Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pertanian adalah salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia, yang
notabene adalah negara agraris. Hal ini dikarenakan sektor pertanian menyumbang
pendapatan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Secara garis besar, kegiatan pertanian
dalam sistem agribisnis terbagi menjadi dua yaitu kegiatan on farm (hulu) dan off farm (hilir).
Kegiatan on farm merupakan subsistem agroindustri hulu yang berkaitan dengan pengadaan
sarana produksi pertanian dan budidaya pertanian. Kegiatan off farm merupakan subsistem
agroindustri hilir yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil
pertanian. Permasalahan sektor pertanian yang masih perlu menjadi fokus bagi Indonesia
hingga saat ini berkaitan dengan kegiatan off farm atau agroindustri hilir. Hal ini dikarenakan
mayoritas masyarakat Indonesia yang berkecimpung dalam bidang pertanian hanya
melakukan kegiatan on farm. Padahal hasil pertanian mentah yang dihasilkan dari kegiatan
on farm (budidaya tanaman) memberi keuntungan yang lebih rendah dibanding produk
pertanian jadi, sehingga proses pengolahan dalam kegiatan off farm sangat dibutuhkan untuk
memberi nilai tambah bagi hasil pertanian tersebut.
Kegiatan pertanian dalam skala modern dan bersifat komersial dikenal dengan istilah
agroindustri. Agroindustri adalah kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian
sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan, serta jasa untuk kegiatan
tersebut. Agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang
memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian, dan industri jasa sektor
pertanian.

1
Agroindustri pengolahan hasil pertanian merupakan bagian dari agroindustri yang
mengolah bahan baku yang bersumber dari tanaman, hewan, dan ikan. Pengolahan yang
dimaksud berupa proses transformasi dan pengawetanmelalui perubahan fisik atau kimiawi,
penyimpanan, pengepakan, dan distribusi. Pengolahan dapat berupa pengolahan sederhana
seperti pembersihan, pemilihan (grading), dan pengepakan. Selain itu, dapat pula dilakukan
pegolahan yang lebih canggih, misalnya penggilingan (milling), penepungan (powdering),
ekstraksi dan penyulingan 2 (extraction), penggorengan (roasting), pemintalan (spinning),
pengalengan (canning), dan proses pabrikasi lainnya (Udayana, 2011).
Perkembangan agroindustri di Indonesia tergolong cukup pesat karena didukung oleh
ketersediaan faktor-faktor produksi berupa Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya
Manusia (SDM). Jenis agroindustri yang banyak berkembang di Indonesia yaitu industri
pengolahan hasil pertanian menjadi berbagai produk olahan, salah satunya yaitu produk
makanan.

B. Rumusan Masalah
1. Mengidentifikasi Pemasaran Hasil Pertanian
2. Mengidentifikasi Aspek Pemasaran Agribisnis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Subsistem Pemasaran


Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri
baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan
dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar
luar negeri. Sistem adalah sekolompok item atau bagian-bagian yang saling berhubungan dan
saling berkaitan secara tetap dalam membentuk satu kesatuan terpadu.
Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas
pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan
pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya.
Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran
yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari
produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai
produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemasaran, dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem
komoditas.
Sistem pemasaran agribisnis tersebut mencakup kegiatan produktif yang dilakukan
oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem komoditas tersebut, baik secara vertikal
berdasarkan urutan penambahan kegunaan maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan
kegiatan produktif yang sama. Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh
tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut, yang
selanjutnya menentukan kinerja operasi dan proses sistem.
Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal dan
integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang
tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku.

B.      Aspek Pemasaran Agribisnis


Pengertian pemasaran jauh lebih luas dari pasar. Di dalam pemasaran tercakup semua
kegiatan yang berkaitan dengan usaha memasarkan produk, termasuk juga jalur
pemasaran/tata niaganya. Untuk lebih jelasnya akan dibahas mengenai pasar, jalur
pemasaran/ tata niaga, dan kegiatan pemasaran.

