Anda di halaman 1dari 10

SUBSISTEM PEMASARAN DAN MENJELASKAN PERAN AGRIBISNIS

Pengertian Subsitem Pemasaran

Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar
domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan
informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.

Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa,
ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta
mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Sistem pemasaran agribisnis merupakan suatu
kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk
memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya
memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga pemasaran, dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem
komoditas.

Sistem pemasaran agribisnis tersebut mencakup kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga yang ada dalam sistem komoditas tersebut, baik secara vertikal berdasarkan urutan
penambahan kegunaan maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan kegiatan produktif yang sama.
Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh
kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut, yang selanjutnya menentukan kinerja operasi dan
proses sistem.

Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal dan integrasi horizontal
yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang
dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku.

Aspek Pemasaran Agribisnis

Pengertian pemasaran jauh lebih luas dari pasar. Di dalam pemasaran tercakup semua kegiatan yang
berkaitan dengan usaha memasarkan produk, termasuk juga jalur pemasaran/tata niaganya. Untuk lebih
jelasnya akan dibahas mengenai pasar, jalur pemasaran/ tata niaga, dan kegiatan pemasaran.

1. Pasar

Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat dengan mudah
saling berhubungan. Bagi pengusaha agribisnis pertanian, pasar merupakan tempat melempar hasil
produksinya. Dikenal ada beberapa macam pasar (saluran distribusi) dalam agribisnis pertanian, antara
lain pasar langsung atau saluran distribusi langsung, saluran distribusi tidak langsung, dan eksportir.
Saluran distribusi langsung yaitu saluran distribusi yang langsung mengarah pada konsumen, seperti
hotel, restauran, rumah sakit dan rumah tangga. Saluran distribusi langsung ini biasanya dilakukan oleh
pengusaha agribisnis pertanian dalam skala kecil atau pengusaha agribisnis pertanian yang sudah besar
tetapi secara khusus mengadakan kerjasama dengan pihak konsumen dengan kriteria dan kualitas hasil
peroduksi yang sudah disepakati. Dalam hal ini misalnya seorang pengusaha agribisnis pertanian
mengadakan kerjasama dengan pihak industri pengolahan yang berbasis pertanian.

Saluran distribusi tidak langsung, seperti pasar pasar tradisional, swalayan, pedagang pengecer dan
koperasi. Mata rantai atau tata niaga perdagangan dalam saluran distribusi ini sangat beragam. Ada
kalanya seorang pelaku agribisnis pertanian yang langsung membawa hasil produksinya ke pasar, tetapi
tidak sedikit pula yang karena keterbatasan sarana transportasi, arus informasi, dan komunikasi, hasil
produksi agribisnis pertanian harus dikumpulkan oleh pedagang pengumpul.

Saluran distribusi yang terakhir adalah eksportir. Dari eksportir inilah nantinya konsumen luar negeri
dapat dijangkau. Untuk melakukan ekspor hasil produksi agribisnis pertanian, biasanya ditetapkan
standar mutu yang dikeluarkan oleh negara tujuan terhadap kualitas produk agribisnis pertanian. Dalam
melakukan ekspor perlu memperhatikan keadaan dan kebutuhan pasar negara yang akan dituju.

2. Jalur Pemasaran Atau Tataniaga Produk Agribisnis Pertanian

Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk usaha agribisnis pertanian ini hampir selalu melalui
perantara. Jalan yang dilalui oleh produk agribisnis pertanian tersebut, dengan atau tanpa melalui
perantara hingga sampai kepada konsumen dikenal dengan istilah jalur pemasaran atau jalur tata niaga.

Pada umumnya jalur tata niaga ada dua macam yaitu jalur langsung sederhana dan jalur dengan
perantara.

a. Jalur tata niaga agribisnis pertanian secara langsung

Di sini produsen langsung berhadapan dengan konsumen. Harga yang dibayar konsumen sama besamya
dengan yang diterima produsen. Dengan demikian, dari segi harga, produsen akan mendapatkan harga
yang wajar. Di lain pihak konsumen juga merasa untung karena mendapat produk yang lebih segar.
Meskipun demikian, jalur tata niaga ini mempunyai beberapa kelemahan seperti lingkup atau kapasitas
pasar atau konsumen yang tidak begitu luas, produsen tidak tertarik untuk meningkatkan pendapatan
dengan mengolah produk menjadi bentuk lain dan dengan harga yang lebih baik, serta produsen tidak
dapat meluaskan jaringan pemasaran karena dengan meluaskan jaringan pemasaran, berarti terlepas
dari profesinya sebagai petani atau produsen.

