung

19
kapsaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid atsiri, resin, minyak menguap,
vitamin (A dan C). kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkahsiat
untuk melancarkan aliran darah serta pemati rasa kulit. Biji cabai rawit
mengandung solanine, solamidine, solamargarine, solasodine, solasomine dan
steroid (Rahman, 2010).
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memiliki beberapa nama daerah
antara lain, di daerah jawa menyebutnya dengan lombok japlak, mengkreng,
cengis, ceplik, atau cempling. Dalam bahasa Sunda cabai rawit disebut cengek.
Sementara orang-orang di Nias dan Gayo menyebutnya dengan nama lada limi
dan pentek. Secara internasional, cabai rawit dikenal dengan nama thai pepper.
Klasifikasi cabai rawit adalah sebagai berikut, (Tjandra, 2011):
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum frutescens L. Gambar 1. Cabai Rawit
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu komoditas
sayuran yang keberadaannya tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat
Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan orangorang Eropa,
Amerika, dan beberapa negara Asia yang lebih menyukai pedasnya lada,
masyarakat Indonesia lebih menyukai pedasnya cabai.Cabai rawit digunakan
sebagai bahan bumbu dapur, bahan utama industri saus, industri bubuk cabai,
industri mie instan, sampai industri farmasi, (Warisno, 2010).

20
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan usaha pemesaran cabai rawit dilaksanakan pada bulan Agustus dan
September 2022. Pembelian cabai rawit dilaksanakan di Oenanale kelurahan
Sikumana, sedangkan kegiatan penjualannya dilakukan di rumah dan pasar
Inpres Naikoten kota Kupang.
3.2 Pelaksanaan Kegiatan
3.2.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan usaha pemasaran cabai rawit, rencananya akan dilaksanakan
dengan jadwal sebagai berikut.
Tabel 1. Rencana Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pemasaran Cabai Rawit
Pelaksanaan Kegiatan Waktu Pelaksanaan
Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4

Survey pasar

Pengadaan alat dan bahan

Penjualan

Sumber: Data Diolah (2022)

Tahapan dalam pelaksaan usaha pemasaran cabai rawit adalah sebagai berikut:
1. Survei dan negosiasi
Survei dilakukan terhadap pedagang pengumpul pada bulan Agustus
minggu ketiga tahun 2022 di Pasar Inpres Naikoten untuk melakuan
kesepakatan dengan pedagang pengumpul seperti jumlah cabai yang diminta,
harga jual serta sistem pembayaran kepada pedagangpengumpul.

21
2. Pengadaan alat dan bahan
Pengadaan alat dan bahan dilakukan oleh penulis yaitu membeli cabai
rawit dari petani dengan alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu timbangan
untuk mengetahui berapa banyak cabai rawit yang ditimbang, karung untuk
mengisih kemudian diangkut ke tempat penjualan.
3. Penjualan
Cabai rawit dipasarkan ke para pedagang pengumpul di pasar Inpres
Naikoten Kota Kupang. Ciri-ciri cabai rawit yang dipasarkan adalah warna
dari cabai tidakterlalu merah, dan masih kelihatan segar.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam usaha Pemasaran Cabai Rawit dilihat


dari tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan alat yang di gunkan dalam proses Pemasaran Cabai Rawit
No Alat Kapasitas/ Jumlah Fungsi Keterangan
Ukuran
1 Keranjang Besar Menyimpan cabai Sewa
2 Timbangan 5 kg Menimbang cabai Sewa
3 Karung 50 kg Media pengangkutan Beli

Sumber: Data Diolah, (2022)


3.3.2 Bahan Usaha Pemasaran Cabai Rawit
Bahan yang digunakan dalam usaha pemasaran Cabai Rawit seperti pada
tabel berikut.
Tabel 3. Kebutuhan bahan di gunakan dalam proses pemasaran Cabai Rawit
No Bahan Jumlah Satuan Keterangan
1 Cabai rawit 250 Kg Beli
2 Plastic kemasan 5 Pak Beli
3 Tali rafiah 5 Rol Beli
4 Paket Data Internet 100.000 Data Beli
5 Tenaga Kerja Tetap 1 Orang Peneliti
6 Timbangan 1 Unit Sewa
7 Keranjang 2 Keranjang Sewa
22
8 Karung 3 Lembar Beli
Sumber: Data Diolah (2022)

3.4 Tahap Pemasaran cabai rawit secara skematis

Tahapan pemasaran cabai rawit dapat di lihat pada gambar di bawah ini :

Survey Dan Negosiasi

Persiapan Alat Dan Bahan

Penjuala

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Srategi dan Fungsi Pemasaran

Jumlah produk yang di pasarkan sebanyak 250 kg dengan tingkat


kerusakan 10 kg dan kapasitas pemasaran 245 kg selama dua periode pemasaran
yang dapat di lihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rencana kapasitas produksi dalam usaha Pemasaran Cabai Rawit.
Periode JumlahPembelian (Kg) Tingkat Kerusakan Kapasitas Pemasaran
(Kg) (Kg)
I 100 2 98
II 100 3 97
III 50 - 50
Jumlah 250 5 245
Sumber: Data Diolah (2022)