3
1. Pasar
Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat
dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha agribisnis pertanian, pasar merupakan
tempat melempar hasil produksinya. Dikenal ada beberapa macam pasar (saluran distribusi)
dalam agribisnis pertanian, antara lain pasar langsung atau saluran distribusi langsung,
saluran distribusi tidak langsung, dan eksportir.
Saluran distribusi langsung yaitu saluran distribusi yang langsung mengarah pada
konsumen, seperti hotel, restauran, rumah sakit dan rumah tangga. Saluran distribusi
langsung ini biasanya dilakukan oleh pengusaha agribisnis pertanian dalam skala kecil atau
pengusaha agribisnis pertanian yang sudah besar tetapi secara khusus mengadakan kerjasama
dengan pihak konsumen dengan kriteria dan kualitas hasil peroduksi yang sudah disepakati.
Dalam hal ini misalnya seorang pengusaha agribisnis pertanian mengadakan kerjasama
dengan pihak industri pengolahan yang berbasis pertanian.
Saluran distribusi tidak langsung, seperti pasar pasar tradisional, swalayan, pedagang
pengecer dan koperasi. Mata rantai atau tata niaga perdagangan dalam saluran distribusi ini
sangat beragam. Ada kalanya seorang pelaku agribisnis pertanian yang langsung membawa
hasil produksinya ke pasar, tetapi tidak sedikit pula yang karena keterbatasan sarana
transportasi, arus informasi, dan komunikasi, hasil produksi agribisnis pertanian harus
dikumpulkan oleh pedagang pengumpul.
Saluran distribusi yang terakhir adalah eksportir. Dari eksportir inilah nantinya konsumen
luar negeri dapat dijangkau. Untuk melakukan ekspor hasil produksi agribisnis pertanian,
biasanya ditetapkan standar mutu yang dikeluarkan oleh negara tujuan terhadap kualitas
produk agribisnis pertanian. Dalam melakukan ekspor perlu memperhatikan keadaan dan
kebutuhan pasar negara yang akan dituju.
2. Jalur Pemasaran Atau Tataniaga Produk Agribisnis Pertanian
Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk usaha agribisnis pertanian ini hampir selalu
melalui perantara. Jalan yang dilalui oleh produk agribisnis pertanian tersebut, dengan atau
tanpa melalui perantara hingga sampai kepada konsumen dikenal dengan istilah jalur
pemasaran atau jalur tata niaga.
Pada umumnya jalur tata niaga ada dua macam yaitu jalur langsung sederhana dan jalur
dengan perantara.
a) Jalur tata niaga agribisnis pertanian secara langsung
Di sini produsen langsung berhadapan dengan konsumen. Harga yang dibayar konsumen
sama besamya dengan yang diterima produsen. Dengan demikian, dari segi harga, produsen

4
akan mendapatkan harga yang wajar. Di lain pihak konsumen juga merasa untung karena
mendapat produk yang lebih segar. Meskipun demikian, jalur tata niaga ini mempunyai
beberapa kelemahan seperti lingkup atau kapasitas pasar atau konsumen yang tidak begitu
luas, produsen tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan mengolah produk
menjadi bentuk lain dan dengan harga yang lebih baik, serta produsen tidak dapat meluaskan
jaringan pemasaran karena dengan meluaskan jaringan pemasaran, berarti terlepas dari
profesinya sebagai petani atau produsen.
b) Jalur tata niaga agribisnis pertanian dengan perantara
Jalur tata niaga ini melibatkan pedagang perantara sehingga produsen tidak dapat
langsung berhubungan dengan konsumen. Yang dimaksud dengan pedagang perantara yaitu
pedagang yang memiliki dan menguasai barang serta menyalurkan dengan tujuan mendapat
keuntungan.
Macam pedagang perantara yang biasa dijumpai dalam usaha agribisnis pertanian adalah
pedagang eceran, pedagang besar, dan pedagang pengumpul. Pedagang eceran merupakan
perantara yang menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen akhir. Sementar
pedagang besar adalah pedagang yang menerima produk agribisnis pertanian dari petani atau
pedagang pengumpul dan menyalurkan kepada pedagang kecil atau eceran. Sedangkan
pedagang pengumpul merupakan pedagang yang mengumpulkan sejumlah kecil produk dan
beberapa produsen dan menjualnya dalam jumlah besar pada langganannya. Pendek kata,
semua pedagang yang berfungsi sebagai penyalur dan produsen ke konsumen adalah
pedagang perantara.
Banyaknya pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga menjadi semakin panjang.
Akibatnya tingkat harga yang diterima petani relatif sangat rendah dibanding dengan harga
yang harus dibayar oleh konsumen. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya upaya
memperpendek jalur tata niaga, disamping upaya peningkatan efisiensi peranan lembaga tata
niaga serta perbaikan sarana transportasi.
3. Kegiatan Pemasaran Produk Agribisnis Pertanian
Dalam usaha agribisnis pertanian kegiatan pemasaran berperan sebagai pembuka jalan
bagi produk untuk sampai ke pasar. Bila kegiatan ini sampai terhambat, produk akan
tersendat-sendat memasuki pasar. Padahal, produk dari usaha agribisnis pertanian
mempunyai sifat yang mudah sekali rusak atau tidak tahan lama.