b.Jalur tata niaga agribisnis pertanian dengan perantara

Jalur tata niaga ini melibatkan pedagang perantara sehingga produsen tidak dapat langsung
berhubungan dengan konsumen. Yang dimaksud dengan pedagang perantara yaitu pedagang yang
memiliki dan menguasai barang serta menyalurkan dengan tujuan mendapat keuntungan.
Macam pedagang perantara yang biasa dijumpai dalam usaha agribisnis pertanian adalah pedagang
eceran, pedagang besar, dan pedagang pengumpul. Pedagang eceran merupakan perantara yang
menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen akhir. Sementar pedagang besar adalah
pedagang yang menerima produk agribisnis pertanian dari petani atau pedagang pengumpul dan
menyalurkan kepada pedagang kecil atau eceran. Sedangkan pedagang pengumpul merupakan
pedagang yang mengumpulkan sejumlah kecil produk dan beberapa produsen dan menjualnya dalam
jumlah besar pada langganannya. Pendek kata, semua pedagang yang berfungsi sebagai penyalur dan
produsen ke konsumen adalah pedagang perantara.

Banyaknya pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga menjadi semakin panjang.
Akibatnya tingkat harga yang diterima petani relatif sangat rendah dibanding dengan harga yang harus
dibayar oleh konsumen. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya upaya memperpendek jalur tata niaga,
disamping upaya peningkatan efisiensi peranan lembaga tata niaga serta perbaikan sarana transportasi.

3. Kegiatan Pemasaran Produk Agribisnis Pertanian

Dalam usaha agribisnis pertanian kegiatan pemasaran berperan sebagai pembuka jalan bagi produk
untuk sampai ke pasar. Bila kegiatan ini sampai terhambat, produk akan tersendat-sendat memasuki
pasar. Padahal, produk dari usaha agribisnis pertanian mempunyai sifat yang mudah sekali rusak atau
tidak tahan lama.

Berkaitan dengan kegiatan pemasaran, yang perlu dilakukan oleh pengusaha agribisnis pertanian
adalah memahami tentang studi pemasaran, memperkirakan jumlah produksi, mempersiapkan produk,
menentukan harga jual, menentukan distribusi, dan menentukan kebijakkan promosi.

a. Studi Pemasaran Agribisnis Pertanian

Studi pemasaran ini mencakup aspek yang cukup luas, antara lain studi pasar, studi mengenai produk
yang dihasilkan, distribusi, konsumen, dan promosi (jika perlu). Studi pemasaran dimaksudkan untuk
mencari data-data mengenai permintaan terhadap jenis komoditas agribisnis pertanian pada waktu lalu,
sekarang, dan yang akan datang.

b. Memperkirakan Jumlah Produksi Agribisnis Pertanian

Perkiraan jumlah produksi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pemasaran telah
sesuai dengan yang direncanakan. Pada umumnya permintaan terhadap produk usaha agribisnis
pertanian selalu mengalami pasang surut. Jika tidak diatasi dengan usaha memperkirakan jumlah
penjualan maka akan terjadi kelebihan produk yang tidak bisa dilempar ke pasar. Atau, kalaupun bisa
memasuki pasar maka harganya akan turun jauh di bawah harga yang di inginkan.

C. Mempersiapkan Produk Agribisnis Pertanian


Pengusaha agribisnis harus benar-benar tahu produk seperti apa kualitas produk yang diinginkan oleh
konsumen. Untuk menghasilkan produk yang bisa memenuhi keinginan konsumen, antara lain dapat
ditempuh dengan cara:

1. Tidak mengandalkan satu jenis produk atau komoditas agribisnis pertanian,

2. Menetapkan standar kualitas produk agribisnis pertanian,

3. Usahakan menggunakan kemasan spesial sehingga menarik konsumen,

4. Buat inovasi untuk mencoba membuat produk olahan sehingga produk agribisnis pertanian bisa
memiliki nilai tambah.

4. Menentukan Kebijakan Harga Jual Produk Agribisnis

Harga jual akan sangat menentukan posisi pengusaha dalam persaingan. Harga jual yang ditetapkan
harus benar-benar dapat memberikan kepuasan kepada konsumen di samping harus dapat memenuhi
pencapaian tujuan perusahaan. Memang pada kenyataannya harga jual komoditi agribisnis pertanian
sangat tidak menentu. Hal ini tentu saja akibat dari tidak adanya estimasi produksi yang dilakukan oleh
praktisi agribisnis pertanian karena memang daya dukung sumber data untuk melakukan itu sangat tidak
mewakili. Akan tetapi, sebagai pelaku agribisnis yang maju, tentu saja segala upaya akan dilakukan
untuk membuat analisa pasar terhadap kebutuhan konsumen akan jenis produk agribisnis. Selain itu
perkiraan jumlah produksi secara nasional terhadap jenis komoditi agribisnis pertanian juga perlu
dilakukan. Dengan melakukan estimasi produksi dan analisa kebutuhan konsumen tersebut, maka paling
tidak pelaku usaha agribisnis pertanian sudah berupaya untuk mengantisipasi resiko harga jatuh pada
saat panen. Sekalipun tingkat akurasi analisa pasar tersebut masih sangat rendah. Dengan jam terbang
yang tinggi, maka tingkat akurasi akan semakin baik.

5. Menentukan Distribusi Produk Agribisnis

Produk pertanian pada umumnya mudah rusak, relatif homogen, kuantitas dan kualitasnyamudah
berubah, dihasilkan secara musiman dan daerah produksinya terpencar dan terspesialisarosi menurut
kesesuaian tanah dan iklim. Produk pertanian sering menimbulkan pengeluaran tambahan yang dapat
meningkatkan biaya pemasaran seperti misalnya terjadikesusutan fisik dari produk merugikan strategi
pemasaran, karena sering timbul claim dari pelanggan, baik dari pemasaran dalam negeri maupun
pemasaran dari luar negeri.

Oleh karena itu agar kerugian tersebut dapat dihindari maka perlu adanya peningkatanteknik produksi,
teknik pengolahan, dan fasilitas penyimpanan. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian untuk
mengurangi atau memperkecil resiko kerusakan adalah dengan meningkatkan kuakitas.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa yang perlu mendapat perhatian tinggi menyangkut
masalah produk adalah masalah kualitas atau mutu produk, baik mutu dalam arti kondisi produk
maupun menyangkut standar mutu produk.
Dalam menentukan saluran distribusi produk atau komoditas, pengusaha agribisnis pertanian dapat
memilih untuk melakukannya sendiri atau melalui perantara. Ada beberapa alasan pengusaha memilih
perantara dalam mendistribusikan produknya antara lain ;

1. Pertimbangan dana dan personalia penjualan,

2. Efisiensi kerja,

3. Keadaan prasarana daerah pemasaran setempat, dan

4. Pengetahuan dan pengalaman menangani daerah pemasaran setempat.

6. Menentukan Kebijakan Promosi Produk Agribisnis

Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan, meyakinkan, dan mengingatkan kembalimanfaat dan


kualitas produk kepada konsumen. Promosi biasanya dilakukan terhadap jeniskomoditi agribisnis baru
atau peluncuran varietas baru. Fungsi promosi adalah upayamendekatkan produk yang dihasilkan
kepada konsumen, dan dengan demikian produk tersebutakan bermanfaat dan dikenal oleh konsumen.
Dalam hal ini berarti sasaran promosi adalahuntuk meningkatkan Permintaan (Demand) terhadap
produk yang dihasilkan. Yang dimaksuddengan produk yang dihasilkan di sini meliputi baik yang
dihasilkan oleh usaha tani maupunyang dihasilkan oleh agroindustri. Yang perlu dilakukan sekarang
adalah bagaimana menyusunstrategi promosi yang baik agar dapat mempengaruhi selera
konsumen.Selama ini telah disadari bahwa peranan sektor pertanian sangat besar di dalam
StrukturPerekonomian Indonesia. Namun metode dan pelaksanaan dalam pembinaan
danpengembangan pertanian belum begitu tepat. Sehingga sumbangan sektor pertanian belumbanyak
berarti dalam meningkatkan pendapatan nasional. Metode pengembangan pertanian yang dilakukan
adalah dengan melaksanakan IndustrialisasiSubstitusi Impor, yang dalam kenyataannya belum banyak
memberikan manfaat dalampengembangan sektor pertanian. Malahan dengan proteksi dan
kemudahan-kemudahan yangdiberikan kepada industri besar dan menengah cenderung mematikan
industri-industri kecil.Di sisi lain pengembangan pertanian pada saat ini baru berorientasi produksi, dan
belumdilakukan secara menyeluruh di dalam sistem agribisnis. Sebaiknya pengembangan
pertaniantersebut dilakukan secara menyeluruh di dalam sistem agribisnis. Untuk
mendukungketerkaitan fungsional antar subsistem di dalam sistem agribisnis, maka dalam kegiatan
usahatani harus dapat menciptakan surplus produksi,dan dilaksanakannya teknologi tepat guna.Dalam
agroindustri perlu adanya interaksi positif dan dinamis antara sektor pertanian dansektor industri yang
mengolah hasil pertanian tersebut.Di sisi lain perlu adanya jaringan pemasaran yang berdasarkan Sistem
Pemasaran Agribisnis,yaitu adanya keterpaduan di antara subsistem dan dilakukan dengan strategi
bauranpemasaran.