4.2. Biaya Usaha Pemasaran Cabai Rawit


Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang di ukur dalam satuan uang,
yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjaadi untuk
tujuan tertentu (Mulyadi, 2001).
4.2.1. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak di pengaruhi
perubahan folume kegiatanatau aktifitas sampai tingkat kehiatan tertentu
(Mulyadi, 2001).
Tabel 5. Biaya tetap pemasaran Cabai Rawit
No Uraian Volume Satuan Harga Total Ket
satuan (Rp)
(Rp)
1 Cabai rawit 250 Kg 15.000 3.750.000 Beli
2 Karung 3 Buah 6000 18.000 Beli
3 Timbangan 1 Buah 20.000 20.000 Sewa
4 Plastic kemasan 5 Roll 5.000 25.000 Beli
5 Transportasi 1 Mobil 50.000 50.000 Sewa
6 Paket Data Internet 1 Data 100.000 100.000 Beli

24
7 Tenaga Kerja 10 HOK 76.000 76.000 Sewa
9 Keranjang 2 Keranjang 25.000 50.000 Beli
Total biaya tetap selama satu kali periode Pemasaran 4.089.000
Total biaya tetap selama dua kali periode pemasaran 8.178.000
Sumber: Data Diolah (2022)
Maka total biaya selama satu periode Pemasaran Cabai Rawit adalah Rp
8.178.000. Modal yang di gunakan dengan perputaran modal awal untuk tahap ke
dua pemasaran cabai rawit.
4.2.2. Biaya Tenaga Kerja
Menganalisis alokasi tenaga kerja petani dari usahatani cabai rawit, usahatani
lain dan di luar usahatani. Maka digunakan perhitungan secara matematis sebagai
berikut:

JK total = JO x HK x JK

JK total
HOK = JKS (Suratiyah, 2008)

Keterangan:

HOK = Hari orang kerja (Hari kerja)

JO = Jumlah orang (Orang)

HK = Hari kerja (Hari)

JK = Jam kerja (Jam), Jam kerja standar (JKS) untuk usahatani 7 jam, diluar

usahatani 8 jam (Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, 2007)

Maka:
JK total =1x2x7
= 14
HOK = 14 = 2
7

Jumlah tenaga kerja Tugas


1 Memebeli cabai rawit
dan memasarkan

25
4.3. Analisa Keuangan
4.3.1 Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi (HPP) komuditi Cabai rawit merupakan
perbandingan antara total biaya (Tolat cost-TC) Adan jumlah komuditi (Quanti-Q)
Cabai rawit yang akan di pasarkan. Dari 250 kg Cabai rawit yang di rencanakan
akan di pasarkan di perkirakan mengetahui tingkat kerusakan 5 kg. setelah
pengangkutan, sehingga total komuditas di pasarkan adalah 250 kg HPP adalah
sebagi berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
HPP = 𝑄

8.080.000
HPP = 245

HPP = 32.590
4.3.2. Harga Jual
Keuntungan (laba) yang di inginkan (mark up) dari kegiatan pemasaran
cabai rawit adalah sebesar 25% dari HPP, sehingga perhitungan penentuan harga
jual (P) Cabai Rawit adalah sebagai berikut:
P = HPP + (Mark Up x HPP)
= Rp. 32.590+(20% x 32.590)
= Rp. 32.590 + 6.518
= Rp. 39.108
Sehingga harga jual ditetapkan sebesar Rp 39.108/Kg
4.3.3. Penerimaan
Penerimaan dari 2 kali proses pemasaran menghasilkan 250 kg dan
penyusutan 5 kg dengan harga jual Rp 39.108 / kg. Sehingga jumlah penerimaan
untuk pemasaran cabai rawit adalah sebagai berikut:
Penerimaan = Harga x Jumlah Produksi
= Rp 40.000 x 250 kg
= Rp 10.000.000
Maka penerimaan selama 2 kali proses pemasaran adalah sebesar = Rp 10.000.000
26
4.3.4. Keuntungan
Keuntungan ( ) merupakan selisi antara total penerimaan dan total biaya
kegiatan pemasaran Cabai Rawit sehingga di peroleh keuntungan sebagai berikut :
= TR – TC
= Rp.10.000.000 – Rp. 8.080.000
= Rp.1.920.000
Keuntungan yang diterima dari usaha Pemasaran Cabai Rawit
adalah Rp. 1.920.000
4.3.5. Analisa Kelayakan Usaha
Analisa kelayakan di lakukan setelah gagasan Pemasaran Cabai Rawit
dalam dua kali produksi. Untuk analisis kelayakan metode analisa berbanding
antara penerimaan dan total biaya produksi (R/C Ratio). Tujuan kelayakan usaha
ini adalah untuk mulai layak atau tidak usaha tersebut:

R/C
8.080.000
R/C=
1.920.000

= Rp 3,25
Artinya setiap Rp.3 biaya yang di keluarkan akan di hasilkan penerimaan
sebesar Rp. 4,20 dengan demikian usaha Pemasaran Cabai Rawit ini layak secara
finansial layak untuk diusahakan atau dikembangkan.