Berkaitan dengan kegiatan pemasaran, yang perlu dilakukan oleh pengusaha agribisnis
pertanian adalah memahami tentang studi pemasaran, memperkirakan jumlah produksi,

5
mempersiapkan produk, menentukan harga jual, menentukan distribusi, dan menentukan
kebijakkan promosi.

a) Studi Pemasaran Agribisnis Pertanian


Studi pemasaran ini mencakup aspek yang cukup luas, antara lain studi pasar, studi
mengenai produk yang dihasilkan, distribusi, konsumen, dan promosi (jika perlu). Studi
pemasaran dimaksudkan untuk mencari data-data mengenai permintaan terhadap jenis
komoditas agribisnis pertanian pada waktu lalu, sekarang, dan yang akan datang.
b) Memperkirakan Jumlah Produksi Agribisnis Pertanian
Perkiraan jumlah produksi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
pemasaran telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada umumnya permintaan terhadap
produk usaha agribisnis pertanian selalu mengalami pasang surut. Jika tidak diatasi dengan
usaha memperkirakan jumlah penjualan maka akan terjadi kelebihan produk yang tidak bisa
dilempar ke pasar. Atau, kalaupun bisa memasuki pasar maka harganya akan turun jauh di
bawah harga yang di inginkan.
c) Mempersiapkan Produk Agribisnis Pertanian
Pengusaha agribisnis harus benar-benar tahu produk seperti apa kualitas produk yang
diinginkan oleh konsumen. Untuk menghasilkan produk yang bisa memenuhi keinginan
konsumen, antara lain dapat ditempuh dengan cara:
 Menetapkan standar kualitas produk agribisnis pertanian,
 Tidak mengandalkan satu jenis produk atau komoditas agribisnis pertanian,
 Usahakan menggunakan kemasan spesial sehingga menarik konsumen,
 Buat inovasi untuk mencoba membuat produk olahan sehingga produk agribisnis
pertanian bisa memiliki nilai tambah.
4. Menentukan Kebijakan Harga Jual Produk Agribisnis
Harga jual akan sangat menentukan posisi pengusaha dalam persaingan. Harga jual yang
ditetapkan harus benar-benar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen di samping
harus dapat memenuhi pencapaian tujuan perusahaan. Memang pada kenyataannya harga jual
komoditi agribisnis pertanian sangat tidak menentu. Hal ini tentu saja akibat dari tidak adanya
estimasi produksi yang dilakukan oleh praktisi agribisnis pertanian karena memang daya
dukung sumber data untuk melakukan itu sangat tidak mewakili. Akan tetapi, sebagai pelaku
agribisnis yang maju, tentu saja segala upaya akan dilakukan untuk membuat analisa pasar
terhadap kebutuhan konsumen akan jenis produk agribisnis. Selain itu perkiraan jumlah
produksi secara nasional terhadap jenis komoditi agribisnis pertanian juga perlu dilakukan.