Kegiatan promosi harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:

1. Jumlah dana yang tersedia untuk promosi,

2. Masa tahapan siklus produksi,


3. Konsumen yang ingin dituju, dan

4. Sifat atau ciri khusus produk yang dihasilkan.

PERAN AGRIBISNIS DALAM PEREKONOMIAN

Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan
pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi
lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Saat ini disadari bahwa pembangunan
pertanian tidak saja bertumpu di desa tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan
sarana serta prasarana yang tidak saja berada di pedesaan. Struktur perekonomian wilayah merupakan
faktor dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut sangat erat
kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi dan
kelembagaan.

Berangkat dari kondisi tersebut perlu disusun sebuah kerangka dasar pembangunan pertanian yang
kokoh dan tangguh, artinya pembangunan yang dilakukan harus didukung oleh segenap komponen
secara dinamis, ulet, dan mampu mengoptimalkan sumberdaya, modal, tenaga, serta teknologi sekaligus
mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian harus berdasarkan asas
‘keberlanjutan’ yakni, mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi

Konsep pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan perencanaan wilayah yang berbasiskan
sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah tertentu. Konsep perencanaan mempunyai arti penting
dalam pembangunan nasional karena perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara sistematis
dari rangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan tertentu.
Perencanaan pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya yang dimiliki agar pelaksanaan
pembangunan tersebut dapat berjalan lebih efektif dan efesien.

Perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka
teori kedalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan
aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan
yang optimal dan berkelanjutan.

Untuk memberhasilkan pembangunan ekonomi nasional melalui pengembangan sektor agribisnis, kita
perlu menemu-kenali terlebih dahulu kondisi dan tantangan yang dihadapi sektor agribisnis nasional.
Dengan menmu-kenali hal-hal tersebut, kita dapat merumuskan strategi untuk menghadapinya dan
mempercepat pembangunan sektor agribisnis dari kondisi saat ini menuju kinerja sektor agribisnis yang
diharapkan.
Pengembangan sektor agribisnis di masa depan, khususnya menghadapi era globalisasi, akan
menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik,
perubahan lingkungan ekonomi Interansional, baik karena pengaruh lieberalisasi ekonomi maupun
karena perubahan-perubahan fundamental dalam pasar produk agribisnis internasional.

Struktur agribisnis, untuk hampir semua komoditi, dewasa ini masih tersekat-sekat. Struktur agribisnis
yang tersekat-sekat ini dicirkan oleh beberapa hal yaitu : Pertama, agribisnis merupakan konsep dari
suatu sistem yang integratif dan terdiri atas beberapa subsistem, yaitu (a) subsistem pertanian hulu, (b)
subsistem budidaya pertanian, (c) subsistem pengolahan hasil pertanian, (d) subsistem pemasaran hasil
pertanian, dan (e) subsistem jasa penunjang pertanian. Subsistem kedua, sebagian dari subsistem
pertama, dan subsistem ketiga merupakan on-farm agribisnis, sedangkan subsistem lainnya merupakan
off-farm agribisnis. Kedua, agribisnis merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian
sebagai suatu kegiatan utuh yang komprehensif, sekaligus sebagai suatu konsep untuk dapat menelaah
dan menjawab berbagai permasalahan, tantangan, dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian.
Agribisnis juga dapat dijadikan tolok ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta
pengembangan terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat.

Dari berbagai definisi dan batasan konsep agribisnis di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
penting dan harus ada dalam proses pembangunan agribisnis adalah sebagai barikut : (a) agribisnis
merupakan suatu sistem, sehingga semua kegiatan yang terdapat dalam sistem tersebut harus saling
terkait dan tidak berdiri sendiri, (b) agribisnis merupakan alternatif bagi pengembangan strategi
pembangunan ekonomi, dan (c) agribisnis berorientasi pasar dan perolehan nilai tambah dari suatu
komoditas.