27
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kegiatan Tugas Akhir yang dilaksanakan di kota Kupang


dapat disimplkan bahwa :

1. Fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fungsi penyediaan fisik
atau logis tic dan fungsi fasilitas penyediaan sarana.
2. Strategi pemasaran cabai rawit yang dilakukan dalam pelaksanaan Tugas
Akhir yaitu strategi produk, strategi harga, strategi promosi dan strategi
distribusi langsung dengan tujuan mempertahankan produk dalam proses
penjualan.
3. Hasil analisis usaha menunjukkan biaya usaha pemasaran cabai sebesar
Rp.1.000.000, keuntungan (laba) sebesar Rp. 1.920.000 sedangkan R/C ratio
sebesar Rp.3,25. Dengan demikian usaha pemasaran cabai rawit layak untuk
dikembangkan.

5.2 Saran
Dalam rangka memenangkan pesaing dan pemasaran cabai rawit, maka perlu
memperhatikan hal-hal berikut:

1. Melakukan negosiasi dengan para pedagang dan pelanggan sebelum


melakukakan pengadaan cabai rawit.
2. Agar cabai rawit yang dijual berkualitas maka perlu dilakukan sortasi
sebelum dan sesudah penyimpanan agar cabai rawit yang dijual tetap
berkualitas tinggi.
3. Harga jual yang ditetapkan sebaiknya tidak melebihi atau sama dengan harga
pesaing.

28
DAFTAR PUSTAKA

Armand, 2002. Pemasaran Hasil Pertanian. Brawijaya Press. Malang


Buchari Alma, 2008. Kewira usahawan. Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-12
Boediono, 2002, Ekonomi Mikro, Yogyakarta, BPFE-UGM
Buchari A, 2007.Pemasaran Strategik. Cetakan Kesatu, Penerbit Alfabeta,
Bandung Cahyono B. 2003. Cabai Rawit. Kanisius.Yogyakarta.
Case Karl E. & Ray C. Fair, 2006. Case Fair Prinsip-Prinsip Ekonomi, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Membangun Hortikultura Berdasarkan
Enam Pilar Pengembangan
David, 2004.Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Salemba Empat
Heryanto S Lyndon R. J. Pangemanan Audrey J. M. Maweikere, 2018.Saluran
Distribusi Komoditi Cabai Rawit Di Pasar Bersehati Kota
ManadoAgriSosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907– 4298, Volume 14 Nomor 2,
Hurriyati Ratih, 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung;
Alfabeta
Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya: conventional, just in time /RAD Jakarta: Refika
Aditama
Priyadi, I. 2015. Kandungan dan Manfaat Cabai Merah untuk Kesehatan.Jilid ke-
2 edisi ke- 9. PT: lndeks. Jakarta
Prawirosentono, Suyadi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan
Kinerja Karyawan. Edisi 1. Cetakan Kedelapan. BPFE. Yogyakarta
Rahman S. 2010. Meraup untuk bertanam cabai rawit dengan polybag.Penerbit
Lily publiser Yogyakarta.
Soekartawi, 2005. Agroindustri Dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Sondang Siagian,2018. Analisis serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi
Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung cet. Ket-6
Sunyoto D, 2013. Perilaku Komsumen. Yogyakarta: CAPS
Sofyan Assauri, 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

29
Tjandra Ellen, 2011. Panen Cabai Rawit di Polybag. Cahaya Atma, Yogyakarta
Tjiptono, F. 2012. Pemasaran Jasa, Bayumedia, Malang
Warisno. K. D. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Zen, Zahari. 2010. Mengukur Efisiensi Produk Agribisnis. Bandung: Mandar Maju
Kotler P, & Amstrong G, 2012).Prinsip-Prinsip Pemasaran (13th ed.). Jakarta:
Erlangga.

30
LAMPIRAN

Tabel 7. Pembelian dan pemasaran bahan baku Pemasaran Cabe Rawit.

Hari/Tanggal Kegiatan Lokasi Ket


Selasa,06/09/2022 Pembelian Oenale, Sikumana (Kupang) 250 kg dengan harga Rp
15.000/kg
= Rp. 3.750.000
Penjualan Rumah dan Pasar Inpres ( Kupang) Menjual dengan harga
Rp.40.000/kg
Sumber: Data Diolah, (2022)

 GAMBAR KEGIATAN

1.

SORTASI

2.

PENJUALAN DI RUMAH

Anda mungkin juga menyukai