6
Dengan melakukan estimasi produksi dan analisa kebutuhan konsumen tersebut, maka
paling tidak pelaku usaha agribisnis pertanian sudah berupaya untuk mengantisipasi resiko
harga jatuh pada saat panen. Sekalipun tingkat akurasi analisa pasar tersebut masih sangat
rendah. Dengan jam terbang yang tinggi, maka tingkat akurasi akan semakin baik.
5. Menentukan Distribusi Produk Agribisnis
Dalam menentukan saluran distribusi produk atau komoditas, pengusaha agribisnis
pertanian dapat memilih untuk melakukannya sendiri atau melalui perantara. Ada beberapa
alasan pengusaha memilih perantara dalam mendistribusikan produknya antara lain ;
 Pertimbangan dana dan personalia penjualan,
 Efisiensi kerja,
 Keadaan prasarana daerah pemasaran setempat, dan
 Pengetahuan dan pengalaman menangani daerah pemasaran setempat.
6. Menentukan Kebijakan Promosi Produk Agribisnis
Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan, meyakinkan, dan mengingatkan kembali
manfaat dan kualitas produk kepada konsumen. Promosi biasanya dilakukan terhadap jenis
komoditi agribisnis baru atau peluncuran varietas baru. Kegiatan promosi harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu:
 Jumlah dana yang tersedia untuk promosi,
 Masa tahapan siklus produksi,
 Konsumen yang ingin dituju, dan
 Sifat atau ciri khusus produk yang dihasilkan.

7
Subsistem pemasaran hasil pertanian juga memiliki permasalahan dalam pemasarannya
berikut masalah utama yang dihadapi pada pemasaran produk pertanian meliputi, antara lain:
1. Kesinambungan produksi
Salah satu penyebab timbulnya berbagai masalah pemasaran hasil petanian
berhubungan dengan sifat dan ciri khas produk pertanian, yaitu: Pertama, volume
produksi yang kecil karena diusahakan dengan skala usaha kecil (small scale farming).
Pada umumnya petani melakukan kegiatan usaha tani dengan luas lahan yang sempit,
yaitu kurang dari 0,5 ha. Di samping itu, teknologi yang digunakan masih sederhana dan
belum dikelola secara intensif, sehingga produksinya belum optimal; Kedua, produksi
bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu. Kondisi tersebut
mengakibatkan pada saat musim produksi yang dihasilkan melimpah sehingga harga jual
produk tersebut cenderung menurun. Sebaliknya pada saat tidak musim produk yang
tersedia terbatas dan harga jual melambung tinggi, sehingga pedagang-pedagang
pengumpul harus menyediakan modal yang cukup besar untuk membeli produk tersebut.
Bahkan pada saat-saat tertentu produk tersebut tidak tersedia sehingga perlu didatangkan
dari daerah lain; Ketiga, lokasi usaha tani yang terpencar-pencar sehingga menyulitkan
dalam proses pengumpulan produksi. Hal ini disebabkan karena letak lokasi usaha tani
antara satu petani dengan petani lain berjauhan dan mereka selalu berusaha untuk mencari
lokasi penanaman yang sesuai dengan keadaan tanah dan iklim yang cocok untuk
tanaman yang diusahakan. Kondisi tersebut menyulitkan pedagang pengumpul dalam hal
pengumpulan dan pengangkutan, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mengumpulkan produk yang dihasilkan petani. Kondisi tersebut akan memperbesar biaya
pemasaran; Keempat, sifat produk pertanian yang mudah rusak, berat dan memerlukan
banyak tempat. Hal ini menyebabkan ada pedagang-pedagang tertentu yang tidak mampu
menjual produk pertanian, karena secara ekonomis lebih menguntungkan menjual produk
industri (agroindustri).
2. Kurang memadainya pasar
Kurang memadainya pasar yang dimaksud berhubungan dengan cara penetapan harga
dan pembayaran. Ada tiga cara penetapan harga jual produk pertanian yaitu: sesuai
dengan harga yang berlaku; tawar-menawar; dan borongan. Pemasaran sesuai dengan
harga yang berlaku tergantung pada penawaran dan permintaan yang mengikuti
mekanisme pasar. Penetapan harga melalui tawar-menawar lebih bersifat kekeluargaan,
apabila tercapai kesepakatan antara penjual dan pembeli maka transaksi terlaksana.
Praktek pemasaran dengan cara borongan terjadi karena keadaan keuangan petani yang