Setidaknya ada lima alasan mengapa sektor pertanian atau agribisnis menjadi strategis. Pertama,
pertanian merupakan sektor yang menyediakan kebutuhan pangan masyarakat. Kedua, merupakan
penyedia bahan baku bagi sektor industri (agroindustri). Ketiga, memberikan kontribusi bagi devisa
negara melalui komoditas yang diekspor. Keempat, menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja
pedesaan. Dan kelima, perlu dipertahankan untuk keseimbangan ekosistem (lingkungan).

Ironisnya, meski pertanian dianggap strategis, tapi kondisi petaninya kian termarginalkan. Menurut
Sensus Pertanian 2003, jumlah rumah tangga petani gurem (penggarap kurang dari 0,5 ha) adalah 13,7
juta rumah tangga, meningkat 26,85 persen dibanding tahun 1993 yang jumlahnya 10,8 juta rumah
tangga. Persentase rumah tangga petani gurem terhadap rumah tangga pertanian pengguna lahan juga
meningkat, dari 52,7 persen (1993) menjadi 56,5 persen

Petani gurem ini mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan. Dari 16,6persen rakyat Indonesia yang
termasuk kelompok miskin, 60persen-nya adalah kalangan petani gurem. Timbul pertanyaan, jika sektor
pertanian sangat penting, mengapa petaninya “dibiarkan” tidak berdaya? Hal tersebut tentunya tidak
terlepas dari kebijakan nasional dalam mengembangkan sektor pertanian (politik pertanian).

Selama ini, logika pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan
ekonomi nasional, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi orientasi utama. Konsekuensinya, variabel
kelembagaan masyarakat yang bersifat struktural di pedesaan kurang diperhatikan dalam menentukan
kebijakan ekonomi pertanian.

Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima peran penting dari
sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara lain meningkatkan produksi pangan
untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja terbesar, memperbesar pasar untuk industri,
meningkatkan supply uang tabungan dan meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor
pertanian di Indonesia begitu besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan
kerja bagi rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak 42
juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja secara keseluruhan.

Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian dengan, pertanian
harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan,
sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik
lagi. Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani
dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional.
Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja,
perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku
industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini
ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama
pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat
perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki
pertumbuhan yang positif.

Dalam jangka panjang, pengembangan lapangan usaha pertanian difokuskan pada produk-produk
olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional, seperti
pengembangan agroindustri. Salah satu lapangan usaha pertanian yang berorientasi ekspor dan mampu
memberikan nilai tambah adalah sektor perekebunan. Nilai PDB sektor pertanian mengalami
pertumbuhan yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Jika diperhatikan dengan baik, peranan
sektor pertanian masih dapat ditingkatkan sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat
tani di Indonesia.Secara empirik, keunggulan dan peranan pertanian/agribisnis tersebut cukup jelas,
yang pertama dilihat hádala peranan penting agribisnis (dalam bentuk sumbangan atau pangsa realtif
terhadap nilai tambah industri non-migas dan ekspor non-migas), yang cukup tinggi. Penting pula
diperhatikan bahwa pangsa impor agribisnis relatif rendah, yang mana ini berarti bahwa agribisnis dari
sisi ekonomi dan neraca ekonomi kurang membebani neraca perdagangan dan pembayaran luar negeri.
Sehingga dengan demikian sektor agribisnis merupakan sumber cadangan devisa bagi negara.
Diharapkan sektor pertanian mampu menjadi sumber pertumbuhan perekonomian status bangsa,
terutama negara-negara berkembang yang perekonomiannya masih 60persen bertumpu pada sektor
pertanian.
Disisi lain, dilihat ternyata pembangunan agribisnis mampu menunjukkan peningkatan produktivitas di
sektor pertanian, hal ini menunjukkan dua hal yakni, bahwa terjadi peningkatan productivitas pada hasil
produk pertanian yang diikuti oleh perbaikan koalitas, perbaikan teknologi yang mengikutinya dan
peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, seperti yang ditunjukkan pada awal-awal bab ini.

Pada dasarnya tidak perlu diragukan lagi, bahwa pembangunan ekonomi yang berbasiskan lepada sektor
pertanian (agribisnis), karena telah memberikan bukti dan dan peranan yang cukup besar dalam
pembangunan perekonomian bangsa, dan tentunya lebih dari itu.