8
masih lemah. Cara ini terjadi melalui pedagang perantara. Pedagang perantara ini
membeli produk dengan jalan memberikan uang muka kepada petani. Hal ini dilakukan
sebagai jaminan terhadap produk yang diingini pedagang bersangkutan, sehingga petani
tidak berkesempatan untuk menjualnya kepada pedagang lain.
3. Panjangnya saluran pemasaran
Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan
(marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang dikeluarkan sebagai keuntungan
pedagang. Hal tersebut cenderung memperkecil bagian
yang diterima petani dan memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang
pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang harus
dilalui mulai dari petani sampai ke konsumen akhir.
4. Rendahnya kemampuan tawar-menawar
Kemampuan petani dalam penawaran produk yang dihasilkan masih terbatas karena
keterbatasan modal yang dimiliki, sehingga ada kecenderungan produk-produk yang
dihasilkan dijual dengan harga yang rendah. Berdasarkan keadaan tersebut, maka yang
meraih keuntungan besar pada umumnya adalah pihak pedagang. Keterbatasan modal
tersebut berhubungan dengan: Pertama, sikap mental petani yang suka mendapatkan
pinjaman kepada tengkulak dan pedagang perantara. Hal ini menyebabkan tingkat
ketergantungan petani yang
tinggi pada pedagang perantara, sehingga petani selalu berada dalam posisi yang lemah;
Kedua, fasilitas perkreditan yang disediakan pemerintah belum dapat dimanfaatkan secara
optimal. Ada beberapa faktor yang
menyebabkannya antara lain belum tahu tentang prosedur pinjaman, letak lembaga
perkreditan yang jauh dari tempat tinggal, tidak mampu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan. Di samping itu khawatir terhadap risiko dan ketidakpastian selama proses
produksi sehingga pada waktunya tidak mampu mengembalikan kredit. Ini menunjukkan
pengetahuan dan pemahaman petani tentang masalah perkreditan masih terbatas, serta
tingkat kepercayaan petani yang masih rendah.
5. Berfluktuasinya harga
Harga produksi hasil pertanian yang selalu berfluktuasi tergantung dari perubahan
yang terjadi pada permintaan dan penawaran. Naik turunnya harga dapat terjadi dalam
jangka pendek yaitu per bulan, per minggu bahkan per hari atau dapat pula terjadi dalam
jangka panjang. Untuk komoditas pertanian yang cepat rusak seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan pengaruh perubahan permintaan pasar kadang-kadang sangat menyolok

9
sekali sehingga harga yang berlaku berubah dengan cepat. Hal ini dapat diamati
perubahan harga pasar yang berbeda pada pagi, siang dan sore hari. Pada saat musim
produk melimpah harga rendah, sebaliknya pada saat tidak musim harga meningkat
drastis. Keadaan tersebut menyebabkan petani sulit dalam melakukan perencanaan
produksi, begitu juga dengan pedagang sulit dalam memperkirakan permintaan.
6. Kurang tersedianya informasi pasar
Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang diproduksi, di mana,
mengapa, bagaimana dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan terbaik. Oleh
sebab itu informasi pasar yang tepat dapat mengurangi resiko usaha sehingga pedagang
dapat beroperasi dengan margin pemasaran yang rendah dan memberikan keuntungan
bagi pedagang itu sendiri, produsen dan konsumen. Keterbatasan informasi pasar terkait
dengan letak lokasi usaha tani yang terpencil, pengetahuan dan kemampuan dalam
menganalisis data yang masih kurang dan lain sebagainya. Di samping itu, dengan
pendidikan formal masyarakat khususnya petani masih sangat rendah menyebabkan
kemampuan untuk mencerna atau menganalisis sumber informasi sangat terbatas. Kondisi
tersebut menyebabkan usaha tani dilakukan tanpa melalui perencanaan yang matang.
Begitu pula pedagang tidak mengetahui kondisi pasar dengan baik, terutama kondisi
makro.
7. Kurang jelasnya jaringan pemasaran
Produsen dan/atau pedagang dari daerah sulit untuk menembus jaringan pemasaran
yang ada di daerah lain karena pihak-pihak yang terlibat dalam jaringan pemasaran
tersebut dan tempat kegiatan berlangsung tidak diketahui. Di samping itu, tidak diketahui
pula aturan-aturan yang berlaku dalam sistem tersebut. Hal ini menyebabkan produksi
yang dihasilkan mengalami hambatan dalam hal perluasan jaringan pemasaran. Pada
umumnya suatu jaringan pemasaran yang ada antara produsen dan pedagang memiliki
suatu kesepakatan yang membentuk suatu ikatan yang kuat. Kesepakatan tersebut
merupakan suatu rahasia tidak tertulis yang sulit untuk diketahui oleh pihak lain.
8. Rendahnya kualitas produksi
Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan karena penanganan yang dilakukan belum
intensif. Masalah mutu ini timbul karena penanganan kegiatan mulai dari prapanen
sampai dengan panen yang belum dilakukan dengan baik. Masalah mutu produk yang
dihasilkan juga ditentukan pada kegiatan pascapanen, seperti melalui standarisasi dan
grading. Standarisasi dapat memperlancar proses muat-bongkar dan menghemat ruangan.
Grading dapat menghilangkan keperluan inspeksi, memudahkan perbandingan harga,