Pembangunan pertanian dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional berarti menjadikan


perekonomian daerah sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Sebagai agregasi dari ekonomi
daerah, perekonomian nasional yang tangguh hanya mungkin diwujudkan melalui perekonomian yang
kokoh. Rapuhnya perekonomian nasional selama ini disatu sisi dan tingginya disparitas ekonomi antar
daerah dan golongan disisi lain mencerminkan bahwa perekonomian nasional Indonesia dimasa lalu
tidak berakar kuat pada ekonomi daerah.

Pembangunan ekonomi lokal yang berbasis pada pertanian merupakan sebuah proses orientasi, yang
meletakkan formasi institusi baru, pengembangan industri alternatif, peningkatan kapasitas pelaku
untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar baru, transfer ilmu pengetahuan, dan
menstimulasi bangkitnya perusahaan baru serta semangat kewirausahaan.

Diharapkan dalam pembangunan ekonomi lokal, kegiatan pertanian dalam perkembangannya akan
berorientasi pada pasar (konsumen) apabila terjadi penyebaran sumberdaya dan faktor produksi yang
merata serta adanya biaya transportasi yang relatif murah. Orientasi pasar ini akan menunjukkan bahwa
setiap lokasi dapat menghasilkan komoditi pertanian tertentu. Suatu kegiatan pertanian akan lebih
dapat berkembang pada lokasi tertentu yang disebabkan oleh adanya kemudahaan bagi konsumen yang
berasal dari dalam atau dari luar lokasi untuk datang ke lokasi pemasaran komoditi pertanian tersebut.

Kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di suatu negara tentunya tidak lepas dari pengaruh
faktor-faktor eksternal, apalagi dalam era globalisasi yang di cirikan adanya keterbukaan ekonomi dan
perdagangan yang lebih bebas, akan sulit ditemukan adanya kebijaksanaan nasional pembangunan
pertanian yang steril dari pengaruh-pengaruh factor eksternal. Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah; (i)
kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, APEC dan AFTA; (ii) kebijaksanaan perdagangan
komoditas pertanian di negara-negara mitra perdagangan indonesia; (iii) lembaga-lembaga internasional
yang memberikan bantuan kepada Indonesia terutama dalam masa krisis.
Dimasa lalu, ketika orientasi pembangunan pertanian terletak pada peningkatan produksi, yang menjadi
motor penggerak sektor agribisnis adalah usahatni. Artinya komoditi yang dihasilkan usahatanilah yang
menentukan perkembangan agribisnis hulu dan hilir. Hal ini sesuai pada masa lalu, karena target kita
masih bertujuan untuk mencapai tingkat produksi semaksimal mungkin. Selain itu, konsumen juga
belum menuntut pada atribut-atribut produk yang lebih rinci dan lengkap.

Dewasa ini dan dimasa yang akan datang, orientasi sektor telah berubah kepada orientasi pasar. Dengan
berangsungnya perubahan preferensi konsumen yang semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci
dan lengkap, maka motor penggerak sektor agribisnis harus berubah dari usaha tani kepada industri
pengolahan (agroindustri). Artinya, untuk mengembangkan sektor agribisnis yang mogern dan berdaya
saing, agroindustri menjadi penentu kegiatan pada subsistem usahatani dan selanjutnya akan
menetukan subsistem agribisnis hulu.

Pembangunan sektor pertanian/agribisnis yang berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran


menjadi sangat penting bahkan pemasaran ini semakin penting peranannya terutama menghadapi masa
depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahaan. Serta, untuk memampukan sektor
agribisnis menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya
agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi, serta pembangunan kemampuan
sumberdaya manusia (SDM) agribisnis sebagai aktor pengembangan sektor pertanian.

Disamping konsep pembangunan pertanian diatas, khususnya dinegara-negara berkembang, masih


banyak permasalahan yang dihadapi terutama sektor pertanian, terutama masalah kemiskinan,
rendahnya produktivitas, rendahnya SDM, masih lemahya posisi tawar petani, ketidakadaannya
kelembagaan yang mendukung usaha tani pelaku pertanian, dan masih kurangnya atau lemahnya sistem
pasar komoditi produk pertanian, dan kurang diserapnya hasil komodit dengan baik akibat infrastruktur
yang masih kurang memadai.

Permasalahan ini tentunya, menjadi kendala sekaligus tantangan yang harus dihadapi oleh pengambil
kebijakan. Sehingga dengan demikian diharapkan nantinya sektor pertanian mampu menjadi penggerak
perekonomian di pedesaan dan negara.

Anda mungkin juga menyukai