10
mengurangi praktek kecurangan, dan mempercepat terjadinya proses jual beli. Dengan
demikian kedua kegiatan tersebut dapat melindungi barang dari kerusakan, di samping itu
juga mengurangi biaya angkut dan biaya penyimpanan. Namun demikian kedua kegiatan
tersebut sulit dilakukan untuk produksi hasil pertanian yang cepat rusak. Kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi antara lain mutu produk dapat berubah setelah berada di
tempat tujuan, susut dan/atau rusak karena pengangkutan, penanganan dan penyimpanan.
Hal ini menyebabkan produk yang sebelumnya telah diklasifikasikan berdasarkan mutu
tertentu sesuai dengan permintaan dapat berubah sehingga dapat saja ditolak atau dibeli
dengan harga yang lebih murah.
9. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia
Masalah pemasaran yang tak kalah pentingnya adalah rendahnya mutu sumberdaya
manusia, khususnya di daerah pedesaan. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini
tidak pula didukung oleh fasilitas pelatihan yang memadai, sehingga penanganan produk
mulai dari prapanen sampai ke pascapanen dan pemasaran tidak dilakukan dengan baik.
Di samping itu, pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada praktek budidaya dan
belum mengarah kepada praktek pemasaran. Hal ini menyebabkan pengetahuan petani
tentang pemasaran tetap saja kuarang, sehingga subsistem pemasaran menjadi yang
paling lemah dan perlu dibangun dalam sistem agribisnis (Syahza. A, 2002a). Kondisi
yang hampir sama juga terjadi di perkotaan, yaitu kemampuan para pedagang perantara
juga masih terbatas. Hal ini dapat diamati dari kemampuan melakukan negosiasi dengan
mitra dagang dan mitra usaha yang bertaraf modern (swalayan, supermarket, restoran,
hotel) masih langka. Padahal pasar modern merupakan peluang produk pertanian yang
sangat bagus karena memberikan nilai tambah yang tinggi

11
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa didalam subsistem pemasaran mencakup semua hasil-hasil
usaha tani dan agroindustri baik untuk pasar dosmetik maupun ekspor. Subsistem ini
mempunyai aspek-aspek pemasaran yang mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan
usaha memasarkan produk. Seperti pasar, jalur pemasaran/tata niaga dan kegiatan pemasaran.
Dan dalam susbsistem ini kegiatan nya tidak selalu lancar ada juga masalah utama yang harus
dihadapi seperti :
1. Kesinambungan produk
2. Kurang memadainya pasar
3. Panjangnya saluran pasar
4. Rendahnya kemampuan tawar-menawar
5. Berfluktuasinya harga
6. Kurang tersedianya informasi pasar
7. Kurang jelasnya jaringan pasar
8. Rendahnya kualitas produksi
9. Rendahnya kualitas sumber daya manusia

B. Saran
Diharapkan para pembaca dapat mengetahui pengertian subsistem pemasaran hasil
pertanian atau agribisnis, aspek-aspek pemasaran agribisnis dan permasalahan apa saja yang
terjadi dalam subsistem pemasaran. Dan dapat juga mengatasi permasalahan yang terjadi.

12
BAB IV
PENUTUP

13
DAFTAR PUSTAKA

Adryan Afandi. 2017 masalah pemasaran agribisnis di http://masalahpemasaran-

agribisnis-provjambi.blogspot.com/ (diakses 21 Maret 2019).

Budi Pangestu. 2016 di http://budipangestuumb.blogspot.com/ ( diakses 21 Maret 2019).

https://www.google.com/search?

q=subsistem+pemasaran+hasil+pertanian&safe=strict&client=firefox-b-

d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj0nNy4lJLhAhVQT30KHYqzDww

Q_AUIDigB&biw=1366&bih=654#imgrc=_ (diakses 21 Maret 2019)

14

Anda mungkin juga menyukai